Kabupaten Sehat - Dinas Kesehatan Rejang Lebong
Kabupaten Sehat - Dinas Kesehatan Rejang Lebong
Kabupaten Sehat - Dinas Kesehatan Rejang Lebong
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Satukan tekad<br />
menyehatkan rakyat<br />
Kumpulan tulisan pilihan<br />
di Blog www.dinkesrl.net<br />
MEMORI SERAH TERIMA JABATAN<br />
PELAYAN KESEHATAN 2001 – 2011<br />
DINAS KESEHATAN REJANG LEBONG
Prolog<br />
Pantun Jenaka : Paling Enak Jadi PNS<br />
DAFTAR ISI<br />
1. Penghargaan Ksatria Bakti Husada untuk Bupati RL (2007)<br />
2. Penghargaan Swasti Saba (<strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong>) untuk <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> (2007)<br />
3. Sosialisasi Perbup No 20/2007 tentang Kawasan Dilarang Merokok<br />
4. Road Show Ke – 3 Pelayanan KB <strong>Kesehatan</strong><br />
5. Bakti Sosial <strong>Kesehatan</strong> PKK dan Program Bedah Kampung<br />
6. Kesepakatan Bersama untuk Perubahan Lingkungan di Kota Curup<br />
7. Penyambutan 3 Trofi Penghargaan dari Pemerintah Pusat untuk <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong><br />
8. Launching Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)<br />
dengan Stiker<br />
9. Evaluasi Penyelenggaraan <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> <strong>Sehat</strong> bersama Direktur<br />
Penyehatan Lingkungan Depkes<br />
10. Puskesmas Curup Berbenah Menuju Pelayanan Puskesmas Standar ISO 9001<br />
11. Manggala Karya Bakti Husada Arutala untuk Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
12. Baksos Operasi Bibir Sumbing dan Langitan Kerjasama PKK dan Dinkes RL<br />
13. Best Practice DHS-1 <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> : Reformasi Pembiayaan Puskesmas<br />
14. <strong>Kesehatan</strong> Mental-Spiritual : Siraman Rohani bersama Ustad Jefri Al Buchori<br />
15. Puskesmas Berpenampilan Baik dan Jelek Tahun 2008 (Penilaian 7 K)<br />
16. Best Practice DHS-1 <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>: Program Kemitraan Bidan dan Dukun<br />
17. Banner STBM untuk Kelurahan Kepala Siring dan Talang Benih<br />
18. Baksos Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> di Kecamatan Curup Utara<br />
19. Kegiatan Operasi Timbang Badan di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
20. Kasus Gizi Buruk di RL Menurun<br />
21. Usir Nyamuk DBD Warga Dihimbau Tanam Tanaman yang Tidak Disukai Nyamuk<br />
22. Sosialisasi Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Jiwa<br />
23. Peringatan Hari Lansia di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
24. Lomba Balita <strong>Sehat</strong> se <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
25. Lomba Balita <strong>Sehat</strong> dan Suami Siaga Puskesmas Tunas Harapan<br />
26. <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Menerima Penghargaan Adipura yang Ke 4 Kalinya<br />
27. Kampanye Ayo Berhenti Merokok<br />
28. Program Puskesmas Berseri <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
29. Dinkes <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Kirim Tim Baksos <strong>Kesehatan</strong> ke Sumbar<br />
30. Baksos Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Desa Terpencil di Air Nau<br />
31. Swasti Saba Wiwerda : Penghargaan Menkes untuk <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> pada Hari<br />
<strong>Kesehatan</strong> Nasional ke 45<br />
32. Jalan Santai dan Lomba Senam Jantung <strong>Sehat</strong> Massal<br />
33. <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Progresif Mewujudkan Desa Siaga Aktif<br />
34. Gedung Posyandu Melalui Dana PNPM<br />
35. Roadshow <strong>Kesehatan</strong> Ke-VI Tahun 2009<br />
i
36. Penanggulangan AIDS di <strong>Kabupaten</strong>. <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
37. Bekerjasama Dengan PT Askes,15.000 Orang Miskin <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Dijamin<br />
Jamkesda<br />
38. Dokter Keluarga bagi Peserta Askes<br />
39. Pelatihan Budaya Kerja Menuju Pelayanan Prima<br />
40. Outbound Membangun Komitmen Bersama<br />
41. 3 Sekolah di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Juara 1 Lomba Sekolah <strong>Sehat</strong> Tingkat Propinsi<br />
Bengkulu<br />
42. Pertemuan Evaluasi Jamkesda Tahun 2010<br />
43. Model Ambulan Desa di Desa Siaga<br />
44. Ayo Waspada Flu Burung<br />
45. TVRI Shooting Acara “Membangun Desa”, di Desa Air Lanang, Desa Juara 2<br />
Lomba PHBS<br />
46. Menuju Sekolah <strong>Sehat</strong> : Belajar dari Sang Juara<br />
47. Pendekatan STBM, Solusi Meningkatkan Kepemilikan Jamban <strong>Sehat</strong> di <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong><br />
48. Bersama Kita Berantas Malaria<br />
49. Ayo Waspada Penyakit Demam Berdarah<br />
50. Sosialisasi Penanganan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies<br />
51. Jaminan Persalinan bagi Seluruh Penduduk<br />
52. Mewujudkan <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Peduli Lansia<br />
53. Pembentukan Komite Daerah Lanjut Usia di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
54. Menyoal Peringkat IPM dan IPKM <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
55. Pengembangan Desa Siaga Aktif di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
56. Baksos <strong>Kesehatan</strong> Desa Terpencil di Wilayah Lembak<br />
57. Gerakan Peduli Kusta (Gerakan PELITA)<br />
58. Rapat Persiapan Penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> di tingkat Kecamatan<br />
59. Senam Lansia Memperingati HUT Lansia dan HUT Kota Curup<br />
60. Dinkes dan TP-PKK Gelar Lomba Balita <strong>Sehat</strong><br />
61. Mengatasi Gizi Buruk, Mari Gebyarkan Kembali Posyandu Balita<br />
62. Persiapan Verifikasi Penghargaan <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> Tahun 2011<br />
63. Di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Sarana <strong>Kesehatan</strong> Pemerintah Siap Melayani Jampersal<br />
64. Penilaian Sekolah <strong>Sehat</strong> tingkat Nasional di 3 Sekolah <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
65. Rapat Persiapan Penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> Tahun 2011<br />
66. Puskesmas Sambirejo Launching Buletin Mingguan “Pesta”<br />
67. Bimtek Terpadu : Sambung Rasa dengan Karyawan Puskesmas<br />
68. Rabies Center Air Bang Launching “Peneng” (Penanda divaksin)<br />
69. Press Release Bupati pada Peringatan HTTS<br />
70. Program Dinkes Membantu Sarana Air Bersih untuk 43 Desa di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
71. Rabies Center Air Bang Melaksanakan Vaksinasi Anti Rabies bagi HPR<br />
72. Serunya Outbound Puskesmas Curup dan Perumnas<br />
73. Sepenggal Kisah Menuju ODF di Desa Air Lanang<br />
74. Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Daerah Terpencil di Puskesmas Sindang Dataran<br />
75. BRI Peduli <strong>Kesehatan</strong> : Pengobatan Gratis di Desa Karang Jaya, Selupu <strong>Rejang</strong><br />
76. Bidan Desa, Cangkul dan Pipa Air<br />
77. Puskesmas Kampung Delima Membentuk Rabies Center<br />
ii
78. Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat (Community Based Solid Waste<br />
Management)<br />
79. Pemusnahan Hewan Penular Rabies<br />
80. Global Fund Membantu Kegiatan Penanganan HIV-AIDS di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
81. Tenaga <strong>Kesehatan</strong> Berprestasi Nasional<br />
82. Kerjasama <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> dengan Harian Bengkulu Ekspress<br />
83. Biodata dan Pengalaman Jabatan<br />
iii
Prolog<br />
Mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera adalah merupakan tanggung jawab kita<br />
semua, baik mereka yang bertugas di eksekutif, legislative dan anggota masyarakat. Sebagai<br />
aparat yang bertanggung jawab di eksekutif diharapkan dapat mendanai kegiatan-kegiatan yang<br />
meningkatkan mutu pelayanan serta mengurangi kesakitan dan kematian. Sementara masyarakat<br />
perlu juga dilibatkan, terutama dari sisi pemberdayaan, sehingga mereka tidak saja menjadi<br />
obyek pembangunan, namun juga menjadi pelaku pembangunan.<br />
Tulisan-tulisan yang ditampilkan dalam buku ini adalah catatan pendek yang terpilih dari<br />
serangkaian kegiatan kemasyarakatan dalam rangka berkontribusi meningkatkan pelayanan<br />
kesehatan di kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Setidaknya ini bisa menjadi bahan acuan bagi kawankawan<br />
penggiat pembangunan kesehatan untuk mempelajari upaya-upaya yang dilakukan <strong>Dinas</strong><br />
<strong>Kesehatan</strong> dan Pemdakab <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> selama periode 2007 – 2011. Sebenarnya, banyak juga<br />
tulisan atau gagasan sebelum pada periode tersebut, namun mengingat ini berasal dari<br />
pendokumentasian artikel di Blog, hanya pada periode tersebutlah yang bisa diakses langsung<br />
secara online hingga kini.<br />
Semoga hadirnya kumpulan tulisan ini dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa ada<br />
upaya-upaya aparat pemerintah melalui <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dalam mengatasi<br />
persoalan kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya di Bumei Pat Petulai tercinta.<br />
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin<br />
yang tegak di puncak bukit<br />
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,<br />
yang tumbuh di tepi danau<br />
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,<br />
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang<br />
memperkuat tanggul pinggiran jalan<br />
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya<br />
Jadilah saja jalan kecil,<br />
Tetapi jalan setapak yang<br />
Membawa orang tidak tersesat...<br />
(terjemahan Taufik Ismail : Puisi Kerendahan Hati)<br />
Wassalam,<br />
Tri Mei Sartono<br />
iv
Pantun Jenaka : Paling Enak Jadi PNS<br />
Paling enak jadi pegawai negeri<br />
Meski gaji kecil tapi setiap bulannya pasti<br />
Kerjakan tugas sebentar kemudian ngeloyor pergi<br />
Sisakan tugas untuk besok lagi (????gk produktif banget ya?)<br />
Paling enak jadi struktural atau pegang jabatan<br />
Dapat uang tunjangan dan juga kendaraan<br />
Dari jam pagi sampai pulang kantoran<br />
Sibuknya hanya bagi tugas sambil fesbukan (atau baca koran)<br />
Paling enak jadi bos di satuan kedinasan<br />
Ada fasilitas jabatan, mungkin juga honor sampingan (yang legal lho...)<br />
Namun kadang pendapatannya juga harus rela dikurangkan<br />
Kalau ada wartawan atau LSM yang minta sumbangan (hehe...minus dong)<br />
Paling enak kerja di puskesmas<br />
Dapat tunjangan kesehatan, bahkan rumah dan kendaraan dinas<br />
Datang pagi sampai jam dua belas<br />
Setelah itu kami jam bebas<br />
Paling enak jadi pimpro kegiatan<br />
Ada tambahan pendapatan, mungkin juga diskon pengadaan (awas...illegal lho)<br />
Pusingnya mengatur agar semua kebagian<br />
Syukur-syukur tahun depan masih dipertahankan (jika tidak dikasuskan)<br />
Begitulah kerja jadi PNS<br />
Baik yang di <strong>Dinas</strong> maupun di Poskesdes (entah yg di RS)<br />
Nggak usah mengeluh dan SK nggak usah kita protes<br />
Yang penting gajian selalu lancar, tepat dan beres<br />
Jangan menulis di atas kaca<br />
Menulislah di atas meja<br />
Jangan menangis gara-gara dipindah kerja<br />
Tapi menangislah kalau tidak masuk surga<br />
Jambu merah tertimbun di tanah kering<br />
Janganlah marah pantun ini ”just kidding”<br />
Curup, 5 September 2010<br />
By trims<br />
v
Penulis Blog<br />
www.dinkesrl.net<br />
Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc (tri ms)<br />
Herwantoni, SKM, MKes (toni)<br />
Dr. Agung Fabian Candranegara (agung fabian)<br />
Syamsir Madani, SKM, MKes (syamsir)<br />
Asrizal, SKM (rizal)<br />
Deptian Lupti, SKM (deptian)<br />
Sri Diani, AM Kep (dian)<br />
Sri Mulianti, SSos (sri muliyanti)<br />
Gatot Arianto, AM Kep (GTA)<br />
Mardian Efendi, SE (mardian)<br />
Andi Noersal, SKM (andi)<br />
Sarmaulina, SKM, MSi (lina)<br />
Wahyudi, SKM (yudi)<br />
Santoso, SH, MSi (santoso)<br />
Sutanto, SKp (sutanto)<br />
vi
1. Penghargaan Ksatria Bakti Husada untuk Bupati<br />
RL (2007)<br />
Dipublikasi pada Senin, 26 November 2007 oleh tri ms<br />
Sebagai ungkapan terima kasih dan penghargaan atas pengabdian yang tinggi dibidang<br />
kesehatan, Menteri <strong>Kesehatan</strong> Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP(K), menyerahkan penghargaan<br />
kepada sejumlah tokoh dan institusi bertepatan dengan acara Puncak Peringatan Hari <strong>Kesehatan</strong><br />
Nasional tanggal 13 November 2007 di Jakarta. Keesokan harinya puncak peringatan HKN<br />
dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta dihadiri Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.<br />
Tanda penghargaan yang diserahkan berupa, Tanda Penghargaan Ksatria Bakti Husada,<br />
diberikan kepada individu yang dengan sukarela telah menyumbangkan tenaga, pikiran dan<br />
pengetahuannya didalam mengembangkan program kesehatan. Darma baktinya telah dapat<br />
dirasakan dan sangat bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan Negara. Tanda Penghargaan<br />
Ksatria Bakti Husada terdiri dari tiga kategori yaitu Ksatria Bakti Husada Aditya, Ksatria Bakti<br />
Husada Kartika, dan Ksatria Bakti Husada Arutala.<br />
Penghargaan Bidang <strong>Kesehatan</strong> untuk individu yang peduli dan berjasa dalam pembangunan<br />
kesehatan (terbagi dalam tingkatan arutala, kartika dan aditya). Penerima tahun 2007 terdiri<br />
dari 1 Menteri, 2 Gubernur, 12 Bupati, 4 Ketua TPKK, 3 tokoh keagamaan, 2 perorangan, 7 Kiai<br />
pondok Pesantren. Alhamdulilah, Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> termasuk salah satu dari sedikit orang<br />
yang mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut.<br />
Berikut ini adalah 10 kebijakan Bapak Bupati Suherman, SE sehingga diusulkan mendapat<br />
“Ksatria Bakti Husada Arutala” :<br />
1. Melakukan reformasi pembiayaan puskesmas dengan mendorong kemandirian<br />
pengelolaan keuangan puskesmas secara swakelola di mana puskesmas tidak lagi menjadi<br />
target PAD. Kebijakan ini tertuang dalam Perda No 10 tahun 2005 tentang Retribusi<br />
Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> di Puskesmas dan ditindaklanjuti dengan SK Bupati No 5/2005.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 1
2. Mempercepat pengembangan desa siaga yang telah mencapai 105 dari 156 jumlah desa di<br />
RL<br />
3. Memperoleh berbagai penghargaan dalam bidang KB, kebersihan dan lingkungan (Adipura),<br />
koperasi dan pramuka<br />
4. Melakukan gerakan perbaikan lingkungan dengan program “Bedah Kampung”<br />
5. Rasa tanggung jawab bupati dengan menerima di kediaman Bupati, membiayai dan<br />
mengantar sekitar 50 keluarga penderita bibir sumbing ke RSUD M Yunus untuk<br />
mendapatkan operasi bibir sumbing<br />
6. Dukungan bupati pada pelayanan kesehatan gakin, untuk 2100 jiwa gakin yang dianggarkan<br />
di APBD 2007, yang tidak masuk alokasi askeskin dari pusat<br />
7. Keprihatinan bapak bupati terhadap kesulitan berobat penderita gangguan ginjal yang<br />
memerlukan cuci darah dengan menganggarkan dari APBD RL untuk pengadaan alat<br />
Hemodialisa dan Laboratory Analyzer untuk RSUD Curup tahun 2006<br />
8. Dukungan bupati dalam upaya perbaikan tatanan institusi sehat, terutama program<br />
perkantoran dan sekolah sehat melalui program K7<br />
9. Dukungan dan upaya bupati dalam Program Anti Tembakau sebagai upaya mengurangi<br />
jumlah perokok dengan memberlakukan SK No 20 tahun 2007 tentang Kawasan Dilarang<br />
Merokok<br />
10. Mendorong reformasi di bidang regulasi perijinan kesehatan dengan terbitnya Perda No<br />
10/2005 tentang Perijinan di bidang <strong>Kesehatan</strong><br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 2
2. Penghargaan Swasti Saba (<strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong>)<br />
untuk <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> (2007)<br />
Dipublikasi pada Kamis, 15 November 2007 oleh tri ms<br />
adalah sbb :<br />
Penghargaan Presiden untuk Kota/<strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> (terbagi dalam<br />
tingkat pemantapan (padapa), pembinaan (wiwerda) dan<br />
pengembangan (wistara). Menurut tim Depkes untuk verifikasi<br />
penghargaan Swasti Saba tahun 2007, dari 68 kota/kabupaten yang<br />
mengajukan untuk dinilai, hanya 37 kabupaten/kota yang layak<br />
mendapatkan penghargaan Swasti Saba, yaitu 18 kabupaten/kota<br />
pada tingkat Padapa (termasuk kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>), 13<br />
kabupaten/kota tingkat Wiwerda dan 6 kabupaten/kota tingkat<br />
Wistara.<br />
<strong>Kabupaten</strong>/kota sehat merupakan pendekatan kesehatan<br />
masyarakat yang bertumpu pada kemitraan pemerintah<br />
daerah (lintas sektor) dengan masyarakat dalam mengatasi masalah<br />
– masalah kesehatan yang berkaitan erat dengan masalah<br />
lingkungan fisik dan lingkungan sosial kabupaten/kota.<br />
Di tingkat kabupaten dimotori oleh Forum <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> yang<br />
mensinergikan pembangunan agar berwawasan kesehatan. Di<br />
tingkat kecamatan dipandu oleh Forum Kecamatan <strong>Sehat</strong>, dan di<br />
desa oleh Forum Desa <strong>Sehat</strong>. Ada 9 tatanan dan 260 indikator<br />
penilaian dan profil tatanan tersebut di kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
1. Ketahanan Pangan dan Gizi<br />
2. Kehidupan Masyarakat <strong>Sehat</strong> Yang Mandiri<br />
3. Kawasan Pariwisata <strong>Sehat</strong><br />
4. Kawasan Industri dan Perkantoran <strong>Sehat</strong><br />
5. Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi<br />
6. Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana Umum<br />
7. Kehidupan Sosial Yang <strong>Sehat</strong><br />
8. Kawasan Pertambangan <strong>Sehat</strong><br />
9. Kawasan Hutan <strong>Sehat</strong><br />
Tatanan no 1 – 4 adalah kawasan yang diajukan oleh <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> untuk diverifikasi.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 3
3. Sosialisasi Perbup No 20/2007 tentang Kawasan<br />
Dilarang Merokok<br />
Dipublikasi pada Jumat, 12 Oktober 2007 oleh tri ms<br />
Dalam salah satu baitnya penyair Taufik Ismail yang adalah seorang dokter hewan menulis :<br />
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat<br />
siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,<br />
Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai<br />
merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR<br />
merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,<br />
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah<br />
kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik<br />
petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,<br />
Itulah kenyataan yang kita lihat<br />
tentang budaya merokok,<br />
menyebar ke semua lapisan<br />
masyarakat. Merokok telah<br />
menjadi budaya, seperti kata<br />
pepatah “Empat sehat, Lima<br />
“Sampurna”, sehingga kalau<br />
habis makan, sesi yang terakhir<br />
adalah ritual “ngebul”. Memang<br />
budaya merokok tak bisa<br />
dihentikan, tapi bagaimana kalau<br />
kita coba untuk dibatasi, tidak<br />
mencolok di tempat terbuka,<br />
syukur bisa dikurangi.<br />
Konon menuruh sejarah, budaya merokok pertama kali dilakukan Indian Inca, sekitar 3000 tahun<br />
yg lalu. Kemudian pada saat Columbus masuk ke Amerika, budaya ini dibawa ke Eropa dan<br />
akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Mulailah perdagangan tembakau dikenalkan melalui model<br />
kolonialisme dan akhirnya menjalar ke seluruh dunia, tembakau menjadi komoditi global, dan<br />
tembakau “Virginia” adalah yang paling populer dan banyak dicari.<br />
Kini, para “ahli hisap” ini telah meningkat menjadi 1.1 Miliar orang dan 800 juta orang<br />
bermukim di negara berkembang. Diperkirakan pada tahun 2030, tembakau akan menjadi<br />
penyebab kematian utama di dunia, sekitar 10 juta meninggal per tahun dipicu kebiasaan<br />
merokok . Secara global, 80,000 hingga 100,000 anak muda mulai menghisap rokok setiap hari<br />
(perokok pemula) dan yang bikin ”gerakan anti rokok” tidak efektif karena pada umumnya para<br />
”ahli hisab” ini tidak mau tahu dan peduli bahaya merokok !. Bila sudah kenal, tembakau<br />
bersifat adiktif dan susah untuk menghentikannya, sama seperti kecanduan heroin atau cocain<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 4
(perhatikan kalau lagi pengin rokok, badan meriang dan gak nyaman, mirip gejala ”sakau” pada<br />
narkoba)<br />
BAHAYA ROKOK<br />
Menurut penelitian Badan kesehatan Dunia (WHO), rokok mengandung 4.000 zat kimia yang<br />
berbahaya bagi kesehatan serta ada 25 jenis penyakit yang dapat timbul sebagai akibat merokok.<br />
yang paling berbahaya adalah nikotin. Nikotin ini pangkal penyebab kita ketagihan rokok, yang<br />
secara farmakologi nikotin ini menekan produksi enzim mono amin oksidase (MAO), suatu<br />
enzim yang mensupress dopamine. Sedikitnya MAO, membuat dopamine meningkat, dan<br />
dopamine adalah zat kimia yang mendorong pencarian rasa kesenangan dan kenikmatan.<br />
Begitulah, sekali kenal rokok, dopamine kita meningkat setelah rokok dihisap, dan terus ritual<br />
”ngebul” memberi kenyamanan badan kita.<br />
Di Indonesia, sekitar 70% penduduk indonesia (laki-laki) adalah ”ahli hisap” yang aktif, dan no 5<br />
negara terbanyak perokoknya. Pendapatan cukai rokok (2004) 27 triliun, belum di sektor<br />
pertanian dan tenaga kerja. Namun biaya kesehatan akibat merokok yang ditanggung pemerintah<br />
dan masyarakat 3 kali lipatnya atau sekitar 81 triliun.<br />
APA YANG HARUS KITA PERBUAT?<br />
Menaikkan cukai dan harga rokok (namun kenyataannya berapapun mahal, masih akan<br />
dibeli juga)<br />
Meningkatkan informasi bahaya rokok : diseminasi hasil riset bahaya rokok, label bahaya<br />
rokok, counter-advertising<br />
Larangan pengiklanan dan promosi rokok<br />
Pembatasan area merokok di area publik dan tempat kerja<br />
Program penghentian kebiasaan merokok (Cessation Help)<br />
KAWASAN TANPA ROKOK<br />
Kawasan tanpa rokok diperlukan sebagai usaha mengurangi dampak polusi rokok bagi mereka<br />
yang tidak merokok. Ini paling tidak untuk membatasi atau mengurangi jumlah perokok, karena<br />
jumlah perokok cenderung meningkat, menurut catatan WHO pula , 22 persen remaja di<br />
Indonesia sudah dapat dikategorikan sebagai perokok pemula.<br />
PP Nomor 19 tahun 2003 tentang Pengamanan rokok bagi kesehatan<br />
Yang dimaksud “Kawasan Tanpa Rokok”<br />
Nah, atas dasar pasal 25 PP tesebut maka pemdakab <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> mulai menginisiasi Kawasan<br />
Tanpa Asap Rokok di wilayah <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> sehingga dibuatlah :<br />
1. Peraturan Bupati R/L tentang Kawasan Tidak Merokok di RL tahun 2007<br />
2. SK Bupati RL tentang Tim Teknis Pengendalian Bahaya Merokok di RL tahun 2007<br />
Kalau kita baca Peraturan Bupati ini, tujuan penetapan Kawasan Dilarang Merokok (pasal 2)<br />
adalah :<br />
Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian yang disebabkan merokok dengan<br />
cara mendorong kebiasaan masyarakat untuk melakukan Perilaku Hidup Bersih dan <strong>Sehat</strong><br />
(PHBS)<br />
Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal;<br />
Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula;<br />
Mendorong terwujudnya <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> <strong>Sehat</strong> 2010<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 5
Sementara ini yang menjadi target pelaksanaan peraturan ini adalah membuat Kawasan Dilarang<br />
Merokok di tempat-tempat sbb :<br />
1. tempat umum (terminal, halte, restoran),<br />
2. tempat kerja (kantor/instansi),<br />
3. tempat proses belajar mengajar (sekolah),<br />
4. tempat pelayanan kesehatan (puskesmas/RS),<br />
5. arena kegiatan anak-anak,<br />
6. tempat ibadah, dan<br />
7. angkutan umum<br />
Kemudian di pasal 7, Tempat yang ditetapkan<br />
sebagai Kawasan Dilarang Merokok wajib<br />
dilengkapi dengan Penandaan atau petunjuk.,<br />
berupa :<br />
“KAWASAN DILARANG MEROKOK”<br />
Penandaan atau petunjuk dibuat dengan ukuran<br />
tulisan yang jelas ditempatkan pada tempat yang<br />
mudah terlihat dan tidak mengganggu keindahan<br />
tempat.<br />
PEMBINAAN<br />
Pimpinan instansi pemerintah dan instansi non pemerintah wajib melakukan pembinaan atas<br />
pelaksanaan pengendalian rokok bagi kesehatan dengan mendorong dan menggerakkan :<br />
perilaku tidak merokok<br />
terwujudnya kawasan bebas rokok;<br />
meningkatkan gerakan masyarakat untuk mensosialisasikan bahaya rokok bagi kesehatan<br />
RUANGAN MEROKOK<br />
Kalau ada kawasan dilarang merokok, tentu ada kawasan merokok atau ruang merokok. Kalau<br />
kita lihat di bandara Cengkareng, ruang merokok didisain tersendiri, namun dalam peraturan ini<br />
disarankan sbb :<br />
Tidak di dalam ruangan kerja<br />
Ruangan merokok tersendiri, tidak bercampur dengan kawasan tanpa rokok<br />
Jika memungkinkan dilengkapi dengan alat penghisap udara atau memiliki alat sirkulasi<br />
udara tersendiri<br />
Ruangan terbuka, tapi tidak di tempat umum<br />
Adanya peraturan ini membuktikan itikad pemerintah RL untuk membatasi dan mengurangi<br />
ritual “ahli hisap” dan merokok itu berbahaya, bagi diri sendiri atau umum. Merokok tidak<br />
dilarang, sepanjang tidak di “public area”. Namun, sosialisasi gerakan anti rokok ini wajib<br />
mendapat dukungan semua lapisan masyarakat, tanpa itu, maka jumlah perokok akan terus<br />
bertambah,sementara di negara maju budaya merokok sudah berkurang. Peraturan bupati ini<br />
akan mandul, kalau kita yang ada di pemda tidak mempunyai komitmen untuk melaksanakannya.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 6
4. Road Show Ke – 3 Pelayanan KB <strong>Kesehatan</strong><br />
Dipublikasi pada Senin, 28 Juli 2008 oleh GTA<br />
Kembali Road Show <strong>Kesehatan</strong>, Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> dan KB dilakukan oleh <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />
<strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> ( Senin 28 Juli 2008 ), yang kali ini berfokus di desa-desa di dua<br />
Kecamatan yaitu Kecamatan Bermani Ulu dan Kecamatan Bermani Ulu Raya, yang bertujuan<br />
memberikan pelayanan kesehatan dan KB ke masyarakat dan mempercepat kesiapan Desa Siaga.<br />
Sebelumnya Road Show serupa telah di lakukan di Kecamatan Kotapadang ( Road Show I ) dan<br />
Sindang Beliti Ilir dan Kecamatan Padang Ulak<br />
Tanding ( Road Show II )<br />
Kali ini Road Show yang di ikuti oleh 160 orang yang terdiri dari Dokter, perawat dan bidan<br />
yang berasal dari Puskesmas – puskesmas se <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> diantaranya Puskesmas<br />
Curup, Puskesmas Perumnas, Puskesmas Kampung Delima, Puskesmas Tunas Harapan,<br />
Puskesmas Watas Marga, Puskesmas Talang Rimbo Lama, Puskesmas Sambirejo, Puskesmas<br />
Sumber Urip, Puskesmas Beringin Tiga, Puskesmas Sindang Jati, Puskesmas Sindang Dataran,<br />
Puskesmas Kepala Curup, Puskesmas Tanjung Agung, Puskesmas Padang Ulak Tanding,<br />
Puskemas Sindang Beliti Ilir dan Puskesmas Kotapadang, serta ditambah dengan tenaga-tenaga<br />
pendamping dari <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, dan juga dibantu oleh Tim<br />
Penggerak PKK Kab. <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Dharma Wanita Persatuan Kab. <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>,dan <strong>Dinas</strong><br />
KB Kab,<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />
Kegiatan ini dibuka dan dilepas keberangkatannya oleh Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Suherman, SE,<br />
MM di lapangan Pemda <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 7
5. Bakti Sosial <strong>Kesehatan</strong> PKK dan Program Bedah<br />
Kampung<br />
Dipublikasi pada Selasa, 18 November 2008 oleh tri ms<br />
Sudah beberapa kali kegiatan Bakti Sosial pelayanan kesehatan diadakan di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong>, dan rasanya antusiasme masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan masih<br />
cukup banyak. Untuk yang kesekian kali, Tim Penggerak PKK <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> bekerja sama<br />
dengan <strong>Dinas</strong> instansi terkait, mengadakan acara Bakti Sosial PKK yang dikemas dalam acara<br />
“Bedah Kampung“.<br />
Kegitan inovatif ini merupakan salah satu program unggulan <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, yang merupakan<br />
kerja gotong royong antar <strong>Dinas</strong>/instansi dalam rangka perbaikan kampung, baik secara fisik<br />
dan juga pembangunan sosial/ekonomi. Kegiatan tersebut di antaranya adalah : bedah rumah<br />
warga miskin, bedah jamban, pelayanan kesehatan (sunat massal, pengobatan, pelayanan gigi,<br />
pemeriksaan golongan darah dan donor darah dan KB), dari program pertanian,<br />
peternakan/perikanan, koperasi, catatan sipil, dll. Pokoknya semua <strong>Dinas</strong>/instansi saling<br />
berkontribusi untuk penataan dan perbaikan kehidupan warga di lokasi terpilih. Laporan khusus<br />
yang berkaitan dengan bedah jamban yang dikerjakan oleh <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> dapat dibaca lebih<br />
lanjut<br />
Berikut ini adalah foto-foto dari kegiatan Bedah Kampung yang dilaksanakan pada Sabtu, 15<br />
November 2008 di Kecamatan Curup Timur di mana <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> selalu<br />
terlibat dan mempunya peran yang bermanfaat bagi acara tersebut<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 8
6. Kesepakatan Bersama untuk Perubahan<br />
Lingkungan di Kota Curup<br />
Dipublikasi pada Jumat, 14 November 2008 oleh tri ms<br />
We can change, begitulah inspirasi dari spirit<br />
kemenangan Barrack Obama di pemilu AS kemarin,<br />
maka kita juga bisa change dalam kebiasaan BAB<br />
(Buang Air Besar) jaman primitif yang tidak sesuai<br />
lagi dijaman orang nongkrong di WC sambil<br />
menggunakan ponsel! Hari bersejarah itu terjadi pada<br />
Selasa, 11 November 2008, ketika sekitar 35 orang<br />
yang berasal dari perwakilan kelurahan Kepala Siring,<br />
Karang Anyar, Pasar Tengah, Air Rambai, Jalan Baru<br />
Talang Benih, dan Tabarena berkumpul di ruang rapat<br />
<strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Wakil dari<br />
kelurahan tersebut terdiri dari lurah, Ketua BPD dan tokoh agama/ustad dan pimpinan<br />
puskesmas. Di daerah mereka ada slum, semacam area yang kondisi sanitasinya memprihatinkan<br />
(mungkin juga aspek sosialnya dan kriminalitasnya menonjol). Dari kacamata kesehatan,<br />
terutama kebiasaan buang air besar di siring atau kebiasaan membuat jamban dengan<br />
mengalirkan pipanya ke siring, sangat berbahaya. Apakah hal tersebut akan dibiarkan terus?<br />
Perwakilan warga ini berkumpul dalam rangka<br />
membangun komitmen atau kesepakatan<br />
bersama agar seluruh warga di sepanjang aliran<br />
siring atau sungai berubah kebiasaannya dalam<br />
memperlakukan sungai/siring. Tidak lagi<br />
dicemari dengan kotoran warga yang berpotensi<br />
menjjadi outbreak penyakit muntaber. Setelah<br />
ditampilkan gambar dan video lingkungan sekitar<br />
mereka (dari hidden camera atau explicit<br />
camera), terutama lingkungan sekitar Talang<br />
Benih, Pasar Tengah dan Kepala Siring dan<br />
pembelajaran program ODF (Open Defecation<br />
Free) yang sudah berhasil dilaksanakan di Kediri<br />
dan Nganjuk, nampaknya para peserta sudah mulai tergugah dan terprovokasi untuk segera<br />
berubah. Lalu dikenalkan program CLTS (Community Led Total Sanitation) yang di-<br />
Indonesiakan jadi STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Setelah berdiskusi selama 2 jam,<br />
nampaknya sudah muncul local leader yang bisa dijadikan kampiun (champion), untuk menginisiasi<br />
perubahan atas kebiasaan warga ber BAB. Ada pak haji dari Talang Benih yang berfatwa<br />
bahwa saat membangun rumah yang harus didahulukan adalah membangun jamban. Juga tokoh<br />
BPD dari Air Rambai yang menyarankan perlunya ada regulasi tingkat desa atau kabupaten yang<br />
mengatur hal ini.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 9
Situasi kondisi kesling di Kelurahan Talang Benih<br />
Setelah terbangun komitmen bersama, maka akan ditindaklanjuti dalam waktu dekat<br />
mensosialisasikan di tingkat RT dengan pendekatan STBM. Semoga langkah ini bisa membawa<br />
perubahan perilaku yang lebih berbudaya dan sehat dan tidak menjadi daerah slum yang tidak<br />
sesuai dengan predikat kabupaten sehat yang berkali-kali memenangkan adipura. Berikut<br />
kesepakatan tersebut :<br />
1. Sepakat untuk merubah kebiasaan masyarakat agar tidak BAB di siring/sungai, dan<br />
membuang sampah dan limbah RT ke siring/sungai<br />
2. Menganjurkan kepada masyarakat agar tidak mengalirkan pipa WC ke<br />
siring/sungai/danau<br />
3. Sepakat untuk menindaklanjuti pertemuan ini ke pertemuan tingkat kelurahan/desa/RT<br />
4. Sepakat merekomendasikan kepada pemerintah daerah untuk membuat dasar hukum<br />
STBM<br />
5. Sepakat dan siap menjadi fasilitator bagi berubahnya kebiasaan masyarakat agar<br />
berperilaku hidup bersih dan sehat<br />
6. Sepakat mendorong masyarakat untuk bersama-sama memelihara kebersihan sungai dan<br />
siring dan lingkungannya<br />
7. Sepakat mengintegrasikan kegiatan STBM pada kegiatan Bedah Kampung<br />
Rencananya kesepakatan ini akan dibacakan pada upacara Hari <strong>Kesehatan</strong> Nasional yang akan<br />
dilaksanakan tanggal 18 November 2008 (bersamaan dengan HUT Propinsi Bengkulu)<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 10
Perkembangan selanjutnya…….<br />
Kesepakatan tersebut akhirnya dibacakan pada Hari <strong>Kesehatan</strong> Nasional yang berlangsung di<br />
gedung Pola Pemda (dilaksanakan di gedung karena kondisi hujan). Acara berlangsung pada hari<br />
Selasa, 18 November 2008. Yang didaulat untuk membacakan deklarasi adalah Bpk Zulkarnain,<br />
SH, Ketua LMD Air Rambai.<br />
Kemudian pada Rabu malam (19 November) tim dari <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> diundang Bpk Lurah<br />
Talang Benih untuk memberikan sosialisasi tentang gerakan STBM kepada seluruh ketua RT di<br />
Kelurahan Talang Benih. Tim dari <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> yang datang yaitu : Kasubdin BPL dan<br />
Yankes (Tri MS). Kasi Kesling (Jafri), Kasi Makmin (Septo), Kasi Perencanaan (Lail), Staf<br />
