19.06.2013 Views

Kabupaten Sehat - Dinas Kesehatan Rejang Lebong

Kabupaten Sehat - Dinas Kesehatan Rejang Lebong

Kabupaten Sehat - Dinas Kesehatan Rejang Lebong

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Satukan tekad<br />

menyehatkan rakyat<br />

Kumpulan tulisan pilihan<br />

di Blog www.dinkesrl.net<br />

MEMORI SERAH TERIMA JABATAN<br />

PELAYAN KESEHATAN 2001 – 2011<br />

DINAS KESEHATAN REJANG LEBONG


Prolog<br />

Pantun Jenaka : Paling Enak Jadi PNS<br />

DAFTAR ISI<br />

1. Penghargaan Ksatria Bakti Husada untuk Bupati RL (2007)<br />

2. Penghargaan Swasti Saba (<strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong>) untuk <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> (2007)<br />

3. Sosialisasi Perbup No 20/2007 tentang Kawasan Dilarang Merokok<br />

4. Road Show Ke – 3 Pelayanan KB <strong>Kesehatan</strong><br />

5. Bakti Sosial <strong>Kesehatan</strong> PKK dan Program Bedah Kampung<br />

6. Kesepakatan Bersama untuk Perubahan Lingkungan di Kota Curup<br />

7. Penyambutan 3 Trofi Penghargaan dari Pemerintah Pusat untuk <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong><br />

8. Launching Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)<br />

dengan Stiker<br />

9. Evaluasi Penyelenggaraan <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> <strong>Sehat</strong> bersama Direktur<br />

Penyehatan Lingkungan Depkes<br />

10. Puskesmas Curup Berbenah Menuju Pelayanan Puskesmas Standar ISO 9001<br />

11. Manggala Karya Bakti Husada Arutala untuk Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

12. Baksos Operasi Bibir Sumbing dan Langitan Kerjasama PKK dan Dinkes RL<br />

13. Best Practice DHS-1 <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> : Reformasi Pembiayaan Puskesmas<br />

14. <strong>Kesehatan</strong> Mental-Spiritual : Siraman Rohani bersama Ustad Jefri Al Buchori<br />

15. Puskesmas Berpenampilan Baik dan Jelek Tahun 2008 (Penilaian 7 K)<br />

16. Best Practice DHS-1 <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>: Program Kemitraan Bidan dan Dukun<br />

17. Banner STBM untuk Kelurahan Kepala Siring dan Talang Benih<br />

18. Baksos Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> di Kecamatan Curup Utara<br />

19. Kegiatan Operasi Timbang Badan di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

20. Kasus Gizi Buruk di RL Menurun<br />

21. Usir Nyamuk DBD Warga Dihimbau Tanam Tanaman yang Tidak Disukai Nyamuk<br />

22. Sosialisasi Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Jiwa<br />

23. Peringatan Hari Lansia di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

24. Lomba Balita <strong>Sehat</strong> se <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

25. Lomba Balita <strong>Sehat</strong> dan Suami Siaga Puskesmas Tunas Harapan<br />

26. <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Menerima Penghargaan Adipura yang Ke 4 Kalinya<br />

27. Kampanye Ayo Berhenti Merokok<br />

28. Program Puskesmas Berseri <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

29. Dinkes <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Kirim Tim Baksos <strong>Kesehatan</strong> ke Sumbar<br />

30. Baksos Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Desa Terpencil di Air Nau<br />

31. Swasti Saba Wiwerda : Penghargaan Menkes untuk <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> pada Hari<br />

<strong>Kesehatan</strong> Nasional ke 45<br />

32. Jalan Santai dan Lomba Senam Jantung <strong>Sehat</strong> Massal<br />

33. <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Progresif Mewujudkan Desa Siaga Aktif<br />

34. Gedung Posyandu Melalui Dana PNPM<br />

35. Roadshow <strong>Kesehatan</strong> Ke-VI Tahun 2009<br />

i


36. Penanggulangan AIDS di <strong>Kabupaten</strong>. <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

37. Bekerjasama Dengan PT Askes,15.000 Orang Miskin <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Dijamin<br />

Jamkesda<br />

38. Dokter Keluarga bagi Peserta Askes<br />

39. Pelatihan Budaya Kerja Menuju Pelayanan Prima<br />

40. Outbound Membangun Komitmen Bersama<br />

41. 3 Sekolah di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Juara 1 Lomba Sekolah <strong>Sehat</strong> Tingkat Propinsi<br />

Bengkulu<br />

42. Pertemuan Evaluasi Jamkesda Tahun 2010<br />

43. Model Ambulan Desa di Desa Siaga<br />

44. Ayo Waspada Flu Burung<br />

45. TVRI Shooting Acara “Membangun Desa”, di Desa Air Lanang, Desa Juara 2<br />

Lomba PHBS<br />

46. Menuju Sekolah <strong>Sehat</strong> : Belajar dari Sang Juara<br />

47. Pendekatan STBM, Solusi Meningkatkan Kepemilikan Jamban <strong>Sehat</strong> di <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong><br />

