21.06.2013 Views

April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints

April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints

April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Lydia dan suaminya, Kaminaga Kaminaga, keduanya<br />

tumbuh di Gereja. “Saya tidak pernah memiliki keraguan<br />

apa pun mengenai ajaran-ajaran Gereja,” ungkap<br />

Kaminaga. “Saya senantiasa memercayainya.”<br />

Namun kehidupan berubah secara berbeda bagi Lydia.<br />

Ketika dia kelas tujuh [1 SMP], dia menuturkan, “Saya satusatunya<br />

orang Mormon di sekolah saya, dan saya merasa<br />

ditinggalkan. Saya melakukan apa yang dilakukan temanteman<br />

saya. Saya keliru dengan prioritas saya.”<br />

Orang tua Lydia mengirimnya ke Provo, Utah, AS, untuk<br />

tinggal bersama keluarganya, berharap pengaruh mereka<br />

dapat mengilhami Lydia untuk menjalankan Injil. Meski dia<br />

belajar hal-hal yang menolongnya kemudian dalam hidupnya,<br />

pada waktu itu dia tidak tertarik dalam kegiatan Gereja.<br />

Lydia pulang kembali ke Kepulauan Marshall pada<br />

Januari 2002, hanya sebulan setelah Kaminaga kembali<br />

dari melayani misi di Jepang. Mereka bertemu tidak lama<br />

kemudian. Meskipun Lydia tidak menjalankan standarstandar<br />

Gereja, Kaminaga terus datang ke rumahnya<br />

berpura-pura bahwa dia ingin mengunjungi keponakannya,<br />

Gary Zackious.<br />

Pada akhirnya, Kaminaga berubah pikiran untuk berbicara<br />

kepada orang tuanya mengenai berkencan—yang<br />

sehat, kegiatan yang bersih—bersama<br />

”Saya memiliki kesaksian yang<br />

kuat tentang pertobatan,”<br />

ungkap Lydia Kaminaga, terlihat<br />

di sini bersama suaminya,<br />

Kaminaga, dan putri mereka,<br />

Wellisa.<br />

36 <strong>Liahona</strong><br />

Lydia. Meskipun mereka awalnya berusaha menghalanginya,<br />

Kaminaga mengatakan dia “akhirnya memberi tahu<br />

mereka, “Masih ada kesempatan baginya untuk berubah.’<br />

Ketika saya mengatakan hal itu, seluruh perasaan dalam<br />

ruangan itu berubah. Ayahnya menangis dan berkata,<br />

‘Saya selalu ingin dia kembali ke Gereja. Anda dapat<br />

mencobanya.’”<br />

Awalnya Lydia tidak begitu memedulikan Kaminaga.<br />

Akhirnya, dia adalah purnamisionaris yang rapi, dan Lydia<br />

tidaklah aktif.<br />

“Namun dia melihat sesuatu yang tidak saya lihat,” Lydia<br />

menjelaskan. Karena dia tidak berkencan dengan siapa

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!