CWSHP (Rahmat), Pimpinan Puskesmas Curup (dr. Dewi Mustika). Penyuluhan STBM di mulai<br />
sekitar jam 20.30, dan berakhir pukul 11.00 malam. Berikut beberapa foto kegiatan di Talang<br />
Benih tersebut.<br />
Sosialisasi Gerakan STBM di Talang Benih<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 11
7. Penyambutan 3 Trofi Penghargaan dari<br />
Pemerintah Pusat untuk <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong><br />
Dipublikasi pada Sabtu, 27 Desember 2008 oleh tri ms<br />
Meski hari libur, Kamis, 25 Desember 2008, tetapi tak mengurangi minat masyarakat dan PNS<br />
untuk menyambut kedatangan trofi penghargaan untuk Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Barangkali ini<br />
semacam pengungkapan rasa syukur dan gembira atas keberhasilan RL mendapat 3 kado akhir<br />
tahun dari pemerintah pusat, yaitu penghargaan dari Departemen <strong>Kesehatan</strong>, Departemen<br />
Pertanian dan Depkoinfo.<br />
Penyambutan dimulai sejak kedatangan pesawat Mandala Airlines pada pukul 08.45 di Bandara<br />
Fatmawati, Bengkulu, yang disambut secara adat dan dipimpin Bp Sekda. Ada 3 trofi yang<br />
dibawa Bapak Bupati RL, yaitu trofi Penghargaan Ketahanan Pangan, trofi Manggala Karya<br />
Bakti Husada Arutala dan yang ketiga trofi penghargaan Warmasif dari Depkoinfo. Setelah<br />
Bupati dan Ibu dan rombongan istirahat sebentar di ruang VIP Bandara, kemudian dilanjutkan<br />
dengan mengarak trofi yang ditempatkan pada mobil yang dihias secara khusus dan diarak<br />
secara konvoi diiringi seluruh mobil Kepala <strong>Dinas</strong>/Instansi, mobil puskesmas dan dari kelompok<br />
masyarakat petani menuju Curup. Mungkin ada sekitar 2 kilometer panjang konvoi kendaraan<br />
yang mengiring trofi dengan sirene mobil pusling yang meraung-raung sepanjang perjalanan.<br />
Sesampainya di perbatasan Kepahiang dan <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, 3 trofi tersebut disambut secara adat<br />
dipimpin oleh Wabup Ikbal Bastari, SPd, MM dan Wakil Ketua DPRD Mahdi Husein. Setelah<br />
beberapa sambutan dari waka DPRD dan bupati, ketiga trofi tersebut kemudian diarak keliling<br />
kota dan berakhir di rumah kediaman Bupati. Seluruh peserta konvoi makan siang di rumah<br />
kediaman Bupati.<br />
Berikut foto-foto kegiatan tersebut.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 12
8. Launching Program Perencanaan Persalinan Dan<br />
Pencegahan Komplikasi (P4K) Dengan Stiker<br />
Dipublikasi pada Sabtu, 27 Desember 2008 oleh toni<br />
Menindaklanjut Surat Edaran Menteri <strong>Kesehatan</strong> Nomor 294/Menkes/III/2008 dan arahan<br />
Presiden RI pada rapat terbatas Bidang <strong>Kesehatan</strong> pada tanggal 20 Februari 2008, agar segera<br />
melaksanakan percepatan pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan<br />
Komplikasi (P4K) dengan stiker. Hal ini sebagai salah satu terobosan upaya percepatan<br />
penurunan Angka kematian ibu dan bayi baru lahir.<br />
Departemen <strong>Kesehatan</strong> RI melalui Direktorat Ibu (dr. Imram, dr. Yuli, dkk) telah berupaya untuk<br />
mensosialisasikan P4K di Propinsi Bengkulu dengan tujuan agar kegiatan tersebut mendapat<br />
perhatian dan dukungan yang serius dari kabupaten/kota. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada<br />
tanggal 1-3 Desember 2008 melalui pertemuan dengan mengundang seluruh kepala dinas<br />
kesehatan, TP-PKK, Bappeda serta menyepakati launching P4K di masing-masing<br />
kabupaten/kota.<br />
Setelah mengikuti pertemuan di Propinsi Bengkulu, Kepala <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> langsung<br />
mengumpulkan Kasubdin, Kasi, Pimpinan Puskesmas dan lintas sektor untuk mensosilialisasikan<br />
P4K. Melalui pertemuan tersebut disepakati upaya percepatan pelaksanaan P4K yang diawali<br />
dengan pencanangan dan launching P4K secara berjenjang kabupaten, kecamatan dan desa.<br />
Pada hari Rabu, tanggal 24 Desember 2008 bersamaan dengan peringatan Hari Ibu bertempat di<br />
halaman Pemda <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dilakukan pencanganan dan pembukaan selubung<br />
stiker P4K oleh Bapak Bupati yang diikuti unsur muspida, kepala dinas/kantor/badan, camat,<br />
tokoh masyarakat, perwakilan organisasi wanita. Pada acara tersebut ibu Kapolres melakukan<br />
wawancara seorang ibu hamil guna pengisian stiker rencana persalinan. Kegiatan launching ini<br />
akan ditindaklanjuti di tingkat kecamatan yang diawali di Kecamatan Sindang Dataran tanggal<br />
27 Desember 2008 pada saat kegiatan penutupan kegiatan PKK-KB Kes dan Roadshow V<br />
(Lima) Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Ibu dan Anak. Pada saat kegiatan hari ibu juga dilakukan<br />
pemasangan stiker pada ibu hamil di 5 kecamatan oleh Ibu ketua TP-PKK, Ibu ketua Persit, Ibu<br />
Bhayangkari, Ibu Ketua DWP yang diawali dengan pemberian penyuluhan pentingnya stiker<br />
sebagai alat menuju kehamilan yang aman dan nyaman.<br />
Berikut foto-foto kegiatan saat launching P4K pada upacara Hari Ibu, 24 Desember 2008 di<br />
halaman Pemda, kemarin.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 13
9. Evaluasi Penyelenggaraan <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong> <strong>Sehat</strong> bersama Direktur Penyehatan<br />
Lingkungan Depkes<br />
Dipublikasi pada Rabu, 24 Desember 2008 oleh tri ms<br />
Bertempat di Gedung Pola Pemda <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, pada hari Selasa, 23 Desember 2008 kemarin,<br />
telah dilakukan kegiatan Evaluasi Penyelanggaraan Program <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong>. Peserta yang<br />
hadir berjumlah sekitar 75 orang, terdiri dari Kepala <strong>Dinas</strong>/instansi, pimpinan puskesmas,<br />
Camat, Kepala Desa/Lurah, tokoh masyarakat dan akademisi. Kegiatan ini dihadiri oleh Direktur<br />
Penyehatan Lingkungan, Dirjen P2P, Depkes RI, dr. Wan Al Kadri, MSi. Serta 2 orang staf<br />
beliau, yaitu Ibu Nunik SKM, MSc dan Ibu Upik (CPMU CWSHP).<br />
Pertemuan ini dibuka oleh Bapak sekda, Drs. Tarmizi Usulludin, MM yang juga menjabat<br />
sebagai Ketua Forum <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong>. Dalam arahannya, beliau mengatakan agar<br />
kawasan/tatanan yang masih belum baik agar segera dilakukan pembenahan, agar kita masih<br />
bias mempertahankan predikat kabupaten sehat. Selanjutnya pemaparan dari Direktur<br />
Penyehatan Lingkungan, dr. Wan Al Kadri, yang menyampaikan “Kebijakan dan Strategi<br />
Kab/Kota sehat dalam Otonomi Daerah”. Beliau menyampaikan kiat-kiat dan upaya bagaimana<br />
melakukan perubahan perilaku masyarakat agar mendukung ter capainya kabupaten sehat.<br />
Terutama perlunya terobosan melalui perbaikan sanitasi dan air bersih dengan pendekatan<br />
pemberdayaan masyarakat yang akan menghasilkan perbaikan derajad kesehatan masyarakat<br />
sesuai kebutuhannya. Salah satunya melalui STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), yang<br />
mengajak masyarakat meninggalkan kebiasaan BAB di sungai/siring.<br />
Berikut ini foto-fotonya :<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 14
10. Puskesmas Curup Berbenah Menuju Pelayanan<br />
Puskesmas Standar ISO 9001<br />
Dipublikasi pada Rabu, 24 Desember 2008 oleh tri ms<br />
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan puskesmas di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> agar lebih<br />
transparan dan mempunya sasaran mutu yang jelas, maka kemarin diperkenalkan pelatihan<br />
pendekatan sistem manajemen mutu berdasarkan standar internasional ISO (International<br />
Organization for Standardization). Pelatihan hari pertama ditujukan bagi seluruh pimpinan<br />
puskesmas dan pejabat struktural <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Nara sumber adalah Yana<br />
Herdiana, ST berasal dari konsultan ISO Jakarta.<br />
Pelatihan selanjutnya dilakukan di puskesmas Curup. Puskesmas ini diharapkan pada akhir tahun<br />
2009 nanti menjadi puskesmas pertama di Propinsi Bengkulu yang memperoleh sertifikat mutu<br />
ISO 9001. Bagi puskesmas, hal pertama yang perlu dipersiapkan adalah terbangunnya komitmen<br />
pimpinan dan staf untuk melaksanakan sistem manajemen mutu ISO dan kesanggupan untuk<br />
melaksanakan perbaikan mutu pelayanan secara berkesinambungan. Setelah itu dibentuk<br />
kelompok kerja sebagai QMR (Quality Management Representative), guna menyusun dokumendokumen<br />
yang menjadi persyaratan ISO.<br />
Meski dirasakan banyak hambatan, puskesmas yang dipimpin dr. Dewi Mustika, MKes ini<br />
bertekad pada pada awal Februari 2009 sudah dapat menyelesaikan dokumen mutu puskesmas<br />
Curup. Terutama dokumen mutu pada 6 pelayanan wajib puskesmas. Selanjutnya uji coba<br />
sebagai puskesmas rintisan dengan pelayanan standar internasional, dan akhir 2009 siap diaudit<br />
untuk kelayakan memperoleh sertifikat ISO 9001<br />
Kesepakatan karyawan puskesmas untuk melaksanakan SMM pukesmas berdasarkan ISO<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 15
11. Manggala Karya Bakti Husada Arutala untuk<br />
Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Dipublikasi pada Jumat, 19 Desember 2008 oleh tri ms<br />
Akhir tahun 2008, nampaknya menjadi tahun kebaikan bagi Bupati RL. Setelah selesai<br />
menghantarkan anak lelakinya, Ales Nopandio, SE, MM ke jenjang pernikahan dengan gadis<br />
Cianjur, beberapa undangan ke Jakarta untuk menghadiri penerimaan penghargaan pun diterima<br />
di kantornya.<br />
Penghargaan yang pertama adalah dari Depertemen Pertanian dalam hal Ketahanan Pangan.<br />
Menurut info dari <strong>Dinas</strong> Pertanian RL, Bupati sendiri yang waktu itu melakukan presentasi di<br />
kantor Deptan tentang kemajuan program Ketahanan Pangan di RL. Penghargaan ini diserahkan<br />
Presiden pada 18 Desember kemarin. Sementara, Gubernur Bengkulu, Agusrin Najamudin dan<br />
beberapa bupati di Propinsi Bengkulu menerima penghargaan dalam peningkatan produksi beras.<br />
Penghargaan yang kedua yang diterima Bupati RL adalah penghargaan dari Menteri <strong>Kesehatan</strong>,<br />
berupa Manggala Karya Bakti Husada kategori Arutala. Penghargaan ini diserahkan Menkes<br />
di Hotel Four Season, Jakarta pada malam 18 Desember 2008, dalam rangka memperingati Hari<br />
<strong>Kesehatan</strong> Nasional yang ke 44. Info menurut Kadinkes RL, Sudirman Ansyar, SKM, MKes,<br />
penghargaan ini diberikan karena keberhasilan Bupati RL dalam peningkatan derajad kesehatan<br />
penduduk RL, dengan indikator hasil Riset Dasar <strong>Kesehatan</strong> (Riskesdas) tahun 2007. Berita lebih<br />
lengkap di sini<br />
Penghargaan ketiga, akan diserahkan pada hari Senin, 22 Desember di kantor Depkoinfo, berupa<br />
penghargaan atas keberhasilan pemanfaatan Warmasif (Warung Masyarakat Informasi) yang<br />
ada di Kantor Pos Curup. Artinya pemanfaatan internet di Kantor Pos Curup mencapai 5 besar<br />
untuk peringkat kabupaten/kota.<br />
Penghargaan dari Menkes pada HKN ke 44 tahun 2008 di Four Season Hotel, Jakarta<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 16
12. Baksos Operasi Bibir Sumbing dan Langitan<br />
Kerjasama PKK dan Dinkes RL<br />
Dipublikasi pada Minggu, 14 Desember 2008 oleh tri ms<br />
Pada hari Sabtu, 13 Desember 2008 kemarin, telah dilakukan kegiatan operasi bibir sumbing<br />
dan langitan penduduk RL di RS M. Yunus Bengkulu. Sebanyak 11 anak dan dewasa kiriman<br />
dari puskesmas di RL menjalani operasi bibir sumbing secara gratis. Tim dokter ahli bedah<br />
plastik yang mengoperasi berasal dari Perapi (Persatuan Dokter Bedah Plastik Indonesia)<br />
Jakarta , kerjasama dengan Smile Train Amerika, Pemda Bengkulu dan KNPI. Dari 11 peserta<br />
operasi, ada 7 peserta operasi mulut bagian langitan yang harus menjalani rawat inap, sementara<br />
4 peserta bisa langsung pulang ke <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> (rawat jalan).<br />
Seluruh biaya transport dari RL ke M Yunus, makan dan penginapan peserta operasi dan<br />
pendampingnya, dibiayai oleh PKK RL (yang diketuai ibu bupati) dan diorganisir bersama-sama<br />
<strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Peserta diberangkatkan dari Curup pada Jumat sore, dengan<br />
menggunakan 1 bus pemda RL. Acara keberangkatan ke M Yunus dilepas oleh Bapak Sekda,<br />
Drs. Tarmizi Usulludin, MM di halaman kantor <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, didampingi<br />
oleh Kadinkes RL, Sudirman Ansyar, SKM, MKes dan para staf Dinkes.<br />
Kegiatan ini akan dilakukan 2 angkatan, dan angkatan berikutnya diselenggarakan pada Sabtu<br />
depan, 20 Desember 2008, dengan peserta sekitar 10 orang.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 17
13. Best Practice DHS-1 <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> : Reformasi<br />
Pembiayaan Puskesmas<br />
Dipublikasi pada Rabu, 14 Januari 2009 oleh toni<br />
Judul ini dipilih sebagai best practice untuk Prov. Bengkulu karena keberhasilan <strong>Kabupaten</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> untuk meningkatkan pembiayaan kesehatan (Health Financing). Di <strong>Kabupaten</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, sebelum tahun 2005 pola tarif pelayanan antar Puskesmas tidak sama.<br />
Pendapatan (income) Puskesmas sering tidak memenuhi target yang ditetapkan Pemda. Pada<br />
tahun 2005, sampai November 2005, pencapaian target pendapatan Puskesmas se <strong>Kabupaten</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, hanya 59 %. <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> merasa bahwa<br />
keadaan ini perlu ditata dengan regulasi pembiayaan yang reformatif.<br />
Direncanakan regulasi ini akan dibuat melalui Perda <strong>Kabupaten</strong>, dan semua Puskesmas akan<br />
mematuhi regulasi ini. Dipandang dari level <strong>Kabupaten</strong>, maka Puskesmas akan merupakan<br />
obyek dimana regulasi diadakan. Tetapi Puskesmas sendiri akan menjadi subyek untuk mengimplementasikan<br />
Perda. Pemda sebagai “pemilik” Puskesmas akan mengelola regulasi ini.<br />
Sedangkan tentang area reform, kegiatan ini dapat dimasukkan dalam area “reformasi<br />
pembiayaan”. Namun tujuan kegiatan ini juga untuk membuat Puskesmas mampu mengelola<br />
sendiri dana yang diterima (self-managed), untuk kegiatan peningkatan mutu pelayanan, maka<br />
kegiatan ini dapat pula dimasukkan dalam area: Peningkatan Mutu Pelayanan.<br />
Agar reformasi pembiayaan Puskesmas bisa berkesinambungan meskipun DHS-I telah selesai,<br />
beberapa exit strategy dan sustainability plan perlu dipertimbangkan antara lain:<br />
1. Monitoring dan Evaluasi perencanaan Puskesmas dan pembiayaannya perlu dikerjakan<br />
secara teratur. Bila ditemukan penyimpangan, perlu segera dilakukan corrective actions.<br />
2. Verifikasi dan audit financial juga perlu dikerjakan secara rutin.<br />
3. Insentif pada petugas perlu dilanjutkan. Insentif tidak harus berupa uang, namun bisa<br />
dalam bentuk penghargan lain.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 18
14. <strong>Kesehatan</strong> Mental-Spiritual : Siraman Rohani<br />
bersama Ustad Jefri Al Buchori<br />
Dipublikasi pada Jumat, 9 Januari 2009 oleh tri ms<br />
Pikiran yang ngeres dan koruptif, harus dicegah, di samping<br />
melalui rajin menjalankan syariat ibadah, juga perlu dibina dan<br />
dimotivasi dengan mendengarkan ceramah keagamaan. Salah<br />
satu event yang telah menjadi kalender tetap program Bupati<br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> adalah tabliq akbar di setiap tahun baru Islam.<br />
Setelah sebelumnya Kiai sejuta umat, Zainudin MZ, Ustadzah<br />
Lutfiah Sungkar, Ust Arifin Ilham, maka pada tahun baru Islam<br />
1430 H kemarin dihadirkan Ustad yang kondang dengan<br />
model baju kokonya, yaitu Jefri Al Buchori.<br />
Kegiatan tabliq akbar ini dihadiri sekitar 10.000 warga<br />
masyarakat yang diselenggarakan di halaman rumah kediaman<br />
Bupati RL dalam rangka mengakhiri kegiatan keagamaan<br />
(MTQ, pawai taruf, pameran, lomba rebana, dll) sekaligus<br />
pembinaan mental masyarakat. Kegiatan ini diselenggarakan & januari 2009 yang lalu.<br />
Berikut ini foto kegiatannya :<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 19
15. Puskesmas Berpenampilan Baik dan Jelek<br />
Tahun 2008 (Penilaian 7 K)<br />
Dipublikasi pada Kamis, 8 Januari 2009 oleh tri ms<br />
Menindaklanjuti penilaian penampilan kantor/instansi pemerintah dengan aspek 7K (Kepegawaian,<br />
Kekeluargaan, Keamanan, Keindahan, <strong>Kesehatan</strong>, Kebersihan dan Ketertiban) maka telah<br />
dilakukan penilaian ke 19 puskesmas. Penilaian ini dilakukan pada bulan Desember dan awal Januari<br />
2009. Dari rekap hasil penilaian didapatkan 3 puskesmas dengan peringkat 1, 2 dan 3, yaitu<br />
puskesmas Curup, Perumnas dan Tunas Harapan. Masing –masing mendapatkan dana pembinaan 1<br />
juta, 750 ribu dan 500 ribu rupiah<br />
Kemudian 3 puskesmas peringkat bawah atau terjelek, yaitu puskesmas Sindang Dataran, Sindang<br />
Jati dan PUT. Masning – masning mendapatkan ember, keset, lap pel, tangkai pel, ember, sapu lidi<br />
dan sapu ijuk.<br />
Hasil peringkat rekapitulasi penilaian 7K adalah sebagai berikut :<br />
Puskesmas Nilai<br />
1 Curup 79,72<br />
2 Perumnas 75,39<br />
3 Tn.Harapan 73,48<br />
4 Sb.Rejo 68,83<br />
5 Kp Delima 68,63<br />
6 B. Jaya 67,13<br />
7 Beringin Tiga 66,59<br />
8 Watas Marga 66,13<br />
9 Tj.Agung 65,87<br />
10 SBI 62,97<br />
11 Kp.Melayu 61,34<br />
12 Sb.Urip 61,09<br />
13 Kt.Padang 60,98<br />
14 Ta.Rimbo Lama 60,49<br />
15 Ka.Curup 59,88<br />
16 Sp.Nangka 58,76<br />
17 PUT 58,33<br />
18 Sd.Jati 56,61<br />
19 Sd.Dataran 54,56<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 20
16. Best Practice DHS-1 <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>:<br />
Program Kemitraan Bidan dan Dukun<br />
Dipublikasi pada Rabu, 14 Januari 2009 oleh toni<br />
Sebagai kabupaten yang difasilitasi oleh <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> Propinsi Bengkulu untuk<br />
melaksanakan program kemitraan bidan-dukun, maka pada bulan Oktober 2008 telah diberikan<br />
pembekalan materi kemitraan bidan dan dukun yang menghadirkan nara sumber dari Direktorat<br />
Ibu Depkes RI. Pada pertemuan tersebut diundang 7 kecamatan terdiri dari; Camat, Pimpinan<br />
Puskesmas, Bidan Koordinator dan dukun bayi. Pemlihan kecamatan tersebut berdasarkan data<br />
persentase persalinan oleh dukun > 50%.<br />
Sebagai kesepakatan tindak lanjut dari pertemuan kemitraan bidan dan dukun tingkat kabupaten,<br />
masing-masing puskesmas melaksanakan pertemuan tingkat kecamatan dengan mengundang<br />
kepala desa, bidan desa dan dukun bayi untuk menghasilkan kesepakatan bersama kemitraan<br />
bidan dan dukun.<br />
LESSONT LEARNT: Kegiatan kemitraan ini berhasil karena adanya dukungan dari berbagai<br />
pihak yang dapat dilihat dari pertemuan awal kemitraan bidan dan dukun di tingkat Kecamatan<br />
yang dihadiri oleh Camat, Kades, TP PKK, Toma, bidan, dukun bayi dan difasilitasi oleh Subdin<br />
KIA <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, pada pertemuan tersebut bidan dan dukun bayi<br />
menandatangani MOU yang disepakati bersama dengan saksi para undangan pertemuan.<br />
Pada saat pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun ini masih mengalami kesulitan, karena belum<br />
semua desa memiliki bidan. Akhirnya pada saat persalinan terjadi dan dukun bayi akan<br />
memanggil bidan (mitranya) ternyata tidak ada. Masih kurangnya jumlah bidan di desa. Untuk<br />
mengatasi hambatan telah dilakukan : Sosialisasi dan advocacy dengan Pemda dilaksanakan<br />
pada Pertemuan Audit Maternal Perinatal tingkat <strong>Kabupaten</strong>. Kemudian untuk melakukan<br />
advocacy tidak ditetapkan waktu yang formal, justru waktu yang informal lebih efektif untuk<br />
melakukan advocacy. Untuk desa yang belum mempunyai bidan desa, diambil kebijakan untuk<br />
menugaskan bidan desa tetangga.<br />
Pertemuan kemitraan bidan dukun di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 21
17. Banner STBM untuk Kelurahan Kepala<br />
Siring dan Talang Benih<br />
Dipublikasi pada Kamis, 19 Februari 2009 oleh tri ms<br />
Menyikapi masih dilakukannya kebiasaan sebagian penduduk di Kelurahan Kepala Siring dan<br />
Talang Benih dalam BAB (Buang Air Besar) di siring atau mengalirkan pipa WCnya ke siring<br />
(siring dijadikan septic tank), maka dicoba melakukan pendekatan persuasi melalui banner atau<br />
poster besar yang dipasang di sekitar siring ke 2 kelurahan tersebut. Banner ini dibiayai oleh<br />
puskesmas Curup sebagai ajakan kepada masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat<br />
dengan tidak mencemari siring/sungai, yang masih digunakan sebagian penduduk untuk aktivitas<br />
mandi, gosok gigi, mencuci piring dan pakaian, dll.<br />
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan ketua RT di Talang Benih dan <strong>Dinas</strong><br />
<strong>Kesehatan</strong> dalam rangka pengenalan program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).<br />
Banner ini diserahkan kepada ke 2 lurah tersebut saat peresmian kantor Bapedalda dan<br />
Kebersihan di Terminal Simpang Nangka, tanggal 18 Februari 2009. Peresmian kantor tersebut<br />
juga diramaikan dengan aktivitas bakti sosial kerjasama PKK dan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> dengan<br />
pelayanan : sunat masal, pengobatan umum, pelayanan kesehatan gigi, cek golongan darah,<br />
donor darah serta yan KB.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 22
18. Baksos Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> di Kecamatan<br />
Curup Utara<br />
Dipublikasi pada Minggu, 15 Februari 2009 oleh tri ms<br />
Dalam rangka peresmian penggunaan Kantor Camat Curup Utara, pada hari Senin, 9 Februari<br />
2009, tim kesehatan puskesmas Tunas Harapan yang dikomandoi dr. Eva PS dan puskesmas<br />
Kampung Delima yang dikomandoi dr. Andriani mengadakan Baksos Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> bagi<br />
masyarakat setempat. Lokasi baksos di pinggir danau Talang Kering, yang merupakan obyek<br />
wisata baru. Pelayanan yang diberikan meliputi sunat masal, pengobatan umum, pelayanan KB,<br />
posyandu, pelayanan gigi dan penyuluhan kesehatan remaja, launching P4K, dll. Juga dilakukan<br />
pemberian bantuan poskesdes kit dan uks kit.<br />
Animo masyarakat dalam kegiatan ini lumayan banyak, sebagaimana dapat dilihat dalam fotofoto<br />
kegiatan ini.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 23
19. Kegiatan Operasi Timbang Badan di <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong><br />
Dipublikasi pada Selasa, 17 Maret 2009 oleh toni<br />
Berbagai upaya yang dilakukan oleh <strong>Dinas</strong><br />
<strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> untuk<br />
mengembaikan masa keemasan posyandu<br />
seperti era tahun 1980-an, diantaranya<br />
melakukan revitalisasi posyandu yang<br />
diprioritaskan pada penguatan kader dengan<br />
adanya peningkatan drop out kader, penyedian<br />
sarana posyandu, penyedian insentip kader, dan<br />
advokasi ke tokoh masyarakat. Kelihatannya<br />
kegiatan tersebut belum mampu<br />
mengembalikan masa kejayaan tersebut, tingkat<br />
partisifasi orang tua menimbang balita ke<br />
posyandu dari tahun ketahun masih dibawah<br />
60%, cakupan Vitamin A belum mencapai target SPM (.85%), data cakupan ASI eksklusif tidak<br />
diperoleh, prevalensi gizi kurang masih tinggi (>5%), kasus gizi buruk masih ditemukan<br />
terutama balita yang tidak aktip ke posyandu.<br />
Sebagai upaya untuk meningkatkan cakupan posyandu, maka melalui dana APBD tahun 2008<br />
dilaksanakan kegiatan operasi timbang di 196 posyandu (seluruh posyandu). Kegiatan ini<br />
menindaklanjuti hasil kesepakatan rapat koordinasi program gizi yang dilaksanakan setiap tahun<br />
ditingkat kecamatan dengan mengundang Camat, TP-PKK, pimpinan puskesmas, kepala<br />
desa/lurah dan kader posyandu yang menyepakati agar dilaksanakan kegiatan operasi timbang<br />
dalam rangka meningkatkan cakupan program gizi dan sekaligus menjaring balita gizi kurang<br />
dan gizi buruk.<br />
Kegiatan operasi timbang di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dilaksanakan pada Bulan Agustus-<br />
September 2008 secara terpadu dengan melibatkan lintas sektor (<strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong>, Pemda, dinas<br />
KB) secara berjenjang tingkat kabupaten, kecamatan dan desa. Agar kegiatan ini mendapat<br />
dukungan penuh dari pihak kecamatan dan desa terlebih dahulu dilakukan rapat koordinasi<br />
ditingkat kabupaten di Aula Sekretariat PKK kabupaten yang dipimpin langsung oleh Setdakab<br />
yang dihadiri oleh seluruh camat, pimpinan puskesmas dan ketua TP-PKK kecamatan. Pada<br />
rapat kabupaten disusun pedoman kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan tim supervisi yang<br />
ditindaklanjuti dengan rapat koordinasi tingkat kecamatan.<br />
Kegiatan operasi timbang dilakukan supervisi tim terpadu kabupaten (dinas kesehatan, TP-PKK,<br />
dinas KB, tim kecamatan) pada desa wilayah puskesmas. Pada setiap supervisi dilakukan<br />
penyuluhan manfaat posyandu, pengasuhan anak, KIA-KB, yang intinya memotivasi masyarakat<br />
agar rajin ke posyandu.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 24
20. Kasus Gizi Buruk di RL Menurun<br />
Dipublikasi pada Selasa, 17 Maret 2009 oleh toni<br />
Permasalahan gizi buruk menjadi isu sentral seiring meningkatnya kasus gizi buruk di <strong>Kabupaten</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dengan ditemukan 50 kasus gizi buruk tahun 2005. Mencuatnya kasus gizi<br />
buruk, mempengaruhi suhu politik di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> giatnya “Rakyat Bengkulu”<br />
sebagai media utama di Propinsi Bengkulu memberitakan ketidakpedulian pihak ekskutif dan<br />
legislatif terhadap bermunculnya kasus gizi buruk mengingat <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> adalah<br />
kabupaten yang subur. Pihak legislatif menuding pihak ekskutif tidak perhatian terhadap<br />
permasalahan gizi masyarakat. Sebaliknya pihak LSM menuding legislatif agar tidak<br />
menghamburkan dana untuk kegiatan studi banding, lebih baik diberikan kepada masyarakat<br />
penderita gizi buruk. Disisi lain <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> sebagai instansi teknis dituding gagal dalam<br />
memberikan pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat. (untuk membaca laporan lengkap tentang<br />
gizi buruk di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> klik disini<br />
Timbulnya permasalahahan gizi buruk ini bagi <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> disatu sisi menurunkan Citra<br />
kinerja dinas kesehatan dan jajarannya, disisi lain memberikan peluang dinas kesehatan untuk<br />
mendapatkan perhatian dari pihak legislatif dan ekskutif dalam alokasi dana program gizi.Hal ini<br />
benar terbukti program gizi mendapat prioritas anggaran dari APBD kabupaten, tahun 2006<br />
alokasi dana sebesar Rp. 180 juta, meningkat tahun 2007 sebasar 200 juta, dan tahun 2008<br />
sebesar Rp. 250 Juta dan tahun 2009 sebesar Rp. 225 juta.<br />
Sebagai instansi teknis <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> berupaya agar terjadi<br />
penurunan kasus gizi buruk dari tahun ke tahun, langkah awal yang dilakukan adalah koordinas<br />
internal dengan mengundang seluruh pimpinan puskesmas dan petugas gizi menyusun rencana<br />
kegiatan intervensi jangkah pendek (darurat), yaitu melakukan operasi timbang skrining seluruh<br />
balita di posyandu sehingga terdeteksi secara dini balita gizi kurang agar tidak jatuh menjadi gizi<br />
buruk dan balita yang teridentifikasi gizi buruk untuk mendapatkan pelayanan kesehatan segara<br />
dirujuk ke RSUD dan pemberian makanan tambahan selama 120 hari pasca perawatan di RSUD.<br />
Kegiatan ini dikoordinasikan dengan melibatkan TP-PKK kabupaten, pihak kecamatan dan<br />
Kepala Desa/Lurah yang sebelumnya telah diinformasikan melalui Surat Edaran Bupati <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong> agar dinas terkait, Camat dan Kepala Desa/Lurah mengaktipkan kembali posyandu,<br />
menjaring balita gizi kurang dan gizi buruk dan mengantarkan segera balita gizi buruk ke<br />
fasilitas pelayanan puskesmas dan RSUD.<br />
Pada tahun 2008 sebagai upaya preventif menurunkan kasus gizi buruk Pemerintah <strong>Kabupaten</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> yang diikoordinir oleh dinas kesehatan menggagas strategi baru meningkatkan<br />
akses dan cakupan pelayanan kesehatan di kecamatan dan desa yang memiliki permasalahan<br />
kesehatan ibu,anak dan gizi dengan pola reaktif jemput bola kesasaran secara bersama-sama<br />
menuntaskan masalah, melibatkan 19 puskesmas, TP-PKK, dinas KB dan kecamatan yang<br />
dikenal dengan “Roadshow <strong>Kesehatan</strong>”.<br />
Roadshow kesehatan dan gizi ini bertujuan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan dan<br />
gizi masyarakat, kegiatan utama adalah penimbangan balita di posyandu, penyuluhan kesehatan<br />
dan gizi, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi, sweeping balita yang tidak<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 25
erkunjung ke posyandu, Musyawarah Masyarakat Desa. Metode roadshow ini tim puskesmas<br />
terdiri dari 8 orang bertugas di suatu desa untuk membantu menyelesaikan permasalahan<br />
kesehatan dan gizi masyarakat desa yang dibantu oleh tim teknis dinas kesehatan kabupaten, TP-<br />
PKK dan pihak kecamatan selama satu hari memberikan pelayanan kesehatan dan gizi di setiap<br />
desa sasaran.<br />
Roadsow Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> dan Gizi selama tahun 2008 telah dilaksanakan empat kali yang<br />
diperioritaskan pada kecamatan yang memiliki permasalahan kesehatan dan gizi yaitu pada bulan<br />
Januari 2008 di 19 desa kecamatan Kotapadang dan Sindang Beliti Ilir, Bulan April di 19 desa<br />
Wilayah Kecamatan Sindang Beliti Ulu dan Kecamatan Padang Ulak Tanding, Bulan Juli 2008<br />
di 19 desa Kecamatan Bermani Ulu dan Kecamatan Bermani Ulu Raya, Bulan Nopember 2008<br />
di 19 desa Kecamatan Kotapadang dan Kecamatan Sindang Beliti Ulu.<br />
Menurut Kepala <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> (Sudirman Ansyar, SKM, M.Kes), <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
berhasil menurunkan kasus gizi buruk, awal saya menjadi kepala dinas tahun 2005 jumlah kasus<br />
gizi buruk sebanyak 45 orang dan tahun 2008 mengalami penurunanan menjadi 7 kasus<br />
berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang kesemuanya (100%) telah<br />
ditangani dan menjadi gizi baik. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran dari kita semua<br />
terutama TP-PKK dan jajarannya, puskesmas dan jajarannya, dan pihak kecamatan untuk<br />
menghimbau warganya agar orang tua memberikan perhatian pada anaknya dan segera melapor<br />
bila ditemukan anak yang kurang gizi.<br />
Kabid Binkesmas <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> (Herwan Antoni, SKM, M.Kes)<br />
permasalahan gizi buruk di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> umunya berasal dari keluar miskin<br />
dengan penyebab langsung karena asupan yang kurang yang disertai dengan penyakit penyerta<br />
(infeksi) TBC karena lingkungan rumah yang kurang baik. Dalam penanganan kasus ini<br />
penderita di Rujuk ke RSUD untuk mendapatkan perawatan, pemberian makanan tambahan<br />
pasca perawatan dan dilanjutkan dengan pemberian obat penyakit penyerta. Biaya untuk<br />
penderita gizi buruk ini di RSUD gratis di kelas 3 dan dinas kesehatan menyediakan transport<br />
rujukan dari desa ke RSUD, biaya konsultasi ke dokter spesialis, biaya pendamping (orang tua<br />
selama perawatan di RSUD) dan biaya pemberianan makanan tambahan 120 hari. Selama tiga<br />
tahun ini 60% kasus gizi buruk, status gizinya kembali menjadi gizi baik. Sisanya mengalami<br />
hambatan karena adanya penyekit penyerta.<br />
Sebagai upaya Pemda dalam menurunkan kasus gizi buruk ini, Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
(Suherman, SE, MM) dalam setiap pidatonya menghimbau agar orang tua balita agar rajin<br />
membawa balitanya ke posyandu, setiap balita yang terindikasi gizi buruk agar segera dirujuk ke<br />
RSUD mengenai biaya Bupati yang bertanggung jawab, dan setiap ada kasus agar dilaporkan<br />
untuk di jemput dan diantar ke RSUD bila tidak tersedia kendaraan, pakai kendaraan yang ada<br />
dirumah dinas Bupati. Rumah Sakit agar ada pasien gizi buruk gratis, kalau uang lapor saya<br />
ambil uang pos Bupati.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 26
21. Usir Nyamuk DBD Warga Dihimbau Tanam<br />
Tanaman yang Tidak Disukai Nyamuk<br />
Dipublikasi pada Selasa, 28 April 2009 oleh Rizal<br />
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong> selalu mengalami peningkatan penderita setiap<br />
tahunnya, Hal ini disebabkan oleh curah hujan dan hari hujan<br />
yang tinggi. hari hujan satu tahun di Kota Curup mencapai 223<br />
hari dengan rata-rata curah hujan 278 mm. Selain itu prilaku<br />
masyarakat yang belum melaksanakan Perilaku Hidup Bersih<br />
dan <strong>Sehat</strong> (PHBS), sehingga banyak ditemukan tempat<br />
perindukan jentik nyamuk seperti kaleng dan ban bekas bahkan<br />
pada beberapa kasus ditemukan jentik nyamuk pada tempat air<br />
minum masyarakat (dispenser), Vas bunga dan tempat<br />
penampungan air masyarakat yang berfungsi sebagai air untuk<br />
cuci kaki sebelum masuk rumah.<br />
Untuk mengantisipasi peningkatan kasus DBD pada tahun 2009<br />
Dinkes <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> selain meningkatkan<br />
Promosi Prilaku Hidup Bersih dan <strong>Sehat</strong> (PHBS), Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan<br />
metode 3 M plus. Dimana salah satu plusnya adalah dengan mengajak masyarakat untuk<br />
menanam tanaman yang tidak disukai nyamuk seperti serai bunga Lavender,jahe, laos, jeruk<br />
purut dan kemangi. Tanaman tersebut berdasarkan penelitian dari Universitas Indonesia bisa<br />
dijadikan sebagai alternatif pemberantasan nyamuk penyebar penyakit DBD. Aroma khas yang<br />
kuat dari tanaman tersebut dapat dapat mengusir nyamuk Aedes aegypti , selain itu air perasan<br />
jeruk purut apabila dimasukkan kedalam tempat penampungan air dapat membasmi telur<br />
nyamuk/ jentik serta memberikan aroma harum pada tempat penampungan air. Dengan adanya<br />
tanaman yang baunya tidak disukai nyamuk disekitar rumah maka akan terbentuk Barier<br />