48. Bersama Kita Berantas Malaria<br />

49. Ayo Waspada Penyakit Demam Berdarah<br />

50. Sosialisasi Penanganan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies<br />

51. Jaminan Persalinan bagi Seluruh Penduduk<br />

52. Mewujudkan <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Peduli Lansia<br />

53. Pembentukan Komite Daerah Lanjut Usia di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

54. Menyoal Peringkat IPM dan IPKM <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

55. Pengembangan Desa Siaga Aktif di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

56. Baksos <strong>Kesehatan</strong> Desa Terpencil di Wilayah Lembak<br />

57. Gerakan Peduli Kusta (Gerakan PELITA)<br />

58. Rapat Persiapan Penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> di tingkat Kecamatan<br />

59. Senam Lansia Memperingati HUT Lansia dan HUT Kota Curup<br />

60. Dinkes dan TP-PKK Gelar Lomba Balita <strong>Sehat</strong><br />

61. Mengatasi Gizi Buruk, Mari Gebyarkan Kembali Posyandu Balita<br />

62. Persiapan Verifikasi Penghargaan <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> Tahun 2011<br />

63. Di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Sarana <strong>Kesehatan</strong> Pemerintah Siap Melayani Jampersal<br />

64. Penilaian Sekolah <strong>Sehat</strong> tingkat Nasional di 3 Sekolah <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

65. Rapat Persiapan Penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> Tahun 2011<br />

66. Puskesmas Sambirejo Launching Buletin Mingguan “Pesta”<br />

67. Bimtek Terpadu : Sambung Rasa dengan Karyawan Puskesmas<br />

68. Rabies Center Air Bang Launching “Peneng” (Penanda divaksin)<br />

69. Press Release Bupati pada Peringatan HTTS<br />

70. Program Dinkes Membantu Sarana Air Bersih untuk 43 Desa di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

71. Rabies Center Air Bang Melaksanakan Vaksinasi Anti Rabies bagi HPR<br />

72. Serunya Outbound Puskesmas Curup dan Perumnas<br />

73. Sepenggal Kisah Menuju ODF di Desa Air Lanang<br />

74. Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Daerah Terpencil di Puskesmas Sindang Dataran<br />

75. BRI Peduli <strong>Kesehatan</strong> : Pengobatan Gratis di Desa Karang Jaya, Selupu <strong>Rejang</strong><br />

76. Bidan Desa, Cangkul dan Pipa Air<br />

77. Puskesmas Kampung Delima Membentuk Rabies Center<br />

ii


78. Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat (Community Based Solid Waste<br />

Management)<br />

79. Pemusnahan Hewan Penular Rabies<br />

80. Global Fund Membantu Kegiatan Penanganan HIV-AIDS di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

81. Tenaga <strong>Kesehatan</strong> Berprestasi Nasional<br />

82. Kerjasama <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> dengan Harian Bengkulu Ekspress<br />

83. Biodata dan Pengalaman Jabatan<br />

iii


Prolog<br />

Mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera adalah merupakan tanggung jawab kita<br />

semua, baik mereka yang bertugas di eksekutif, legislative dan anggota masyarakat. Sebagai<br />

aparat yang bertanggung jawab di eksekutif diharapkan dapat mendanai kegiatan-kegiatan yang<br />

meningkatkan mutu pelayanan serta mengurangi kesakitan dan kematian. Sementara masyarakat<br />

perlu juga dilibatkan, terutama dari sisi pemberdayaan, sehingga mereka tidak saja menjadi<br />

obyek pembangunan, namun juga menjadi pelaku pembangunan.<br />

Tulisan-tulisan yang ditampilkan dalam buku ini adalah catatan pendek yang terpilih dari<br />

serangkaian kegiatan kemasyarakatan dalam rangka berkontribusi meningkatkan pelayanan<br />

kesehatan di kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Setidaknya ini bisa menjadi bahan acuan bagi kawankawan<br />

penggiat pembangunan kesehatan untuk mempelajari upaya-upaya yang dilakukan <strong>Dinas</strong><br />

<strong>Kesehatan</strong> dan Pemdakab <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> selama periode 2007 – 2011. Sebenarnya, banyak juga<br />

tulisan atau gagasan sebelum pada periode tersebut, namun mengingat ini berasal dari<br />

pendokumentasian artikel di Blog, hanya pada periode tersebutlah yang bisa diakses langsung<br />

secara online hingga kini.<br />

Semoga hadirnya kumpulan tulisan ini dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa ada<br />

upaya-upaya aparat pemerintah melalui <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dalam mengatasi<br />

persoalan kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya di Bumei Pat Petulai tercinta.<br />

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin<br />

yang tegak di puncak bukit<br />

Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,<br />

yang tumbuh di tepi danau<br />

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,<br />

Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang<br />

memperkuat tanggul pinggiran jalan<br />

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya<br />

Jadilah saja jalan kecil,<br />

Tetapi jalan setapak yang<br />

Membawa orang tidak tersesat...<br />

(terjemahan Taufik Ismail : Puisi Kerendahan Hati)<br />

Wassalam,<br />

Tri Mei Sartono<br />

iv


Pantun Jenaka : Paling Enak Jadi PNS<br />

Paling enak jadi pegawai negeri<br />

Meski gaji kecil tapi setiap bulannya pasti<br />

Kerjakan tugas sebentar kemudian ngeloyor pergi<br />

Sisakan tugas untuk besok lagi (????gk produktif banget ya?)<br />

Paling enak jadi struktural atau pegang jabatan<br />

Dapat uang tunjangan dan juga kendaraan<br />

Dari jam pagi sampai pulang kantoran<br />

Sibuknya hanya bagi tugas sambil fesbukan (atau baca koran)<br />

Paling enak jadi bos di satuan kedinasan<br />

Ada fasilitas jabatan, mungkin juga honor sampingan (yang legal lho...)<br />

Namun kadang pendapatannya juga harus rela dikurangkan<br />

Kalau ada wartawan atau LSM yang minta sumbangan (hehe...minus dong)<br />

Paling enak kerja di puskesmas<br />

Dapat tunjangan kesehatan, bahkan rumah dan kendaraan dinas<br />

Datang pagi sampai jam dua belas<br />

Setelah itu kami jam bebas<br />

Paling enak jadi pimpro kegiatan<br />

Ada tambahan pendapatan, mungkin juga diskon pengadaan (awas...illegal lho)<br />

