April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Sewaktu kita mengarungi beting berbatu<br />
kehidupan, kita masing-masing memperoleh<br />
manfaat dari bimbingan para anggota<br />
setia yang menolong kita menuntun kita<br />
pulang kembali ke rumah surgawi.<br />
Gereja, Injil, dan keluarganya,<br />
terutama istrinya.<br />
Saat itu bulan Juni<br />
2009. Satu hari sebelumnya<br />
Pasak Kepulauan Marshall<br />
Majuro dibentuk, dan Hirobo dipanggil untuk melayani<br />
sebagai sekretaris pelaksana pasak yang pertama.<br />
Hirobo, sebagai presiden pasak baru Arlington Tibom<br />
menguraikan dirinya adalah salah satu pemimpin yang<br />
setia dan “sangat, sangat kuat,” di pulau itu.<br />
Namun Hirobo adalah yang pertama menegaskan<br />
bahwa sampai saat ini tidaklah demikian halnya. Sesungguhnya,<br />
dia memuji istrinya sebagai orang yang kuat—<br />
orang yang membuat perbedaan dalam hidupnya. Dia<br />
menjelaskan, “saya dibaptiskan ketika saya berusia delapan<br />
tahun, namun ketika saya berusia 16, saya menjadi<br />
tidak aktif.”<br />
Beberapa tahun kemudian dia dan Linda mulai hidup<br />
bersama, meski mereka belum menikah. Linda bukan anggota<br />
Gereja. Tahun 2000, tak lama setelah Linda mendapati<br />
bahwa Hirobo telah dibaptiskan semasa kanak-kanak, dia<br />
menjadi tertarik dengan Gereja dan mulai bertemu dengan<br />
para sister misionaris.<br />
“Dia belajar selama dua tahun dan memutuskan dia<br />
ingin dibaptiskan,” kenang Hirobo. “Kami harus menikah<br />
terlebih dahulu, namun saya tidak tertarik dengan menikah.<br />
Saya bingung; saya sungguh-sungguh berada dalam<br />
godaan dunia. Saya tidak memahami pentingnya keluarga,<br />
dan saya benar-benar tidak peduli atau mendengarkan<br />
siapa pun.”<br />
Linda, meski tidak dibaptiskan, membesarkan anakanak<br />
kami di Gereja. Setiap tahun dia meminta Hirobo<br />
untuk menikahinya agar dia dapat dibaptiskan; setiap<br />
kali pula dia mengatakan tidak. Beberapa tahun kemudian<br />
putri-putri mereka dibaptiskan, namun Hirobo tidak<br />
menghadiri pembaptisan mereka.<br />
Kemudian, pada tahun 2006, putra mereka yang berusia<br />
sembilan tahun, Takao, meninggal dunia karena kejang<br />
dan demam tinggi. Sekitar 300 anggota dari distrik Majuro<br />
datang ke pemakamanan untuk mendukung keluarganya.<br />
“Dukungan mereka sungguh berarti bagi saya,” Hirobo<br />
menuturkan. “Saya mulai berpikir bahwa Allah mungkin<br />
mengatakan sesuatu kepada saya.”<br />
Dia mulai berpikir tentang betapa dia telah menjadi<br />
penyebab istrinya tidak bisa dibaptiskan, meskipun dia<br />
anggota Gereja. “Dia menjadi semakin kuat. Dia benar-<br />
benar mengilhami saya,” kenangnya.<br />
“Jadi saya duduk dan memikirkan tentang bagaimana<br />
saya berada di pertengahan jalan dalam hidup saya. Saya<br />
bertanya pada diri sendiri, ‘Apakah saya akan terus melakukan<br />
apa yang saya lakukan? Apakah saya memiliki<br />
kesempatan untuk bekerja bagi Allah selama paruh kedua<br />
hidup saya?’ Saya mulai berdoa dan berpikir tentang kembali<br />
ke gereja untuk mulai bekerja bagi Allah.”<br />
<strong>April</strong> <strong>2011</strong> 33