(penghalang) yang akan mengusir nyamuk ada disekitar rumah.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 27
22. Sosialisasi Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Jiwa<br />
Dipublikasi pada Senin, 13 April 2009 oleh tri ms<br />
Bekerjasama dengan RS Jiwa<br />
“Soeprapto” Propinsi Bengkulu, akhir<br />
bulan Maret 2009 lalu telah dilakukan<br />
semacam “road show” atau sosialisasi<br />
tentang pentingnya pelayanan<br />
kesehatan jiwa di pelayanan kesehatan<br />
dasar, seperti puskesmas. Memang<br />
disadari selama ini kasus penderita<br />
penyakit jiwa tingkat ringan atau<br />
sedang tidak secara jelas terdiagnosis<br />
di puskesmas, mungkin secara klinis<br />
terindikasi ke penyakit “gastritis”,<br />
“hipertensi”, “gangguan tidur”, dll. Ini<br />
juga nampak dari laporan SP2TP dan jarangnya penggunaan obat-obat psikotropika puskesmas<br />
seperti “haldol”, trihexyl, CPZ, diazepam, dll<br />
Sosialisasi dilakukan kepada dokter dan petugas puskesmas, pustu, bidan desa, kader dan tokoh<br />
masyarakat di 6 puskesmas wilayah perkotaan, yaitu Curup, Perumnas, Tunas Harapan,<br />
Kampung Delima, Curup Timur dan Watas Marga.<br />
Tim dari RS Jiwa “Soeprapto” dipimpin langsung oleh direkturnya, dr. RA Muchtar, yang<br />
merupakan mantan Kadinkes <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> periode 1995-2005, dibantu psikolog dan beberapa<br />
stafnya. RSJ siap menerima rujukan penderita gangguan jiwa, terutama neurosa dan<br />
gelandangan psikotik, apalagi tunawisma. Hanya syarat administrasi, terutama bagi yang<br />
miskin, seperti kartu Jamkesmas, diperlukan saat berobat (menjadi masalah karena jarang<br />
“gelandangan pskotik” yang juga tunawisma yang punya kartu).<br />
Beberapa waktu dulu, puskesmas Curup saat dipimpin drg Asep bahkan pernah menjalin<br />
kerjasama dengan pskiater dr. Heru dan mengadakan pelayanan kesehatan jiwa sebulan sekali.<br />
Sangat baik kalau hal tersebut tahun ini diaktifkan kembali.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 28
23. Peringatan Hari Lansia di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Dipublikasi pada Selasa, 26 Mei 2009 oleh tri ms<br />
Dalam rangka memperingati Hari Lanjut Usia yang jatuh pada tanggal 24 Mei 2009 (hari<br />
Minggu), diselenggarakan senam lansia dan pengobatan gratis. Juga dibagikan doorprize<br />
melalui pencabutan nomor bagi yang ikut. Acara diselenggarakan di lapangan Setianegara<br />
dengan dihadiri Bapak Bupati dan Ibu serta Wabup dan Ibu dan juga unsure muspida dan Kepala<br />
<strong>Dinas</strong>.<br />
Kegiatan ini diikuti sekitar 250 lansia yang dikirim dari kelompok lansia puskesmas yang ada di<br />
kota Curup. Kepada seluruh peserta juga dibagikan kaos sumbangan dari PT Askes. Setelah<br />
mengikuti senam jantung sehat, dilanjutkan dengan pembagian doorprize dan pemeriksaan<br />
kesehatan. Cek tensi darah dikerjakan oleh tenaga perawat/bidan puskesmas Perumnas, Watas<br />
Marga, Kp Delima dan Curup. Pemeriksaan kesehatan dilayani oleh tim dokter yang terdiri dari<br />
dr. Eva PS, dr. Reyco, dr. Wuri, dr. Andriani dan dr. Neljun. Keluhan-keluhan yang dirasakan<br />
lansia umtumnya, darah tinggi, rematik/pegal-pegal dan ISPA.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 29
24. Lomba Balita <strong>Sehat</strong> se <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong><br />
Dipublikasi pada Selasa, 26 Mei 2009 oleh tri ms<br />
Hari Sabtu, tanggal 23 Mei 2009 kemarin, telah diselenggarakan Lomba Balita <strong>Sehat</strong> tingkat<br />
<strong>Kabupaten</strong>. Peserta berasal dari pemenang seleksi yang diselenggarakan di 15 kecamatan, yang<br />
terdiri dari kelompok 6 – 24 bulan dan 25 sampai 60 bulan dengan jumlah peserta 90<br />
balita. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Tim Penggerak PKK kerjasama dengan <strong>Dinas</strong><br />
<strong>Kesehatan</strong>.<br />
Tujuan lomba adalah untuk memotivasi masyarakat, khususnya ibu-ibu yang mempunyai balita<br />
agar lebih memperhatikan kesehatan balitanya. Acara ini digelar sekaligus dalam rangka<br />
memperingati HUT Kota Curup. Dalam acara tersebut, Bupati RL Suherman, MM dan beberapa<br />
kepala dinas/Instansi menyaksikan jalannya acara dan menyapa para peserta lomba. Menariknya<br />
lagi, ibu-ibu peserta lomba ini mengantre meminta agar Bupati Suherman memberikan ciuman<br />
kepada anak-anak mereka.<br />
Pemenang untuk kategori 25 sampai 60 bulan yaitu Gilang dari Kecamatan Curup Utara,<br />
sedangkan untuk kategori 6 – 24 bulan didapat oleh Maulana dari Kecamatan Sindang Dataran.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 30
25. Lomba Balita <strong>Sehat</strong> dan Suami Siaga<br />
Puskesmas Tunas Harapan<br />
Dipublikasi pada Sabtu, 9 Mei 2009 oleh agung fabian<br />
Pada tangal 28 dan 29 April 2009 lalu<br />
Puskesmas Tunas Harapan, Kelurahan<br />
Curup Utara mengadakan lomba Balita<br />
<strong>Sehat</strong> dan Lomba Ibu Hamil-Suami Siaga,<br />
dalam rangka memperingati Hari Ulang<br />
Tahun Puskesmas Tunas Harapan yang ke<br />
17. Lomba Balita <strong>Sehat</strong> ini telah dua kali<br />
diadakan sejak tahun 2008 yang ternyata<br />
mendapat banyak perhatian dari masyarakat.<br />
Pada tahun ini Puskesmas Tunas Harapan<br />
membuat gebrakan, yaitu lomba Ibu Hamil-<br />
Suami siaga yang baru pertama kalinya<br />
diselenggarakan di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong>.<br />
Bekerja sama dengan PT. Sari Husada, PKK <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, dan PKK Kecamatan<br />
Curup Utara, lomba ini diikuti oleh 128 Balita untuk lomba balita sehat dan 25 pasang suami<br />
istri untuk lomba Ibu Hamil-Suami siaga. Lomba ini diluar dugaan mendapat perhatian yang luar<br />
biasa dari masyarakat. Ketua PKK <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> lebong ibu Hj. Susilawati Suherman, SE,<br />
MM dalam sambutannya mengatakan hendaknya kegiatan ini dijadikan agenda tahunan program<br />
kesehatan karena melalui lomba-lomba seperti ini akan merangsang partisipasi masyarakat dan<br />
meningkatkan derajat kesehatan khususnya di kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />
dr. Eva Permata Sari,SH dalam pidatonya menyatakan tema dari HUT Puskesmas kali ini adalah<br />
menyelamatkan generasi yang hilang (The Lost Generation). Tanggung jawab dari orang tualah<br />
mulai dari masa kehamilan untukmenjaga buah hatinya agar dikemudian hari kelak di<br />
pundaknyalah beban bangsa ini ditaruh bukannya malah sebaliknya, menjadi beban dari<br />
masyarakat, pemerintah maupun bangsa Indonesia yang kita cintai.<br />
Pemenang I Lomba Balita sehat Kategori usia 2tahun : Rita Sakinah dari kelurahan Tunas<br />
Harapan<br />
Pemenang I Lomba Ibu Hamil- Suami Siaga: pasangan Erick dan Maria dari kelurahan Dusun<br />
Curup<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 31
26. <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Menerima Penghargaan<br />
Adipura yang Ke 4 Kalinya<br />
Dipublikasi pada Sabtu, 6 Juni 2009 oleh tri ms<br />
Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Provinsi Bengkulu, Suherman menerima dua penghargaan nasional dari<br />
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Hari ini, Jumat (5/6) Bupati menerima penghargaan dari<br />
presiden SBY berupa piala Adipura,” kata Asisten I Pemkab <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Kadirman, SH di<br />
Curup, <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Jumat (5/6), sebagaimana dikutip dari koran Media<br />
Indonesia. Bersamaan dengan itu juga diterima penghargaan dari presiden berupa penghargaan<br />
“Peningkatan Produksi Beras“.<br />
Piala Adipura yang diterima Bupati ini, merupakan ke empat kalinya. Pada tanggal 8 Juni 2009<br />
lanjut Kadirman, bupati kembali menerima penghargaan dari presiden atas prestasi peningkatan<br />
produksi beras nasional (PPBN) di Boyolali. Rencananya dua penghargaan ini, akan disambut<br />
oleh DPRD bersama masyarakat pada tanggal 10 Juni di Kelurahan Tempel Rejo Kecamatan<br />
Curup Selatan, <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. “Panitia sudah menyebarkan 5.000 undangan yang di<br />
koordinir oleh lima Camat di Kota Curup,” ujarnya.<br />
Ia mengimbau kepada seluruh komponen masyarakat kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> untuk dapat<br />
menghadiri acara penyambutan dua penghargaan tersebut. Dua penghargaan itu akan diarak<br />
keliling Kota Curup. Bagi aparat pemerintah mulai dari yang paling bawah, dan unsur muspida<br />
serta para tokoh masyarakat yang hadir akan menggunakan pakaian adat <strong>Rejang</strong>. “Piala Adipura<br />
yang ke empat ini, merupakan tolak ukur keberhasilan pemerintah daerah,” kata Hermansyah,<br />
warga Kelurahan Talang Rimbo Baru Kecamatan Curup Tengah. Namun katanya, pranserta dan<br />
dukungan masyarakat tetap diutamakan. Tanpa didukungan masyarakat apapun bentuk<br />
programnya tidak akan bisa terlaksana dengan baik.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 32
27. Kampanye Ayo Berhenti Merokok<br />
Dipublikasi pada Senin, 1 Juni 2009 oleh tri ms<br />
Dalam rangka memperingati Hari<br />
Anti Tembakau Sedunia (HTTS)<br />
yang jatuh pada tanggal 31 Mei<br />
2009, Dinkes melakukan<br />
kampanye Ayo berhenti merokok<br />
dengan berkeliling kota menggunakan mobil penyuluhan dengan mengajak masyarakat agar<br />
mengurangi konsumsi merokok.Ajakan dibacakan oleh Sri Diani, yang naik mobil bankes<br />
dengan spanduk “Ayo Berhenti Merokok“, diikuti oleh mobil pusling puskesmas.Pada<br />
peringatan HANI tersebut, masyarakat diingatkan bahwa kabupaten REjang <strong>Lebong</strong> telah<br />
mempunyai peraturan Bupati No 20/2007 tentang Kawasan Dilarang Merokok di 7 Kawasan,<br />
yaitu :<br />
1. Di seluruh tempat pelayanan kesehatan<br />
2. Di dalam kelas tempat proses belajar mengajar<br />
3. Di dalam ruangan tempat/arena bermain anak-anak<br />
4. Di dalam ruangan kerja/kantor pemerintah/swasta<br />
5. Di dalam ruangan tempat ibadah<br />
6. Di dalam angkutan umum<br />
7. Di ruangan tempat-tempat umum yang tertutup<br />
Untuk lebih mensosialisasikan Kawasan Dilarang Merokok di 7 kawasan tersebut, maka pada<br />
moment Hari Tanpa Rokok Sedunia, Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> membuat surat edaran yang isinya<br />
diharapkan kepada pimpinan <strong>Dinas</strong>/Instansi agar membuat aksi sbb :<br />
1. Melarang setiap orang merokok pada hari Sabtu, tanggal 30 Mei 2009 di kantor dan di rumah<br />
dan tempat-tempat umum lainnya<br />
2. Membuat penandaan atau petunjuk yang jelas larangan merokok di tempat kerja dengan<br />
tulisan : “KAWASAN DILARANG MEROKOK”, dengan ukuran tulisan yang jelas dan<br />
mudah terlihat<br />
3. Mengambil tindakan/sangsi/teguran lisan terhadap pelanggaran ketentuan tersebut<br />
.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 33
28. Program Puskesmas Berseri <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Dipublikasi pada Kamis, 29 Oktober 2009 oleh tri ms<br />
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan di Puskesmas<br />
yang baik dan bermutu, perlu segera direalisasikan.<br />
Berdasarkan survei 7 K (Kebersihan, Kekeluargaan,<br />
Keamanan, Kepegawaian, <strong>Kesehatan</strong>, Keindahan dan<br />
Ketertiban) pada tahun 2008, masih banyak dijumpai<br />
penampilan Puskesmas yang belum memuaskan. Sementara<br />
berdasarkan survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di 4<br />
puskesmas (Curup, Tunas Harapan, Perumnas dan Kampung<br />
Delima) pada tahun 2007, dari 14 unsur yang dinilai,<br />
Kesopanan dan Keramahan petugas belum menonjol atau<br />
belum memenuhi harapan.<br />
Guna mewujudkan harapan masyarakat tersebut, maka <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
berupaya meningkatkan pelayanan puskesmas melalui strategi Puskesmas Berseri, menuju<br />
puskesmas yang memenuhi harapan masyarakat, serta mempersiapkan sebagai rintisan<br />
puskesmas standar nasional (diakreditasi oleh KAN/KARS) atau sebagai rintisan menuju<br />
puskesmas standar internasional (ISO).<br />
1. TUJUAN<br />
Tujuan Umum :<br />
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu di Puskesmas, yang sesuai atau melebihi<br />
harapan pelanggan baik pelanggan eksternal maupun internal.<br />
Tujuan Khusus<br />
1. Meningkatkan mutu tenaga kesehatan yang profesional di bidangnya melalui peningkatan<br />
pengetahuan dan ketrampilan.<br />
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu di Puskesmas yang sesuai<br />
denganprosedur tetap (PROTAP) untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.<br />
3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas secara terus menerus<br />
denganManajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management).<br />
2. KONSEP DASAR PUSKESMAS BERSERI<br />
A. Pengertian :<br />
Puskesmas Berseri adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan yang bermutu yang sesuai<br />
dengan standart operating procedure (SOP) untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan<br />
, dengan upaya berseri (bersih, ramah, responsif dan informatif)<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 34
B. Kebijakan :<br />
1. Tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan: profesioanal sesuaidengan<br />
pendidikannya/kompetensinya, unggul dalam prestasi serta sopan dan santun dalam<br />
memberikan pelayanan.<br />
1. Tenaga kesehatan berpenampilan rapi dan bersih, khusus untuk dokter dan dokter gigi<br />
memakai jas dokter pada saat melayani pasien.<br />
2. Obat yang diberikan kepada pasien adalah obat generik berblister.<br />
3. Pelanggan diperlakukan secara ramah dan sopan serta dengan penuh simpati dibantu<br />
sepenuhnya keperluaanya datang ke Puskesmas.<br />
4. Tenaga kesehatan cepat dan tanggap dalam merespon keluhan dan keinginan pelanggan.<br />
5. Semua pegawai Puskesmas mempunyai komitmen, etika dan semangat/motivasi yang<br />
tinggi untuk melaksanakan pelayanan prima di Puskesmas.<br />
6. Tempat pelayanan kesehatan ditata rapi dan bersih, sehingga memberi kenyamanan<br />
pada pasien dan tenaga kesehatan yang melayaninya.<br />
7. Ruang tunggu pasien ditata rapi dan bersih serta dilengkapai sarana hiburan yang<br />
sesuai dengan harapan pasien.<br />
8. Kamar mandi dan WC bersih, tidak bau dan cukup air, serta dibersihkan setiap hari<br />
9. Lingkungan Puskesmas dibuat taman yang membuat suasana asri dan segar<br />
10. Supervisi dilaksanakan setiap enam bulan sekali dan ditindaklanjuti dengan<br />
pertemuan pemecahan masalah di <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />
11. Survey kepuasan pelanggan dilaksanakan setiap enam bulan sekali serta<br />
ditindaklanjuti dengan perbaikan pelayanan kesehatan<br />
3. Strategi Peningkatan Mutu Pelayanan :<br />
Puskesmas Berseri dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatannya menggunakan strategi :<br />
Berseri<br />
1. Bersih : Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Puskesmas dalam suasana yang bersih<br />
dan rapi, baik petugasnya, pakaiannya dan peralatannya, juga tempat pelayanan :<br />
ruang tunggu, kamar mandi/WC dan lingkungan keseluruhan puskesmas<br />
2. Ramah : Petugas yang memberikan pelayanan mempunyai sikap yang ramah, siap<br />
membantu dan mengobati dan mudah menegur dan menyapa pasien.<br />
3. Responsif (tanggap) : Petugas yang memberikan pelayanan mempunyai sikap responsif<br />
(tanggap), dapat memenuhi hasrat pasien dan mengerjakan yang dibutuhkan pasien<br />
4. Informatif : Petugas yang memberikan pelayanan mempunyai informasi yang memadai<br />
tentang jenis pelayanan yang diberikan, semua pegawai menggunakan tanda pengenal,<br />
ada papan informasi biaya dan program kesehatan<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 35
29. Dinkes <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Kirim Tim Baksos<br />
<strong>Kesehatan</strong> ke Sumbar<br />
Dipublikasi pada Minggu, 4 Oktober 2009 oleh tri ms<br />
Hari Jumat, tanggal 2 Oktober 2009, sekitar pukul<br />
16.00sore, tim Baksos <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> yang<br />
berjumlah 14 orang diberangkatkan dan dilepas<br />
oleh Ketua Satlak <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Bapak Iqbal<br />
Bastari, SPd, MM, yang juga Wakil Bupati <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong>. Pelepasan keberangkatan tim<br />
dilaksanakan di halaman Dinkes RL dengan<br />
dihadiri Kabid dan Kasi Dinkes. Tim Baksos ini<br />
terdiri dari 2 dokter, 10 perawat, 1 kesmas, 1<br />
farmasi dan 1 dokumentator dengan tujuan untuk<br />
memberikan bantuan emergensi masyarakat Sumbar yang terkena bencana.<br />
Tim ini juga dilengkapi dengan obat-obatan sebanyak 58 koli, kantong mayat, tenda peleton, alat<br />
untuk penjernihan air dan bahan desinfeksi. Dengan menggunakan 4 mobil puskesling, tim ini<br />
menuju Padang melalui jalur Lubuk Linggau terus ke Solok dan akan mencapai kota Padang<br />
untuk melapor ke Satlak setempat. Tim dipimpin Kabib P2PL, Amran BSc.<br />
Menurut informasi, setelah melapor ke Satlak setempat, tim ini ditempatkan di kabupaten<br />
Pariaman, desa Pautan Kabau, kecamatan Nan Sabaris. Setelah mendirikan tenda peleton, tim<br />
melakukan baksos pelayanan kesehatan dan konon melayani masyarakat hingga seratusan<br />
pasien. Komunikasi tim keluar lebih banyak mengandalkan facebook dan SMS.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 36
30. Baksos Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Desa Terpencil di<br />
Air Nau<br />
Dipublikasi pada Rabu, 25 November 2009 oleh tri ms<br />
Desa Air Nau termasuk desa di wilayah<br />
kecamatan Sindang Beliti Ulu yang masih<br />
terisolasi, karena akses jalan menuju ke desa<br />
tersebut masih jalan tanah, licin dan terjal.<br />
Perjalanan ke desa tersebut dapat dicapai<br />
dengan motor atau menggunakan mobil<br />
dobel gardan. Lokasinya bisa dicapai melalui<br />
Kepala Curup kemudian menuju desa Apur,<br />
desa Sinar Gunung dan selanjutnya menuju<br />
desa Air Nau di mana biasanya dilanjutkan<br />
dengan jalan kaki, pakai motor dengan ban<br />
dirantai atau mobil dobel gardan. Sekitar 200<br />
KK yang seluruhnya berprofesi sebagai<br />
petani kopi atau karet yang telah menjadi<br />
penduduk permanen di desa terpencil<br />
tersebut. Bapak Marwi adalah sesepuh warga<br />
yang pertama kali membuka talang di<br />
kawasan lereng pegunungan Bukit Barisan<br />
ini yang rumahnya menjadi posko tim kesehatan beristirahat dan makan siang.<br />
Tim Baksos yang beranggotakan karyawan Dinkes dan puskesmas Kepala Curup serta dibantu<br />
dokter Asma Mardhiah dari Sumber Urip, hari Senin, 24 November meluncur menuju ke lokasi<br />
dengan menggunakan 2 kendaraan serta dipandu bidan Halimah (bidan Apur) yang<br />
menggunakan motor. Siang itu cuaca sangat baik dan cerah, sehingga perjalanan ke lokasi desa<br />
Air Nau bisa dicapai dengan mudah, walau melewati jembatan yang pinggirnya sudah longsor.<br />
Setelah ramah tamah dengan pak Marwi (orang tua angkat bidan Halimah) yang asal kota<br />
Malang, tim kemudian melakukan baksos pelayanan kesehatan di Poskesdes yang gedungnya<br />
dibangun atas inisiatif masyarakat dari dana ADD. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi<br />
pengobatan umum, posyandu, sunat masal dan pemeriksaan ibu hamil. Antusias masyarakat<br />
lumayan tinggi, terbukti dari banyaknya warga yang hendak berobat .<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 37
31. Swasti Saba Wiwerda : Penghargaan Menkes<br />
untuk <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> pada Hari <strong>Kesehatan</strong><br />
Nasional ke 45<br />
Dipublikasi pada Jumat, 13 November 2009 oleh tri ms<br />
Tadi malam, tanggal 12 November<br />
2009 bertepatan dengan acara<br />
resepsi Hari <strong>Kesehatan</strong> Nasional<br />
ke 45 bertempat di gedung baru<br />
Depkes, Jl Rasuna Said, Jakarta,<br />
Menteri <strong>Kesehatan</strong> Dr. dr. Endang<br />
Rahayu Sedyaningsih,<br />
memberikan penganugerahan<br />
kabupaten sehat berupa piala<br />
swasti saba tingkat wiwerda untuk<br />
Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Suherman,<br />
SE, MM. Sebuah penghargaan di<br />
bidang kesehatan yang lumayan<br />
prestisius dan merupakan apresiasi<br />
pemerintah pusat terhadap<br />
keberhasilan pembangunan di RL yang mendukung tercapainya kesejahteraan rakyat. Tim<br />
Depkes memverikasi kelayakan <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> mendapatkan penghargaan melalui serangkaian<br />
kunjungan lapangan, tanya jawab ke masyarakat dan mendengarkan presentasi Forum <strong>Kabupaten</strong><br />
sehat serta penelitian dokumen yang berkaitan dengan kebijakan kesehatan pada bulan Mei 2009.<br />
Menurut Depkes RI dikenal 3 kategori penghargaan kabupaten sehat. Yang pertama kabupaten<br />
sehat tingkat padapa atau tingkat pemantapan yang dinilai pada 2 kawasan/tatanan unggulan di<br />
mana <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> pernah mendapatkannya pada tahun 2007. Ke dua kabupaten sehat tingkat<br />
wiwerda atau pembina yang dilakukan penilaian pada 5 kawasan/tatanan unggulan di mana pada<br />
tahun 2009 ini kabupaten RL mendapatkanya ke tiga kabupaten sehat tingkat wistara atau<br />
pengembangan yang dilakukan penilaian di 9 kawasan atau tatanan unggulan.<br />
Bagi kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, penghargaan kabupaten sehat yang kedua kali dengan kelas<br />
penghargaan yang meningkat menjadi tingkat wiwerda ini merupakan penghargaan satu-satunya<br />
bagi kabupaten di Propinsi Bengkulu . Menurut tim Depkes, tahun 2009 ini ada sekitar 58<br />
kabupaten/kota yang mengajukan untuk dinilai, tapi dari sekian banyak kabupaten kota di<br />
Indonesia yang mengusulkan untuk dinilai hanya 38 kabupaten/kota saja yang dianggap layak<br />
mendapatkan penghargaan tersebut termasuk kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 38
32. Jalan Santai dan Lomba Senam Jantung <strong>Sehat</strong><br />
Massal<br />
Dipublikasi pada Rabu, 2 Desember 2009 oleh tri ms<br />
Barangkali ini kegiatan yang cukup luar biasa dalam rangka peringatan Hari <strong>Kesehatan</strong> Nasional<br />
(HKN) ke 45 dan Kesatuan Gerak PKK ke 37, yaitu jalan santai dan lomba senam jantung<br />
sehat. Ini kegiatan massal yang melibatkan ribuan orang. Pesertanya dari berbagi kalangan,<br />
bahkan dari desa-desa di pelosok kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Gerak jalan dimulai dari start di<br />
tempat kediaman Bupati RL dan berakhir di lapangan Setia Negara. Sebelumnya dilakukan<br />
kegiatan pemeriksaan tekanan darah bagi siapa saja yang berminat. Peserta yang beruntung<br />
mendapatkan doorprize berupa sepeda, kompor gas, magic com, dispenser, kipas angin dll.<br />
Sementara kegiatan lomba senam jantung sehat di lapangan setianegara diikuti hampir 700<br />
kelompok yang berasal dari 15 kecamatan. Lomba ini berlangsung selama 3 hari dan<br />
memperebutkan hadiah uang pembinaan dan piala dari Ketua Tim Pengggerak PKK.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 39
33. <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Progresif<br />
Mewujudkan Desa Siaga Aktif<br />
Dipublikasi pada Selasa, 1 Desember 2009 oleh DEVTIAN LUPTI<br />
Desa siaga merupakan program prioritas dan mendapat perhatian khusus dari Pemerintah<br />
<strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Sebagai wujud kepedulaian tersebut telah berikan dalam bentuk<br />
dukungan kebijakan dan pendanaan. Konsep desa siaga di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> lebih<br />
difokuskan pada pemberdayaan ditingkat keluarga agar setiap individu mau, tahu dan mampu<br />
mengatasi setiap permasalahan kesehatan di tingkat keluarga. Hanya dengan keluarga siaga akan<br />
terwujud Masyarakat Siaga dan akhirnya Desa Siaga. Fokus permasalahan siaga di <strong>Kabupaten</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> di prioritaskan pada lima siaga: 1) Siaga <strong>Kesehatan</strong> Ibu dan Anak, 2) Siaga<br />
Gizi, 3) Siaga Penyakit Menular, 4) Siaga Bencana dan 5) Siaga Nafza yang merupakan<br />
permasalahan lokal spesifik yang dihadapi oleh masyarakat <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />
Berbagai upaya yang dilakukan untuk mempercepat terwujudnya desa siaga di <strong>Kabupaten</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> diantaranya pencanangan dimulainya 40 desa siaga oleh Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
pada HKN ke-42, penyediaan 20 unit kendaraan roda 2 bagi bidan poskesdes, pembangunan<br />
Poskesdes baru 29 unit. Juga dilakukan kegiatan Roadhsow kesehatan dengan fokus kegiatan<br />
pengembangan dan pembinaan desa siaga oleh tim <strong>Kabupaten</strong> dan Puskesmas di seluruh<br />
kecamatan yang menghasilkan 100% Desa Siaga telah terbentuk pada tahun 2009.<br />
Sebagai bentuk motivasi terhadap pengembangan desa siaga pada bulan Otober-November 2009<br />
telah dilakukan penilaian desa siaga terbaik tingkat kabupaten terhadap 21 Desa Siaga terbaik<br />
perwakilan Puskesmas dan Kecamatan. Penilaian berfokus pada kebijakan, administrasi,<br />
pelaksanaan kegiatan lima siaga, output kegiatan desa siaga dan kegiatan inovasi desa.<br />
Setelah melalui penilaian oleh tim penilai kabupaten diperoleh desa terbaik satu Desa Kesambe<br />
Lama dengan jumlah nilai 4380 poin dan mendapatkan dana pembinaan sebesar Rp.750.000,-<br />
serta piagam dan piala, juara dua dengan jumlah nilai 4290 poin mendapat dana pembinaan Rp.<br />
600.000,- serta piagam dan piala dan juara tiga dengan jumlah nilai 4200 poin mendapat dana<br />
pembinaan Rp. 500.000,- serta piagam dan piala.<br />
Menurut ketua tim penilai Herwan Antoni, SKM,M.Kes,M.Si selaku Kabid Binkesmas<br />
penialaian Desa Siaga ini dmaksudkan sebagai salah satu upaya kita untuk mendorong atau<br />
memotivasi desa-desa yang telah terbentuk menjadi Desa Siaga agar berperan aktip, baik<br />
pengurus, keluarga dan masyarakat bersama-sama mengisi kegiatan terutama lima siaga<br />
sehingga setiap individu, keluarga dan masyarakat benar-benar siaga jika terdapat permasalahan<br />
kesehatan di tingkat rumah tangga dan masyarakat. Rencana kedepan (tahun 2010) penilaian<br />
desa siaga akan lebih difokuskan pada bukti nyata kegiatan di masyarakat misalnya kemampuan<br />
simulasi setiap siaga termasuk Mars keluarga siaga.<br />
Pada saat ini <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> telah menegembangkan modul<br />
Keluarga Siaga dan buku saku Desa Siaga yang diharapkan dapat menjadi pedoman bagi kader<br />
dalam memfasilitasi pengembangan desa siaga (Promosi <strong>Kesehatan</strong> dan Pemberdayaan<br />
Masyarakat <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>)<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 40
34. Gedung Posyandu Melalui Dana PNPM<br />
Dipublikasi pada Sabtu, 16 Januari 2010 oleh DEVTIAN LUPTI<br />
Desa Air Kati merupakan desa terpencil berada di<br />
Wilayah Puskesmas Padang Ulak Tanding Kecamatan<br />
Padang Ulak Tanding. Jarak tempuh desa dengan<br />
puskesmas dan pusat kecamatan 10 Km dan 75 Km<br />
dari pusat kota <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Desa Air<br />
Kati merupakan desa eks transmigrasi dengan jumlah<br />
penduduk 1012 jiwa, sebagian besar penduduk suku<br />
jawa dan penduduk asli suku lembak. Secara geografis<br />
Desa Air Kati sulit dijangkau karena kondisi jalan yang<br />
belum mendukung terutama pada musim penghujan.<br />
Saat ini Desa Air Kati dipimpin oleh kepala desa muda<br />
dan energik, Budi Hartono berpendidikan STM<br />
berumur 30 tahun telah memimpin selama 3 tahun dan<br />
putra asli desa setempat.<br />
Sebagai putra asli Desa Air Kati menyadari kesehatan merupakan program prioritas dalam<br />
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga perlu diupayakan dan<br />
diberdayakan melalui kegiatan posyandu melibatkan peran kader, PKK desa dan tokoh<br />
masyarakat dengan kegiatan rutin penimbangan, penyuluhan, pelayanan kesehatan, imunisasi<br />
pemberian makanan dan berbagai kegiatan tambahan. Kendala belum tersedianya gedung<br />
posyandu yang mandiri yang masih memanfaatkan rumah kader, sedangkan peran kader dan<br />
antusias masyarakat ke posyandu cukup tinggi. Selain itu apa yang menjadi harapan TP-PKK<br />
kabupaten pengembangan anak melalui posyandu terpadu dengan PAUD terkendala karena<br />
tidak tersedia tempat yang layak. Pemikiran tersebut menjadi harapan yang ingin diwujudkan<br />
secara bersama untuk disampaikan pada musyawarah masyarakat desa yang dihadiri oleh<br />
perangkat desa, pengurus desa siaga dan tokoh masyarakat yang diterima menjadi keputusan<br />
desa.<br />
Melalui dana PNPM tahun 2008 di bangun gedung posyandu dengan luas 8 X 6 M terdiri dari 3<br />
ruang, 2 kamar mandi dan Aula dengan total dana RP. 141.000.000,- yang pengerjaannya secara<br />
gotong royong selesai akhir tahun 2008. Pada tanggal 20 Januari 2009 gedung tersebut di<br />
resmikan oleh Bapak Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Suherman, SE, MM melalui kegiatan Bakti Sosial<br />
Pelayanan <strong>Kesehatan</strong>-KB kerjasama dengan TP-PKK, <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> dan <strong>Dinas</strong> KB. Dalam<br />
sambutannya Bupati memberikan penghargaan dan terima kasih kepada masyarakat Air Kati atas<br />
pembangunan gedung posyandu yang megah melalui dana PNPM dan diharapkan gedung ini<br />
dirawat dan dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 41
35. Roadshow <strong>Kesehatan</strong> Ke-VI Tahun 2009<br />
Dipublikasi pada Kamis, 14 Januari 2010 oleh santoso<br />
Roadshow kesehatan merupakan kegiatan inovatip <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
dalam upaya meningkatkan intensifikasi pelayanan kesehatan dan peningkatan cakupan standar<br />
pelayanan minimal kesehatan dengan pola jemput bola langsung ke sasaran. Latar belakang<br />
kegiatan roadshow kesehatan belum tercapainya target standar pelayanan minimal terutama<br />
program kesehatan ibu dan anak (K1, K4, Linakes, Kunjungan Neonatal) berdasarkan evaluasi<br />
program akhir tahun 2007, terdapat 50% puskesmas berdasarkan pemetaan dengan katagori<br />
merah (cakupan < 50%) walaupun berbagai upaya program yang didukung oleh DHS-ADB<br />
melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan. Sehingga timbul pemikiran perlu upaya khusus<br />
untuk membantu puskesmas yang mengalami hambatan mencapai target SPM dengan cara<br />
bekerja secara bersama (sistim gotong royong) dengan melibatkan seluruh tim puskesmas ke<br />
desa-desa wilayah puskesmas dengan katagori merah.<br />
Roadsow kesehatan telah dilaksanakan sebanyak enam kali, roadsow pertama di laksanakan<br />
diwilayah Puskesmas Kotapadang pada 21 desa yang melibatkan 300 orang tim kerja, puskesmas<br />
masing-masing 10 orang, pengelolah program dinas kesehatan, TP-PKK dan tim kecamatan.<br />
Kegiatan yang dilakukan di desa sasaran ; 1). Pelayanan pengobatan umum, 2). Pelayanan<br />
posyandu (KIA, Gizi, Imunisasi Ibu hamil dan Bayi), 3). Pelayanan ibu hamil (ANC, penyuluhan<br />
dan FGD), 4). Penyuluhan (Kesling, Chikungunya, PHBS, Gizi ), 5). Penjaringan kasus gizi<br />
kurang dan buruk, 6). Pembinaan terhadap kader posyandu, 7). Pengorganisasian dan<br />
pemantapan desa siaga dan 8). Pendataan ibu hamil, bayi dan balita. Sedangkan roadshow<br />
terakhir dilaksanakan pada tanggal 30 Desember 2009 di 21 Desa Wilayah Puskesmas Sindang<br />
Kelingi, Binduriang dan Padang Ulak Tanding. Hasil kegiatan roadshow telah memberikan<br />
manfaat dalam upaya meingkatkan keterpaduan dan semangat kebersamaan membantu<br />
puskesmas yang memiliki keterbatasan sehingga berhasil meningkatkan akses pelayanan<br />
kesehatan keluarga miskin terutama daerah terpencil, meningkatkan cakupan pelayanan<br />
kesehatan ibu dan anak, dan gizi. Kegiatan roadhosw ini telah menjadi agenda tetap pemerintah<br />
daerah yang telah mendapat dukungan pendanaan dari APBD, Bupati dan Ibu ketua TP-PKK<br />
ikut serta dalam setiap kegiatan<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 42
36. Penanggulangan AIDS di Kab. <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Dipublikasi pada Rabu, 24 Februari 2010 oleh mardian<br />
<strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> melalui surat keputusan bupati nomor 173 tahun 2006 telah<br />
membentuk Komisi Penanggulangan AIDS <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dengan tugas dan<br />
tanggung jawab :<br />
1. Melaksanakan dan meningkatkan koordinasi dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan,<br />
pencegahan, pemantauan, pengendalian dan penanggulangan AIDS.<br />
2. Mengkoordinasikan pengelolaan data dan informasi yang terkait dengan masalah AIDS.<br />
3. Melaksanakan peraturan Presiden nomor 75 tahun 2006.<br />
Program Penanggulangan HIV dan AIDS di kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> telah berjalan efektif<br />
sejak tahun 2008 melalui dukungan Komisi Penanggulangan Aids Nasional hingga sekarang.<br />
Pada tahun 2010 Komisi Penanggulangan AIDS <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> (baca : KPAK RL)<br />
melaksanakan program sosialisasi dan Outlet bagi populasi kunci karena :<br />
1. HIV dan IMS semakin berkembang di masyarakat , data Terakhir KPAK RL di bulan Juli<br />
tahun 2010 telah tercover sebanyak 19 orang dengan positif AIDS melalui klinik VCT<br />
RSUD M.Yunus Prov. Bengkulu 90% di antaranya telah meninggal dan masih banyak<br />
lagi yang belum terdata, yang dapat di ibaratkan seperti gunung es yang harus di gali/di<br />
cairkan. Mudahnya penyebaran dan penularan serta penyebab nya adalah seks yang<br />
barganti pasangan dan tidak menggunakan pelindung yang aman, ada nya sex bebas.<br />
2. Penanggulangan HIV dan IMS melalui outlet Kondom khusus bagi populasi kunci yang<br />
beresiko tinggi untuk tertular. Outlet kondom tersebut di berikan dengan maksud dan<br />
tujuan yang positif sekaligus untuk menekan jumlah orang yang tertular Virus HIV dan<br />
IMS. Untuk tercapainya hasil yang maksimal KPAK RL mengharapkan peran serta<br />
masyarakat untuk ikut menekan jumlah pertumbuhan orang yang hidup dengan AIDS<br />
(ODHA) serta untuk tidak mengucilkan ODHA tersebut dengan cara memberikan<br />
dukungan moral.<br />
3. Semakin berkembang nya virus HIV akan membawa dampak buruk dalam masyarakat<br />
baik itu dari segi sosial dan ekonomi. Maka hindari lah prilaku yang beresiko tinggi,<br />