Pusingnya mengatur agar semua kebagian<br />

Syukur-syukur tahun depan masih dipertahankan (jika tidak dikasuskan)<br />

Begitulah kerja jadi PNS<br />

Baik yang di <strong>Dinas</strong> maupun di Poskesdes (entah yg di RS)<br />

Nggak usah mengeluh dan SK nggak usah kita protes<br />

Yang penting gajian selalu lancar, tepat dan beres<br />

Jangan menulis di atas kaca<br />

Menulislah di atas meja<br />

Jangan menangis gara-gara dipindah kerja<br />

Tapi menangislah kalau tidak masuk surga<br />

Jambu merah tertimbun di tanah kering<br />

Janganlah marah pantun ini ”just kidding”<br />

Curup, 5 September 2010<br />

By trims<br />

v


Penulis Blog<br />

www.dinkesrl.net<br />

Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc (tri ms)<br />

Herwantoni, SKM, MKes (toni)<br />

Dr. Agung Fabian Candranegara (agung fabian)<br />

Syamsir Madani, SKM, MKes (syamsir)<br />

Asrizal, SKM (rizal)<br />

Deptian Lupti, SKM (deptian)<br />

Sri Diani, AM Kep (dian)<br />

Sri Mulianti, SSos (sri muliyanti)<br />

Gatot Arianto, AM Kep (GTA)<br />

Mardian Efendi, SE (mardian)<br />

Andi Noersal, SKM (andi)<br />

Sarmaulina, SKM, MSi (lina)<br />

Wahyudi, SKM (yudi)<br />

Santoso, SH, MSi (santoso)<br />

Sutanto, SKp (sutanto)<br />

vi


1. Penghargaan Ksatria Bakti Husada untuk Bupati<br />

RL (2007)<br />

Dipublikasi pada Senin, 26 November 2007 oleh tri ms<br />

Sebagai ungkapan terima kasih dan penghargaan atas pengabdian yang tinggi dibidang<br />

kesehatan, Menteri <strong>Kesehatan</strong> Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP(K), menyerahkan penghargaan<br />

kepada sejumlah tokoh dan institusi bertepatan dengan acara Puncak Peringatan Hari <strong>Kesehatan</strong><br />

Nasional tanggal 13 November 2007 di Jakarta. Keesokan harinya puncak peringatan HKN<br />

dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta dihadiri Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.<br />

Tanda penghargaan yang diserahkan berupa, Tanda Penghargaan Ksatria Bakti Husada,<br />

diberikan kepada individu yang dengan sukarela telah menyumbangkan tenaga, pikiran dan<br />

pengetahuannya didalam mengembangkan program kesehatan. Darma baktinya telah dapat<br />

dirasakan dan sangat bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan Negara. Tanda Penghargaan<br />

Ksatria Bakti Husada terdiri dari tiga kategori yaitu Ksatria Bakti Husada Aditya, Ksatria Bakti<br />

Husada Kartika, dan Ksatria Bakti Husada Arutala.<br />

Penghargaan Bidang <strong>Kesehatan</strong> untuk individu yang peduli dan berjasa dalam pembangunan<br />

kesehatan (terbagi dalam tingkatan arutala, kartika dan aditya). Penerima tahun 2007 terdiri<br />

dari 1 Menteri, 2 Gubernur, 12 Bupati, 4 Ketua TPKK, 3 tokoh keagamaan, 2 perorangan, 7 Kiai<br />

pondok Pesantren. Alhamdulilah, Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> termasuk salah satu dari sedikit orang<br />

yang mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut.<br />

Berikut ini adalah 10 kebijakan Bapak Bupati Suherman, SE sehingga diusulkan mendapat<br />

“Ksatria Bakti Husada Arutala” :<br />

1. Melakukan reformasi pembiayaan puskesmas dengan mendorong kemandirian<br />

pengelolaan keuangan puskesmas secara swakelola di mana puskesmas tidak lagi menjadi<br />

target PAD. Kebijakan ini tertuang dalam Perda No 10 tahun 2005 tentang Retribusi<br />

Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> di Puskesmas dan ditindaklanjuti dengan SK Bupati No 5/2005.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 1


2. Mempercepat pengembangan desa siaga yang telah mencapai 105 dari 156 jumlah desa di<br />

RL<br />

3. Memperoleh berbagai penghargaan dalam bidang KB, kebersihan dan lingkungan (Adipura),<br />

koperasi dan pramuka<br />

4. Melakukan gerakan perbaikan lingkungan dengan program “Bedah Kampung”<br />

5. Rasa tanggung jawab bupati dengan menerima di kediaman Bupati, membiayai dan<br />

mengantar sekitar 50 keluarga penderita bibir sumbing ke RSUD M Yunus untuk<br />

mendapatkan operasi bibir sumbing<br />

6. Dukungan bupati pada pelayanan kesehatan gakin, untuk 2100 jiwa gakin yang dianggarkan<br />

di APBD 2007, yang tidak masuk alokasi askeskin dari pusat<br />

7. Keprihatinan bapak bupati terhadap kesulitan berobat penderita gangguan ginjal yang<br />

memerlukan cuci darah dengan menganggarkan dari APBD RL untuk pengadaan alat<br />