selalu meningkat kan keimanan kepada tuhan yang maha esa<br />
4. KPAK RL juga mengharapkan kepada DPRD <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dan Bupati selaku Kepala<br />
Daerah mendukung penuh seluruh program KPAK RL dengan dasar hukum peraturan<br />
presiden nomor 75 tahun 2006 dan peraturan menteri dalam negeri nomor 20 tahun 2007.<br />
Dan juga dukungan moril dari pemuka agama di kabupaten rejang lebong karena misi<br />
dan visi KPAK RL bukan melegalkan tetapi untuk menekan laju penyebaran virus HIV<br />
dan AIDS<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 43
37. Bekerjasama Dengan PT Askes, 15.000 Orang<br />
Miskin <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Dijamin Jamkesda<br />
Dipublikasi pada Minggu, 21 Maret 2010 oleh tri ms<br />
Setelah mendiskusikan dengan DPRD tentang<br />
pelayanan kesehatan gratis bagi warga RL yang<br />
belum bisa diterima oleh anggota dewan yang<br />
terhormat (karena kesehatan gratis dianggap<br />
sebagai program yang menguntungkan calon<br />
incumbent), akhirnya disepakati untuk<br />
mendukung pembiayaan bagi warga yang belum<br />
mendapatkan Jamkesmas dengan jumlah sekitar<br />
15.000 orang. Program yang dinamakan<br />
Jamkesda (Jaminan <strong>Kesehatan</strong> Daerah)<br />
kabupaten <strong>Rejang</strong> lebong ini akan dikelola<br />
melalui kerjasamadengan PT Askes sebagai<br />
Bapel (Badan Pelaksana). Dengan hitungan<br />
premi Rp7500 per peserta perbulan, maka dari<br />
kocek APBD dibayarkan sekitar 7.500 x 12 x 15.000 = 1,35 M melalui PT Askes. Nantinya<br />
puskesmas akan mendapatkan Rp1000 per peserta Jamkesda di wilayah kerjanya per bulan,<br />
jumlah yang sama dengan kapitasi Jamkesmas. Kalau gak salah,yang paling banyak peserta<br />
Jamkesda ada di puskesmas Perumnas, dan yang paling sedikit di puskesmas Kampung Delima.<br />
Sementara untuk RSUD dibayarkan melalui klaim sesuai tarif perda.<br />
MoU antara pemda <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dan PT Askes tersebut ditandatangani kedua belah pihak di<br />
acara peresmian Bedah Kampung ke 14 di desa Air Apo, Kecamatan Biduriang, diwakili oleh<br />
Bupati RL bapak Suherman,SE,MM dan manajer PT Askes Cabang Bengkulu Dwi Setiawan,SE.<br />
SKTM Masih Berlaku<br />
Dari hasil pendataan bidan dan kades, didapatkan sekitar 12.500 orang miskin yang perlu<br />
mendapatkan Jamkesda. Data ini sudah dicantumkan dalam SK Bupati tentang nama-nama<br />
penerima Jamkesda tahun 2009. Sisanya sekitar 2.500 lagi sebagai kuota terbuka, dan dapat<br />
dipakai siapa saja yang ingin berobat gratis,terutama di RSUD, sepanjang dapat menunjukan<br />
SKTM. Tentunya hal ini sangat membantu masyarakat, karena ternyata masih ada saja orang<br />
miskin yang belum terdata di puskesmas<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 44
38. Dokter Keluarga bagi Peserta Askes<br />
Dipublikasi pada Sabtu, 10 April 2010 oleh tri ms<br />
Setelah beberapa kali rencana rapat ini ditunda,akhirnya pada hari Kamis,1/4/2010 dilakukan<br />
rapat dengan pimpinan puskesmasdan dokter PNS di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> guna membicarakan<br />
tentang dokter keluarga. Pertemuan ini difasilitasi PT Askes yang menawarkan kepada<br />
puskesmas dan dokter PNS untuk mengarahkan pelayanan peserta Askes ke dokter<br />
keluarga,meski masih bisa dilayani dipuskesmas. Yang perlu disepakati dari pertemuan ini<br />
adalah bagaimana porsi pembayaran kapitasinya antara puskesmas, dokel dan Dinkes.<br />
Pertemuan yang dimulai sekitar jam 9.30 WIB dengan mulai penyampaian beberapa info tentang<br />
dana APBD untuk puskesmas (sambil menunggu nara sumber PT Askes yang belum datang.Pada<br />
awalnya nampaknya agak kurang lancar, karena beberapa puskesmas masih komplain tentang<br />
pelayanan askes,di mana hanya dapat pelayanannya aja,sementara kapitasinya ikut ke<br />
puskesmas lain. Namun setelah beberapa penjelasan dari PT Askes (yang datang sekitar jam<br />
11.00 WIB), akhirnya pertemuan bisa menyepakati sbb :<br />
1. Peserta Askes harus terdaftar di puskesmas,baru bisa dilayani (pagi hari). Sore hari<br />
dilayani dokter keluarga<br />
2. Untuk pertama kali jika belum terdaftar,masih bisa dilayani,selanjutnya agar melapor ke<br />
PT Askes untuk pindah PPK yang diinginkan peserta.<br />
3. Porsi kapitasi disepakati Rp 1350 untuk puskesmas,Rp 150 untuk binwas Dinkes dan Rp<br />
4000 untuk dokel (dokter keluarga, termasuk obat)<br />
4. Pembagian dokter keluarga : untuk wilayah PUT, Kepala Curup, SBI, Kota Padang<br />
diserahkan ke dr.Ahmad Aidilah, untuk wilayah Sindang Jati, Sindang Dataran, Beringin<br />
Tiga,Sumber Urip,Sambirejo dan Simpang nangka diserahkan ke dr. Syafriani,untuk<br />
wilayah Perumnas dr. Sari dan untuk wilayah puskesmas Curup dr. Dewi<br />
5. Sosialisasi adanya pelayanan dokter keluarga dilakukan di puskesmas. Dokter keluarga<br />
praktek sekitar 4 jam pada sore hari.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 45
39. Pelatihan Budaya Kerja Menuju Pelayanan<br />
Prima<br />
Dipublikasi pada Minggu, 28 November 2010 oleh tri ms<br />
Hari Sabtu, tanggal 27 November 2010, telah diselenggarakan Pelatihan Budaya Kerja<br />
Organisasi Menuju Pelayanan Prima bagi petugas kesehatan. Pelatihan ini bertempat di gedung<br />
baru Balai Latihan <strong>Kesehatan</strong> Masyarakat (BLKM), Curup. Peserta pelatihan berjumlah sekitar<br />
100 orang yang terdiri dari dokter, perawat/bidan di puskesmas, rumah sakit dan pejabat (kabid<br />
dan kasi) di lingkungan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong>. Nara sumber pertemuan ini berasal dari Corien Centre,<br />
yaitu Corien Akwari, S. Psi<br />
Menurut Kadinkes <strong>Rejang</strong> lebong yang baru, Drs. Tri MS, Apt, DSc, pelatihan ini sangat<br />
bermanfaat bagi petugas kesehatan, guna merubah mindset (pola pikir) pelayanan kesehatan<br />
yang lebih berfokus kepada kepuasan pasien/pelanggan. Pelatihan diselingi role play, diskusi dan<br />
beberapa tips pengembangan pribadi petugas seperti cara tersenyum dan memberi pelayanan<br />
yang ramah, tulus dan komunikatif. Diharapkan pelatihan ini akan memberi inspirasi bagi<br />
peserta untuk mendorong perubahan budaya kerja yang cenderung kaku dan birokratis ke arah<br />
pelayanan model korporat yang lebih humanis, simpel dan memperhatikan kebutuhan pelanggan.<br />
Dengan bekerjasama dengan Corien Centre, rencananya pelatihan ini akan dilanjutkan<br />
berkesinambungan sebagai upaya membangun komitmen dan kerjasama tim di lingkungan<br />
organisasi <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong>, puskesmas dan Rumah Sakit, misalnya dengan pelatihan outbond,<br />
team building dan quality leadership program<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 46
40. Outbound Membangun Komitmen Bersama<br />
Dipublikasi pada Senin, 31 Januari 2011 oleh tri ms<br />
Bekerja sama dengan Corien Centre, suatu lembaga pengembangan pribadi di Propinsi<br />
Bengkulu, hari Sabtu dan Minggu kemarin, telah diselenggarakan outbound membangun<br />
komitmen bersama dalam rangka memerkokoh team building di <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong>. Peserta outbound adalah seluruh karyawan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> RL yang berjumlah sekitar<br />
100 orang dan pimpinan puskesmas sebanyak 21 orang. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari<br />
bertempat di Balai Latihan <strong>Kesehatan</strong> Masyarakat di Cawang, Curup.<br />
Kegiatan ini dibuka oleh Kepala <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Drs. Tri MS, Apt, DSc<br />
sekaligus menyampaikan pentingnya membangun kerjasama tim antar karyawan Dinkes dan<br />
puskesmas guna meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang lebih berkualitas.<br />
Komitmen yang hendak dicapai adalah terwujudnya kekompakan antar karyawan yang lebih<br />
baik dengan menyepakati slogan baru pelayanan, yaitu pelayanan berseri, yang artinya bersih,<br />
ramah, responsive dan informative.<br />
Dalam acara outbond tersebut, seluruh karyawan dituntut kekompakannya melalui peran<br />
sertanya secara beregu dalam permainan/games, seperti panjang2an, pendek2an, pipa bocor,<br />
stand up together, benang kusut, pensil gila, jarring laba-laba dan flying fox. Juga trekking<br />
menyusuri jalan setapak di antara kebun kopi sekitar kantor BLKM, yang medan perjalanannya<br />
cukup licin, terjal dan berliku.<br />
Pada sesi akhir acara, seluruh peserta menanda tangani spanduk yang sudah dipersiapkan yang<br />
isinya sepakat untuk melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan slogan berseri<br />
(bersih, ramah, responsive dan informative)<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 47
41. 3 Sekolah di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Juara 1 Lomba<br />
Sekolah <strong>Sehat</strong> Tingkat Propinsi Bengkulu<br />
Dipublikasi pada Kamis, 27 Januari 2011 oleh tri ms<br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> kembali menoreh prestasi di bidang kesehatan. Setelah sebelumnya 4 gelar<br />
tenaga kesehatan teladan meraih juara I tingkat Propinsi Bengkulu (dokter, bidan, tenaga gizi dan<br />
tenaga kesehatan masyarakat), kini prestasi sejenis kembali diraihnya. Yaitu di bidang sekolah<br />
sehat, yaitu 3 sekolah dari 4 sekolah yang dinilai, mendapatkan juara I untuk tingkat Propinsi<br />
Bengkulu. Mereka adalah SD 2 Centre untuk kategori sekolah sehat tingkat SD, SMP I Curup<br />
Tengah untuk sekolah sehat tingkat SMP dan SMA 1 Curup Timur untuk sekolah sehat tingkat<br />
SMA. Sementara untuk tingkat TK, yang diwakili TK Pembina Sambirejo, hanya mendapatkan<br />
juara 3.<br />
Hadiah rencananya akan diberikan di Propinsi Bengkulu pada hari Senin, 17 Januari 2011<br />
kepada masing-masing Kepala Sekolah. Ke 3 sekolah ini rencananya akan mewakili Propinsi<br />
Bengkulu untuk ikut lomba sekolah sehat tingkat nasional dan akan diverifikasi oleh tim penilai<br />
pusat pada bulan Juni 2011.<br />
Menurut Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc, penilaian sekolah sehat merupakan kegiatan rutin<br />
tahunan nasional guna mendorong budaya sehat di sekolah-sekolah melalui program UKS<br />
(Upaya <strong>Kesehatan</strong> Sekolah). 70% dari bobot penilaian sekolah sehat pada lingkup sekolah,<br />
sementara 30% pada lingkup peranan Tim Pembina UKS di <strong>Kabupaten</strong> dan Kecamatan.<br />
Setidaknya ada 128 indikator penilaian dari berbagai unsur, di antaranya masalah pelayanan<br />
kesehatan siswa, kantin sekolah, pengelolaan sampah, WC, dokter kecil/kader kesehatan, dan<br />
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan <strong>Sehat</strong>). Selama ini sekolah di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> pernah meraih<br />
peringkat 7 sekolah sehat secara nasional, yaitu SMP 1 Curup Selatan (tahun 2008).<br />
SD Centre Curup SMPN 1 Curup Tengah SMAN 1 Curup Timur<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 48
42. Pertemuan Evaluasi Jamkesda Tahun 2010<br />
Dipublikasi pada Rabu, 19 Januari 2011 oleh tri ms<br />
Bertempat di ruang rapat Bupati RL, hari Selasa, tanggal 18 Januari 2010 telah dilangsungkan<br />
pertemuan Evaluasi kegiatan Jamkesda di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Pertemuan dipimpain oleh SEkda<br />
yang diwakili Asisten 2 dan dihadiri oleh anggota DPRD (Herizal, SSos), Kadinkes RL, Kepala<br />
Cabang PT Askes, Bagian Keuangan, Bappeda , <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong>, Rumah sakit dan puskesmas.<br />
Pertemuan ini menyepakati untuk melanjutkan pembiayaan Jamkesda di tahun 2011 dengan<br />
jumlah dana dan peserta sama dengan tahun sebelumnya, yaitu untuk 15000 penduduk miskin<br />
RL yang tidak mendapatkan kuota Jamkesmas. Premi yang dibayarkan per penduduk Rp 7.500<br />
(bulan) selama 12 bulan sehingga diperlukan dana sekitar Rp 1.350.000.000. Pengelolaan<br />
anggaran dan kepesertaan diserahkan kepada PT Askes. Pelayanan yang diberikan hampir sama<br />
dengan Jamkesmas, kecuali cuci darah yang tidak ditanggung (dengan alasan takut nanti dana<br />
yang disediakan tidak mencukupi). Pelayanan dilakukan di puskesmas, RSUD Curup hingga di<br />
RS M yunus dan RS Jiwa.<br />
Menurut Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc, dari data yang ada, telah dilayani pelayanan<br />
kepada peserta Jamkesda di puskesmas selama 2010 sebanyak 2927 pasien dan di RSUD Curup<br />
sebanyak 1284 orang. Masalah yang sering dihadapi RSUD adalah seringnya kasus di mana saat<br />
pasien masuk dengan perlakuan pasien umum, namun saat pulang minta gratis dengan SKTM<br />
(Surat Keterangan Tidak Mampu). Pemeilik SKTM sendiri terkadang tidak memiliki KK atau<br />
KTP <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Juga banyaknya pasien dengan SKTM dari luar RL<br />
Anggota DPRD Herizal, SSos menyarankan agar PT Askes lebih akomodatif terhadap keluhan2<br />
yang berkaitan dengan pembayaran klaim RSUD, masalah tindakan dan obat. Disamping itu agar<br />
persalinan pada pasien Jamkesda tidak dibatasi jumlah anaknya. Adanya dana sisa anggaran<br />
tahun 2010, yang diperkirakan sekitar 250 juta agar dimanfaatkan untuk menanggulangi<br />
pembiayaan tahun 2011, terutama untuk untuk bulan2 awal tahun saat anggaran APBD belum<br />
disyahkan. Proses seleksi penyelenggara Jamkesda melalui penunjukkan langsung ke PT Askes,<br />
mengingat PT Askes merupakan satu2nya BUMN yang bergerak di asuransi kesehatan.<br />
Menurut Asisten 3, Sudirman Ansyar, MKes, meskipun gratis dan di kelas 3, pelayanan<br />
Jamkesda juga harus bermutu dan memenuhi kenyamanan pasien sama seperti pasien yang<br />
membayar. Untuk itu diharapkan agar puskesmas dan RSUD melakukan survey kepuasan<br />
pelayanan, baik kepada pasien maupun kepada petugasnya. Hal ini berguna agar tingkat<br />
kepuasan pasien Jamkesda bisa dipantau dan diperbaiki jika menurut masyarakat jelek.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 49
43. Model Ambulan Desa di Desa Siaga<br />
Dipublikasi pada Kamis, 31 Maret 2011 oleh dian<br />
Ambulan Desa merupakan alat transportasi dalam rangka melaksanakan Siaga <strong>Kesehatan</strong> Ibu<br />
dan Anak serta Siaga Penyakit di Desa Siaga.Digunakan untuk membawa pasien sakit ke<br />
puskesmas atau pasien dalam keadaan darurat ke Rumah Sakit Umum, dalam rangka untuk<br />
menurunkan angka kesakitan dan Kematian Ibu dan Anak dan Menurunkan angka kesakitan di<br />
desa siaga, karena pertolongan akan cepat ditanggulangi dengan membawa pasien segra ke<br />
pelayanan kesehatan terdekat. Untuk itu diharapkan agar seluruh desa siaga di Kab.<strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong> segera menyediakan sarana transportasi ( Ambulan Desa ) di setiap desa, bisa berbentuk<br />
: mobil, sepeda motor, becak sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 50
44. Ayo Waspada Flu Burung<br />
Dipublikasi pada Minggu, 27 Maret 2011 oleh tri ms<br />
Koran Radar Pat Petulai, Rakyat Bengkulu dan Bengkulu Ekspres<br />
beberapa hari ini memberitakan tentang merebaknya flu burung yang<br />
terjadi pada beberapa kasus kematian ayam, terutama di desa Tanjung<br />
Sanai, PUT. Menurut sumber koran tersebut, kematian ayam ini<br />
dicurigai karena flu burung, meski ternyata tidak ada rilis resmi dari<br />
pejabat <strong>Dinas</strong> Peternakan yang memastikan kematian ayam ini versi uji<br />
laboratorium adalah karena terinfeksi virus H5N1. Bahkan dilaporkan<br />
adanya kematian anjing yang terkait penyakit ini yang dilaporkan<br />
hingga 53 mati (menurut pengecekan kami di lapangan ternyata hanya<br />
4 anjing yang mati dan belum ada pembuktian anjing mati terkait<br />
penyakit flu burung) . Sementara tim Dinkes RL yang dikomandoi Kabid P2PL, Akhmad Juli,<br />
SKM, yang melakukan penyelidikan dan pengecekan ke lapangan beserta dokter dan petugas<br />
puskesmas PUT tidak menemukan indikasi menularnya penyakit ini ke warga masyarakat.<br />
Namun, tak apalah, setidaknya gencarnya pemberitaan ini, perlu direspon semua pihak agar<br />
melakukan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan merebaknya flu burung menular ke<br />
manusia di kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />
Apakah flu burung?<br />
Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang<br />
burung/unggas/ayam . Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh virus<br />
influenza dengan kode genetik H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat<br />
menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia.<br />
Penyebab<br />
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili<br />
Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk dan mutasi (Drift, Shift),<br />
dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari<br />
Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode<br />
subtipe flu burung yang banyak jenisnya.<br />
SUBTIPE VIRUS<br />
Pada manusia: Hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7.<br />
Sedangkan pada binatang: H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan<br />
menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1.<br />
Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari<br />
pada 0 °C. Virus akan mati pada pemanasan 60 °C selama 30 menit atau 56 °C selama 3 jam dan<br />
dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 51
Gejala penyakit<br />
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.<br />
Gejala pada unggas :<br />
Jengger berwarna biru<br />
Borok di kaki<br />
Kematian mendadak<br />
Gejala pada manusia :<br />
Kasus suspect (tersangka) :<br />
Seseorang yang menderita demam (suhu >38 0 C) disertai satu atau lebih gejala : batuk, sakit<br />
tenggorok, pilek, sesak dan dikuti satu atau atau lebih keadaan di bawah ini :<br />
1. Pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) sakit atau mati mendadak yang belum<br />
diketahui penyebabnya dan produk mentahnya (daging, telur, kotoran unggas, dll) dalam<br />
7 hari terakhir sebelum timbulnya gejala<br />
2. Tinggal atau pernah berkunjung di daerah yang terdapat kematian unggas yang tidak<br />
biasa (dalam jumlah banyak dalam waktu singkat) dalam 7 hari terakhir sebelum timbul<br />
gejala<br />
3. Pernah kontak dengan pasien kasus konfirmasi flu burung dalam 7 hari terakhir sebelum<br />
timbul gejala<br />
4. Ditemukan adanya leukopeni dan trombositopeni (jumlah leukosit dan trombosit<br />
dibawah normal)<br />
5. Ditemukan adanya titer antibodi dengan pemeriksaan HI (Hema-Inhibisi) atau uji Elisa<br />
(Enzyme-linked Imunno Assay)<br />
6. Foto toraks (dada) pada serial foto menggambarkan pnemonia yang cepat memburuk<br />
7. Pasien suspect dilakukan uji konfirmasi flu burung pada usap tenggoroknya dengan<br />
metode PCR (Polymerase Chain Reaction) di Lab Litbangkes Jakarta atau Lab yang<br />
diakreditasi Depkes/WHO<br />
Masa Inkubasi<br />
Pada Unggas : 1 minggu<br />
Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala.<br />
Pada anak sampai 21 hari<br />
PENULARAN<br />
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur, lendir<br />
dari hidung dan feces. Penyakit ini juga dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1<br />
yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 52
unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi<br />
flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk<br />
unggas lainnya.<br />
Penularan antar manusia masih sebatas cluster (yang ada hubungan sekeluarga) seperti keluarga<br />
Iwan Siswara di Tangerang (Ayah dan 2 putrinya meninggal) dan keluarga sedarah di Karo,<br />
Sumut (9 positif, 6 meninggal)<br />
PENCEGAHAN<br />
Pada Unggas:<br />
Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung dengan dibakar/dikubur<br />
Vaksinasi pada unggas yang sehat<br />
Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) :<br />
Dengan meningkatan Perilaku Hidup Bersih dan <strong>Sehat</strong> (PHBS) dengan :<br />
1. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.<br />
2. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.<br />
3. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).<br />
4. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.<br />
5. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.<br />
6. Imunisasi (belum dipakai secara luas)<br />
Masyarakat umum:<br />
1. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.<br />
2. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :<br />
3. Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)<br />
4. Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 80 °C selama 1 menit dan pada telur<br />
sampai dengan suhu ± 64 °C selama 4,5 menit.<br />
5. Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan<br />
(dapat dengan alcohol 70%, atau larutan pemutih/khlorin 0,5% untuk alat/instrumen)<br />
6. Lakukan pengamatan terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya dengan<br />
memperhatikan keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan<br />
PENGOBATAN<br />
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:<br />
1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas (di RL baru tersedia di Puskesmas perawatan dan<br />
RSUD)<br />
2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).<br />
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis 2 x 1 selama 5 hari.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 53
4. Saat ini obat oseltamivir sudah tersedia di Puskesmas<br />
KEBIJAKAN DINKES RL YANG TELAH DILAKUKAN<br />
1. Monitoring perkembangan kasus,terutama<br />
pada daerah yang terindikasi positif flu burung<br />
menyerang unggas (Kecamatan Bermani Ulu,<br />
Curup dan PUT)<br />
2. Membuat surat edaran ke puskesmas tentang<br />
kewaspadaan dini KLB flu burung serta<br />
membagi buku petunjuk penanggulangan flu<br />
burung dan poster<br />
3. Distribusi obat antiviral Oseltamivir 75 mg ke<br />
21 Puskesmas dan RSUD dan menyiapkan<br />
ruang isolasi bagi penderita flu burung di<br />
RSUD<br />
4. Melaksanakan surveilans ketat dengan<br />
mewaspadai penderita pnemonia/flu berat,<br />
terutama yang punya riwayat kontak dengan unggas<br />
5. Pengambilan sampel darah pekerja peternakan yang unggasnya matimendadak untuk<br />
diuji titernya di Lab Litbangkes Jakarta (desa Babakan Baru 4 orang, Air Bening 3 orang<br />
dan desa Pahlawan 1 orang, namun belum ada informasi hasil lab.)<br />
6. Rapat kordinasi dan sinkronisasi pengendalian flu burung dengan 21 pimpinan<br />
puskesmas dan RSUD serta kantor Peternakan dan lintas sektor<br />
7. Pembentukan tim satgas Penanggulangan Flu Burung<br />
8. Pengenalan Program Pasar <strong>Sehat</strong> (redesign dan zona khusus/los khusus pasar tradisional<br />
yang menjual unggas hidup dan menghindari pemotongan unggas di pasar serta<br />
penyuluhan peningkatan sanitasi-higiene lingkungan pasar)<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 54
45. TVRI Shooting Acara “Membangun Desa”, di<br />
Desa Air Lanang, Desa Juara 2 Lomba PHBS<br />
Dipublikasi pada Minggu, 13 Maret 2011 oleh tri ms<br />
Hari Sabtu kemarin (12/3/2011), hampir setengah hari berada di desa Air Lanang, kecamatan<br />
Curup Selatan, menemani pak Kades yang bernama pak Darwil dan warganya di shoot TVRI<br />
untuk acara Membangun Desa. Desa Air Lanang dipilih karena pernah mendapatkan juara 2<br />
Lomba PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan <strong>Sehat</strong>) tingkat Propinsi Bengkulu, kalau gak salah<br />
juara 2. Kebetulan juga di desa tersebut ada pembangunan perpipaan air bersih yang dibuat<br />
masyarakat secara gotong royong, dengan dukungan dana dari CWSHP. Desa ini juga sudah<br />
menyatakan 100% tidak ada masyarakat yang BAB di sembarang tempat, alias seluruh warga<br />
punya WC. Di samping itu, desa ini juga ada hutan kemasyarakatan, yang awalnya hutan<br />
lindung yang dirambah, yang kemudian dikelola oleh masyarakat sebagai hutan sekaligus<br />
dimanfaatkan untuk pertanian. Rencananya klip yang dibuat ini akan ditayangkan TVRI siaran<br />
nasional pada 6 April 2011.<br />
Acara ini sebenarnya sangat dadakan, tim dari Dinkes dan Pemda dikabari TVRI pada hari itu<br />
juga, sehingga setting di lapangan benar-benar original, tidak direkayasa, ya apa adanya.<br />
Setelah observasi di desa Air Lanang sebentar, kemudian dilanjutkan diskusi dengan pak Agus<br />
dari TVRI (sekaligus pengatur laku) dengan Kades, bu Kades, tokoh masyarakat, petugas<br />
puskesmas (bidan Eva dan sanitarian Syamsri), dan tentunya Kadinkes RL, kemudian dilakukan<br />
pengambilan gambar.<br />
Shoot pertama dimulai dari kantor desa Air Lanang sebagai prolog klip, karena tugu selamat<br />
datang desa belum ada. Kemudian tentang kondisi lingkungan seperti jalan, rumah, pepohonan<br />
dan lanskap pegunungan dan warga yang sedang menjemur kopi guna menggambarkan kalau<br />
mayoritas pekerjaan warga adalah petani kopi. Baru kemudian dilanjutkan pengambilan gambar<br />
masyarakat desa yang lagi bergotong royong membuat galian dan memasang perpipaan untuk<br />
air bersih. Ini semacam rekonstruksi, karena perpipaannya sudah difungsikan tahun 2010<br />
kemarin. Shoot ke dua dilakukan di SD, tentang anak-anak SD yang lagi main volley ball,<br />
setelah selesai main terus cuci tangan pakai sabun di ember yang disediakan di depan kelas.<br />
Shoot ke tiga dilakukan di puskesmas pembantu Air Lanang. Menggambarkan pasien (balita,<br />
lansia dan ibu hamil) yang berkunjung datang ke pustu, kemudian pemeriksan oleh bidan Eva.<br />
Shoot berikutnya mengambil beberapa bangunan WC di penduduk Desa Air Lanang . Terakhir<br />
baru wawancara dengan Kades dan pengelola sarana air bersih.<br />
Klip berikutnya perngambilan gambar di lokasi hutan kemasyarakatan di desa Air Lanang, yang<br />
dianggap sukses mengurangi perambah hutan. Digambarkan ada penanaman bibit pohon kemiri<br />
dan di sekitarnya tanaman tumpang sari di kompleks hutan yang awalnya hutan lindung yang<br />
dirambah masyarakat. Kemudian wawancara dengan tokoh penggerak hutan kemasyarakatan<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 55
Bagaimana hasil liputan videonya, mari kita tunggu dan tonton tayanggannya tanggal 6 April<br />
2011 di acara stasiun TVRI nasional : Membangun Desa, jam 14.00<br />
Wawancara dengan tokoh masyarakat Wawancara dengan Kades Air Lanang<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 56
46. Menuju Sekolah <strong>Sehat</strong> : Belajar dari Sang<br />
Juara<br />
Dipublikasi pada Kamis, 3 Maret 2011 oleh tri ms<br />
Guna meningkatkan pemahaman<br />
tentang penilaian UKS (Upaya<br />
<strong>Kesehatan</strong> Sekolah) di <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong>, maka Tim Pembina UKS<br />
kabupaten telah mengundang 2<br />
nara sumber dari sekolah yang<br />
pernah menjadi juara nasional,<br />
yaitu Drs. Suhardi, MAg, kepala<br />
sekolah MTSN Pamulang,<br />
Tangerang, Prop Banten yang<br />
sekolahnya mendapat juara I UKS level SMP tingkat nasional dan Warjoko, SPd, Kepala sekolah<br />
SD Dharma UT,Tangerang, Prop Banten yang merupakan juara 2 UKS level SD tingkat<br />
nasional. Acara dibuka oleh Bp Ass 2, Sudirman Ansyar, SKM, MKes<br />
Menurut Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc, kedua nara sumber tersebut diundang dalam<br />
rangka memberikan kiat-kiat bagaimana mempersiapkan sekolah sehingga bisa mendapatkan<br />
predikat juara pada lomba UKS nasional. Acara berlangsung di gedung Pola pemdakab <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong>, hari Rabu, tanggal 2 Maret 2011 dan dihadiri oleh kepala sekolah, pihak kecamatan dan<br />
puskesmas yang tergabung dalam Tim Pembina UKS (Usaha kesehatan Sekolah) . Seperti<br />
diketahui, tahun ini 3 sekolah di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> akan mewakili Prop Bengkulu untuk<br />
diverifikasi dalam Lomba Sekolah <strong>Sehat</strong> tingkat nasional. Sekolah tersebut adalah SDN 2<br />
Centre, SMPN I Curup Tengah dan SMAN I Curup Timur.<br />
Dengan gaya presentasi yang menarik, disertai contoh dokumen dan foto-foto kegiatan di<br />
sekolahnya, kedua nara sumber saling bergantian menyampaikan trik dan strategi bagaimana<br />
melakukan upaya penggalangan dana untuk memperbaiki penampilan dan lingkungan serta<br />
sarana sekolah yang dibutuhkan melalui berbagai upaya, guna mendukung kegiatan UKS di<br />
sekolahnya, diantaranya melalui kemitraan dengan instansi pemerintah dan swasta.<br />
Diungkapkan, peran dan dukungan Gubernur dan Bupati dan pejabat lainnya di Banten yang<br />
tergabung dalam Tim Pembina UKS sangat menentukan, dan hal ini memudahkan pihak<br />
sekolah dalam menutupi kekurangan pembiayaan untuk perbaikan. Juga disampaikan hasil<br />
pantauan cepat ke 2 nara sumber ke SD Centre, SMPN 1 Curup Tengah dan SMAN 1 Curup<br />
Timur yang harus bekerja lebih giat lagi, karena menurutnya 3 sekolah tersebut baru memenuhi<br />
50% dari indicator sebagai sekolah sehat. Sementara waktu penilaian tersisa tinggal 3 bulan lagi.<br />
Dari pengamatannya, kantin di ke 3 sekolah tersebut belum menyediakan makanan yang bergizi<br />
dan seimbang, seperti misalnya tersedianya buah yang dibuat minuman jus, sayur sayuran,<br />
kebutuhan protein seperti susu. Juga tanaman obat di halaman sekolah, minimal harus ditanami<br />
sekitar 150 spesies.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 57
Dari hasil dialog, ke 3 kepala sekolah yang akan dinilai UKS-nya tetap optimis jika sekolahnya<br />
akan masuk 10 besar tingkat nasional, asalkan didukung pendanaan untuk perbaikan kekurangankekurangannya.<br />
Pada kesempatan itu juga ditandatangani MOU antara Kepsek ke 3 sekolah tersebut dengan<br />
Pimpinan Cabang Bank Rakyat Indonesia Curup Bp Wisnu, SE dalam rangka pemanfaatan<br />
dana CSR (Corporate Social Responsibility) dari BRI untuk menunjang sarana dan prasarana ke<br />
3 sekolah.<br />
Berikut liputannya di 3 media local :<br />
Liputan media tentang kegiatan UKS yang mengundang nara sumber dari Propinsi Banten<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 58
47. Pendekatan STBM, Solusi Meningkatkan<br />
Kepemilikan Jamban <strong>Sehat</strong> di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Dipublikasi pada Sabtu, 30 April 2011 oleh tri ms<br />
Istilah STBM (Sanitasi Total Berbasis<br />
Masyarakat) merupakan adopsi dari program<br />
CLTS (Community Led Total Sanitation),<br />
yang handbook terjemahan Bahasa Indonesia<br />
versi pdfnya bisa dibaca di sini, telah lama<br />
diperkenalkan di beberapa Negara Afrika<br />
(tepatnya Bangladesh) dan India. Menkes<br />
kemudian membuat SK Menkes tentang<br />
gerakan STBM. Pendekatan STBM ini telah<br />
diujicobakan di beberapa daerah yang<br />
mempunyai proyek WSLIC seperti di<br />
Lumajang. Khusus untuk kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, STBM mulai diperkenalkan pertengahan<br />
tahun 2008 dan diujicobakan di wilayah desa proyek CWSH serta disosialisaikan di wilayah<br />
kumuh perkotaan Curup, terutama seperti kondisi sanitasi yang buruk di kelurahan Kepala<br />
Siring, Pasar Tengah dan Talang Benih.<br />
Merujuk pada konsep STBM, awalnya didasari atas pengalaman proyek-proyek pembangunan<br />
sanitasi di masa lalu yang ternyata :<br />
Banyaknya proyek sanitasi yang gagal, seperti sarana yang dibangun tidak digunakan dan<br />
tidak dipelihara oleh masyarakat<br />
Menurunnya kepedulian masyarakat terhadap persoalan sanitasi pasca proyek<br />
Tidak adanya kebersamaan masyarakat dalam menanggulangi persoalan sanitasi<br />
dan kecenderungan masyarakat terhadap uluran subsidi pemerintah<br />
Intinya, sebenarnya apa sih STBM ?<br />
STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) merupakan suatu pendekatan untuk<br />
menginisasi/memicu (ignite/trigger) rasa jijik dan malu masyarakat atas kondisi sanitasi dimana<br />
mereka buang air besar ditempat terbuka (open defecation) sehingga pada akhirnya mereka<br />
mencari solusi secara bersama untuk mengubah kondisi mereka.<br />
Hal tersebut didasarkan atas asumsi dasar bahwa ternyata :<br />
Tidak ada seorangpun yang tidak tergerak apabila mereka mengetahui bahwa mereka<br />
telah saling memakan kotoran mereka satu dengan yang lainnya (eating each other shit).<br />
STBM memicu masyarakat untuk menyadari bahwa masalah sanitasi merupakan<br />
tanggung jawab mereka sehingga hanya akan selesai dengan kesadaran dan usaha mereka<br />
sendiri, tidak ada hubungan dengan subsidi.<br />
Upaya memicu perubahan perilaku masyarakat secara massal (ini yang paling susah)<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 59
Jadi tujuan utamanya adalah terjadinya perubahan perilaku masyarakat agar sesuai dengan<br />
konsep PHBS.! Bukan dari banyaknya jamban yang bias dibangun! Istilahnya bebas dari Open<br />
Defecation Free (ODF).<br />
Jadi STBM sama sekali berbeda dengan proyek-proyek sanitasi sebelumnya, di mana<br />
perencanaan proyek lebih top to down, ada subsidi, bestek dll. Dengan model STBM, diharapkan<br />
pendekatannya bukan proyek, bahkan lebih fleksibel dan bottom to up, menggunakan solidaritas<br />
social dan pemberdayaan masyarakat, sesuai dengan kepentingan dan perencanaan local.<br />
Diperlukan fasilitator yang energik yang bisa memotivasi orang untuk bergerak. Alat-alat yang<br />
digunakan bisa berupa diagram, peta, model, dan alat peraga lainnya sebagai alat bantu untuk<br />
“pencerahan“.<br />
Dengan demikian kunci utamanya adalah pada peranan fasilitator, atau tepatnya motivator.<br />
Namun tidak perlu sekelas Mario Teguh, Tung Desem Waringin atau AA Gym, yang penting<br />
komunikatif dan punya kemampuan melakukan presentasi (mungkin mantan sales MLM pun<br />
bisa lho). Hal itu biasa dilakukan oleh guru, ustad atau tokoh masyarakat yang berpengaruh,<br />
lebih baik lagi tenaga kesehatan. Motivator harus supel dan tidak ada jarak social dengan<br />
masyarakat!<br />
Motivator ini perlu membuat agenda dan memetakan daerah sasaran, menggalang partisipasi<br />
masyarakat di lokasi dan kemudian melakukan motivasi (dengan orasi yang terjaga) dan<br />
melakukan igniting atau triggering (memprovokasi atau memicu ) masyarakat, dengan dibuat<br />
jijik atau malu dan jadi lebih peduli pada lingkungan tempat tinggalnya. Karena melakukan BAB<br />
di siring itu adalah dosa besar, karena mencemari seluruh ekosistem perairan dan lingkungan<br />
sekitar! Memindahkan kebiasaan dari BAB di siring ke WC yang sehat (minimal), bisa dibuat<br />
kolektif, syukur2 bisa WC untuk keluarga/pribadi.<br />
Untuk membuat WC, sebisa mungkin tidak menggunakan fasilitas atau duit pemerintah, kecuali<br />
ada sponsor, dan tentu saja yang terbaik gunakan dana sendiri atau gotong royong masyarakat.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 60
48. Bersama Kita Berantas Malaria<br />
Dipublikasi pada Sabtu, 23 April 2011 oleh sri muliyanti<br />
Hari malaria sedunia diperingati pada tanggal 25 April setiap tahun. Sebagai bentuk upaya<br />
memerangi penyakit menular ini, peringatan hari malaria sedunia tahun 2011 mengangkat tema<br />
“Bersama Kita Berantas Malariai”. Momen ini juga dapat dijadikan sebagai ajang bagi<br />
berbagai pihak untuk turut berkontribusi dalam upaya pengendalian malaria.<br />
Hari malaria sedunia dapat menjadi perayaan upaya global dalam memberikan pengendalian<br />
malaria yang efektif di seluruh dunia. Demikian seperti dikutip dari situs resmi Badan<br />
<strong>Kesehatan</strong> Dunia (WHO). Melalui world malaria day, negara-negara yang berstatus bebas<br />
malaria dapat mempelajari bahaya yang ditimbulkan oleh malaria. Sedangkan bagi negara<br />
donor baru, dapat bergabung dalam kerjasama global (global partnership) melawan malaria.<br />
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan<br />
masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka kematian<br />
ibu hamil, bayi dan balita. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan<br />
lebih dari 1.000.000 orang meninggal dunia. Kasus terbanyak terdapat di Afrika dan beberapa<br />
negara Asia termasuk Indonesia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa bagian negara<br />
Eropa.<br />
Di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, meski termasuk wilayah pegunungan dengan iklim yang sejuk, penyakit<br />
malaria masih ada ini dapat dilihat dari jumlah penderita positif malaria yang sampai dengan<br />
bulan maret baru 1 Orang sedangkan penderita klinis sebanyak 171 penderita. Dari tingginya<br />
penderita klinis malaria tersebut <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> mensosialisasikan agar setiap penderita Klinis<br />
malaria dilakukan pemeriksaan Laboratorium hingga penegakkan diagnosa dapat secara benar<br />
dan tepat guna pengobatan yang rasional.<br />
Dalam rangka penanggulangan malaria <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> pun telah mendistribusikan obat dari<br />
kementian kesehatan berupa ARTERIKINE yang merupakan obat malaria bagi penderita<br />
Malaria Positif.<br />
Untuk mengatasi malaria agar dapat mencapai tahap eliminasi , <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
terus meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap malaria melalui : 1. Peningkatan<br />
pendidikan, edukasi, sosialisasi dan advokasi kepada masyarakat luas. 2. Peningkatan<br />
pengetahuan dan keterampilan petugas dalam perawatan dan pengobatan malaria. 3.<br />
Pemeliharaan lingkungan agar tidak menjadi sarang nyamuk malaria.<br />
Mengingat masalah malaria merupakan masalah yang komplek karena berhubungan dengan<br />
berbagai aspek seperti penyebab penyakit (parasit), lingkungan (fisik dan biologis) dan nyamuk<br />
sebagai vektor penular maka eliminasi malaria harus dilaksanakan secara kemitraan dengan<br />
semua komponen terkait dan menjadi bagian integaral dari pembangunan nasional. Contoh nyata<br />
hal ini adalah melalui gerakan gotong royong kebersihan lingkunga karna nyamuk malaria<br />
prilaku hidupnya suka di genangan air atau selokan yang tergenang serta semak semak belukar<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 61
49. Ayo Waspada Penyakit Demam Berdarah<br />
Dipublikasi pada Kamis, 21 April 2011 oleh sri muliyanti<br />
Gambar : Pembersihan jentik nyamuk<br />
Masyarakat <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> diharapkan untuk<br />
selalu waspada dan waspada dengan Penularan<br />
Penyakit Demam Berdarah Karna penyakit ini<br />
mulai kembali menyerang di daerah kita ini<br />
sampai dengan bulan april 2011 telah di<br />
temukan kasus 8 Penderita Demam Berdarah<br />
di beberapa daerah endemis diantaranya<br />
Kelurahan Air Bang, Kelurahan Air Meles<br />
Bawah, Kelurahan Air rambai dan Kelurahan<br />
Adirejo yang merupakan daerah Endemis<br />
DBD di tahun 2010 dan ditemukan penderita<br />
di daerah tersebut,<br />
<strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> dibawah komando Kabid P3 PL telah Melakukan kegiatan secara proaktif dan<br />
Responsif dalam Upaya menekan angka kesakitan Demam Berdarah dan memutuskan mata<br />
rantai penularannya dengan melibatkan Puskesmas dan kader serta masyarakata di setiap<br />
Kelurahan dan Desa<br />
Kegiatan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dalam upaya penanganan Demam Berdarah tertuang<br />
dalam program POKJANAL DBD Kelompok Oprasional Tingkat Desa/Kelurahan yang mana<br />
kegiatannya meliputi :<br />
1. Kegiatan Pelacakan Kasus<br />
2. Pemantauan dan Pemeriksaan Jentik Berkala<br />
3. Pembagian abate secara geratis kepada masyarakat<br />
4. Penyuluhan dari rumah ke Rumah tentang Gerakan 3 M<br />
5. Penyuluhan kelompok kepada Masyarakat tentang Penangan Demam Berdarah<br />
6. Penyuluhan ke sekolah – sekolah melalui kegiatan UKS<br />
7. Pembagian Leatflet Demam Berdarah kesekolah<br />
8. Pelaksanaan Fogging ( Pengasapan )<br />
Penanggulangan Demam Berdarah bukan hanya menjadi tanggung jawab <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />
melainkan banyak sektor yang terkait untuk itulah masing – masing desa atau Kelurahan untuk<br />
dapat memobilisasi masyarakat dalam gerakan Jumat Bersih atau GJB yang telah dicanangkan<br />
oleh Bapak Presiden beberapa waktu yang lalu mencegah akan lebih baik dari pada mengobati<br />
secara bersama sama kita atasi Demam Berdarah Keluarga sehat masyarakat sehat kita<br />
wujudkan <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Bebas Demam Berdarah<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 62
50. Sosialisasi Penanganan Kasus Gigitan Hewan<br />
Penular Rabies<br />
Dipublikasi pada Kamis, 21 April 2011 oleh sri muliyanti<br />
Dalam upaya mencegah terjadinya kasus rabies yang bersumber dari gigitan hewan penular<br />
Rabies, seperti Anjing dan Kucing. <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> bekerja sama<br />
dengan mahasiswa Poltekkes dan Poskeswan Curup melakukan kegiatan sosialisasi penanganan<br />
kasus gigitan Hewan Penular Rabies kepada masyarakat di Desa Kayu Manis Kecamatan Selupu<br />
<strong>Rejang</strong> yang termasuk wilayah Puskesmas Simpang Nangka.<br />
Adapun tujuan sosialisasi tersebut :<br />
Agar masyarakat tahu dan mengerti tentang apa yang harus dilakukan apabila digigit oleh<br />
Anjing, baik tindakan kepada Manusia ataupun kepada hewan yang kesemuanya agar<br />
pengobatan bisa dilakukan secara rasional, tepat dan benar.<br />
Agar terbentuk wadah Rabies Center di Kayu Manis agar masyarakat dapat<br />
memberdayakan diri dan keluarga dalam penanggulangan Penyakit Menular terutama<br />
penyakit Rabies yang merupakan bagian dari kegiatan Desa Siaga<br />
Selanjutnya masyarakat bermusyawarah untuk membentuk Rabies Center yang di fasilitasi oleh<br />
Ka.Subid pemberantasan Penyakit Menular Syamsir skm.MKM dan kegiatan vaksinasi anjing<br />
secara massal terhadap semua hewan penular Rabies di Kayu manis, yang mana pelaksanaan di<br />
Vaksinasi dilaksanakan oleh Poskeswan Curup dan dibantu dengan adik-adik mahasiswa<br />
Poltekkes.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 63
51. Jaminan Persalinan bagi Seluruh Penduduk<br />
Dipublikasi pada Senin, 11 April 2011 oleh Lina<br />
Program Pemerintah Pusat tahun 2011 melalui Kementerian <strong>Kesehatan</strong> Republik Indonesia, telah<br />
mengeluarkan kebijakan bahwa seluruh persalinan penduduk dijamin oleh oleh pemerintah<br />
(gratis). Program ini sudah disosialisasikan kepada bidan kordinator di puskesmas dan bidan<br />
praktek swasta. Diharapkan pelaksanaan pelayanan bisa segera dilakukan di seluruh fasilitas<br />
pemerintah, sambil mempersiapkan prosedur klaim bagi petugas dan sosialisasi ke masyarakat.<br />
Dasar hukumnya:<br />
1. Surat Edaran Menteri <strong>Kesehatan</strong> RI Nomor TU/Menkes/E/391/II/2011 tanggal 22 Februari<br />
2011 Tentang Jaminan Persalinan<br />
2. Peraturan menteri <strong>Kesehatan</strong> Nomor 631/MENKES/PER/III/2011 Tentang Petunjuk Teknis<br />
Jaminan Persalinan.<br />
Sasaran yang dijamin adalah seluruh penduduk yang belum memiliki jaminan persalinan yaitu<br />
:<br />
a. Ibu hamil<br />
b. Ibu Bersalin<br />
c. Ibu Nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan)<br />
d. Bayi baru lahir (sampai usia 28 hari)<br />
Kepesertaan jaminan persalinan merupakan perluasan kepesertaan Jamkesmas, terintegrasi dan<br />
dikelola menurut tata kelola manajemen jamkesmas.<br />
Pemanfaatan JAMPERSAL bisa dilayani :<br />
1. Di poskesdes,Pustu,Puskesmas (fasilitas pemerintah tingkat pertama).<br />
2. Bidan/klinik swasta yang menjalin kerjasama (PKS) dengan Tim Pengelola <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />
3. Rumah Sakit Umum (fasilitas rujukan) di kelas III.<br />
Pada daerah lintas batas, misalnya dari desa Taba Mulan kab Kepahiang, bisa berobat di sarana<br />
kesehatan di kab <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Nanti fasilitas kesehatan yg melayani ibu hamil/persalinan dari<br />
luar wilayahnya, tetap melakukan klaim ke Tim Pengelola /<strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> setempat atau<br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, bukan pada daerah asal ibu hamil/bersalin .<br />
Jenis pelayanan jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi :<br />
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC 4 kali; 1 kali pada trw.I, 1 kali pd trw II dan 2 kali pd trw.III)<br />
2. Pertolongan persalinan normal.<br />
3. Pelayanan nifas ( PNC 3 kali ) termasuk KB pasca persalinan.<br />
4. Pelayanan bayi baru lahir.<br />
5. Penanganan komplikasi pada kehamilan,persalinan,nifas dan bayi baru lahir.<br />
Jenis pelayanan persalinan di fasilitas rujukan (RS) di kelas III:<br />
1. Pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi (resti) dan penyulit.<br />
2. Pertolongan persalinan dengan resti dan penyulit yg tidak mampu dilakukan di pelayanan<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 64
tingkat pertama.<br />
3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir di RS dan fasilitas pelayanan kesehatan<br />
yang setara.<br />
4. Pelayanan KB pasca persalinan (alat, obat dan kontrasepsi disediakan BKKBN)<br />
Dalam Kebijakan Operasional sebagaimana tercantum dalam SK Menkes No.<br />
515/Menkes/SK/III/2011 tentang Penerima dana Penyelenggaraan Jamkesmas dan Jampersal di<br />
pelayanan Dasar untuk tiap <strong>Kabupaten</strong>/Kota tahun anggaran 2011 diatur beberapa poin,<br />
diantaranya pengelolaan Jampersal di setiap jenjang pemerintahan (pusat, provinsi, dan<br />
kabupaten/kota) menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan Jamkesmas dan Bantuan Operasional<br />
<strong>Kesehatan</strong> (BOK).<br />
Pengelolaan kepesertaan Jampersal merupakan perluasan kepesertaan dari program Jamkesmas<br />
yang mengikuti tata kelola kepesertaan dan manajemen Jamkesmas, namun dengan kekhususan<br />
dalam hal penetapan pesertanya.<br />
Sementara pelayanannya diselenggarakan dengan prinsip Portabilitas, Pelayanan terstruktur<br />
berjenjang berdasarkan rujukan. Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas<br />
kesehatan pemerintah (Puskesmas dan Jaringannya) didanai berdasarkan usulan rencana kerja<br />
(Plan Of Action/POA) Puskesmas. Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas<br />
kesehatan swasta dibayarkan dengan mekanisme klaim. Klaim persalinan didasarkan atas tempat<br />
(lokasi wilayah) pelayanan persalinan dilakukan.<br />
Dana untuk pelayanan Jamkesmas termasuk Jampersal merupakan satu kesatuan (secara<br />
terintegrasi) disalurkan langsung dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta<br />
V ke Rekening Kepala <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong>/Kota sebagai penanggung jawab<br />
Pengelolaan Jamkesmas di wilayahnya dan Rekening RS untuk fasilitas kesehatan tingkat<br />
lanjutan (pemerintah dan swasta).<br />
Pembayaran untuk pelayanan Jaminan Persalinan dilakukan dengan cara klaim untuk<br />
Pembayaran di faskes Tingkat Pertama. Sementara pembayaran di fasilitas kesehatan Tingkat<br />
Lanjutan dilakukan dengan cara klaim, didasarkan paket INA-CBGs (Indonesia-Case Base<br />
Groups) dahulu INA-DRG.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 65
52. Mewujudkan <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Peduli Lansia<br />
Dipublikasi pada Sabtu, 9 April 2011 oleh tri ms<br />
Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk Indonesia lumayan membaik<br />
dengan rata-rata (data tahun 2010) mencapai usia 70,7 tahun, di mana<br />
usia harapan hidup perempuan lebih tinggi yaitu 72,7 tahun, sedang lakilaki<br />
68,7 tahun. Jika dirangking berdasarkan UHH, negara kita ada di<br />
peringkat 110, seperti bisa dilihat di sini. Membaiknya UHH ini juga<br />
menimbulkan perubahan pada komposisi strata penduduk, di mana<br />
kelompok lanjut usia (lansia) jumlahnya semakin meningkat. Propinsi<br />
dengan usia harapan hidup penduduknya yang tinggi adalah DIY (74,7<br />
tahun) dan terendah di NTB (67,2 tahun). Sementara untuk usia harapan<br />
hidup penduduk Propinsi Bengkulu mencapai 71,2 tahun. Secara<br />
berseloroh diungkapkan, jika ingin panjang umur tinggal di DIY, dan jika<br />
ingin meninggal lebih dini di NTB. Tabel usia harapan hidup per propinsi versi BPS bisa di lihat<br />
di sini.<br />
Lanjut usia menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah penduduk<br />
yang berumur 60 tahun ke atas. Pada UU tersebut diamanatkan agar lanjut usia tetap dapat<br />
diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi,<br />
kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta<br />
terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia. Berdasarkan Keppres No 52<br />
tahun 2004, telah dibentuk Komnas Lanjut Usia (lihat di http://www.komnaslansia.or.id/)<br />
Menurut BPS tahun 2008, jumlah lansia di Indonesia mencapai 8,37 % atau sebanyak 23,9 juta<br />
jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 11,34% atau 29 juta pada tahun 2020. Bahkan<br />
persentase jumlahnya akan lebih banyak daripada jumlah balita. yang berjumlah 6,9%. Dari<br />
jumlah tersebut, lansia perempuan jumlahnya lebih dominan, atau 55% dibanding 45 % jumlah<br />
lansia laki-laki. Propinsi yang penduduk lansianya lebih dari 10% dari jumlah total penduduk<br />
adalah DIY (14%), kemudian Bali, Jateng dan Jatim. Sementara Propinsi Papua yang paling<br />
sedikit jumlah lansianya atau di bawah 5% dari total penduduknya.<br />
Penanganan kelompok lansia di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Jumlah lansia di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> atau penduduk yang berusia di atas 60 tahun diperkirakan<br />
sekitar 6,43 % atau sekitar 15.817 orang. Sebagai proses penuaan alami, warga lanjut usia<br />
sangat rentan dengan penyakit, terutama dementia (pikun) dan kemunduran kemampuan untuk<br />
melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena jumlahnya yang semakin meningkat tersebut,<br />
diperlukan perhatian pemerintah yang lebih besar terhadap kelompok ini. Program kesejahteraan<br />
yang sudah dilakukan misalnya KTP seumur hidup, kemudahan transportasi melalui diskon tiket<br />
perjalanan (berlaku pada karcis kereta api, diskonnya 10%), kemudahan antrian dan bantuan<br />
social lainya. Di bidang kesehatan, penanganan yang lebih khusus terhadap kelompok lansia<br />
ditangani melalui Posyandu Lansia, yang sudah berdiri di setiap puskesmas.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 66
Pelayanan yang diberikan Posyandu Lansia meliputi :<br />
Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living, meliputi kegiatan<br />
dasar dalam kehidupan, seperti makan / minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun<br />
tempat tidur, buang air kecil dan besar.<br />
Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional,<br />
dengan menggunakan pedoman metode 2 menit ( bisa dilihat KMS atau Kartu Menuju<br />
<strong>Sehat</strong> usia lanjut)<br />
Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan<br />
dan dicatat pada grafik indek massa tubuh<br />
Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta<br />
penghitungan denyut nadi selama satu menit.<br />
Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada<br />
pemeriksaan<br />
Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah<br />
dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh<br />
individu dan atau kelompok usia lanjut.<br />
Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak<br />
datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.<br />
Persiapan menyambut Hari Ulang Tahun Lansia tahun 2011 di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Seperti tahun-tahun sebelumnya, HUT Lansia di kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> selalu diperingati<br />
dengan acara yang meriah. Demikian juga untuk tahun 2011 ini. Tujuannya adalah mendorong<br />
terwujudnya gerakan masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lansia. Rencananya kegiatan<br />
HUT Lansia yang diperingati setiap tanggal 29 Mei dan bersamaan dengan HUT Kota Curup<br />
yang ke 131 akan diselenggarakan pada tanggal 18 Mei 2011, dengan acara berupa :<br />
Senam massal lansia (lebih kurang 1000 orang, yang dihadirkan dari Posyandu Lansia) di<br />
lapangan Setia Negara<br />
Pemberiaan penghargaan terhadap lansia yang berprestasi<br />
Pemberiaan doorprize bagi peserta senam lansia<br />
Pemberian penghargaan kepada puskesmas ramah lansia<br />
Pengukuhan Komisi Daerah Lanjut Usia tingkat <strong>Kabupaten</strong> (rencananya akan diketuai<br />
oleh Wabup)<br />
Pelayanan Baksos <strong>Kesehatan</strong> gratis (tensi darah dan pengobatan umum)<br />
Dengan terbentuknya Komda Lanjut Usia di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, diharapkan akan<br />
menjadi forum kordinasi guna mempercepat penanganan kesejahteraan lansia secara terintegrasi<br />
dan terpadu antar lintas sektor. Lahirnya Komda Lansia ini merupakan amanat dari Permendagri<br />
No 60 tahun 2008 tentang Komda Lansia dan Pemberdayaan Lansia di Daerah sekaligus sebagai<br />
tekad mewujudkan kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> sebagai kabupaten peduli lansia.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 67
53. Pembentukan Komite Daerah Lanjut Usia di<br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Dipublikasi pada Sabtu, 7 Mei 2011 oleh tri ms<br />
Bertempat di ruang rapat Wakil Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Bp Slamet Diyono,<br />
SE, siang tadi, Jumat, 4/5/2011, dilaksanakan rapat perdana dalam rangka<br />
pembentukan Komite Daerah Lanjut Usia <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Peserta<br />
rapat yang hadir diantaranya dari Dinkes (Kadinkes, Kabid Binkesmas, Kasi<br />
Usila), Dinsosnaker, BPMD, PWRI, Pepabri/Veteran, PU, Bappeda, BMA,<br />
PKK, Puskesmas Curup, Puskesmas Perumnas dan RSUD. Rapat dipimpin<br />
langsung oleh Bapak Wabup.<br />
Dalam pengantarnya, Wabup mengatakan bahwa pembentukan Komda Lansia ini merupakan<br />
amanat Permendagri No 60/2008 tentang Pembentukan Komda Lansia dan Pemberdayaan<br />
Lansia. Sebagai Ketua Komda Lansia Kab RL adalah Wabup dan Ketua pelaksana Kepala<br />
Bappeda dan wakil Ketua Pelaksana Kadinkes. Sementara sebagai Sekretaris Kabid Binkesmas<br />
Dinkes dan peserta rapat yang lain duduk sebagai anggota.<br />
Meski agak terlambat, itikad dibentuknya Komda Lansia ini bertujuan membuat forum lintas<br />
sector yang tugasnya membantu Bupati dalam melakukan sinergitas kegiatan yang berkaitan<br />
dengan kesejahteraan lansia. Hal ini penting, mengingat jumlah lansia yang semakin meningkat<br />
(di RL penduduk lansia atau warga yang berusia di atas 60 tahun diperkirakan sekitar 6,43 %<br />
atau sekitar 15.817 orang). Peningkatan jumlah lansia ini terkait dengan makin baiknya usia<br />
harapan hidup (di Prop Bengkulu mencapai 67,8 tahun). Menurut Wabup, bahkan suatu saat<br />
nanti jumlah lansia di Indonesia lebih besar dibanding jumlah balita, sehingga profil piramida<br />
penduduk Indonesia bergeser dari mirip segitiga (besar di bawah) menjadi trapezium (besar di<br />
atas).<br />
Menurut Wabup, meningkatnya jumlah lansia ini, harus disikapi semua SKPD, sehingga saat<br />
membuat kebijakan harus sensitive dengan keterbatasan kemampuan lansia. Misalnya <strong>Dinas</strong> PU<br />
atau Perhubungan dalam membuat sarana transportasi/jalan, memperhatikan keselamatan dan<br />
keterbatasan lansia untuk jalan kaki, sehingga trotoar yang dibangun harus datar dan aman untuk<br />
lansia, jangan terlalu tinggi. Juga perlunya taman lansia, tempat untuk kongkow-kongkow para<br />
lansia. Sementara <strong>Dinas</strong> Sosnaker dapat melakukan bantuan social secara tepat pada lansia yang<br />
membutuhkan, didukung adanya pemberdayaan lansia oleh BPMD. Sedang <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />
membuat program Posyandu lansia, serta pelayanan kesehatan di puskesmas dengan membuat<br />
outlet pelayanan lansia secara tersendiri (perwujudan puskesmas ramah lansia). Diharapkan juga<br />
dilaksnakan di RSUD.<br />
Menghadapi Hari Ulang Tahun Lanjut Usia tanggal 29 Mei yang jatuh bertepatan dengan HUT<br />
Curup, akan diselenggarakan senam massal lanjut usila dilanjutkan dengan pengobatan gratis di<br />
lapangan Setia Negara. Acara akan dilakukan pada hari Rabu, 18 Mei 2011. Peserta lansia yang<br />
hadir berasal dari Posyandu lansia dan diperkirakan berjumlah 750 orang.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 68
54. Menyoal Peringkat IPM dan IPKM <strong>Kabupaten</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Dipublikasi pada Minggu, 3 April 2011 oleh tri ms<br />
Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk membandingkan keberhasilan pembangunan<br />
sumber daya manusia antar negara adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks<br />
Pembangunan Manusia (IPM). Indeks tersebut merupakan indikator komposit yang terdiri<br />
dari: indikator kesehatan (Umur Harapan Hidup atau UHH), pendidikan (angka melek<br />
huruf dan sekolah) serta ekonomi (pengeluaran riil per kapita). Peringkat IPM Indonesia ada<br />
di rangking 111 dari 182 negara, dengan skor 0.734 (tahun 2007), berada pada kelompok<br />
menengah negara berkembang. Daftar lengkap IPM atau HDI tahun 2007 bisa lihat di sini.<br />
Dengan mengadopsi penghitungan HDI, Indonesia juga menghitung Indeks Pembangunan<br />
Manusia (IPM) untuk propinsi dan kabupaten/kota. IPM kini sudah dipakai sebagai acuan untuk<br />
menilai keberhasilan pembangunan di level propinsi atau kabupaten/kota. Oleh karena itu<br />
prioritas pembangunan selalu diarahkan pada upaya peningkatan IPM di wilayahnya terutama<br />
pada 3 pilar : pendidikan, kesehatan dan ekonomi.<br />
IPM <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Untuk angka IPM propinsi Bengkulu skornya 72,55 berada pada peringkat 12 dari 34 propinsi.<br />
Selengkapnya IPM per propinsi yang dihitung BPS bisa dibaca web BPS. Sementara itu,<br />
berapakah IPM kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>? Dari data yang diambil dari website<br />
www.kpdt.bps.go.id skor IPM <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> 70,46 dan di Propinsi Bengkulu berada di<br />
peringkat ke 3 setelah kota Bengkulu dan kabupaten Bengkulu Selatan atau secara nasional<br />
berada di peringkat 246 dari 440 kota (kota Bengkulu ada di peringkat 17). Tabel lengkapnya<br />
bisa dilihat di sini. Dari keadaan ini, <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> masih harus meningkatkan pembiayaan<br />
dan pembenahan untuk 3 pilar yang sangat berhubungan dengan IPM, yaitu peningkatan akses<br />
pendidikan dan kesehatan dan membuat program yang berdampak langsung pada peningkatan<br />
ekonomi masyarakat dan perluasan kesempatan kerja. Bagi bidang kesehatan, meningkatkan<br />
IPM berarti harus meningkatkan UHH (Umur Harapan Hidup) atau istilah lainnya Life<br />
Expectacy (LE).<br />
IPKM <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />
Guna melihat kemajuan daerah dalam bidang kesehatan, para ahli kesehatan merumuskan adanya<br />
Indeks Pembangunan <strong>Kesehatan</strong> Masyarakat (IPKM) yaitu suatu indeks komposit terdiri<br />
dari 24 indikator kesehatan utama yang mempunyai hubungan sangat erat dengan indikator<br />
Umur Harapan Hidup (UHH) yang dihitung dalam IPM. IPKM dihitung dan dikumpulkan<br />
dari 3 survei berbasis komunitas yaitu Riset <strong>Kesehatan</strong> Dasar (Riskesdas), Survei Sosial<br />
Ekonomi Nasional (Susenas) dan Survei Potensi Desa (Podes).<br />
24 indikator IPKM yang mempengaruhi UHH tersebut adalah : prevalensi balita gizi buruk dan<br />
kurang, prevalensi balita sangat pendek dan pendek, prevalensi balita sangat kurus dan kurus,<br />
prevalensi balita gemuk, prevalensi diare, prevalensi pnemonia, prevalensi hipertensi, prevalensi<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 69
gangguan mental, prevalensi asma, prevalensi penyakit gigi dan mulut, prevalensi disabilitas,<br />
prevalensi cedera, prevalensi penyakit sendi, prevalensi ISPA, proporsi perilaku cuci tangan,<br />
proporsi merokok tiap hari, akses air bersih, akses sanitasi, cakupan persalinan oleh nakes,<br />
cakupan pemeriksaan neonatal-1, cakupan imunisasi lengkap, cakupan penimbangan balita, ratio<br />
Dokter/Puskesmas, dan ratio bidan/desa.<br />
Meskipun kab RL aktif menyelenggarakan baksos kesehatan serta mendapat predikat kabupaten<br />
sehat tahun 2007 dan 2009 (penghargaan Swasti Saba Padapa dan Wiwerda dari Menteri<br />
<strong>Kesehatan</strong>), namun ternyata kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> skor IPKM-nya 0,5032 dan berada di<br />
peringkat 228 dari 440 kabupaten atau peringkat 3 untuk Propinsi Bengkulu setelah kota<br />
Bengkulu (peringkat 46) dan kabupaten Muko-muko (peringkat 183). Namun juga perlu<br />
diketahui, jika IPKM dihitung dengan 24 variabel, predikat kabupaten sehat ada 260 variabel<br />
dan melibatkan 9 lintas sektor.<br />
Hasil IPKM terendah atau tingkat kesehatannya buruk adalah daerah Pegunungan Bintang,<br />
Papua (0,247059) dan tertinggi adalah Kota Magelang, Jateng (0,708959). Berdasar perhitungan<br />
rata-rata nilai, diperoleh batas normal IPKM yaitu 0,415987 dan daerah di bawah angka ini<br />
dikategorikan sebagai daerah bermasalah kesehatan berat/khusus (kab <strong>Lebong</strong> termasuk<br />
daerah ini).<br />
Tabel Peringkat IPKM untuk Propinsi Bengkulu Tahun 2010 (Sumber : Balitbangkes)<br />
Peringkat Kota/Kab IPKM<br />
46 Kota Bengkulu 0.630536<br />
183 Mukomuko 0.533082<br />
228 <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> 0.503246<br />
232 Kepahiang 0.501664<br />
274 Seluma 0.474829<br />
300 Bengkulu Utara 0.460517<br />
310<br />
Bengkulu<br />
Selatan<br />
0.452189<br />
315 Kaur 0.450770<br />
381 <strong>Lebong</strong> 0.407933<br />
Kenapa kabupaten RL peringkat IPKM-nya pada rangking 228? Ternyata setelah dipelajari dari<br />
24 variabel IPKM, ada 7 variabel kesehatan di kab RL yang bermasalah yaitu : prevalensi ISPA,<br />
prevalensi dengue, prevalensi penyakit mental, prevalensi hipertensi, cakupan kunjungan<br />
neonatal, cakupan imunisasi, dan cakupan penimbangan balita. Menurut informasi, data<br />
prevalensi penyakit didapat dari Riskesdas tahun 2007 dan data cakupan dari laporan. Jika 7<br />
variabel bermasalah ini bisa segera diperbaiki, ditambah dengan perbaikan mekanisme<br />
pelaporannya, maka kabupaten RL sangat optimis dalam 1 -2 tahun ini bisa masuk 100 besar<br />
peringkat IPKM.<br />
Semoga.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 70
55. Pengembangan Desa Siaga Aktif di <strong>Kabupaten</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Dipublikasi pada Kamis, 7 April 2011 oleh dian<br />
Desa Siaga adalah Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan<br />
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan<br />
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri<br />
Tujuan Desa Siaga :<br />
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan<br />
kesehatan di desanya.<br />
Sasaran Desa Siaga :<br />
1. Semua Individu dan Keluarga di Desa<br />
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku Individu<br />
dan Keluarga<br />
3. Pihak – pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan,peraturan per<br />
UU,Dana,tenaga dan Sarana<br />
Kriteria Desa Siaga :<br />
Sebuah Desa telah menjadi Desa Siaga apabila Desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya<br />
sebuah Pos Kes des ( Pos <strong>Kesehatan</strong> desa )<br />
Standarnya Poskesdes tersebut dibangun pemerintah berupa sebuah bangunan yang memiliki<br />
syarat bangunan poskesdes beserta sarana dan Pra sarananya, namun bisa juga dipakai dengan<br />
memakai bangunan lama seperti bangunan polindes, Balai Desa ataupun Rumah Penduduk<br />
yang di sewa dijadikan Poskesdes ( jadi tidak kaku ) dengan penempatan 1 ( satu ) orang Bidan<br />
di desa dan di bantu minimal 2 ( dua ) orang kader desa siaga setiap harinya,(bila memungkinkan<br />
) yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di wilayah tersebut.<br />
Penyelenggaraan Desa Siaga di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dilaksanakan dengan pendekatan<br />
5 (lima ) Siaga yaitu :<br />
1. Siaga <strong>Kesehatan</strong> Ibu dan Anak<br />
2. Siaga Gizi<br />
3. Siaga Penyakit Menular<br />
4. Siaga Bencana<br />
5. Siaga Nafza<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 71
Upaya percepatan Desa Siaga di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> lebong :<br />
1. Pencanangan Desa / Kelurahan Siaga pada saat HKN Tahun 2006 dan Tahun 2007<br />
2. Surat Edaran Bupati pada camat Pembentukan Desa / Kelurahan siaga Tahun.2007<br />
3. Pembentukan Tim Pembina Desa / Kelurahan di 15 Kecamatan<br />
4. Roadshow <strong>Kesehatan</strong> ( Pengorganisasian Desa Siaga )<br />
5. Sosialisasi Dan Advokasi Lp / LS<br />
6. Penyediaan Sarana dan Pra sarana ( Poskesdes Kit, Bidan Kit dan Kendaraan roda 2 )<br />
7. Penilaian Desa Siaga Aktif Tingkat kabupaten<br />
8. Penilaian Bidan Desa Siaga Teladan Tk.<strong>Kabupaten</strong> dan Propinsi<br />
Syarat Desa Siaga di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> :<br />
1. Adanya Forum Masyarakat Desa<br />
2. Adanya Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Dasar<br />
3. Adanya UKBM ( Upaya <strong>Kesehatan</strong> Berbasis masyarakat )<br />
4. Adanya sistim surveilans ( pengamatan ) berbasis masyarakat<br />
5. Adanya Pembinaan Desa Siaga oleh Puskesmas<br />
6. Adanya sistim siaga bencana<br />
7. Adanya sistim siaga Nafza<br />
8. Pembiayaan <strong>Kesehatan</strong> berbasis masyarakat<br />
9. Mempunyai Lingkungan <strong>Sehat</strong><br />
10. Penduduk / warganya ber PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan <strong>Sehat</strong> )<br />
Strata Desa Siaga Aktif<br />
1. Pratama<br />
2. Madya<br />
3. Purnama<br />
4. Mandiri<br />
Pentahapan Desa Siaga Aktif :<br />
1. Bina<br />
2. Tumbuh<br />
3. Kembang<br />
4. Paripurna<br />
Hingga tahun 2008 sudah sekitar 156 desa yang telah dipersiapkan sebagai desa siaga.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 72
56. Baksos <strong>Kesehatan</strong> Desa Terpencil di Wilayah<br />
Lembak<br />
Dipublikasi pada Selasa, 31 Mei 2011 oleh andi<br />
Guna membantu akses pelayanan kesehatan<br />
bagi masyarakat di daerah terpencil, <strong>Dinas</strong><br />
<strong>Kesehatan</strong> dan puskesmas secara terpadu selalu<br />
mengadakan Bakti sosial pelayanan kesehatan<br />
di daerah terpencil. Saat ini terdapat 54 desa<br />
masuk dalam kategori desa terpencil,<br />
dikarenakan sulitnya akses untuk masuk ke desa<br />
tersebut.<br />
Bulan Mei 2011 ini, ada 4 (empat) desa<br />
menjadi lokasi sasaran Pelayanan <strong>Kesehatan</strong><br />
Daerah Terpencil terutama di wilayah Lembak,<br />
yaitu desa Bukit Batu Kec. PUT, desa Air Nau<br />
Kec. SBU, desa Sukakarya Kec. SBI dan desa Tanjung Gelang Kec. Kota Padang. Adapun tim<br />
kabupaten yang turun yaitu dari bidang yankesfar dengan koordinator Kabid Pelayanan<br />
<strong>Kesehatan</strong> dan Farmasi, Bapak Agung Gunawan. CP, SKM. M.Kes dan Tim Puskesmas PUT,<br />
(ke desa Suka Karya dan Bukit Batu), Puskesmas Tanjung Agung (Desa Air Nau) dan<br />
Puskesmas Kota Padang (Desa Tanjung Gelang) serta didampingi tim PKK kecamatan/desa.<br />
Adapun tujuan Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Daerah Terpencil ini adalah untuk meningkatkan cakupan<br />
pelayanan kesehatan yang dilakukan secara terpadu kepada masyarakat dimana masyarakat tidak<br />
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara rutin setiap hari karena tidak ada fasilitas<br />
kesehatan, tidak adanya petugas kesehatan di desa dan jarak desa jauh dengan fasilitas kesehatan<br />
terdekat ditambah lagi dengan akses yang sulit terutama di musim penghujan.<br />
Kegiatan pelayanan kesehatan untuk daerah terpencil yang diberikan antara lain : Pengobatan<br />
Umum untuk semua umur, Pelayanan Ibu hamil dan KB, Penimbangan bayi dan imunisasi,<br />
Pelayanan Sunat, Penyuluhan <strong>Kesehatan</strong> dan Pemberian bahan kontak bagi masyarakat.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 73
57. Gerakan Peduli Kusta (Gerakan PELITA)<br />
Dipublikasi pada Jumat, 27 Mei 2011 oleh sri muliyanti<br />
Penyakit Kusta di Indonesia merupakan urutan 3 setelah Brazil dan India. Sementara di<br />
Indonesia, propinsi terbanyak adalah Jawa Timur, Meskipun di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dalam<br />
kurun waktu 3 tahun terakhir tidak atau belum ditemukan kasus kusta baru, namun <strong>Dinas</strong><br />
kesehatan melalui subid Pemberantasan Penyakit dan Bankes yang langsung merupakan bidang<br />
yang bersentuhan langsung dengan penyakit menular termasuk kusta tidak serta merta untuk<br />
tidak melakukan atau merencanakan kegiatan melainkan kedepan memprogramkan inovasi baru<br />
yaitu Gerakan Peduli Kusta atau Gerakan PELITA yang bertujuan untuk” Menemukan kasus<br />
Kusta sedini mungkin guna pengobatan untuk menghindari kecacatan Permanen penderita<br />
kusta “ sehingga apabila dalam kegiatan tersebut tidak ditemukan Penderita Kusta Mungkinlah<br />