Hemodialisa dan Laboratory Analyzer untuk RSUD Curup tahun 2006<br />

8. Dukungan bupati dalam upaya perbaikan tatanan institusi sehat, terutama program<br />

perkantoran dan sekolah sehat melalui program K7<br />

9. Dukungan dan upaya bupati dalam Program Anti Tembakau sebagai upaya mengurangi<br />

jumlah perokok dengan memberlakukan SK No 20 tahun 2007 tentang Kawasan Dilarang<br />

Merokok<br />

10. Mendorong reformasi di bidang regulasi perijinan kesehatan dengan terbitnya Perda No<br />

10/2005 tentang Perijinan di bidang <strong>Kesehatan</strong><br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 2


2. Penghargaan Swasti Saba (<strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong>)<br />

untuk <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> (2007)<br />

Dipublikasi pada Kamis, 15 November 2007 oleh tri ms<br />

adalah sbb :<br />

Penghargaan Presiden untuk Kota/<strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> (terbagi dalam<br />

tingkat pemantapan (padapa), pembinaan (wiwerda) dan<br />

pengembangan (wistara). Menurut tim Depkes untuk verifikasi<br />

penghargaan Swasti Saba tahun 2007, dari 68 kota/kabupaten yang<br />

mengajukan untuk dinilai, hanya 37 kabupaten/kota yang layak<br />

mendapatkan penghargaan Swasti Saba, yaitu 18 kabupaten/kota<br />

pada tingkat Padapa (termasuk kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>), 13<br />

kabupaten/kota tingkat Wiwerda dan 6 kabupaten/kota tingkat<br />

Wistara.<br />

<strong>Kabupaten</strong>/kota sehat merupakan pendekatan kesehatan<br />

masyarakat yang bertumpu pada kemitraan pemerintah<br />

daerah (lintas sektor) dengan masyarakat dalam mengatasi masalah<br />

– masalah kesehatan yang berkaitan erat dengan masalah<br />

lingkungan fisik dan lingkungan sosial kabupaten/kota.<br />

Di tingkat kabupaten dimotori oleh Forum <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> yang<br />

mensinergikan pembangunan agar berwawasan kesehatan. Di<br />

tingkat kecamatan dipandu oleh Forum Kecamatan <strong>Sehat</strong>, dan di<br />

desa oleh Forum Desa <strong>Sehat</strong>. Ada 9 tatanan dan 260 indikator<br />

penilaian dan profil tatanan tersebut di kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

1. Ketahanan Pangan dan Gizi<br />

2. Kehidupan Masyarakat <strong>Sehat</strong> Yang Mandiri<br />

3. Kawasan Pariwisata <strong>Sehat</strong><br />

4. Kawasan Industri dan Perkantoran <strong>Sehat</strong><br />

5. Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi<br />

6. Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana Umum<br />

7. Kehidupan Sosial Yang <strong>Sehat</strong><br />

8. Kawasan Pertambangan <strong>Sehat</strong><br />

9. Kawasan Hutan <strong>Sehat</strong><br />

Tatanan no 1 – 4 adalah kawasan yang diajukan oleh <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> untuk diverifikasi.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 3


3. Sosialisasi Perbup No 20/2007 tentang Kawasan<br />

Dilarang Merokok<br />

Dipublikasi pada Jumat, 12 Oktober 2007 oleh tri ms<br />

Dalam salah satu baitnya penyair Taufik Ismail yang adalah seorang dokter hewan menulis :<br />

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat<br />

siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,<br />

Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai<br />

merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR<br />

merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,<br />

hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah<br />

kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik<br />

petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,<br />

Itulah kenyataan yang kita lihat<br />

tentang budaya merokok,<br />

menyebar ke semua lapisan<br />

masyarakat. Merokok telah<br />

menjadi budaya, seperti kata<br />

pepatah “Empat sehat, Lima<br />

“Sampurna”, sehingga kalau<br />

habis makan, sesi yang terakhir<br />

adalah ritual “ngebul”. Memang<br />

budaya merokok tak bisa<br />

dihentikan, tapi bagaimana kalau<br />

kita coba untuk dibatasi, tidak<br />

mencolok di tempat terbuka,<br />

syukur bisa dikurangi.<br />

Konon menuruh sejarah, budaya merokok pertama kali dilakukan Indian Inca, sekitar 3000 tahun<br />

yg lalu. Kemudian pada saat Columbus masuk ke Amerika, budaya ini dibawa ke Eropa dan<br />

akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Mulailah perdagangan tembakau dikenalkan melalui model<br />

kolonialisme dan akhirnya menjalar ke seluruh dunia, tembakau menjadi komoditi global, dan<br />

tembakau “Virginia” adalah yang paling populer dan banyak dicari.<br />

Kini, para “ahli hisap” ini telah meningkat menjadi 1.1 Miliar orang dan 800 juta orang<br />

bermukim di negara berkembang. Diperkirakan pada tahun 2030, tembakau akan menjadi<br />

penyebab kematian utama di dunia, sekitar 10 juta meninggal per tahun dipicu kebiasaan<br />

merokok . Secara global, 80,000 hingga 100,000 anak muda mulai menghisap rokok setiap hari<br />

(perokok pemula) dan yang bikin ”gerakan anti rokok” tidak efektif karena pada umumnya para<br />