kita patut berbangga diri menyatakan <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Bebas Kusta .<br />
Strategi kegiatan – kegiatan Gerakan PELITA di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> meliputi :<br />
1. Desiminasi Informasi Penyakit Kusta pada masyarakat melalui metode penyuluhan baik<br />
di Posyandu, sekolah atau dikesempatan masyarakat berkumpul,penyebaran Leatflet<br />
”Kenali Kusta sedini Mungkin ”<br />
2. Melakukan pelacakan kusta didaerah yang pernah di temukan kasus Kusta beberapa<br />
tahun yang lalu terutam kepada keluarga dan lingkungan sekitarnya.<br />
3. Case Kusta atau pemeriksaan kusta bagi anak sekolah melalui kegiatan UKS Format<br />
4. Melakukan penjaringan kepada orang –orang yang memiliki penyakit Kulit terutama<br />
Panu<br />
5. Melaporkan setiap kasus Suspect Kusta ke Subid Pemberantasan Penyakit dan Bankes<br />
<strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> Via telpon atau laporan<br />
6. Menggandakan instrumen atau ciklis Penemuan Kusta<br />
7. Tersedianya baner atau poster penyakit kusta yang dapat di baca bagi pengunjung/pasien<br />
puskesmas (Contoh dapat dilihat disubid Pemberantasan Penyakit atau di<br />
(www.dinkesrl.net )<br />
8. Pencatatan dan Pelaporan kusta dikirimkan setiap triwulan di Subid pemberantasan<br />
penyakit selambat lambatnya setiap tanggal 5 (format Laporan terlampir) meskipun tidak<br />
ditemukan kasus<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 74
58. Rapat Persiapan Penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> di<br />
tingkat Kecamatan<br />
Dipublikasi pada Kamis, 26 Mei 2011 oleh dian<br />
Rapat Persiapan penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> Tingkat Kecamatan telah dilaksanakan di salah satu<br />
titik sasaran penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> yaitu Desa Tanjung Beringin ( desa nominasi untuk<br />
sasaran penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> ) pada tanggal 26 mei 2011 bertempat di kantor balai desa<br />
Tanjung Beringin.<br />
Acara dibuka Oleh Kepala <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> yang diwakilkan oleh<br />
Kabid Bina <strong>Kesehatan</strong> Masyarakat Bapak Almaini SKP, dalam sambutannya menekankan<br />
kepada masyarakat agar pemberdayaan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan sangat<br />
dibutuhkan dalam menjalankan roda pemerintahan khususnya pelaksanaan kegiatan di desa guna<br />
mendukung kegiatan Kecamatan <strong>Sehat</strong> serta mensukseskan kegiatan <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> di<br />
<strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> lebong yang ke tiga kalinya tahun ini yang insyaallah penilaian dilakukan<br />
pada bulan juni- Juli tahun 2011 oleh Tim Pusat dari Jakarta. Selanjutnya narasumber Yudhi<br />
juga mensosialisasikan <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> kepada masyarakat sehingga masyarakat mengerti dan<br />
segera mempersiapkan diri ,dan Desa siap untuk dinilai sera dengan tegas bapak Kepala Desa<br />
Tanjung Beringin mengatakan siap dan bersedia mendukung program pemerintah khususnya<br />
penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong>.Berkenaan dengan <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> disampaikan juga materi yang<br />
lain yaitu Pengembangan Desa Siaga Aktif dan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat dengan<br />
pendekatan PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan <strong>Sehat</strong> ) oleh Pak Almaini SKP.M.Kes dan<br />
Sdri.Sridiany .<br />
Masyarakat Desa Tanjung Beringin sangat antusias mendengar materi dan sangat bangga atas<br />
terpilihnya desa mereka sebagai titik sasaran penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> dari Pusat dan berharap<br />
tahun ini <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> kembali menjadi juara ke tingkat yang lebih tinggi yaitu<br />
mencapai penghargaan Wistara tentunya ( amin yarobbal alamin )<br />
Desa sasaran lainnya untuk penilaian Kabupten <strong>Sehat</strong> :<br />
1. Kecamatan Curup Utara :<br />
Desa Tanjung Beringin<br />
Desa Suka Datang<br />
2. Kecamatan Curup Selatan :<br />
Desa Air Lanang<br />
3. Kecamatan Sindang Kelingi:<br />
Desa Mojorejo<br />
4. Kecamatan Selupu <strong>Rejang</strong> :<br />
Desa Air Duku<br />
Desa Kali Padang<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 75
59. Senam Lansia Memperingati HUT Lansia dan<br />
HUT Kota Curup<br />
Dipublikasi pada Rabu, 18 Mei 2011 oleh tri ms<br />
Bertempat di Lapangan Setia Negara, hari<br />
Rabu pagi tadi (18/05), dilangsungkan<br />
acara senam masal lansia yang diikuti<br />
sekitar 1000 orang lebih yang berasal<br />
dari Posyandu lansia di wilayah kota<br />
Curup. Acara dihadiri oleh Bp Wabup<br />
Slamet Diyono, Bp Sekda, Kepala <strong>Dinas</strong><br />
Instansi serta Camat dan kepala<br />
Puskesmas. Senam masal jantung sehat<br />
berlangsung mulai jam 08.00 dan<br />
berlangsung meriah. Instruktur senam<br />
berasal dari Yayasan Jantung <strong>Sehat</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />
Menurut Ketua Panitia kegiatan ini, Kadinkes RL, Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc, acara senam<br />
masal lansia merupakan Kegiatan HUT Lansia yang diperingati setiap tanggal 29 Mei dan<br />
bersamaan dengan HUT Kota Curup yang ke 131 dan diselenggarakan pada hari Rabu, 18 Mei<br />
2011. Hari Lanjut Usia Nasional dicanangkan secara resmi oleh Presiden Soeharto di Semarang<br />
pada 29 Mei 1996 untuk menghormati Dr KRT Radjiman Wediodiningrat yang di usia lanjutnya<br />
memimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia<br />
(BPUPKI) pada tanggal 29 Mei 1945. Tema HUT lansia tahun 2011 di RL : Mewujudkan<br />
<strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> sebagai <strong>Kabupaten</strong> Peduli Lansia. Sebagai catatan, hari Senin<br />
kemarin (16/5), telah diadakan Lomba balita sehat, yang juga sebagai perwujudan <strong>Kabupaten</strong> RL<br />
peduli balita.<br />
Lanjut usia (lansia) menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah<br />
penduduk yang berumur 60 tahun ke atas. Pada UU tersebut diamanatkan agar lanjut usia tetap<br />
dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan<br />
fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya,<br />
serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia.<br />
Berkaitan juga dalam rangka menyambut hari lansia, pada tgl 4 Mei 2011 kemarin di RL telah<br />
dibentuk Komite Daerah lanjut usia (Komda lansia) yang diketuai Bp Wabup Drs. Slamet<br />
Diyono, sebagai amanat Permendagri 60/2008 tentang Pembentukan Komda lansia dan<br />
Pemberdayaan Lansia di Propinsi/kabupaten/kota. Fungsinya adalah membantu bapak Bupati RL<br />
dalam melakukan kerjasama lintas sector dan sinergitas antar <strong>Dinas</strong>/intansi untuk kesejahteraan<br />
lansia. Meningkatnya jumlah lansia ini, harus disikapi semua <strong>Dinas</strong>/instansi, sehingga saat<br />
membuat kebijakan harus sensitif dengan keterbatasan kemampuan lansia. Misalnya <strong>Dinas</strong> PU<br />
atau Perhubungan dalam membuat sarana transportasi/jalan, memperhatikan keselamatan dan<br />
keterbatasan lansia untuk jalan kaki, sehingga trotoar yang dibangun harus datar dan aman untuk<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 76
lansia, jangan terlalu tinggi. Juga perlunya taman lansia, tempat untuk kongkow-kongkow para<br />
lansia. Sementara <strong>Dinas</strong> Sosnaker dapat melakukan bantuan social secara tepat pada lansia yang<br />
membutuhkan, didukung adanya pemberdayaan lansia oleh BPMD. Sedang <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />
membuat program Posyandu lansia, serta pelayanan kesehatan di puskesmas dengan membuat<br />
outlet pelayanan lansia secara tersendiri (perwujudan puskesmas ramah lansia). Diharapkan juga<br />
dilaksanakan di RSUD.<br />
Pemberiaan penghargaan dan doorprize<br />
Setelah acara senam selesai, dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada tokoh<br />
masyarakat yang merupakan lansia yang masih aktif berorganisasi di bidang kemasyarakatan.<br />
Mereka adalah Ketua PWRI <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Ketua Veteran/Pepabri (Bp Jambak), Ketua PMI<br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> (Bp Usman), Bapak Siran (mantan guru), Ibu Nasmah (pensiunan bidan aktif di<br />
PKK). Nama-nama lansia lain yang mendapat penghargaan adalah tokoh masyarakat seperti ibu<br />
Ainun, ibu Sumarni, ibu Kusmi Aisyah dan ibu Nurlela.<br />
Pada kesempatan tersebut juga diberikan penghargaan kepada 2 puskesmas ramah lansia, yaitu<br />
puskesmas yang telah membuka loket pelayanan khusus lansia secara tersendiri, tidak digabung<br />
dengan pasien umum lainnya. Puskesmas tersebut adalah puskesmas Curup dan Perumnas. Pada<br />
akhir acara diberikan bingkisan kepada para lansia yang usianya di atas 70 tahun dan doorprize<br />
bagi lansia yang kuponnya masuk undian. Panitia juga memberikan pelayanan pengobatan gratis<br />
bagi lansia yang dilayani oleh sekitar 15 dokter, 15 perawat dan bidan di puskesmas kota Curup<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 77
60. Dinkes dan TP-PKK Gelar Lomba Balita <strong>Sehat</strong><br />
Dipublikasi pada Selasa, 17 Mei 2011 oleh tri ms<br />
Hari Senin kemarin (16/5/2011), Lomba<br />
Balita <strong>Sehat</strong> digelar oleh <strong>Dinas</strong><br />
<strong>Kesehatan</strong> bekerjasama dengan Tim<br />
Penggerak PKK <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dengan<br />
diikuti oleh 90 balita dengan usia antara 6<br />
bulan hingga 5 tahun. Para balita tersebut<br />
digolongkan dalam 2 kategori umur yaitu<br />
6-24 bulan dan 25-59 bulan. Mereka<br />
merupakan perwakilan yang sebelumnya<br />
telah terseleksi sebagai 6 peserta terbaik<br />
dari 15 kecamatan se kabupaten <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong>. Kegiatan tersebut dilakukan<br />
dalam rangka menyambut HUT Kota<br />
Curup ke 131 dan berlangsung cukup<br />
meriah di gedung Balai Agung, Curup.<br />
Acara dihadiri oleh Bp Bupati RL, Ketua<br />
TP-PKK, Kepala <strong>Dinas</strong>/Instansi serta Camat dan Pimpinan Puskesmas.<br />
Kepala <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Drs Tri MS, Apt, DSc, mengatakan, tujuan<br />
diselenggarakan Lomba Balita <strong>Sehat</strong> dalam rangka memacu dan memotivasi orang tua agar<br />
selalu aktif membawa anaknya ke posyandu balita supaya kesehatan dan tumbuh kembang anak<br />
bisa dipantau. Hal ini berkaitan dengan kriteria penilaian lomba yang unsur penilaiannya<br />
merupakan kegiatan yang sering dilakukan di Posyandu. Adapun kriteria penilaian meliputi :<br />
proporsi tinggi badan dan berat badan, status gizi dan pemberian makanan, status anak dan ibu,<br />
kelengkapan dan ketepatan jadual imuninasi, pengetahuan ibu dalam pengasuhan anak,<br />
kesehatan umum, kesehatan gigi, dan aspek psikologi dan perkembangan motorik anak. Tim Juri<br />
terdiri dokter di puskesmas dan RSUD, dokter gigi, ahli gizi, bidan dan anggota pokja IV TP-<br />
PKK.<br />
Dari dialog Ketua TP-PKK RL dengan para orang tua balita saat pemberian doorprize, ternyata<br />
pengetahuan umum para orang tua peserta berkaitan dengan kesehatan anak sangat baik, terbukti<br />
semuanya bisa menjawab pertanyaan seperti kapan jadwal imunisasi campak, apa warna kapsul<br />
vitamin A, istilah BGM, KMS, dan ASI eksklusif dan beberapa pertanyaan lainnya. Ini<br />
menandakan bahwa masyarakat <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> sangat perhatian memantau kesehatan anaknya<br />
melalui Posyandu balita yang ada di wilayah Puskesmas sehingga mereka sudah akrab dengan<br />
istilah-istilah yang ada di Posyandu.<br />
Pemenang lomba mendapatkan hadiah berupa uang, piala dan bingkisan. Namun bagi yang tidak<br />
menang, juga mendapatkan piala, piagam dan bingkisan dari Ibu Ketua TP-PKK, sehingga<br />
seluruh peserta nampak pulang ke rumah dengan cukup bergembira, tidak ada yang kecewa.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 78
Adapun hasil lengkap Lomba Balita <strong>Sehat</strong> sebagai berikut :<br />
Pemenang kategori usia 6 – 24 bulan : Juara I : Gita dari Kecamatan Bermani Ulu, Juara 2<br />
Mualif dari Kecamatan Sindang Beliti Ilir, Juara 3 Farhan dari Kecamatan Curup Timur, Juara<br />
Harapan 1 Nadin Zulfa dari Kecamatan Curup Selatan, Juara Harapan 2 Raja RS dari<br />
Kecamatan Curup, Juara Harapan 3 Zahra Olivia dari Kecamatan Sindang Kelingi.<br />
Pemenang kategori usia 25 sampai 59 bulan : Juara I Yesica dari Kecamatan Padang Ulak<br />
Tanding, Kozairul dari Kecamatan Curup Selatan, Juara 3 M. Serbianyah dari Kecamatan Curup<br />
Tengah, Juara Harapan 1 Dini Nanda dari Kecamatan Biduriang, Juara Harapan 2 Nurun dari<br />
Kecamatan Sindang Dataran dan Juara Harapan 3 Sika dari Kecamatan Kota Padang.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 79
61. Mengatasi Gizi Buruk, Mari Gebyarkan<br />
Kembali Posyandu Balita<br />
Dipublikasi pada Selasa, 3 Mei 2011 oleh tri ms<br />
Beberapa hari ini, koran RPP dan BE, memberitakan tentang<br />
adanya balita dengan status gizi buruk dan kurang gizi,<br />
terutama yang menimpa 2 balita dari PUT dan 2 balita dari<br />
Sindang Dataran. Mereka semua dibawa ke RSUD Curup dan<br />
telah mendapatkan perawatan yang memadai. Salut untuk<br />
tenaga pengelola gizi puskesmas PUT yang telah menangani<br />
dengan baik, mengurus administrasi Jamkesdanya, merujuk<br />
dan melakukan pendampingan di RS selama dirawat serta<br />
memberikan makanan PMT (Pemberian Makanan Tambahan)<br />
selama 4 bulan paska dirawat. Semuanya gratis. Dan<br />
alhamdulilah, semua masalah gizi buruk di RL bisa ditangani<br />
dengan sebaik-baiknya, tentunya berkat dukungan semua pihak<br />
terkait, seperti puskesmas dan RSUD. (Jika mau baca laporan<br />
situasi gizi masyarakat tahun 2010, klik di sini)<br />
Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari<br />
penyakit malnutrisi energi-protein (MEP), yaitu penyakit yang<br />
diakibatkan kekurangan energi dan protein. Bergantung pada derajat kekurangan energi-protein<br />
yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. MEP ringan sering diistilahkan<br />
dengan kurang gizi. Sedangkan marasmus, kwashiorkor (sering juga diistilahkan dengan busung<br />
lapar atau HO), dan marasmik-kwashiorkor digolongkan sebagai MEP berat atau gizi buruk.<br />
Selain malnutrisi energi-protein di atas, ada juga gangguan pertumbuhan yang diistilahkan<br />
dengan gagal tumbuh. Yang dimaksud dengan gagal tumbuh adalah bayi/anak dengan<br />
pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding anak sebayanya. Untuk mudahnya,<br />
pertumbuhan anak tersebut ada di bawah kurva pertumbuhan normal.<br />
Gebyarkan Kembali Posyandu Balita<br />
Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan<br />
Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) di Posyandu. Status gizi balita dipantau<br />
dengan KMS (Kartu Menuju <strong>Sehat</strong>). KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan,<br />
perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi<br />
kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan<br />
anak dan rujukan ke Puskesmas/RS.<br />
Berat badan yang dicantumkan di KMS akan terlihat sesuai dengan pita warna yang ada,<br />
sebagian berat badan balita ada yang berada pada pita warna hijau dan juga kuning bahkan ada<br />
yang sebagian berada pada pita warna merah atau tepatnya di Bawah Garis Merah (BGM).<br />
Berat badan yang berada pada pita warna hijau selalu saja dipersepsikan dengan gizi baik,<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 80
sementara berat badan yang berada pada pita warna kuning merupakan warning (peringatan)<br />
kepada ibunya agar lebih berhati-hati jangan sampai masuk pada berat badan di BGM, karena<br />
apabila anak telah berada di BGM pada KMS, maka anak balita tersebut bisa cenderung di vonis<br />
(padahal belum tentu), mengalami gizi buruk. Status balita BGM, menjadi perhatian ibu dan<br />
petugas kesehatan agar segera bertindak, mengobservasi lebih dalam status kesehatan balita<br />
tersebut dan segera melakukan langkah intervensi.<br />
Halaman 2 KMS, garis vertikal skala BB dan garis horisontal skala umur<br />
Yang menjadi permasalahan di RL adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke<br />
posyandu secara rutin untuk menimbang berat badannya. Terutama yang di pelosok/terpencil.<br />
Di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> angka kehadiran balita ditimbang rata-rata masih di bawah 40%. Bahkan di<br />
kecamatan Binduriang, balita yang datang ke posyandu dan ditimbang masih di bawah 10%. Ini<br />
kecamatan yang paling rendah aktifitas Posyandunya. Oleh karena itu, Dinkes mengajak<br />
pimpinan puskesmas dan para camat, kades dan tokoh masyarakat serta PKK agar melakukan<br />
pemantauan posyandu serta menggalakkan keaktifannnya melalui kegiatan gebyar posyandu,<br />
dengan upaya-upaya yang inovatif dan tidak membosankan, agar orang tua dan balitanya tertarik<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 81
erkunjung ke posyandu. Dalam acara-acara baksos kesehatan yang sering dilakukan <strong>Dinas</strong><br />
<strong>Kesehatan</strong>. bahkan bapak bupati sendiri atau ibu. sering memberikan contoh bagaimana<br />
melakukan penimbangan balita dilanjutkan imunisasi. Hal ini sebaiknya juga ditiru oleh para<br />
camat/kades/lurah.Keaktifan posyandu sangat membantu dalam pelacakan adanya balita gizi<br />
buruk.<br />
Sikap Responsif, bukan Reaktif<br />
Kasus kurang gizi dan gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang<br />
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang. Hal<br />
ini dapat terjadi karena pola asuh dan asupan makanan yang salah, seperti ibu yang sibuk bekerja<br />
di kebun/ladang atau di suatu tempat, sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan).<br />
Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6<br />
bulan dan kadang tidak hygienis (istilahnya makanan sampah atau “junk food”). Selain hal di<br />
atas, gizi buruk terjadi karena adanya penyakit infeksi, sebagaimana terjadi pada 2 balita dari<br />
PUT, yang ternyata menderita penyakit TBC (barangkali tertular dari orang tuanya, yang sedang<br />
dalam pengobatan 4 bulan dengan obat TBC). Karena penyakit atau karena asupan makanan<br />
yang kurang, dapat digambarkan seperti telur dan ayam. Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah<br />
perlu dipersoalkan, yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut.<br />
Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat<br />
secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi. Masyarakat diharapkan dapat<br />
memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk, digerakkan<br />
oleh petugas gizi puskesmas melalui Posyandu. Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga<br />
yang mampu bisa menjadi orang tua asuh, mencari peluang kerja untuk orang tuanya. Sementara<br />
yang dilakukan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> bekerjasama dengan puskesmas adalah membantu memberikan<br />
PMT hingga BB anak yang bersangkutan normal dan pemberian pengetahuan kepada<br />
keluarganya bagaimana cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori<br />
dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat<br />
meningkatkan tinggi badan.<br />
Karena umumnya gizi buruk terkait dengan kemiskinan, ada baiknya instansi lain, seperti <strong>Dinas</strong><br />
Pertanian, Bazis (Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah), bagian Kesra, <strong>Dinas</strong> Sosial, serta<br />
Bappeda melalui pokja SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) dan bahkan anggota<br />
Dewan dapat terlibat membantu pemulihan dan perbaikan mereka yang menderita gangguan<br />
kurang gizi. Karena masalah kurang gizi balita, juga menyangkut image atau citra kabupaten,<br />
yang diperlukan adalah sikap responsif/tanggapnya kita semua, bukan reaktif, serta nggak<br />
usah dipolitisasi. Program kemiskinan di masing-masing SKPD yang terkesan berjalan sendirisendiri,<br />
juga sudah waktunya dilakukan terkordinir dengan sasaran dari data masyarakat miskin<br />
yang valid dan seragam, sehingga jumlah warga miskin cepat menurun secara nyata.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 82
62. Persiapan Verifikasi Penghargaan <strong>Kabupaten</strong><br />
<strong>Sehat</strong> Tahun 2011<br />
Dipublikasi pada Minggu, 1 Mei 2011 oleh tri ms<br />
Tahun 2011 ini, penilaian kabupaten sehat yang dikenal dengan<br />
penghargaan Swasti Saba, akan dilakukan oleh tim pusat kepada<br />
kabupaten di Indonesia yang berminat untuk diverifikasi. Kegiatan<br />
pemerintah pusat yang dilaksanakan setiap 2 tahun ini, bertujuan<br />
untuk mengevaluasi pencapaian kondisi kota/kabupaten yang<br />
bersih, nyaman, aman dan sehat sehingga dapat meningkatkan<br />
sarana dan produktivitas dan perekonomian masyarakat.<br />
Nampaknya untuk Propini Bengkulu, hanya <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong> yang sudah mempersiapkan diri menghadapi momentum<br />
penilaian ini, dan hari Senin (2/5/2011), melalui surat Gubernur Propinsi Bengkulu,<br />
dikirimkan permohonan verifikasi kabupaten RL kepada tim penilai pusat di Jakarta disertai<br />
dokumen-dokumen pendukungnya. Ini adalah yang ke 3 kalinya kabupaten RL ikut dalam<br />
penghargaan kabupaten sehat, dan diharapkan kategori penghargaanya meningkat, yaitu kategori<br />
atau tingkat wistara. Sebelumnya kabupaten RL telah mendapatkan penghargaan Swasti Saba<br />
oleh Menteri <strong>Kesehatan</strong> tingkat padapa (2007) dan tingkat wiwerda (tahun 2009).<br />
Perbedaan kategori penghargaan tersebut tergantung pada jumlah tatanan penilaian yang dikuti.<br />
Jika pada tingkat padapa, RL ikut pada 2 tatanan, kemudian tingkat wiwerda pada 6 tatanan dan<br />
pada verifikasi tingkat wistara ini, Pemkab <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> mengajukan 9 tatanan. Tatanan yang<br />
diajukan, diantaranya bidang Ketahanan Pangan & Gizi, Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib &<br />
Pelayanan Transportasi, Kawasan Hutan <strong>Sehat</strong>, Kawasan Pemukiman dan Sarana Prasarana<br />
Umum. Selain itu, Kehidupan Sosial yang <strong>Sehat</strong>, Kawasan Pariwisata <strong>Sehat</strong>, Kehidupan<br />
Masyarakat yang <strong>Sehat</strong> dan Mandiri, Kawasan Industri dan Perkantoran <strong>Sehat</strong>, serta Kawasan<br />
Pertambangan <strong>Sehat</strong>.<br />
Perlu diketahui bahwa penilaian kabupaten sehat lebih berfokus pada adanya proses dan upaya<br />
perbaikan kesehatan melalui partisipasi masyarakat yang terorganisir melalui Forum<br />
<strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong>, Forum Kecamatan <strong>Sehat</strong> dan Forum Desa <strong>Sehat</strong> serta dukungan sektor<br />
terkait. Karena masalah kesehatan penyebabnya sangat multi kompleks, dan mempunyai skor<br />
yang tinggi jika diselesaikan secara terpadu antara pemerintah dan masyarakat. Jadi, meski<br />
mendapatkan predikat kabupaten sehat, kasus orang sakit, masalah gizi buruk, keracunan, dll<br />
tetap terjadi, namun mendapatkan penanganan yang memadai dan ada konsepnya yang<br />
terpadu/terorganisir antara pemerintah dan masyarakat serta didukung legal aspeknya melalui<br />
regulasi di tingkat lokal/kabupaten.<br />
Dari rekapitulasi indikator kabupaten sehat yang berjumlah 260, berdasarkan self assessment<br />
yang dilakukan oleh Forum, <strong>Kabupaten</strong> RL telah memenuhi sekitar 80% atau 208 indikator pada<br />
9 tatanan. Dalam upaya percepatan pencapaiannya, pemkab telah melakukan beberapa kegiatan<br />
unggulan dan inovatif yang juga didukung oleh seluruh lintas sektor serta tim penggerak PKK<br />
RL. Kegiatan unggulan dan inovatif tersebut, diantaranya<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 83
1. Peningkatan SDM yang takwa, berbudaya dan sehat dengan prestasi olah raga (Tahun<br />
baru Islam, HUT Curup dan 17 Agustus)<br />
2. Perbaikan lingkungan dan kesehatan keluarga melalui Bedah Kampung dan Baksos<br />
<strong>Kesehatan</strong> & PKK<br />
3. Peningkatan perkantoran sehat melalui program penilaian 7 K<br />
4. Penerapan Perbup No 20/2007 tentang Kawasan Dilarang Merokok<br />
5. Gerakan menanam sejuta pohon dan persiapan Hutan Kota<br />
6. Jamkesda melalui dana APBD untuk 15000 jiwa masyarakat miskin<br />
7. Roadshow Baksos <strong>Kesehatan</strong> di daerah terpencil/sulit terjangkau<br />
8. Puskesmas Berseri (bersih, ramah, responsif dan informatif)<br />
9. Upaya Ketahanan Pangan dan Gizi<br />
10. Gerakan gemar makan ikan (Gemari) dan gerakan minum susu (Gerimis)<br />
11. Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)<br />
12. Gerakan Jumat Bersih dan 3 M<br />
13. Gerakan 3 R (Reduce, Reuse, Recycle)<br />
14. Kawasan Tertib Lalu Lintas<br />
15. Gerakan Pasar <strong>Sehat</strong><br />
Kita berharap, seluruh elemen masyarakat mendukung kegiatan unggulan ini, serta selalu<br />
disosialisasikan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga terwujudnya kabupaten<br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> yang bersih, nyaman, aman dan sehat akan cepat terwujud.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 84
63. Di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Sarana <strong>Kesehatan</strong><br />
Pemerintah Siap Melayani Jampersal<br />
Dipublikasi pada Minggu, 8 Mei 2011 oleh tri ms<br />
Hari Kamis, 4/5/2011 kemarin, Dinkes RL<br />
mengumpulkan 21 Ka puskesmas, 21 Bidkor (Bidan<br />
Kordinator) serta beberapa pejabat RSUD (Kabid, Kasi<br />
dan Kepala Ruangan, sekitar 10 orang), di Hotel Griya<br />
Anggita, dalam rangka memastikan kesiapan <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong> memberikan pelayanan jampersal dan<br />
memantapkan tata kelola rujukannya. Ini adalah<br />
pertemuan yang ke dua kalinya, dalam 2 bulan terakhir,<br />
dengan topik yang sama.<br />
Apa itu Jampersal? Apa hubungannya dengan Jamkesmas? (yang pasti gak ada hubungannya<br />
dengan Jam Gadang di Bukit Tinggi).<br />
Jampersal adalah singkatan dari Jaminan Persalinan Masyarakat, suatu program persalinan<br />
gratis bagi siapa saja ibu yang hendak melahirkan. Tempatnya harus di sarana kesehatan<br />
pemerintah, misalnya polindes, poskesdes dan puskesmas rawat inap serta RSUD (asal mau di<br />
kelas 3/bangsal Raflesia). Bisa juga di tempat praktek bidan swasta atau klinik bersalin yang<br />
menjalin kerja sama dengan Dinkes (harus membuat PKS/kontrak). Peserta Jampersal adalah<br />
masyarakat yang tidak mendapatkan Jamkesmas, Jamkesda atau tidak memiliki kartu asuransi<br />
kesehatan lain. Pesertanya juga tak mengenal batas wilayah, bahkan, jika tinggalnya di luar<br />
kabupaten atau propinsi (misalnya di Kepahiang, atau di Linggau) bisa dilayani di RL.<br />
Pokoknya sepanjang masih tinggal di Indonesia, bisa dilayani di mana saja, tanpa mengenal<br />
KTPnya, tidak memandang kaya atau miskin dan mau dirawat di kelas 3 RSUD.<br />
Kenapa persalinan digratiskan, atau tidak<br />
membayar, karena biaya persalinan akan<br />
dibayar oleh pemerintah melalui klaim ke<br />
Dinkes. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat<br />
tidak ragu-ragu lagi melakukan persalinan<br />
dengan bidan atau dokter (jika khawatir karena<br />
biayanya), sehingga angka kematian ibu atau<br />
kematian bayi bisa dicegah Di lingkungan<br />
negara Asean, angka kematian ibu di Indonesia<br />
masih tertinggi, sekitar 228 ibu meninggal tiap<br />
100.000 kelahiran. Bandingkan dengan<br />
Vietnam, 95, Malaysia 30 dan Singapura 9 ibu<br />
meninggal per 100.000 kelahiran. Berdasarkan data yang ada, ibu meninggal saat persalinan,<br />
hampir 70%, yang persalinannya dilakukan di rumah. Sementara angka absolut kematian ibu di<br />
RL, 2 orang meninggal di tahun 2010, karena persalinan dengan komplikasi dan terlambat<br />
dirujuk ke RS.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 85
Bidan Harus Tinggal di Poskesdes<br />
Data tahun 2010, rata-rata jumlah persalinan yang terjadi di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> sekitar 6.165<br />
kejadian persalinan. Dari jumlah tersebut, 86% persalinan ditolong tenaga kesehatan, sisanya<br />
dukun terlatih. Dengan adanya jampersal, diharapkan semua persalinan dilakukan di sarana<br />
kesehatan pemerintah, sehingga keselamatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi akan lebih<br />
dijamin. Masalahnya, sudah siapkah polindes, poskesdes dan puskesmas rawat inap melayani 24<br />
jam? Dari hasil pertemuan ini, ternyata dari sisi SDMnya sudah siap, hanya sebagian kecil masih<br />
berbenah dengan sarana pendukungnya.<br />
Dari 37 poskesdes yang yang ada di RL, diharapkan seluruhnya bisa melayani jampersal, bahkan<br />
sebagian sudah memberikan persalinan gratis. Sehingga bidan wajib tinggal di poskesdes, agar<br />
persalinan di luar jam kerja segera bisa ditangani. Seluruh puskesmas rawat inap (6 puskesmas)<br />
juga siap memberikan pelayanannya 24 jam. Puskesmas tersebut adalah Kota Padang, PUT,<br />
Kepala Curup, Sindang Jati, Bangun Jaya dan Air Pikat. Jika terjadi persalinan dengan penyulit<br />
dan ada komplikasi, maka ambulan puskesmas harus siap merujuk ke RSUD. Bahkan persalinan<br />
dengan operasi cesar pun dilayani gratis di RSUD, asal mau dirawat di kelas 3/bangsal Raflesia.<br />
Hingga saat ini, RSUD Curup telah melayani 52 persalinan gratis. Bagi ibu habis melahirkan,<br />
dapat langsung meminta pelayanan KB gratis, baik di poskesdes, puskesmas maupun RSUD.<br />
Alat kontrasepsi disediakan Badan KB.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 86
64. Penilaian Sekolah <strong>Sehat</strong> tingkat Nasional di 3<br />
Sekolah <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Dipublikasi pada Jumat, 24 Juni 2011 oleh tri ms<br />
Selama 2 hari, dimulai Kamis, 23/6 hingga Jumat, 24/6, tim penilai sekolah sehat dari Jakarta<br />
melakukan kunjungan ke <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> untuk memverifikasi 3 sekolah yang mewakili<br />
Propinsi Bengkulu dalam ajang Lomba Sekolah <strong>Sehat</strong>. Tim yang dipimpin oleh Bp Luluk<br />
Budiono dari Sesditjen Kemendiknas mengunjungi RL sejak Rabu malam (22/6) dengan<br />
didampingi beberapa rekannya, yaitu Erliana (Kemenkes), Sumandiyah (Kemenag), Jun<br />
Milanastuti dan Sofiudin (Kemdagri).<br />
Di hari pertama kunjungannya, tim penilai dan rombongan diterima dengan ramah oleh Bp<br />
Bupati RL, Suherman, SE, MM di tempat kerjanya, didampingi Bp Sekda Drs. Sudirman dan<br />
Kadinkes RL. Bapak bupati menyampaikan sekilas mengenai pelaksanaan pembangunan di<br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> di mana masalah infrastruktur, pendidikan dan kesehatan adalah bidang-bidang<br />
yang menjadi prioritasnya. Meski demikian, sebagai upaya peningkatan kualitas SDM, tak bisa<br />
dipungkiri bahwa aspek kesehatan yang yang harus didahulukan, karena sebagai pribadi, untuk<br />
melakukan aktivitas apapun, orang harus “sehat” terlebih dahulu, ujarnya.<br />
Adapun agenda tim penilai adalah sbb :<br />
1. Kunjungan ke Sekretariat Tim Pembina UKS <strong>Kabupaten</strong>. Tim mendengarkan paparan<br />
selayang pandang kegiatan TP-UKS oleh Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc di ruang<br />
rapat bupati dengan dihadiri anggota TP-UKS. Kemudian tim memverifikasi kelengkapan<br />
dan dokumen di sekretarian TP-UKS. Perlu diketahui bahwa kinerja TP-UKS ikut<br />
mendukung suksesnya lomba sekolah sehat, karena bobot penilaiannya 10%.<br />
2. Kunjungan ke Sekretariat Tim Pembina UKS di kecamatan, yaitu kecamatan Curup Kota<br />
dan Curup Timur. Kunjungan di 2 lokasi ini memakan waktu sekitar 30 menit, guna<br />
memverifikasi peran TP-UKS Kecamatan dalam mendukung terlaksananya kegiatan<br />
UKS di sekolah di wilayah kerjanya. Bobot penilaiannya 10%.<br />
3. Kunjungan ke 2 sekolah, yaitu SD 2 Centre dan SMAN 1 Curup Timur.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 87
65. Rapat Persiapan Penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong><br />
Tahun 2011<br />
Dipublikasi pada Senin, 13 Juni 2011 oleh tri ms<br />
Siang ini, Senin, 13/6, bertempat di ruang rapat<br />
bupati, diselenggarakan rapat dalam rangka<br />
mendiskusikan persiapan kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
guna menghadapi penilaian kabupaten sehat (atau<br />
penghargaan Swasti Saba dari Menteri <strong>Kesehatan</strong>)<br />
tingkat wistara. Rapat dipimpin oleh Kepala Bappeda,<br />
Ir. Zulkarnain, MT yang telah ditunjuk bupati sebagai<br />
Ketua Forum <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> yang baru<br />
(menggantikan Bp Tarmizi Ushuluddin), dan<br />
didampingi Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc.<br />
Peserta rapat terdiri dari Kepala <strong>Dinas</strong> yang termasuk<br />
dalam penanggung jawab 9 kawasan/tatanan yang<br />
akan dinilai dan 3 Kades yang desanya dipersiapkan untuk daerah penilaian, yaitu dari desa Air<br />
Lanang, (Curup Selatan), desa Tanjung Beringin (Curup Utara) dan desa Mojorejo (Selupu<br />
<strong>Rejang</strong>). Kemungkinan tim penilai dari Jakarta akan berkunjung ke <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> pada bulan<br />
Juli atau Agustus 2011.<br />
Mengacu pada konsep kabupaten sehat, maka pemda <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> berupaya melakukan pola<br />
pendekatan partisipatif untuk mencapai kondisi kabupaten yang bersih, aman, nyaman dan<br />
sehat bagi warganya. Hal ini dilakukan melalui upaya perbaikan kualitas lingkungan fisik, sosial<br />
dan budaya secara optimal dengan bekerjasama seluruh lintas sektor. <strong>Kabupaten</strong> sehat<br />
merupakan gerakan untuk mendorong inisiatif masyarakat (capacity building) menuju hidup<br />
sehat, terutama atas penilaian pada 9 kawasan/tatanan, yang operasionalnya dikordinasikan oleh<br />
bersinerginya antara pemerintah dan masyarakat dalam Forum <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong>, Forum<br />
Kecamatan <strong>Sehat</strong> dan Forum Desa <strong>Sehat</strong>.<br />
Dokumen dan berkas, foto dan video yang berkaitan dengan kebijakan dan kegiatan yang<br />
dilakukan di masing-masing kawasan/tatanan telah disusun dan diedit oleh tim Dinkes dan sudah<br />
diberikan kepada sekretariat penilai di Kementerian <strong>Kesehatan</strong> di Jakarta pada bulan Mei yang<br />
lalu, yang berupa 4 jilid buku. Setidaknya ini bisa menjadi bahan acuan tim penilai untuk<br />
mempelajari upaya-upaya yang dilakukan pemda <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, sebelum nanti dicek pada saat<br />
kunjungan ke lapangan. Berdasarkan penilaian sendiri (self assessment) yang dilakukan oleh<br />
Dinkes, dari 260 indikator kabupaten sehat pada 9 kawasan, setidaknya <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> telah<br />
mengupayakan pada 233 indikator, atau mencapai 86%, baik berupa pendekatan kebijakan<br />
(aturan perbup/perda/instruksi) maupun aksi nyata dalam bentuk gerakan dan kegiatan<br />
kemasyarakatan, sebagaimana bisa dilihat dalam tabel berikut :<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 88
Tabel Rekap Pemenuhan Indikator per Kawasan/Tatanan<br />
Kawasan /Tatanan Penilaian<br />
Rekapitulasi indikator<br />
Jumlah Ya/ada % ya/ada<br />
1. Kawasan pemukiman dan sarana/prasarana umum 53 48 91 %<br />
2. Kawasan sarana lalu lintas dan tertib transportasi 19 16 84 %<br />
3. Kawasan pariwisata sehat 18 15 83 %<br />
4. Kawasan industri dan perkantoran sehat 20 18 90 %<br />
5. Kawasan pertambangan sehat 16 12 75 %<br />
6. Kawasan hutan sehat 18 16 89 %<br />
7. Ketahanan pangan dan gizi 17 15 88 %<br />
8. Kehidupan masyarakat sehat yang mandiri 80 69 86 %<br />
9. Kehidupan sosial yang sehat 19 14 74 %<br />
Jumlah dipenuhi 260 223 86 %<br />
Direncanakan, ada 3 pilihan desa yang ditawarkan untuk dikunjungi tim penilai, yaitu desa Air<br />
Lanang yang telah berhasil menyelesaikan pemenuhan air bersih melalui gotong royong<br />
perpipaan, sudah 100% masyarakat BAB di jamban dan adanya program hutan kemasyarakatan.<br />
Desa berikutnya adalah Tanjung Beringin yang juga desa yang cantik penampilannya dan sudah<br />
memenuhi sendiri air bersihnya. Desa yang ke 3 adalah desa Mojorejo, yang merupakan desa<br />
sadar wisata.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 89
66. Puskesmas Sambirejo Launching Buletin<br />
Mingguan “Pesta”<br />
Dipublikasi pada Senin, 13 Juni 2011 oleh sutanto<br />
Ditengah kepadatan interaksi, beragamnya sarana informasi, serta kemudahan berkomunikasi<br />
ternyata tak serta merta membuat setiap pesan yang disampaikan menjadi semakin mudah<br />
terpahami. Bukan semata dengan khalayak ramai yang memang aslinya terdiri dari beragam<br />
individu dengan latar belakang aneka rupa, bahkan dengan sesama mitra kerja sekalipun bukan<br />
tak mungkin terdapat kesalahan dalam menyampaikan atau menerima pesan.<br />
Mengantisipasi hal tersebut, pada tanggal 13 Juni 2011 pukul 08.00 WIB bertempat dilapangan<br />
Puskesmas Sambirejo, telah dilaksanakan Launching Buletin Mingguan „PESTA‟ yang<br />
diresmikan langsung oleh Kepala UPT Puskesmas Sambirejo, Bapak Sutanto, S.Kep dan<br />
disaksikan oleh seluruh staf, Bidan desa dan Pustu serta masyarakat sekitar, sebagai salah satu<br />
program Inovasi Puskesmas Sambirejo .<br />
Satu-satunya Buletin Mingguan resmi yang diterbitkan oleh Puskesmas di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong> ini –Bahkan juga di Propinsi Bengkulu- dimaksudkan sebagai salah satu sarana dalam<br />
berbagi Informasi dan memudahkan komunikasi antara Puskesmas Sambirejo dengan semua<br />
mitra kerja dan jaringannya yang terdiri dari unsur pemerintahan dan PKK tingkat Kecamatan<br />
dan Desa/Kelurahan, Risma dan Karang Taruna, Bidan Desa dan Pustu, Sekolah baik guru<br />
maupun siswa, Kader Posyandu maupun Desa siaga serta masyarakat umum khususnya yang<br />
berada di 6 Desa/Kelurahan diwilayah kerja Puskesmas Sambirejo.<br />
Adapun nama „PESTA‟ merupakan singkatan dari Puskesmas Kita yang memiliki makna<br />
filosofi menjadikan Puskesmas Sambirejo sebagai milik bersama sehingga semua unsur yang<br />
terkait didalamnya baik secara langsung maupun tidak merasa terlibat dan ikut bertanggung<br />
jawab terhadap perkembangan Puskesmas ini, tentu sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas<br />
masing-masing.<br />
Meski terlihat sederhana, Buletin ini cukup padat dalam memberi beragam informasi yang<br />
dikemas dengan bahasa yang „renyah‟ dan mudah dimengerti. Pemilihan kata serta susunan<br />
bahasa yang digunakan redaksi membuat buletin ini terasa begitu rugi jika hanya dibaca sekali.<br />
Pada edisi perdana yang dicetak terbatas, bulletin ini mengulas aneka info seperti tips sehat, info<br />
seputar Puskesmas Sambirejo termasuk agenda dalam pekan ini, serta sebuah halaman yang<br />
berisi ruang bagi para mitra untuk memberi masukan berupa kritik, saran ataupun pertanyaan<br />
seputar masalah kesehatan maupun pelayanan dan program kesehatan Puskesmas Sambirejo<br />
melalui sms ke nomor 085267636299.<br />
Bagi Puskesmas Sambirejo sendiri, launching Buletin „PESTA‟ ini hanyalah salah satu dari<br />
rangkaian program inovasi dari Puskesmas yang memang memiliki motto “Terus berinovasi<br />
demi bakti pada negeri” yang terus dilakukan dalam beberapa waktu terakhir, adapun beberapa<br />
program inovatif lain yang juga telah dilakukan oleh diantaranya:<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 90
1. Program Kemitraan yang diawali dengan kemitraan antara seluruh Bidan dan dukun bayi<br />
diwilayah Puskesmas Sambirejo, selanjutnya program ini terus berkembang dengan unsur<br />
kemitraan yang lebih luas dengan melibatkan pengobat tradisional, dukun, paranormal,<br />
serta organisasi yang terdapat dimasyarakat seperti Risma (Remaja Islam Masjid)<br />
Kecamatan Selupu <strong>Rejang</strong>, Panti Asuhan Anak Sholeh, Sekolah baik SD maupun SMP,<br />
Kelompok Tani bahkan juga Tim Penggerak PKK baik tingkat Kecamatan maupun Desa.<br />
2. Perubahan tampilan fisik Puskesmas yang dulu identik dengan warna putih, sejak awal<br />
tahun ini Puskesmas Sambirejo tampil dengan warna „berani‟, hijau diluar dan kuning<br />
didalam. Tak hanya itu, untuk meningkatkan pelayanan pada klien, begitu memasuki<br />
Puskesmas Sambirejo kita dibawa seakan berada di didalam sebuah bank nasional<br />
terkemuka! Ini karena tampilan ruang pendaftaran yang telah dibuat sedemikian rupa<br />
disamping resepsionis yang ramah dan full senyum, sampai ada yang khawatir jika ada<br />
Malinda Dee disini!<br />
3. Untuk meningkatkan Kedisiplinan Pegawai dan Staf Puskesmas Sambirejo, sejak tanggal<br />
2 Mei 2011, sembari memperingati hari pendidikan nasional, telah diadakan sebuah<br />
perubahan yang cukup bersejarah bagi Puskesmas ini, yaitu bahwa sejak pertama berdiri<br />
akhirnya Puskesmas Sambirejo resmi melakukan apel pagi dan siang secara rutin dan<br />
kontinyu setiap hari. Bisa jadi hal ini juga akan menjadi catatan sejarah bagi <strong>Kabupaten</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> bahwa inilah satu-satunya Puskesmas yang bukan dikota tapi terbukti<br />
bisa apel pagi dan siang sekaligus!<br />
Pada akhirnya, adalah sebuah keniscayaan bahwa setiap perubahan itu pastinya membawa tak<br />
hanya dampak positif saja, tetap terbuka peluang untuk kemungkinan lain, karenanya evaluasi<br />
dan instropeksi diri adalah 2 hal yang tak boleh terabaikan. Begitupun hal tersebut mestinya<br />
tidak menyurutkan semangat berkreativitas kita, ada sebuah istilah klasik yang menyebutkan<br />
„untuk menjadi lebih baik kita harus harus ada perubahan, walaupun tidak semua perubahan<br />
itu akan membuat kita menjadi lebih baik‟. Jika dikemudian waktu ditemukan begitu banyak<br />
kelemahan atau kekurangan disini, bisa jadi kritik dan saran anda akan menjadi solusi paling<br />
mumpuni.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 91
67. Bimtek Terpadu : Sambung Rasa dengan<br />
Karyawan Puskesmas<br />
Dipublikasi pada Jumat, 17 Juni 2011 oleh tri ms<br />
Minggu ini ada 4 puskesmas luar<br />
kota yang kami kunjungi, yaitu<br />
puskesmas Kota Padang dan<br />
Sindang Beliti Ilir (dikunjungi<br />
Senin, 13/6) dan puskesmas<br />
Sindang Jati dan Sindang<br />
Dataran (dikunjungi Kamis, 16/6).<br />
Minggu sebelumnya, kami<br />
mengunjungi puskesmas di<br />
wilayah dekat kota, yaitu<br />
puskesmas Simpang Nangka, kecamatan Selupu <strong>Rejang</strong>. Berhubung ada beberapa agenda<br />
pertemuan di pemda, mohon maaf jika kedatangan tim ke puskesmas sudah agak siang (di atas<br />
jam 12). Bahkan di puskesmas SBI dan Sindang Dataran pertemuan dengan karyawan<br />
dilakukan di atas jam 14.00. Namun sekali-kali ya dimaklumi, karena perjalanan ke lokasi<br />
setidaknya membutuhkan waktu 1 jam lebih, dan bagi karyawan puskesmas pulang agak sore<br />
sekali waktu mestinya tidak menjadi persoalan.<br />
Karena jadwal kunjungan sudah diberitahukan sebelumnya, maka hampir seluruh puskesmas<br />
yang dikunjungi, karyawannya sudah menunggu dan bahkan mempersiapkan konsumsinya<br />
dengan luar biasa, setidaknya tidak seperti hari-hari biasa. Berikut ini beberapa catatan terkait<br />
dengan dialog tim dengan karyawan puskesmas.<br />
Masalah absensi dan kehadiran karyawan puskesmas : dari 5 puskesmas yang dikunjungi,<br />
ternyata tidak melaksanakan apel pagi dan siang. Kecuali puskesmas Kota Padang yang jam<br />
pelayanannya buka 24 jam (puskesmas rawat inap), 4 puskesmas lainnya, karyawan masuk jam 8<br />
lebih dan pulang kurang dari jam 1 siang. Beberapa karyawan, lebih sibuk dengan pelayanan di<br />
rumahnya, padahal dia seorang PNS. Ini harus segera diperbaiki. Kapus, KTU dan karyawan<br />
harus berkomitmen bahwa kehadiran lebih pagi dan pulang lebih siang dipuskesmas sangat<br />
penting (standarnya masuk jam 07.30 dan pulang jam 14.00). Satpol PP yang ada (seperti di<br />
Simpang Nangka) harus bisa membantu menegakkan disiplin kehadiran karyawan, dan<br />
melaporkan absensi karyawan ke Dinkes.<br />
Masalah pelayanan pasien : pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat nampak dari jumlah<br />
kunjungan pasien ke puskesmas. Rata-rata kunjungan pasien di 5 puskesmas yang kami kunjungi<br />
kurang dari 10 orang per hari. Hal ini sangat memprihatinkan. Masyarakat yang sakit lebih<br />
memilih ke pelayanan swasta, atau mengunjungi karyawan puskesmas yang praktek pada sore<br />
hari. Sia-sia pemerintah membangun megah puskesmas, yang harus bersaing dengan pelayanan<br />
pribadi (di luar jam kerja) petugas puskesmas.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 92
Sepertinya, di puskesmas Simpang Nangka harus ada terobosan agar masyarakat tertarik<br />
mengunjungi puskesmasnya, bukan ke rumah petugasnya!. Standar Depkes agar 1 nakes<br />
melayani 5 pasien sangat jauh terpenuhi, bahkan sebaliknya, di Simpang Nangka 5 nakes<br />
melayani 1 pasien. Terlalu banyak nakes yang bertugas di Simpang Nangka (sekitar 30 an<br />
orang), dan tidak ada yang mau menempati rumah dinas (ada 4 rumah dinas di samping<br />
puskesmas). Solusinya, harus membuat kegiatan inovatif, jemput bola, dan bilamana perlu jam<br />
pelayanan dibuka sampe sore hari, dan ada shift/piket petugas. Rumah dinas dimodifikasi jadi<br />
tempat pelayanan Jampersal dan pelayanan-pelayanan inovatif lainnya.<br />
Di sisi lain, problem puskesmas di luar kota Curup, adalah terbatasnya jumlah petugas. Di SBI,<br />
Kota Padang, Sindang Jati dan Sindang Dataran, yang lokasinya sekitar 1 jam perjalanan dari<br />
kota Curup, jumlah karyawannya di bawah 20 orang, dan yang jadi persoalan tidak ada perawat<br />
gigi, analis dan petugas kesling. Sebenarnya, awalnya petugasnya sudah ada, namun dengan<br />
“berbagai upaya”, petugas yang bersangkutan bisa pindah ke puskesmas perkotaan. Dokternya<br />
di 4 puskesmas tersebut (3 PTT dan 1 PNS) dan beberapa petugas tinggal di kota Curup, dan<br />
kehadirannya ke puskesmas tidak penuh 6 hari. Meski demikian, pelayanan yang cukup kreatif<br />
dilakukan di Kota Padang, yaitu ada program jemput pasien dengan mobil puslingnya, agar<br />
melahirkan di puskesmas dengan pelayanan gratis (dijamin Jampersal). Kami sangat salut dan<br />
mengapresiasi kepada petugas puskesmas yang sejak diterimanya SK CPNS hingga kini (bahkan<br />
ada yang sudah 20 tahun, meski bukan penduduk asli), tetap mengabdi di puskesmas luar kota.<br />
Terkait dengan pelayanan di puskesmas luar kota, obat-obat emergensi dasar seperti VAR, ATS<br />
dan ABU (Anti Bisa Ular) diusulkan agar memadai stoknya, dan kalau ada kedaruratan tidak<br />
perlu mengambil di Instalasi Farmasi. Ketersediaan air masih menjadi masalah di puskesmas SBI<br />
dan Sindang Dataran, selama ini hanya memanfaatkan penampungan air hujan. Proyek perpipaan<br />
air bersih melalui CWSHP belum menjangkau puskesmas. Sementara di puskesmas Kota Padang<br />
banyak peralatan yang menumpuk, sehingga beberapa alat resusitasi untuk bantuan pernafasan<br />
(bantuan dari Dinkes Propinsi) dan insenerator akan direlokasi ke puskesmas Curup.<br />
Dari kunjungan bintek ini, diharapkan ada spirit perubahan pada tingkat manajerial (Ka<br />
puskesmas dan KTUnya), sehingga menjadi motor penggerak untuk perbaikan citra puskesmas<br />
yang BERSERI (Bersih, Ramah, Responsif, Informatif). Masukan-masukan yang telah<br />
disampaikan dalam bintek ini akan ditindaklanjuti oleh bidang terkait.<br />
Banyaknya durian yang dijual di pinggir jalan di wilayah Lembak, membuat kunjungan bintek<br />
ini sangat enjoy, rekan-rekan puskesmas telah memilih durian yang terbaik untuk oleh-oleh<br />
kunjungan kami. Trims, semoga silaturahmi ini bermanfaat bagi kita semua.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 93
68. Rabies Center Air Bang Launching “Peneng”<br />
(Penanda divaksin)<br />
Dipublikasi pada Sabtu, 25 Juni 2011 oleh sri muliyanti<br />
Kelurahan Air Bang Kecamatan Curup Tengah tanggal 20 Juni<br />
2011 melaksanakan Pertemuan sosialisasi kasus Gigitan Hewan<br />
Penular rabies yang dihadiri oleh 40 orang peserta yang terdiri dari<br />
seluruh perangkat RT dan RW serta dari <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> diwakili<br />
oleh Ka.Subid Pemberantasan Penyakit Syamsir.SKM.MKM dan<br />
Puskesmas Perumnas oleh Petugas Rabies Puskesmas ibu bidan<br />
Sani dan perwakilan dari kecamatan Kasie Kesra yang langsung<br />
dibuka oleh Ka.kelurahan Air Bang Syamun Siregar.<br />
Pertemuan tersebut dilatar belakangi dengan tingginya kasus gigitan hewan penular rabies<br />
terutama anjing. Untuk itulah masyarakat Kelurahan Air Bang berinisiatif membentuk Rabies<br />
Center Air Bang dengan ketuanya Bapak SUPONO<br />
Adapun agenda kegiatan meliputi :<br />
1. Pendataan semua Hewan penularRabies di Kelurahan Air Bang<br />
2. Vaksinasi masal setelah pelaksanaan pendataan HPR<br />
3. Memberikan Peneng /tanda bagi anjing yang di vaksin<br />
4. Mengusulkan Eliminasi / pemusnaan anjing liar kepeternakan<br />
5. Membuat Perdes tentang tata pemeliharaan HPR ( Hewan Penular Rabies) di<br />
Kelurahan Air Bang<br />
Selanjutbya kedepan Rabies Center Kelurahan Air Bang tidak hanya bergerak dalam<br />
penanganan kasus rabies melainkan akan dikembangkan menjadi Rabies Center plus (dengan<br />
tambahan eliminasi Flu Burung). Sehingga bermasalahan penyakit menular terutama rabies dan<br />
flu burung dapat dilaksanakan secara terpadu dengan memberdayakan masyarakat sendiri<br />
sehingga bersama kita atasi penyaki menular bukan sebagai selogan melainkan dapat terealisasi<br />
di kelurahan Air Bang .<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 94
69. Press Release Bupati pada Peringatan HTTS<br />
Dipublikasi pada Rabu, 1 Juni 2011 oleh tri ms<br />
Setiap tanggal 31 Mei, seluruh dunia<br />
memperingati World No Tobacco Day<br />
atau Hari Tanpa Tembakau Sedunia<br />
(HTTS), sebagai upaya mengurangi<br />
konsumsi tembakau demi peningkatan<br />
kesehatan manusia. Ya, menurut WHO,<br />
rokok telah menjadi ancaman serius bagi<br />
resiko gangguan kesehatan, terutama<br />
kanker paru, gangguan reproduksi dan<br />
penyebab kematian no 1 karena sakit<br />
jantung. Di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, tanggal 31<br />
Mei diperingati dengan cara sejumlah<br />
karyawan Dinkes keliling kota Curup<br />
mengajak agar tanggal 31 Mei tidak ada<br />
aktifitas merokok. Kemudian, bertempat di ruang rapat bupati, dilakukan keterangan pers Bupati<br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dengan didampingi ketua DPRD, Sekda dan Kadinkes, terkait kebijakan<br />
Kawasan Dilarang Merokok di RL. Dilanjutkan dengan penandatanganan plakat komitmen<br />
untuk mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di seluruh perkantoran, terutama di 7<br />
Kawasan Dilarang Merokok, sebagaimana yang tercantum di Perbup No 20/2007.<br />
Hadir pada acara tersebut rekan-rekan wartawan dari Bengkulu Ekspress (Okta dan Rizal),<br />
Rakyat Bengkulu (Zoel), TVRI (Hasan Basri), Radar Pat Petulai (Iman), Radar Bengkulu<br />
Utara (Sanca), dan Linggau Pos (Samsul Muarif). Juga hadir Direktur RSUD, Ka<br />
Badan/Instansi, Kepala Sekolah, Ketua MUI dan para mahasiswa Akper. Setelah keterangan pers<br />
Bupati, dilanjutkan dengan tanya jawab. Beberapa wartawan menanyakan tentang sangsi bagi<br />
mereka yang melanggar perbup No 20/2007, dan dijawab pak Bupati kepada pegawai yang<br />
merokok di KTR akan dikenakan teguran. Berkaitan dengan adanya baliho rokok di tengah kota,<br />
nantinya akan dirapatkan agar bisa diletakan di luar kota. Di pintu masuk pemda nantinya akan<br />
dipasang tulisan “Anda memasuki Kawasan Dilarang Merokok”. Jawaban-jawaban Bupati<br />
terhadap beberapa pertanyaan, menunjukkan komitmennya guna mewujudkan KTR di seluruh<br />
perkantoran dan sekolah di RL. Acara dilanjutkan dengan penandatanganan plakat komitmen,<br />
dimulai Bupati dan Ketua DPRD, dilanjutkan dengan pejabat yang hadir. Kemudian dibantu<br />
mahasiswa Akper, plakat tersebut dibawa ke ruang pejabat dan anggota DPRD, agar mereka mau<br />
menandatangani komitmen tersebut.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 95
Bupati didampingi Ketua DPRD menandatangani plakat komitmen mewujudkan Kawasan Tanpa<br />
rokok (KTR) di pemda <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dan DPRD.<br />
Berikut ini keterangan pers Bupati secara lengkap :<br />
Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh,<br />
Yang saya hormati<br />
Ketua DPRD <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dan pejabat di lingkungan pemda RL<br />
Rekan-rekan wartawan se kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Puji syukur senantiasa tak putus-putusnya kita panjatkan ke hadirat allah swt, karena hanya<br />
dengan rahmat dan hidayah-nya, telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada kita semua<br />
dalam rangka menyambut HARI TANPA TEMBAKAU SEDUNIA yang jatuh pada hari selasa,<br />
tanggal 31 mei 2011.<br />
Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah pada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW<br />
beserta, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.<br />
Rekan-rekan pers yang saya hormati,<br />
<strong>Kesehatan</strong> merupakan karunia Tuhan yang sangat berharga dan merupakan hak dasar manusia,<br />
serta salah satu dari tiga faktor utama yang menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)<br />
bersama pendidikan dan pendapatan. Sabda Nabi : jagalah sehatmu, sebelum jatuh sakitmu,<br />
sangat relevan dengan yang kita bicarakan pada hari ini, di mana mencegah lebih baik sebelum<br />
kita terjerumus kepada keadaan yang lebih merugikan kita semua. Saya sampaikan hal ini,<br />
karena saya sangat prihatin dengan tingginya jumlah perokok di Indonesia.<br />
Situasi perokok di Indonesia, memang sangat memprihatinkan. Di negeri ini produsen<br />
mengeksploitasi potensi adiksi atau ketergantungan pada rokok dan memanipulasi kesadaran<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 96
publik dengan berbagai cara seakan-akan merokok itu aman. Namun, kita juga mengakui bahwa<br />
pemerintah masih kurang gencar melakukan sesuatu yang berarti untuk menekan laju<br />
pertambahan perokok. Meski pemerintah kita termasuk dari 192 negara yang sudah menyepakati<br />
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), dan mengadopsinya dalam peraturan<br />
pemerintah no 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, namun belum ada<br />
kebijakan pemerintah yang signifikan dalam mengurangi jumlah perokok.<br />
Keprihatinan kita sangat beralasan, karena Indonesia menempati posisi kelima di dunia dalam<br />
jumlah konsumsi rokok dengan jumlah 215 miliar batang. Sebanyak 31,4 persen atau 62.800.000<br />
orang dari penduduk indonesia merokok. Sementara, berdasarkan survei kesehatan rumah tangga<br />
(SKRT) 63 persen laki-laki perokok dan 5 persen perempuan perokok.<br />
Jumlah perokok pun terus meningkat. Berdasarkan survei sosial ekonomi nasional (susenas),<br />
pada 2003 persentase jumlah penduduk indonesia yang merokok 32 persen dan pada 2004<br />
menjadi 34,5 persen, dan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat menjadi 38,6 %. Sementara di<br />
negara maju jumlah perokok semakin menurun. Sekalipun rokok mengandung 4.000 jenis bahan<br />
kimia yang bisa menimbulkan 25 jenis penyakit terkait dengan jantung, paru, gangguan<br />
kehamilan, serta berdampak pada sistem reproduksi perempuan dan laki-laki, namun upaya yang<br />
ada saat ini untuk menekan laju pertambahan perokok tak kuasa menahan gebrakan dan strategi<br />
yang diluncurkan produsen rokok untuk tetap merokok dan memunculkan perokok baru.<br />
Situasinya bahkan semakin rumit dengan adanya strategi persuasif yang dikendalikan industri<br />
rokok dan industri iklan serta pendekatan reedukatif yang diciptakan oleh industri rokok untuk<br />
membentuk citra di tengah masyarakat bahwa industri rokok adalah industri yang murah hati<br />
melalui berbagai sponsor (sponsor olahraga, sponsor musik, dll). Kebiasaan merokok juga<br />
menjadi ”madu” bagi pemerintah, di mana pendapatan cukai rokok (2009) 49 triliun, belum di<br />
sektor pertanian dan tenaga kerja. Namun menurut seorang pakar kesehatan, biaya kesehatan<br />
akibat merokok yang ditanggung pemerintah dan masyarakat 2 kali lipatnya atau sekitar 98<br />
triliun.<br />
Di sisi lain, kita merasa gelisah dengan kondisi yang terjadi, khususnya pada masyarakat yang<br />
tidak mampu, di mana sebagian besar penghasilan habis terpakai untuk membeli rokok. Seorang<br />
perokok yang berpenghasilan Rp 50.000 sehari bisa menghabiskan Rp 20.000 atau lebih untuk<br />
rokok. Sisanya untuk membeli makanan bagi anak dan istri. Hal semacam ini yang justru<br />
membuat anak-anak balita kekurangan gizi, dan banyak anak putus sekolah. Sesungguhnya,<br />
rokok tak berbeda dengan narkotika. Bila sudah kenal tembakau atau rokok biasanya susah untuk<br />
berhenti untuk tidak menghisapnya lagi, sama seperti kecanduan ganja atau morpin. Coba<br />
perhatikan kalau lagi tidak merokok, secara fisiologis badan meriang dan tidak nyaman, ini mirip<br />
gejala putus obat atau abstinensi atau ”sakau” pada pecandu narkotika yang mana secara<br />
fisiologis tubuhnya perlu narkotika<br />
Menurut WHO, seandainya 2/3 dari yang dibelanjakan dunia untuk membeli rokok digunakan<br />
untuk kepentingan kesehatan, makanan dan pendidikan, niscaya bisa memenuhi kesejahteraan<br />
manusia di muka bumi. Anak-anak kita akan lebih bergizi dan berpendidikan lebih baik, kalau<br />
orang tuanya tidak merokok.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 97
Rekan-rekan wartawan yang berbahagia<br />
Berangkat dari pemikiran seperti yang saya kemukakan tadi, pemda <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> berniat<br />
untuk mengurangi atau menekan jumlah perokok di daerah kita, meski baru sebatas membatasi<br />
kawasan untuk merokok. Kawasan tanpa rokok diperlukan sebagai usaha mengurangi dampak<br />
polusi rokok bagi mereka yang tidak merokok . Ini paling tidak untuk membatasi atau<br />
mengurangi jumlah perokok, sebagaimana tertulis pada pasal 22 PP nomor 19 tahun 2003<br />
tentang pengamanan rokok bagi kesehatan. Sementara pada pasal 25 dari PP tersebut<br />
menyebutkan agar pemerintah daerah wajib mewujudkan kawasan tanpa rokok sebagaimana<br />
dimaksud dalam pasal 22, di wilayahnya.<br />
Atas dasar pasal 25 inilah maka pemda <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> mulai memelopori adanya kawasan<br />
tanpa asap rokok di wilayah <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> sehingga pada tahun 2007 telah dibuat :<br />
Peraturan bupati RL no 20 tentang kawasan tidak merokok di RL tahun 2007<br />
Tujuan dari peraturan ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang<br />
disebabkan merokok dan menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula serta<br />
meningkatkan produktivitas kerja yang optimal<br />
Untuk sementara yang menjadi target pelaksanaan kawasan tanpa rokok dimulai di 7 tempat<br />
ruangan tertutup (indoor building) di<br />
1. Pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah sakit, dan sarana kesehatan lainnya),<br />
2. Tempat proses belajar mengajar (sekolah)<br />
3. Tempat kerja (kantor pemerintah dan swasta).<br />
4. Arena bermain anak-anak (paud/tk)<br />
5. Di angkutan umum<br />
6. Tempat-tempat umum (terminal, restoran, arena perdagangan)<br />
7. Tempat ibadah.<br />
Setelah berjalan selama 4 tahun, ternyata Peraturan Bupati No 20 tahun 2007 ini tidak dapat<br />
berjalan dengan baik, tanpa komitmen/dukungan dari semua lapisan masyarakat, khususnya kita<br />
semua yang sempat hadir pada acara hari ini. Oleh karenanya pada hari ini, seluruh pejabat di<br />
lingkungan pemda serta anggota dewan menanda tangani komimen untuk mewujudkan<br />
Kawasan Tanpa Rokok (KTR), terutama di lingkungan perkantoran. Merokok tidak kita<br />
larang, sepanjang tidak di kawasan dilarang merokok di dalam ruangan tertutup.<br />
Demikian keterangan pers saya dalam rangka menyambut hari tanpa tembakau sedunia tanggal<br />
31 Mei 2011.Wabillahitaufik walhidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.<br />
Curup, 31 Mei 2011<br />
Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Suherman, SE, MM<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 98
Liputan Keterangan Pers Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> pada Saat Hari Tanpa tembakau Sedunia, 31<br />
Mei 2011<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 99
70. Program Dinkes Membantu Sarana Air Bersih<br />
untuk 43 Desa di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Dipublikasi pada Minggu, 3 Juli 2011 oleh tri ms<br />
CWSHP (Community Water Services<br />
and Health Project) merupakan<br />
kegiatan kemitraan antara Dinkes RL<br />
dan masyarakat yang dilaksanakan<br />
secara lintas sektor dan lintas program.<br />
Kegiatan yang dalam pendanaannya<br />
dibantu dari ADB (Asian Development<br />
Bank) ini, dalam pelaksanaannya<br />
mengedepankan pemberdayaan<br />
masyarakat, dan melibatkan<br />
masyarakat sejak pengambilan<br />
keputusan, perencanaan, pelaksanaan,<br />
pengawasan, pengoperasian, dan<br />
monitoring-evaluasi. Di kabupaten<br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> CWSHP sudah mulai<br />
dilaksanakan sejak tahun 2008, dan<br />
hingga kini (2011) telah melaksanakan kegiatan peningkatan akses masyarakat terhadap air<br />
bersih dan sanitasi dasar di 43 desa dari targetnya 46 desa.<br />
43 desa yang mendapatkan pembiayaan air bersih dengan dana sekitar 250 juta per desa tersebut<br />
tidak dilaksanakan secara serentak, namun bertahap. Hal ini karena pelaksanaannya memerlukan<br />
beberapa tahap dari sosialisasi, pembentukan tim kerja, perencanaan dan pemeliharaan paska<br />
proyek, sehingga perlu pengorganisasian di tingkat masyarakat, dengan dibantu konsultan desa<br />
(namanya CF, atau Community Fasilitator). Dari total 43 desa tersebut, tahun 2008 bisa<br />
diselesaikan 4 desa, tahun 2009 diselesaikan 5 desa, 2010 meningkat menjadi 14 desa dan pada<br />
tahun 2011 digarap pada 16 desa. Pemilihan desa yang mendapat kegiatan CWSHP dilakukan<br />
berdasarkan survei di mana di desa tersebut tersedia sumber air yang layak untuk dimanfaatkan<br />
oleh seluruh warga desa. Juga adanya kesanggupan masyarakat untuk berkontribusi dalam hal<br />
biaya (4% dari jumlah dana) serta mau bergotong royong untuk pengerjannya. Dengan adanya<br />
dana kontribusi dari masyarakat tersebut, diharapkan masyarakat ikut merasa memiliki fasilitas<br />
sarana air bersih tersebut, sehingga jika ada kerusakan akan menjadi tanggung jawab bersama.<br />
Umumnya yang dikerjakan dari kegiatan CWSHP terkait dengan air bersih adalah pemasangan<br />
perpipaan dari suatu sumber mata air, kemudian dialirkan ke beberapa bak penampungan yang<br />
dibuat keran umum atau hidran umum. Di samping itu juga di beberapa sekolah lokasi desa<br />
CWSHP dibuat bak sampah, tempat cuci tangan, WC sekolah, WC masjid dan sarana sanitasi<br />
lainnya. Jika di desa tidak tersedia mata air, maka dibuat sumur gali, sebagaimana di desa<br />
Tanjung Sanai, yang dibangun 36 sumur gali untuk sarana air bersih desa tersebut.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 100
Setelah pengerjaan perpipaan selesai, maka pengelolaan selanjutnya dikerjakan oleh Badan<br />
Pemelihara Sarana (BPS) yang dibentuk oleh desa, yang diharapkan bisa mengorganisir<br />
pendistribusian air bersih dan pemeliharaanya, layaknya PDAM. BPS ini dibolehkan mengelola<br />
iuran masyarakat yang memanfaatkan air bersih, dan dananya untuk pengembangan dan<br />
perawatan jaringan. Dengan adanya air bersih tersedia di rumah, diharapkan kebiasaan<br />
masyarakat BAB di sungai tidak ada lagi, dan masyarakat terpacu untuk membuat jamban sehat<br />
di rumah. Sehingga adanya kegiatan CWSHP akan meningkatkan kepemilikan jamban sehat di<br />
desa, dan menurunkan insiden penyakit karena masalah lingkungan, seperti diare, kecacingan,<br />
penyakit kulit, dan penyakit perut lainnya.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 101
71. Rabies Center Air Bang Melaksanakan<br />
Vaksinasi Anti Rabies bagi HPR<br />
Dipublikasi pada Minggu, 10 Juli 2011 oleh sri muliyanti<br />
Rabies Center Air Bang Kecamatan Curup Tengah tanggal 8<br />
juli 2011 pada Pukul 14 s/16 Wib ( sore ) yang diketuai<br />
Supono ,melaksanakan Vaksinasis Anti Rabies bagi seluruh<br />
Pemilik Hewan Penular rabies terutama Anjing, Kegiatan ini<br />
kerjasama antara Masyarakat dan Puskesmas Perumnas serta<br />
<strong>Dinas</strong> Peternakan Kab.<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> yang dilaksankan di<br />
Kelurahan Air Bang.<br />
Kegiatan ini merupakan agenda kegiatan rabies Center<br />
Kelurahan Air Bang yang bertujuan Memberi kekebalan<br />
terhadap semua Hewan Penular rabies terutama Anjing di<br />
Kelurahan Air Bang guna terhindar dari penyakit Rabies<br />
Kegiatan ini disambut baik oleh masyarakat dengan terbukti banyaknya anjing yang terjaring<br />
dan mendapatkan vaksin sebabyak 112 ekor dan adanya dukungan dari Ka kelurahan Rizkan<br />
Syamun dan perangkatnya yang mengikuti pelaksanaan kegiatan sampai dengan selesai.<br />
Adik- adik KKN – UNIB pun turut serta membantu petugas Pelaksana vaksin dengan melakukan<br />
Pencatatan dan membantu penyematan Peneng atau penanda Vaksin bagi setiap anjing yang<br />
telah di vaksin tak lupa juga petugas Puskesmas Rosani SKM yang dengan kesabarannya<br />
membimbing adik – adik KKN Unib memberikan penjelasan tentang apa apa yang harus<br />
dikerjakan.<br />
Dukungan secara spontan dilakukan pula oleh<br />
Ka.UPT Puskesmas Simpang Nangka Abdul<br />
Raup SKM yang pada waktu pelaksanaan<br />
melintas di Kelurahan Air Bang . Dengan<br />
Keiklasan nya mengajak pengurus rabies Center<br />
berkeliling Air Bang dengan Pusling yang<br />
dikendarainya untuk melakukan pemberitahuan<br />
dan ajakan kepada masyarakat untuk segera ke<br />
Kantor Lurah Air Bang, untuk mengikuti<br />
kegiatan Vaksinasi dan alhasil setelah<br />
pemberitahuan tersebut manyarakatpun<br />
berbondong – bondong membawa anjing ke<br />
Balai Desa Suatu strategi baru yang bisa<br />
dikembangkan untuk kegiatan rabies Center selanjutnya.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 102
72. Serunya Outbound Puskesmas Curup dan<br />
Perumnas<br />
Dipublikasi pada Selasa, 19 Juli 2011 oleh tri ms<br />
Sebagaimana telah menjadi komitmen<br />
Kadinkes RL, Drs Tri MS, Apt, DSc, tahun<br />
ini beberapa puskesmas akan didorong untuk<br />
menjadi rintisan puskesmas berstandar<br />
internasional, menuju pelayanan yang berseri<br />
(bersih, ramah, responsif dan informatif).<br />
Salah satu bentuknya adalah merubah<br />
mindset petugas/karyawan menjadi PNS yang<br />
berkualitas, kompak, penuh dedikasi dan<br />
berkepribadian menarik, yang dengan senang<br />
hati melayani masyarakat di bidang<br />
kesehatan. Salah satu terobosannya adalah<br />
melakukan outbound karyawan, sebagai<br />
upaya untuk meningkatkan kebersamaan, kegairahan dan komitmen pelayanan. Dua puskesmas<br />
yang terpilih dan layak untuk diprioritaskan untuk mengikuti outbound adalah puskesmas<br />
Perumnas dan puskesmas Curup, yang diharapkan kedepannya 2 puskesmas ini akan menjadi<br />
model puskesmas tersertifikasi ISO. Outbound kali ini bertema : Membangun komitmen<br />
bersama, satukan tekad menyehatkan rakyat. Seperti biasanya, outbound ini difasilitasi oleh<br />
Lembaga Pengembangan Pribadi “Corien Centre”, Bengkulu, yang telah sering bekerjasama<br />
dengan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong>.<br />
Outbound yang dibuka oleh Kadinkes RL diikuti sekitar 100 orang dari karyawan puskesmas<br />
Curup dan Perumnas, dilaksanakan selama 2 hari (16 – 17 Juli 2011) di BLKM Cawang, Curup.<br />
Sebagian karyawan menginap, sebagian yang lain pulang setelah acara malam. Setelah<br />
pembukaan oleh Kadinkes, kemudian beliau menyampaikan presentasi tentang pentingnya<br />
belajar dari alam, yaitu belajar dari angsa saat terbang berkelompok. Di sini ada pembelajaran di<br />
mana sangat pentingnya kekompakan, adanya pemimpin yang saling mengisi dan ada<br />
penyemangat di kelompoknya. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi beliau tentang<br />
Puskesmas Berseri, yang merupakan upaya untuk mewujudkan puskesmas yang berkualitas dan<br />
berstandar internasional.<br />
Setelah acara di kelas, malam harinya dilanjutkan dengan acara api unggun dan permainan<br />
berkelompok.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 103
73. Sepenggal Kisah Menuju ODF di Desa Air<br />
Lanang<br />
Dipublikasi pada Kamis, 28 Juli 2011 oleh wahyudi<br />