”ahli hisab” ini tidak mau tahu dan peduli bahaya merokok !. Bila sudah kenal, tembakau<br />

bersifat adiktif dan susah untuk menghentikannya, sama seperti kecanduan heroin atau cocain<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 4


(perhatikan kalau lagi pengin rokok, badan meriang dan gak nyaman, mirip gejala ”sakau” pada<br />

narkoba)<br />

BAHAYA ROKOK<br />

Menurut penelitian Badan kesehatan Dunia (WHO), rokok mengandung 4.000 zat kimia yang<br />

berbahaya bagi kesehatan serta ada 25 jenis penyakit yang dapat timbul sebagai akibat merokok.<br />

yang paling berbahaya adalah nikotin. Nikotin ini pangkal penyebab kita ketagihan rokok, yang<br />

secara farmakologi nikotin ini menekan produksi enzim mono amin oksidase (MAO), suatu<br />

enzim yang mensupress dopamine. Sedikitnya MAO, membuat dopamine meningkat, dan<br />

dopamine adalah zat kimia yang mendorong pencarian rasa kesenangan dan kenikmatan.<br />

Begitulah, sekali kenal rokok, dopamine kita meningkat setelah rokok dihisap, dan terus ritual<br />

”ngebul” memberi kenyamanan badan kita.<br />

Di Indonesia, sekitar 70% penduduk indonesia (laki-laki) adalah ”ahli hisap” yang aktif, dan no 5<br />

negara terbanyak perokoknya. Pendapatan cukai rokok (2004) 27 triliun, belum di sektor<br />

pertanian dan tenaga kerja. Namun biaya kesehatan akibat merokok yang ditanggung pemerintah<br />

dan masyarakat 3 kali lipatnya atau sekitar 81 triliun.<br />

APA YANG HARUS KITA PERBUAT?<br />

Menaikkan cukai dan harga rokok (namun kenyataannya berapapun mahal, masih akan<br />

dibeli juga)<br />

Meningkatkan informasi bahaya rokok : diseminasi hasil riset bahaya rokok, label bahaya<br />

rokok, counter-advertising<br />

Larangan pengiklanan dan promosi rokok<br />

Pembatasan area merokok di area publik dan tempat kerja<br />

Program penghentian kebiasaan merokok (Cessation Help)<br />

KAWASAN TANPA ROKOK<br />

Kawasan tanpa rokok diperlukan sebagai usaha mengurangi dampak polusi rokok bagi mereka<br />

yang tidak merokok. Ini paling tidak untuk membatasi atau mengurangi jumlah perokok, karena<br />

jumlah perokok cenderung meningkat, menurut catatan WHO pula , 22 persen remaja di<br />

Indonesia sudah dapat dikategorikan sebagai perokok pemula.<br />

PP Nomor 19 tahun 2003 tentang Pengamanan rokok bagi kesehatan<br />

Yang dimaksud “Kawasan Tanpa Rokok”<br />

Nah, atas dasar pasal 25 PP tesebut maka pemdakab <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> mulai menginisiasi Kawasan<br />

Tanpa Asap Rokok di wilayah <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> sehingga dibuatlah :<br />

1. Peraturan Bupati R/L tentang Kawasan Tidak Merokok di RL tahun 2007<br />

2. SK Bupati RL tentang Tim Teknis Pengendalian Bahaya Merokok di RL tahun 2007<br />

Kalau kita baca Peraturan Bupati ini, tujuan penetapan Kawasan Dilarang Merokok (pasal 2)<br />

adalah :<br />

Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian yang disebabkan merokok dengan<br />

cara mendorong kebiasaan masyarakat untuk melakukan Perilaku Hidup Bersih dan <strong>Sehat</strong><br />

(PHBS)<br />

Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal;<br />

Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula;<br />

Mendorong terwujudnya <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> <strong>Sehat</strong> 2010<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 5


Sementara ini yang menjadi target pelaksanaan peraturan ini adalah membuat Kawasan Dilarang<br />

Merokok di tempat-tempat sbb :<br />

1. tempat umum (terminal, halte, restoran),<br />

2. tempat kerja (kantor/instansi),<br />

3. tempat proses belajar mengajar (sekolah),<br />

4. tempat pelayanan kesehatan (puskesmas/RS),<br />

5. arena kegiatan anak-anak,<br />

6. tempat ibadah, dan<br />

7. angkutan umum<br />

Kemudian di pasal 7, Tempat yang ditetapkan<br />

sebagai Kawasan Dilarang Merokok wajib<br />

dilengkapi dengan Penandaan atau petunjuk.,<br />

berupa :<br />

“KAWASAN DILARANG MEROKOK”<br />

Penandaan atau petunjuk dibuat dengan ukuran<br />

tulisan yang jelas ditempatkan pada tempat yang<br />

mudah terlihat dan tidak mengganggu keindahan<br />

tempat.<br />

PEMBINAAN<br />

Pimpinan instansi pemerintah dan instansi non pemerintah wajib melakukan pembinaan atas<br />

pelaksanaan pengendalian rokok bagi kesehatan dengan mendorong dan menggerakkan :<br />

perilaku tidak merokok<br />

terwujudnya kawasan bebas rokok;<br />

meningkatkan gerakan masyarakat untuk mensosialisasikan bahaya rokok bagi kesehatan<br />

RUANGAN MEROKOK<br />

Kalau ada kawasan dilarang merokok, tentu ada kawasan merokok atau ruang merokok. Kalau<br />

kita lihat di bandara Cengkareng, ruang merokok didisain tersendiri, namun dalam peraturan ini<br />

disarankan sbb :<br />

Tidak di dalam ruangan kerja<br />

Ruangan merokok tersendiri, tidak bercampur dengan kawasan tanpa rokok<br />

Jika memungkinkan dilengkapi dengan alat penghisap udara atau memiliki alat sirkulasi<br />

udara tersendiri<br />

Ruangan terbuka, tapi tidak di tempat umum<br />

Adanya peraturan ini membuktikan itikad pemerintah RL untuk membatasi dan mengurangi<br />

ritual “ahli hisap” dan merokok itu berbahaya, bagi diri sendiri atau umum. Merokok tidak<br />

dilarang, sepanjang tidak di “public area”. Namun, sosialisasi gerakan anti rokok ini wajib<br />

mendapat dukungan semua lapisan masyarakat, tanpa itu, maka jumlah perokok akan terus<br />

bertambah,sementara di negara maju budaya merokok sudah berkurang. Peraturan bupati ini<br />

akan mandul, kalau kita yang ada di pemda tidak mempunyai komitmen untuk melaksanakannya.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 6


4. Road Show Ke – 3 Pelayanan KB <strong>Kesehatan</strong><br />

Dipublikasi pada Senin, 28 Juli 2008 oleh GTA<br />

Kembali Road Show <strong>Kesehatan</strong>, Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> dan KB dilakukan oleh <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />

<strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> ( Senin 28 Juli 2008 ), yang kali ini berfokus di desa-desa di dua<br />

Kecamatan yaitu Kecamatan Bermani Ulu dan Kecamatan Bermani Ulu Raya, yang bertujuan<br />

memberikan pelayanan kesehatan dan KB ke masyarakat dan mempercepat kesiapan Desa Siaga.<br />

Sebelumnya Road Show serupa telah di lakukan di Kecamatan Kotapadang ( Road Show I ) dan<br />

Sindang Beliti Ilir dan Kecamatan Padang Ulak<br />

Tanding ( Road Show II )<br />

Kali ini Road Show yang di ikuti oleh 160 orang yang terdiri dari Dokter, perawat dan bidan<br />

yang berasal dari Puskesmas – puskesmas se <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> diantaranya Puskesmas<br />

Curup, Puskesmas Perumnas, Puskesmas Kampung Delima, Puskesmas Tunas Harapan,<br />

Puskesmas Watas Marga, Puskesmas Talang Rimbo Lama, Puskesmas Sambirejo, Puskesmas<br />

Sumber Urip, Puskesmas Beringin Tiga, Puskesmas Sindang Jati, Puskesmas Sindang Dataran,<br />

Puskesmas Kepala Curup, Puskesmas Tanjung Agung, Puskesmas Padang Ulak Tanding,<br />

Puskemas Sindang Beliti Ilir dan Puskesmas Kotapadang, serta ditambah dengan tenaga-tenaga<br />

pendamping dari <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, dan juga dibantu oleh Tim<br />

Penggerak PKK Kab. <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Dharma Wanita Persatuan Kab. <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>,dan <strong>Dinas</strong><br />

KB Kab,<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />

Kegiatan ini dibuka dan dilepas keberangkatannya oleh Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Suherman, SE,<br />

MM di lapangan Pemda <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 7


5. Bakti Sosial <strong>Kesehatan</strong> PKK dan Program Bedah<br />

Kampung<br />

Dipublikasi pada Selasa, 18 November 2008 oleh tri ms<br />

Sudah beberapa kali kegiatan Bakti Sosial pelayanan kesehatan diadakan di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong>, dan rasanya antusiasme masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan masih<br />

cukup banyak. Untuk yang kesekian kali, Tim Penggerak PKK <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> bekerja sama<br />

dengan <strong>Dinas</strong> instansi terkait, mengadakan acara Bakti Sosial PKK yang dikemas dalam acara<br />

“Bedah Kampung“.<br />

Kegitan inovatif ini merupakan salah satu program unggulan <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, yang merupakan<br />

kerja gotong royong antar <strong>Dinas</strong>/instansi dalam rangka perbaikan kampung, baik secara fisik<br />

dan juga pembangunan sosial/ekonomi. Kegiatan tersebut di antaranya adalah : bedah rumah<br />

warga miskin, bedah jamban, pelayanan kesehatan (sunat massal, pengobatan, pelayanan gigi,<br />

pemeriksaan golongan darah dan donor darah dan KB), dari program pertanian,<br />

peternakan/perikanan, koperasi, catatan sipil, dll. Pokoknya semua <strong>Dinas</strong>/instansi saling<br />

berkontribusi untuk penataan dan perbaikan kehidupan warga di lokasi terpilih. Laporan khusus<br />

yang berkaitan dengan bedah jamban yang dikerjakan oleh <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> dapat dibaca lebih<br />

lanjut<br />

Berikut ini adalah foto-foto dari kegiatan Bedah Kampung yang dilaksanakan pada Sabtu, 15<br />

November 2008 di Kecamatan Curup Timur di mana <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> selalu<br />

terlibat dan mempunya peran yang bermanfaat bagi acara tersebut<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 8