Desa Air Lanang termasuk salah satu desa di wilayah Kecamatan Curup Selatan <strong>Kabupaten</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> yang juga merupakan salah satu desa sasaran Program CWSHP di <strong>Kabupaten</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Tahun 2009 bersama dengan 6 desa lainnya.<br />
Seperti halnya dengan desa-desa sasaran Program CWSHP lainnya, Desa Tanjung Beringin juga<br />
melaksanakan kegiatan di Bidang <strong>Kesehatan</strong> dimana salah satunya adalah kegiatan CLTS<br />
(Community Led Total Sanitation) atau yang lebih dikenal dengan program STBM (Sanitasi<br />
Total Berbasis Masyarakat). Dengan difasilitasi oleh tim Konsultan <strong>Kabupaten</strong> (DST) dan juga<br />
Tim Fasilitator Masyarakat (CFT) program CLTS mulai berjalan yang diawali dengan<br />
penggalian data melalui kegiatan MPA-Phast, dari data awal yang diperoleh sebanyak 35 % KK<br />
belum memiliki akses terhadap jamban keluarga.<br />
Berdasarkan data awal tersebut dilakukan kegiatan mapping (pemetaan) terhadap kondisi sosial<br />
masyarakat yang melibatkan masyarakat dengan menggunakan metode Transect Walk. Setelah<br />
itu masyarakat diajak untuk berkumpul mengikuti kegiatan pemicuan melalui bentuk permainan<br />
yang difasilitasi oleh fasilitator. Pemicuan ini bertujuan untuk menggugah rasa malu, rasa jijik<br />
dan rasa berdosa jika belum memiliki jamban, sehingga timbul kesadaran untuk membangun<br />
jamban walaupun sederhana atau plengsengan (jamban cemplung), pemicuan ini membuahkan<br />
suatu kesepakatan dan tekad masyarakat untuk membangun jamban.<br />
Pemicuan CLTS Desa Air Lanang<br />
Sebagai Akselerasi (percepatan) tercapainya tujuan dari Program ini dilakukan kegiatan cetak<br />
jamban secara swadaya oleh masyarakat, hal ini tentunya sangat menguntungkan dari segi<br />
ekonomis karena dengan material 1 sack semen dengan harga dipasaran berkisar Rp. 50.000<br />
dapat dijadikan 7-8 kloset yang harganya berkisar Rp. 50.000 – Rp. 80.000 dipasaran, mereka<br />
dengan antusias secara bergotong royong mencetak kloset tersebut. Alhasil pada saat ini seluruh<br />
masyarakat di desa Air Lanang pada saat ini telah memiliki jamban, walaupun sebagian besar<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 104
erbentuk jamban plengsengan (cemplung), sehingga sangat wajar jika predikat desa bebas<br />
buang air besar sembarangan atau Open Defacation Free (ODF) dapat diberikan kepada desa Air<br />
Lanang. Keberhasilan masyarakat mencapai desa ODF ini secara secara resmi ditandai dengan<br />
deklarasi ODF oleh masyarakat di hadapan Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, pada acara Hari <strong>Kesehatan</strong><br />
Nasional (HKN) pada tanggal 12 November 2009 di Kantor Pemerintah Daerah Kab. <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong>, bersama dengan 5 desa program CWSHP lainnya yaitu desa : Desa Suka Datang,<br />
Cawang Lama, Mojorejo, Kali Padang dan Desa Belitar Seberang, ditambah dengan Desa<br />
Sukarami yang merupakan desa non CWSHP yang dibantu dan difasilitasi oleh Fasilitator<br />
CWSHP dalam pelaksanaan kegiatan CLTS nya.<br />
Pada tanggal 08 Oktober 2010, Desa Air Lanang juga mendapat kunjungan dari ti m CPMU<br />
(Central Project Manegement Unit) dan Dirjen P2PL Kemenkes RI, untuk meresmikan desa Air<br />
Lanang menjadi desa ODF. itulah sepenggal cerita sukses desa Air Lanang yang dengan<br />
keterbatasannya dapat menjadikan desanya menjadi desa ODF.<br />
Diharapkan semangat ODF ini dapat menginspirasi seluruh desa di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>,<br />
tidak hanya melalui program CWSHP, namun hal ini memerlukan peran serta berbagai pihak<br />
terutama sanitarian puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dimasyarakat<br />
khususnya upaya Penyehatan lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan upaya penguatan kapasitas<br />
sanitarian melalui kegiatan-kegiatan pelatihan, pertemuan maupun workshop bagi para<br />
sanitarian.<br />
Kegiatan Cetak Jamban<br />
secara Swadaya<br />
Deklarasi ODF pada<br />
Hari <strong>Kesehatan</strong> Nasional<br />
2009<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 105
74. Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Daerah Terpencil di<br />
Puskesmas Sindang Dataran<br />
Dipublikasi pada Jumat, 22 Juli 2011 oleh tri ms<br />
Hari Rabu, 19 Juli 2011 kemarin, puskesmas Sindang<br />
Dataran melakukan bakti sosial pelayanan kesehatan di<br />
daerah terpencil, yaitu desa Sinar Gunung, yang letaknya<br />
skitar 6 km dari kantor puskesmas atau sekitar 35 km dari<br />
kota Curup. Tempat kegiatan berlangsung di rumah kepala<br />
desa Sinar Gunung, Bp Syahril Apindi. Tenaga kesehatan<br />
yang terlibat seluruhnya berasal dari puskesmas Sindang<br />
dataran yang berjumlah sekitar 21 orang dan dipimpin oleh<br />
kepala puskesmas, Asri SKM. Tenaga yang membantu<br />
tersebut terdiri dari dokter (dr. Elin Maruza Putri), bidan<br />
perawat dan tenaga lainnya. Acara berlangsung dari pukul<br />
09.00 hingga 13.00 dan berakhir dengan makan siang di tempat Kades.<br />
Meski jalan menuju lokasi Desa Sinar Gunung jalannya jelek dan aspalnya sudah hancur di<br />
sana-sini, terutama sepanjang 5 KM dari Bengko hingga Warung Pojok, namun petugas gembira<br />
menjalani kegiatan ini, dengan mengendarai ambulans puskesmas dan sebagian yang lain<br />
menggunakan motor.<br />
Kegiatan ini dibuka oleh Camat Sindang Dataran Bp Fauzi Agung dan dihadiri oleh petugas<br />
kecamatan dan perangkat desa serta masyarakat setempat. Masyarakat yang datang cukup<br />
antusias untuk berobat, dengan keluhan penyakit masalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan<br />
bagian Atas), kulit, hipertensi, dll dengan jumlah yang berobat sebanyak 91 orang. Pada acara<br />
tersebut juga dilakukan imunisasi balita untuk 4 orang, sunat 7 orang, pemasangan implant KB<br />
12 orang, suntik KB 5 orang dan pemeriksaan ibu hamil 1 orang.<br />
Berikut foto-foto kegiatan tersebut :<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 106
75. BRI Peduli <strong>Kesehatan</strong> : Pengobatan Gratis di<br />
Desa Karang Jaya, Selupu <strong>Rejang</strong><br />
Dipublikasi pada Sabtu, 23 Juli 2011 oleh andi<br />
Pada hari Rabu, tanggal 19 Juli 2011<br />
di Desa Karang Jaya Kecamatan<br />
Selupu <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, BRI Cabang<br />
Curup dengan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />
melaksanakan ”Pengobatan Gratis”<br />
bagi warga desa Karang Jaya dan<br />
sekitarnya. Adapun pengobatan gratis<br />
ini dalam rangka BRI Cabang Curup<br />
menggadakan ”Undian Simpedes<br />
BRI Semester I tahun 2011” yang<br />
bertempat di Pesantern Mifthahul Jannah desa Karang Jaya Kecamatan Seluu <strong>Rejang</strong>.<br />
Pengobatan Gratis ini melibatkan tenaga medis dari puskesmas Sumber Urip yang berjumlah 9<br />
orang dan dipimpin oleh kepala puskesmas, dr. Syafriani Tarigan dengan 1 orang dokter, 5 orang<br />
perawat, 2 orang bidan dan 1 orang tenaga gizi serta 1 orang dokter dari Puskesmas Sambirejo<br />
(dr. Khaiurl Arifin). Acara berlangsung dari pukul 09.00 hingga 13.00.<br />
Kegiatan ini dibuka oleh Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Bp. Suherman, SE. MM dan dihadiri oleh<br />
Kepala Cabang BRI beserta staf, undangan dan nasabah BRI setempat. Masyarakat yang datang<br />
untuk berobat umumnya didominasi orangtua atau lansia, dengan keluhan penyakit umumnya<br />
kaum lansia yaitu Reumatik dan hipertensi, tetapi ada juga datang dengan keluhan ISPA (Infeksi<br />
Saluran Pernafasan bagian Atas), sakit pada telinga dll dengan jumlah yang berobat sebanyak 40<br />
orang dengan 37 orang dewasa dan 3 anak-anak.<br />
Pada acara ini juga diadakan penandatanganan kerjasama antara BRI Cabang Curup dengan<br />
Pemerintah Daerah kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dan dan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong> untuk Dana Pembinaan UKS untuk beberapa sekolah yang ada di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> tahun<br />
2011.<br />
Berikut foto-foto kegiatan tersebut :<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 107
76. Bidan Desa, Cangkul dan Pipa Air<br />
Dipublikasi pada Kamis, 28 Juli 2011 oleh wahyudi<br />
Air adalah kehidupan..ungkapan ini memang<br />
benar adanya, tanpa air hidup gersang tanpa<br />
nyawa. Hal ini sangat terasa di Desa Bandung<br />
Marga Kecamatan Bandung Marga yang juga<br />
merupakan desa lokasi sasaran CWSHP tahun<br />
2010, ini terjadi karena rusaknya sistem<br />
distribusi air bersih di Desa Bandung Marga<br />
yang terjadi hampir 1 minggu di bulan Juli 2011,<br />
kondisi ini tentu saja memberikan imbas bagi<br />
ibu-ibu yang notabene setiap harinya “berusan”<br />
dengan air dalam aktifitas rumah tangga.<br />
Terhentinya pasokan air bersih ke Masyarakat ini disebabkan kerena adanya kerusakan pada<br />
jaringan pipa di sekitar sumber, berdasarkan hal tersebut masyarakat bersama dengan Badan<br />
Pengelola Sarana (BPS) melakukan pemeriksaan dan memang ditemui adanya kerusakan di<br />
sekitar sumber air. Tim <strong>Kabupaten</strong> sebagai pengelola Program CWSHP di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong> yang juga telah melakukan pemeriksaan ke sumber dan jaringan pipa. untuk mengatasi<br />
permasalahan tersebut maka masyarakat bersepakat untuk melakukan gotong royong, kegiatan<br />
gotong royong tersebut juga di bantu oleh pihak Puskesmas Bangun Jaya dan Tim <strong>Dinas</strong><br />
<strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />
Selain melakukan perbaikan kegiatan gotong royong juga bertujuan untuk menimbun pipa yang<br />
belum sempat ditimbun sehingga dapat mencegah rusaknya pipa dan mengamankan pipa dari<br />
gangguan luar. Suatu hal luar biasa yang terjadi adalah turut sertanya ibu-ibu yang dikomandoi<br />
oleh bidan desa dalam kegiatan gotong royong ini, mereka tidak mau ketinggalan ikut serta<br />
untuk mencangkul, mengangkut pipa dan pekerjaan lainnya yang memang bukan pekerjaan<br />
untuk ibu-ibu, namun pekerjaan tersebut dilaksanakan semata-mata karena mereka sangat<br />
membutuhkan air.<br />
Jalur pipa dengan panjang ± 5 Km mereka lalui dengan untuk memeriksa jaringan pipa sekaligus<br />
menimbun pipa, dengan penuh semangat mereka memegang cangkul untuk menimbun pipa,<br />
Bidan Desa yang kesehariannya sangat jarang memgang dengan alat yang bernama cangkul pun<br />
dengan penuh semangat ikut serta mencangkul menimbun pipa.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 108
77. Puskesmas Kampung Delima Membentuk<br />
Rabies Center<br />
Dipublikasi pada Selasa, 26 Juli 2011 oleh sri muliyanti<br />
Tanggal 26 Juli 2011 Puskesmas Kp.Delima<br />
selain melaksanakan kegiatan Penyegaran<br />
Kader juga melaksanakan Kegiatan “<br />
Pembentukan Rabies Center Tingkat<br />
Puskesmas Kp.Delima “ di sisi lain Ruangan<br />
di Puskesmas Kp.Delima . sebelum acara di<br />
mulai peserta yang terdiri dari 20 orang<br />
yakni Ka.Desa/Kelurahan dan Perwakilan<br />
dari Kecamatan Curup Timur serta adik –<br />
adik KKN dari Unib dan Unsri pun ikut<br />
menonton film “ Rabies pada Hewan dan<br />
manusia “ membuat peserta menjadi<br />
terperangah sebegitukah Penyakit Rabies<br />
kalau sudah terjangkit pada Manusia . sehingga ada kometar dari peserta “film tersebut benaran<br />
atau Rekayasa sutradara saja “ ujar salah satu pak kades.<br />
Setelah menonton film dilanjuti dengan materi ”Sosilisasi Penangan Kasus Gigitan Hewan<br />
Penular rabies“ oleh <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> yang diwakili oleh Ka.Subid Pemberantasan Penyakit<br />
Syamsir.SKM.MKM dan Narasumber dari <strong>Dinas</strong> peternakan drh.Triano dengan Materi “<br />
Penyakit Rabies “<br />
Dalam kesempatan ini pula Ka.UPT Puskesmsas Sudirto menyampaikan meskipun “ Kita telah<br />
menyaksikan dan mengetahui tentang Rabies hendaklah masyarakat harus tetap berkepala<br />
dingin dan cerdas dalam menghadapi setiap gigitan Hewan penular rabies jangan terlalu<br />
gegabah dan membunuh anjing atau Kucing sama sekali belum terlihat tanda – tanda Rabies<br />
sebaiknya lakukan Obsevasi /Pengamatan bila perlu pemeriksaan specimen karna Bila VAR (<br />
Vaksin Anti rabies ) diberikan kepada bayi /balita yang tidak terindikasi gigitan hewan Rabies<br />
positif rabies VAR itu pun akan berdampak kepada perkembangan Otak bayi /Balita yang tidak<br />
baik “ suatu dilemma yang sering terjadi dimasyarakat<br />
Dari pertemuan tersebut disepakati dan di bentuk Kepengurusan Rabies Center Tingkat<br />
Puskesmas Kp.delima yang di ketuai oleh : Satria Anwar ( dari Kp. Delima ) dan butir – butir<br />
kesepatan yang menarik hasil kesepakat tersebut ditanda tangani oleh seluruh peserta yang<br />
hadir.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 109
78. Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat<br />
(Community Based Solid Waste Management)<br />
Dipublikasi pada Sabtu, 30 Juli 2011 oleh wahyudi<br />
Dalam rangka mencapai predikat <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> dan Adipura dimana salah satu indikatornya<br />
adalah terwujudnya Kawasan Permukiman Sarana dan Prasarana <strong>Sehat</strong> di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong> yang ditandai adanya sistem pengolahan sampah yang memadai sehingga dapat<br />
menangani permasalahan sampah masyarakat khususnya sampah yang dihasilkan oleh rumah<br />
tangga. Selain itu dalam rangka pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Lingkungan<br />
(STBM) dimana salah satu pilarnya adalah Pengelolaan sampah dengan benar selain pilar<br />
lainnya yaitu : Tidak Buang air besar sembarangan (Stop BABs), Cuci Tangan Pakai Sabun<br />
(CTPS), Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT), Pengelolaan sampah<br />
dengan benar, Mengelola Limbah Cair Rumah Tangga dengan benar. Penghasil sampah terbesar<br />
(lebih dari 50%) adalah rumah tangga, sehingga permasalahan sampah ini tidak hanya<br />
merupakan tanggung jawab instansi pemerintah yang dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup,<br />
Kebersihan dan Pertamanan (BLHKP) dan instansi terkait saja, namun juga seluruh masyarakat<br />
(rumah tangga) yang merupakan produsen sampah terbesar. Penanganan permasalah sampah ini<br />
akan terlaksana jika setiap anggota masyarakat secara aktif mengelola sampah rumah tangga<br />
sebagai wujud tanggung jawabnya, maka jumlah beban sampah di TPA akan jauh berkurang.<br />
Terkait dengan hal tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan<br />
kegiatan Pengolahan sampah berbasis Masyarakat (Community Based Solid Waste<br />
Management/CBSWM). CBSWM adalah sistem penanganan sampah yang direncanakan,<br />
disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat. Tujuannya adalah kemandirian<br />
masyarakat dalam mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan sampah yang<br />
ramah lingkungan<br />
Prinsip-prinsip CBSWM adalah:<br />
Partisipasi masyarakat<br />
Kemandirian<br />
Efisiensi<br />
Perlindungan lingkungan<br />
Keterpaduan<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 110
SISTEM ATAU MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT<br />
(PSBM)<br />
Langkah-langkah mewujudkan CBSWM adalah :<br />
1. Pendekatan kepada pemuka masyarakat setempat dan izin dari pemimpin wilayah (RW,<br />
Lurah)<br />
1. Pendekatan kepada warga yang mempunyai kemauan, kepedulian dan<br />
kemampuan untuk melaksanakan program serta dapat menjadi penggerak di<br />
lingkungannya,<br />
2. Pemetaan masalah persampahan dan kebersihan lingkungan setempat dari<br />
berbagai aspek, termasuk pendataan jumlah dan komposisi sampah dari rumah<br />
tangga,<br />
3. Studi banding (kalau memungkinkan),<br />
4. Pembentukan komite lingkungan atau kelompok kerja, penyusunan rencana kerja,<br />
dan kesepakatan kontribusi warga dalam bentuk materi maupun non-materi,<br />
5. Pelatihan dan kampanye untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran<br />
penghijauan lingkungan dan 3R (reduce, reuse, recycle atau kurangi, pakai ulang,<br />
daur ulang),<br />
6. Pendampingan, sosialisasi, penyebaran informasi dan pemantauan terus menerus<br />
sampai menghasilkan kompos, produk daur ulang, penghijauan, dan tanaman<br />
produktif,<br />
7. Koordinasi dengan pemerintah setempat seperti <strong>Dinas</strong>/Sub <strong>Dinas</strong> Kebersihan,<br />
Tata Kota, Perumahan, Pekerjaan Umum, dll agar bersinergi dengan sistem<br />
pengelolaan sampah skala kota<br />
8. Pemasaran hasil daur ulang, tanaman produktif, atau kompos bagi yang berminat<br />
menambah penghasilan,<br />
9. Berpartisipasi dalam perlombaan kebersihan, bazaar hasil kegiatan daur ulang,<br />
dan pameran foto lingkungan.<br />
Dengan adanya dukungan dari berbagai lintas sektor dan Program pelaksanaan kegiatan<br />
CBSWM ini tentu saja akan memberikan dampak yang sangat menguntungka tidak saja terhadap<br />
perbaikan kualitas lingkungan namun juga secara finansial akan meningkatkan kesejahteraan<br />
masyarakat di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 111
79. Pemusnahan Hewan Penular Rabies<br />
Dipublikasi pada Rabu, 24 Agustus 2011 oleh sri muliyanti<br />
Dengan adanya informasi dari masyarakat<br />
bahwa telah terjadi kasus gigitan anjing<br />
tersangka rabies pada tanggal 18 maret 2011 di<br />
sumber Bening Kecamatan Selupu <strong>Rejang</strong>, dan<br />
kemudian tim <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> melalui Subid Pemberantasan<br />
Penyakit dibawah komando<br />
Syamsir.SKM.MKM memerintahkan tim untuk<br />
melakukan pelacakan kasus atau studi<br />
epidemologi gigitan anjing tersangka Rabies.<br />
Ternyata apa yang diberitahukan masyarakat<br />
saat di lapangan benar adanya, telah terjadi<br />
kasus gigitan anjing tersangka rabies di<br />
beberapa Desa diantaranya ; Desa Sumber Bening 5 orang Desa Air kali bandung : 3 orang dan<br />
Suban Ayam 2 orang kesemuanya terjadi pada tanggal 18 maret 2011 dan anjing yang<br />
menggigit adalah anjing yang sama dalam arti hanya 1 ekor anjing menggigit 10 orang<br />
penderita dengan ciri – ciri anjing yang sama berwarna coklat keputih – putihan.<br />
Sewaktu pelacakan tim Dinkes juga membawa langsung VAR ( Vaksin Anti Rabies ) guna<br />
pengobatan kepada penderita, dan alhamdulilah semua yang digigit anjing telah diberikan VAR<br />
( Vaksin Anti Rabies ) secara gratis dari Dinkes dan dilayani di Puskesmas Sambirejo.<br />
Diperkirakan anjing berasal dari Sumber Bening terlihat di mana secara berturut turut anjing<br />
tersebut pukul 9 pagi menggigit penderita bernama Mbah Kasmin umur 70 tahun, Ka.Desaa<br />
Sumber bening telah berusaha bersama warga mengejar anjing tersebut alhasil anjing tersebut<br />
lolos dari pengejaran masyarakat dan berlari kearah Curup, kata kades sumber bening ketika<br />
dihubungi petugas kesehatan.<br />
Untuk menjaring penderita yang telah tergigit team melakukan sosialisasi melaui mobil BSB (<br />
Bigade Siaga Bencana ) di seluruh rute yang diperkirakan dilewati oleh anjing tersebut dan<br />
memberikan penyuluhan agar masyarakat untuk tidak membiarkan anjing berkeliaran di<br />
masyarakat dan agar melakukan vaksinasi anjing (biayanya hanya sekitar Rp 5000) secara<br />
teratur di Rabies Center atau Poskeswan.<br />
Dan alhamdulilah, tim <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> dan <strong>Dinas</strong> Peternakan telah bekerjasama guna<br />
melakukan eliminasi anjing liar yang tidak bertanda kalung vaksinasi (atau sering disebut<br />
berpeneng) melakukan sosialisasi pemberitahuan kepada masyarakat, dan kemudian<br />
malamharinya Tim <strong>Dinas</strong> Peternakan memberikan umpan (daging jeroan) yang telah dicampur<br />
dengan racun Strychnine pada malam hari di sekitar sampah di daerah Selupu <strong>Rejang</strong> dan Air<br />
Bang. Pagi harinya didapatkan puluhan ekor anjing liar tersebut mati dan ketika dikumpulkan<br />
mencapai sekitar 600 ekor dan dikuburkan di belakang Kantor <strong>Dinas</strong> Peternakan.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 112
80. Global Fund Membantu Kegiatan Penanganan<br />
HIV-AIDS di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
Dipublikasi pada Kamis, 25 Agustus 2011 oleh tri ms<br />
Bertempat di Hotel Kaba, pada Rabu, 24<br />
Agustus 2011, <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> mengadakan Pertemuan<br />
Sosialisasi Kegiatan Penanganan HIV-<br />
AIDS di kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> yang<br />
dihadiri oleh 25 peserta dari berbagai sektor<br />
terkait antara lain : Bagian Kesra – Pemda<br />
RL, Rumah sakit, puskesmas, Lembaga<br />
Pemasyarakatan Curup dan sejumlah LSM<br />
yang bergerak dalam penanggulangan<br />
HIV-AIDS di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Acara<br />
dibuka langsung oleh Ka. <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />
<strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Drs. Tri Mei<br />
Sartono, Apt, DSc. Kegiatan ini dibiayai<br />
dari Global Fund, sebuah lembaga donor internasional yang bermarkas di Jenewa, Swiss, yang<br />
memfokuskan kegiatannya pada pengurangan kesakitan akibat HIV-AIDS, Tbc dan Malaria.<br />
<strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> adalah satu-satunya kabupaten di Prop Bengkulu yang dipilih untuk<br />
dibantu pembiayaannya oleh Global Fund dalam upaya memerangi HIV-AIDS, dengan jumlah<br />
bantuan pendanaan sekitar 180 juta per tahun. Dana sebesar itu digunakan untuk melakukan<br />
penyiapan peralatan di puskesmas (Curup dan Perumnas) dan RSUD Curup untuk membuat<br />
klinik konseling sukarela (klinik Voluntary Conseling and Testing disingkat klinik VCT) dan<br />
pengujian penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual dan HIV-AIDS. Narasumber<br />
pertemuan tersebut berasal dari Dinkes Propinsi Bengkulu yang disampaikan oleh Sri Astuti<br />
selaku Kabid. P2PLP Propinsi Bengkulu serta Ka.<strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> Kab.<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />
Penjaja seks akan ditest PMS/HIV-AIDS<br />
Pertemuan tahap pertama ini berupaya memetakan daerah resiko tinggi tempat penularan<br />
penyakit menular seksual/PMS (terutama dengan bantuan pelacakan oleh LSM) di wilayah RL<br />
serta melakukan skrining/test pada mereka yang karena profesinya mempunyai resiko tinggi<br />
terhadap penularan penyakit tersebut. Kemungkinan rencana skrining akan dilakukan pada tahun<br />
ini juga dengan melibatkan LSM yang sudah mempunyai data daerah atau lokasi tempat<br />
mangkalnya penjaja seks atau pecandu narkoba/mantan pecandu. Dari informasi LSM Kipas dan<br />
<strong>Dinas</strong> Kesosnakertrans, penjaja seks di RL ternyata mencapai angka ratusan orang pada lokasi<br />
yang tersembunyi dan menyebar pada beberapa wilayah kelurahan (Talang Benih, Pelabuhan<br />
Baru, Karang Anyar dll). Mereka akan disampling oleh petugas kesehatan yang terlatih (analis<br />
puskesmas dan RSUD) dengan diambil vaginal swab-nya (usapan vagina) serta serum darahnya<br />
dan ditest kemungkinannya terjangkit penyakit menular seksual (gonorhoe, sifilis, kondiloma,<br />
dll) serta HIV-AIDS.<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 113
Jika ditemukan yang positif, kemudian dilakukan pengobatan secara gratis dan bagi yang<br />
tertular HIV-AIDS diberikan obat Anti Retro Viral (ARV) seumur hidup (untuk<br />
memperpanjang usia dan mengurangi keganasan virusnya) serta pendampingan dalam rangka<br />
memotivasi semangat hidup oleh LSM.<br />
Tercatat hingga kini ada 4 orang penderita HIV-AIDS di RL dengan rincian 2 orang yang<br />
terjangkit HIV-AIDS ditambah 2 orang pendatang yang sebelumnya telah terjangkit di daerah<br />
lain dan pindah ke RL. Mereka mmendapatkan penyakit tersebut dari pemakaian jarum suntik<br />
(sebelumnya pecandu narkoba) serta karena kontak dengan suami yg terjangkit HIV-AIDS.<br />
Penyebaran dan penderita HIV AIDS fenomenanya seperti gunung es, nampak kecil yang<br />
terdeteksi, namun banyak yang tersembunyi atau tidak diketahui.<br />
Selain kegiatan tersebut di atas, juga akan dilakukan sosialisasi tentang bahaya AIDS dan PMS<br />
ke masyarakat (terutama kelompok resiko tinggi dan di Lapas) serta pembentukan Komisi<br />
Penanggulangan AIDS di RL. Dengan adanya dukungan pembiayaan Global Fund ini,<br />
diharapkan penanganan HIV-AIDS di RL akan semakin baik dan mampu mengurangi secara<br />
signifikan penyebaran PMS dan HIV-AIDS di RL<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 114
81. Tenaga <strong>Kesehatan</strong> Berprestasi Nasional<br />
Dipublikasi pada Senin, 29 Agustus 2011 oleh tri ms<br />
Nampaknya telah menjadi tradisi, bahwa setiap tahun, dari 4 nakes yang dikirim untuk seleksi<br />
(dokter, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga kesmas), peserta kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
selalu menarik perhatian tim penilai dari Propinsi Bengkulu, sehingga selalu ada yang<br />
mendapatkan kelayakan untuk jadi nakes yang terbaik di Propinsi Bengkulu, dan dikirim ke<br />
Istana Negara untuk menghadiri Upacara 17 Agustus bersama presiden. Tim penilai nakes di<br />
propinsi Bengkulu menentukan kelayakan nakes terbaik melalui tanya jawab setelah seluruh<br />
kandidat yang berasal dari 10 kabupaten/kota mempresentasikan kegiatan-kegiatan unggulan<br />
yang dikerjakan pada tupoksinya.<br />
Hasil penilaian tim, pada tahun 2011 ini, bidan Zuraida dari puskesmas Curup, kabupaten<br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, mendapat predikat tenaga kesehatan masyarakat teladan yang berhak<br />
bersalaman dengan pak SBY dan ibu Menkes di Jakarta. Meski hanya 1 nakes, ya lumayanlah.<br />
Bidan Zuraida memang unggul di kegiatan promosi kegiatan, sukses membina kesehatan para<br />
penghuni Lapas Ardirejo, serta rajin mengisi acara kesehatan di radio Namora.<br />
Prestasi yang membanggakan adalah di tahun 2010 kemarin, di mana 4 nakes teladan semuanya<br />
diborong oleh tenaga kesehatan dari kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Mereka adalah dr Dewi<br />
Mustika dari puskesmas Curup, tenaga kesmas Mus Mulyadi dari puskesmas Sambirejo, bidan<br />
Desty Ariyani dari puskesmas Sindang Dataran dan tenaga gizi Yuliyanti dari puskesmas<br />
Perumnas.<br />
Tahun 2010 : 4 nakes teladan Propinsi Bengkulu di Istana Negara, yang<br />
semuanya berasal dari kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, kiri ke kanan : dr. Dewi<br />
Mustika (puskesmas Curup), tenaga gizi Yuliyanti (puskesmas Perumnas),<br />
bidan Desty Ariyani (puskesmas Sindang Dataran) dan tenaga kesmas Mus<br />
Mulyadi (puskesmas Sambirejo).<br />
Tahun 2011 : Zuraida, tenaga<br />
kesehatan masyarakat teladan<br />
Propinsi Bengkulu, dari<br />
puskesmas Curup, saat di Istana<br />
Negara<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 115
82. Kerjasama <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> dengan Harian<br />
Bengkulu Ekspress<br />
Dipublikasi pada Kamis, 8 September 2011 oleh tri ms<br />
Guna memberikan keterbukaan informasi kepada masyarakat mengenai aktivitas yang dilakukan<br />
21 puskesmas di kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, maka telah dilakukan kerjasama antara Harian<br />
Bengkulu Ekspress dengan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong>. Kerjasama ini berupa penayangan profil puskesmas<br />
dan kegiatannya dalam halaman 3 di harian Bengkulu Ekspress (BE), dengan space ½ halaman,<br />
warna hitam putih. Dipilihnya harian BE, karena penyebarannya yang mencakup Propinsi<br />
Bengkulu dan pembiayaannya tidak mahal. Profil puskesmas tersebut ditayangkan setiap hari<br />
Senin, dengan jadwal tayang yang sudah disusun oleh <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong>. Pembiayaan untuk<br />
penayangan profil puskesmas ini dibebankan dari dana Bantuan Operasional <strong>Kesehatan</strong> (BOK).<br />
Hingga saat ini, sudah sekitar 18 puskesmas yang profilnya sudah ditayangkan BE di halaman 3.<br />
Dengan adanya publikasi puskesmas di BE, diharapkan masyarakat dapat memahami kegiatan<br />
yang menjadi program puskesmas serta profil pimpinan dan karyawannya. Hal ini sejalan dengan<br />
keinginan Kadinkes <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Drs. Tri MS, Apt, DSc, agar puskesmas mengedapankan<br />
juga sisi INFORMATIF, sebagaimana visi Kadinkes pada pelayanan BERSERI, yaitu pelayanan<br />
yang Bersih, Ramah, Responsif dan Informatif.<br />
Selain penyebaran informasi menggunakan koran BE, Dinkes secara insidentil juga<br />
menggandeng kerjasama dengan Koran Rakyat Bengkulu dan Radar Pat Petulai. Namun<br />
mengingat keterbatasan biaya, informasi yang berkaitan dengan aktivitas <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> lebih<br />
banyak ditayangkan di blognya <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong>, dengan harapan juga bisa diakses oleh<br />
masyarakat, bahkan dengan cakupan lebih global, sebagaimana bisa diakses di situs ini.<br />
Profil puskesmas kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> di halaman 3 harian BE<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 116
Biodata Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc<br />
Dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah, 17<br />
Mei 1961. Menyelesaikan pendidikan<br />
apoteker di Fakultas Farmasi Universitas<br />
Gadjah Mada Yogyakarta dan lulus tahun<br />
1988, kemudian mulai tahun 1989 bekerja<br />
di Balai Laboratorium <strong>Kesehatan</strong><br />
Bengkulu hingga tahun 2000. Di kantor<br />
tersebut menjabat sebagai kepala Seksi<br />
mulai 1990 hingga tahun 2000.<br />
Pada tahun 1998 mengikuti program Post Graduate Diploma (diploma paska sarjana) selama 2<br />
semester pada Chemical Engineering Dept di University of Queensland, Brisbane, Australia<br />
pada bidang Environmental Monitoring sebagai kerjasama proyek Badan Pengendalian<br />
Lingkungan (Bapedal) dan pemerintahan Australia.<br />
Sejak akhir tahun 2000 mulai bekerja sebagai Kepala Gudang Farmasi <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dan<br />
sejak April 2001 menjabat sebagai Kepala Subdin Bina Penyehatan Lingkungan dan Pelayanan<br />
<strong>Kesehatan</strong>, Dinkes <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Pada tahun 2008 menjabat Kepala Bidang Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> dan<br />
Farmasi, sementara program kesehatan lingkungan bergabung dengan bidang P3PL. Menjabat Kadinkes<br />
sejak November 2010 hingga September 2011, sebelum dimutasi menjadi staf ahli bidang politik dan<br />
hukum di pemdakab <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />
Menikah dengan Mardaleni SKM, dan dikaruniai 2 anak, Bayu (SMA kelas 3 ) dan Sinta (SMA kelas 1).<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 117
A. Identitas<br />
PENGALAMAN JABATAN<br />
1. Nama : Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc<br />
2. N i p : 19610571 198903 1 002<br />
3. Tempat/Tanggal lahir : Kebumen, 17 Mei 1961<br />
4. A g a m a : I s la m<br />
5. Jenis Kepegawaian :<br />
6. Alamat Rumah : Jln. S. Sukowati no. 16 Curup<br />
7. Pangkat Terakhir : Pembina Utama Muda /IV C<br />
8. Jabatan Terakhir : Staf ahli<br />
9. Instansi Tempat Bekerja : Pemerintah Daerah <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
10. Unit Kerja : Sekretariat Daerah<br />
B. Riwayat Kepangkatan<br />
No Pangkat<br />
Golongan/Ruang<br />
T. M.T<br />
1 Penata Muda / III a 01-03- 1989<br />
2 Penata Muda TK I / III b 01-04-1992<br />
3 Penata / III c 01-04-1996<br />
4 Penata TK I / III d 01-10-2000<br />
5 Pembina / IV a 01-04-2003<br />
6 Pembina TK I / IV b 01-04-2007<br />
7 Pembina Utama Muda/IV c 01-04-2011<br />
C. Riwayat Jabatan<br />
No Jabatan Eselon TMT<br />
Jabatan<br />
1 Kepala Seksi Media dan Reagensia Balai<br />
Labkes Provinsi Bengkulu<br />
IV a 08-09-1992<br />
2 Kepala Gudang Farmasi <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />
<strong>Lebong</strong><br />
IV a 19-12-2000<br />
3 Kasubdin BPL dan Yankes <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />
<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
III.a 25-04-2001<br />
4 Kabid Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> dan Farmasi<br />
<strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />
III. b 28-01-2009<br />
5 Kadinkes <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> II b 18 – 11- 2010<br />
6 Staf ahli bidang politik dan hukum II b 26 – 09 - 2011<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 118
D. Riwayat Pendidikan<br />
1. Pendidikan Umum<br />
No Jenjang dan<br />
Penjurusan<br />
Pendidikan<br />
Nama Sekolah/<br />
Akademi/perguruan<br />
Tinggi<br />
1 S D SDN 3 Kebumen, Jawa<br />
Tengah, Lulus 1974<br />
2 S M P SMPN 1 Kebumen, Jawa<br />
Tengah, Lulus 1976<br />
3 S M A SMAN 1 Kebumen, Jawa<br />
Tengah, Lulus 1980<br />
4 Fakultas Farmasi/ UGM, Jogjakarta, Lulus<br />
Apoteker<br />
1988<br />
5 Postgraduate<br />
Diploma in Science<br />
The University of<br />
Queensland, Brisbane,<br />
Australia, Lulus 1998<br />
2. Pendidikan dan Pelatihan Kepemimipinan<br />
No Nama<br />
Tempat dan<br />
Diklat Penyelenggara Diklat<br />
1 SPALA Pusdiklat Pegawai Depkes<br />
Palembang<br />
2 SPAMA/<br />
Badan Diklat<br />
Diklatpim III Prov.Bengkulu<br />
3. Pendidikan dan Pelatihan Fungsional<br />
No Nama<br />
Diklat<br />
1 Kursus Penyusunan<br />
AMDAL<br />
Tempat dan<br />
Penyelenggara<br />
Diklat<br />
Nama Kepsek/<br />
Direktur /Dekan/Ketua/<br />
Rektor<br />
Soedarsono<br />
Slamet HS<br />
Koesiptijah,BSc<br />
Prof. Drs. Moh.Anief,Apt<br />
Sir Liewellyn Edwards, AC,MB BS<br />
Angkatan/<br />
Tahun<br />
Lama Pendidikan<br />
IV/ 1993 Tiga (3) Bulan<br />
III / 2003 1,5 Bulan<br />
Angkat an/<br />
Tahun<br />
Universitas Indonesia 1993 1,5 Bulan<br />
2 Training Of Trainer (TOT) Bapelkes Bengkulu 1996 2 Minggu<br />
3 Apoteker Pengelola Apotik Hotel Rio Asri<br />
Bengkulu<br />
1999 3 Hari<br />
4 Workshop on production<br />
of Biological Reagent<br />
BLK Surabaya 1993 5 Hari<br />
Lama Pendidikan<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 119
5 Teknis Pembuatan dan Uji<br />
kualitas Media serta uji<br />
Kepekaan Kuman<br />
6 Sertifikasi Kompetensi<br />
Apoteker<br />
7 Kursus Pelatih Petugas<br />
Lab<br />
Bagian Mikrobiologi<br />
Universitas Indonesia<br />
Universitas Gajah<br />
Mada (UGM)<br />
Pusdiklat Depkes<br />
Jakarta<br />
1992 2 Minggu<br />
2007 2 Hari<br />
1996 2 Minggu<br />
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 120