6. Kesepakatan Bersama untuk Perubahan<br />

Lingkungan di Kota Curup<br />

Dipublikasi pada Jumat, 14 November 2008 oleh tri ms<br />

We can change, begitulah inspirasi dari spirit<br />

kemenangan Barrack Obama di pemilu AS kemarin,<br />

maka kita juga bisa change dalam kebiasaan BAB<br />

(Buang Air Besar) jaman primitif yang tidak sesuai<br />

lagi dijaman orang nongkrong di WC sambil<br />

menggunakan ponsel! Hari bersejarah itu terjadi pada<br />

Selasa, 11 November 2008, ketika sekitar 35 orang<br />

yang berasal dari perwakilan kelurahan Kepala Siring,<br />

Karang Anyar, Pasar Tengah, Air Rambai, Jalan Baru<br />

Talang Benih, dan Tabarena berkumpul di ruang rapat<br />

<strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Wakil dari<br />

kelurahan tersebut terdiri dari lurah, Ketua BPD dan tokoh agama/ustad dan pimpinan<br />

puskesmas. Di daerah mereka ada slum, semacam area yang kondisi sanitasinya memprihatinkan<br />

(mungkin juga aspek sosialnya dan kriminalitasnya menonjol). Dari kacamata kesehatan,<br />

terutama kebiasaan buang air besar di siring atau kebiasaan membuat jamban dengan<br />

mengalirkan pipanya ke siring, sangat berbahaya. Apakah hal tersebut akan dibiarkan terus?<br />

Perwakilan warga ini berkumpul dalam rangka<br />

membangun komitmen atau kesepakatan<br />

bersama agar seluruh warga di sepanjang aliran<br />

siring atau sungai berubah kebiasaannya dalam<br />

memperlakukan sungai/siring. Tidak lagi<br />

dicemari dengan kotoran warga yang berpotensi<br />

menjjadi outbreak penyakit muntaber. Setelah<br />

ditampilkan gambar dan video lingkungan sekitar<br />

mereka (dari hidden camera atau explicit<br />

camera), terutama lingkungan sekitar Talang<br />

Benih, Pasar Tengah dan Kepala Siring dan<br />

pembelajaran program ODF (Open Defecation<br />

Free) yang sudah berhasil dilaksanakan di Kediri<br />

dan Nganjuk, nampaknya para peserta sudah mulai tergugah dan terprovokasi untuk segera<br />

berubah. Lalu dikenalkan program CLTS (Community Led Total Sanitation) yang di-<br />

Indonesiakan jadi STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Setelah berdiskusi selama 2 jam,<br />

nampaknya sudah muncul local leader yang bisa dijadikan kampiun (champion), untuk menginisiasi<br />

perubahan atas kebiasaan warga ber BAB. Ada pak haji dari Talang Benih yang berfatwa<br />

bahwa saat membangun rumah yang harus didahulukan adalah membangun jamban. Juga tokoh<br />

BPD dari Air Rambai yang menyarankan perlunya ada regulasi tingkat desa atau kabupaten yang<br />

mengatur hal ini.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 9


Situasi kondisi kesling di Kelurahan Talang Benih<br />

Setelah terbangun komitmen bersama, maka akan ditindaklanjuti dalam waktu dekat<br />

mensosialisasikan di tingkat RT dengan pendekatan STBM. Semoga langkah ini bisa membawa<br />

perubahan perilaku yang lebih berbudaya dan sehat dan tidak menjadi daerah slum yang tidak<br />

sesuai dengan predikat kabupaten sehat yang berkali-kali memenangkan adipura. Berikut<br />

kesepakatan tersebut :<br />

1. Sepakat untuk merubah kebiasaan masyarakat agar tidak BAB di siring/sungai, dan<br />

membuang sampah dan limbah RT ke siring/sungai<br />

2. Menganjurkan kepada masyarakat agar tidak mengalirkan pipa WC ke<br />

siring/sungai/danau<br />

3. Sepakat untuk menindaklanjuti pertemuan ini ke pertemuan tingkat kelurahan/desa/RT<br />

4. Sepakat merekomendasikan kepada pemerintah daerah untuk membuat dasar hukum<br />

STBM<br />

5. Sepakat dan siap menjadi fasilitator bagi berubahnya kebiasaan masyarakat agar<br />

berperilaku hidup bersih dan sehat<br />

6. Sepakat mendorong masyarakat untuk bersama-sama memelihara kebersihan sungai dan<br />

siring dan lingkungannya<br />

7. Sepakat mengintegrasikan kegiatan STBM pada kegiatan Bedah Kampung<br />

Rencananya kesepakatan ini akan dibacakan pada upacara Hari <strong>Kesehatan</strong> Nasional yang akan<br />

dilaksanakan tanggal 18 November 2008 (bersamaan dengan HUT Propinsi Bengkulu)<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 10


Perkembangan selanjutnya…….<br />

Kesepakatan tersebut akhirnya dibacakan pada Hari <strong>Kesehatan</strong> Nasional yang berlangsung di<br />

gedung Pola Pemda (dilaksanakan di gedung karena kondisi hujan). Acara berlangsung pada hari<br />

Selasa, 18 November 2008. Yang didaulat untuk membacakan deklarasi adalah Bpk Zulkarnain,<br />

SH, Ketua LMD Air Rambai.<br />

Kemudian pada Rabu malam (19 November) tim dari <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> diundang Bpk Lurah<br />

Talang Benih untuk memberikan sosialisasi tentang gerakan STBM kepada seluruh ketua RT di<br />

Kelurahan Talang Benih. Tim dari <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> yang datang yaitu : Kasubdin BPL dan<br />

Yankes (Tri MS). Kasi Kesling (Jafri), Kasi Makmin (Septo), Kasi Perencanaan (Lail), Staf<br />

CWSHP (Rahmat), Pimpinan Puskesmas Curup (dr. Dewi Mustika). Penyuluhan STBM di mulai<br />

sekitar jam 20.30, dan berakhir pukul 11.00 malam. Berikut beberapa foto kegiatan di Talang<br />

Benih tersebut.<br />

Sosialisasi Gerakan STBM di Talang Benih<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 11


7. Penyambutan 3 Trofi Penghargaan dari<br />

Pemerintah Pusat untuk <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong><br />

Dipublikasi pada Sabtu, 27 Desember 2008 oleh tri ms<br />

Meski hari libur, Kamis, 25 Desember 2008, tetapi tak mengurangi minat masyarakat dan PNS<br />

untuk menyambut kedatangan trofi penghargaan untuk Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Barangkali ini<br />

semacam pengungkapan rasa syukur dan gembira atas keberhasilan RL mendapat 3 kado akhir<br />

tahun dari pemerintah pusat, yaitu penghargaan dari Departemen <strong>Kesehatan</strong>, Departemen<br />

Pertanian dan Depkoinfo.<br />

Penyambutan dimulai sejak kedatangan pesawat Mandala Airlines pada pukul 08.45 di Bandara<br />

Fatmawati, Bengkulu, yang disambut secara adat dan dipimpin Bp Sekda. Ada 3 trofi yang<br />

dibawa Bapak Bupati RL, yaitu trofi Penghargaan Ketahanan Pangan, trofi Manggala Karya<br />

Bakti Husada Arutala dan yang ketiga trofi penghargaan Warmasif dari Depkoinfo. Setelah<br />

Bupati dan Ibu dan rombongan istirahat sebentar di ruang VIP Bandara, kemudian dilanjutkan<br />

dengan mengarak trofi yang ditempatkan pada mobil yang dihias secara khusus dan diarak<br />

secara konvoi diiringi seluruh mobil Kepala <strong>Dinas</strong>/Instansi, mobil puskesmas dan dari kelompok<br />

masyarakat petani menuju Curup. Mungkin ada sekitar 2 kilometer panjang konvoi kendaraan<br />

yang mengiring trofi dengan sirene mobil pusling yang meraung-raung sepanjang perjalanan.<br />

Sesampainya di perbatasan Kepahiang dan <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, 3 trofi tersebut disambut secara adat<br />

dipimpin oleh Wabup Ikbal Bastari, SPd, MM dan Wakil Ketua DPRD Mahdi Husein. Setelah<br />

beberapa sambutan dari waka DPRD dan bupati, ketiga trofi tersebut kemudian diarak keliling<br />

kota dan berakhir di rumah kediaman Bupati. Seluruh peserta konvoi makan siang di rumah<br />

kediaman Bupati.<br />

Berikut foto-foto kegiatan tersebut.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 12


8. Launching Program Perencanaan Persalinan Dan<br />

Pencegahan Komplikasi (P4K) Dengan Stiker<br />

Dipublikasi pada Sabtu, 27 Desember 2008 oleh toni<br />

Menindaklanjut Surat Edaran Menteri <strong>Kesehatan</strong> Nomor 294/Menkes/III/2008 dan arahan<br />

Presiden RI pada rapat terbatas Bidang <strong>Kesehatan</strong> pada tanggal 20 Februari 2008, agar segera<br />

melaksanakan percepatan pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan<br />

Komplikasi (P4K) dengan stiker. Hal ini sebagai salah satu terobosan upaya percepatan<br />

penurunan Angka kematian ibu dan bayi baru lahir.<br />

Departemen <strong>Kesehatan</strong> RI melalui Direktorat Ibu (dr. Imram, dr. Yuli, dkk) telah berupaya untuk<br />

mensosialisasikan P4K di Propinsi Bengkulu dengan tujuan agar kegiatan tersebut mendapat<br />

perhatian dan dukungan yang serius dari kabupaten/kota. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada<br />

tanggal 1-3 Desember 2008 melalui pertemuan dengan mengundang seluruh kepala dinas<br />

kesehatan, TP-PKK, Bappeda serta menyepakati launching P4K di masing-masing<br />

kabupaten/kota.<br />

Setelah mengikuti pertemuan di Propinsi Bengkulu, Kepala <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> langsung<br />

mengumpulkan Kasubdin, Kasi, Pimpinan Puskesmas dan lintas sektor untuk mensosilialisasikan<br />

P4K. Melalui pertemuan tersebut disepakati upaya percepatan pelaksanaan P4K yang diawali<br />

dengan pencanangan dan launching P4K secara berjenjang kabupaten, kecamatan dan desa.<br />

Pada hari Rabu, tanggal 24 Desember 2008 bersamaan dengan peringatan Hari Ibu bertempat di<br />

halaman Pemda <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dilakukan pencanganan dan pembukaan selubung<br />

stiker P4K oleh Bapak Bupati yang diikuti unsur muspida, kepala dinas/kantor/badan, camat,<br />

tokoh masyarakat, perwakilan organisasi wanita. Pada acara tersebut ibu Kapolres melakukan<br />

wawancara seorang ibu hamil guna pengisian stiker rencana persalinan. Kegiatan launching ini<br />

akan ditindaklanjuti di tingkat kecamatan yang diawali di Kecamatan Sindang Dataran tanggal<br />

27 Desember 2008 pada saat kegiatan penutupan kegiatan PKK-KB Kes dan Roadshow V<br />

(Lima) Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Ibu dan Anak. Pada saat kegiatan hari ibu juga dilakukan<br />

pemasangan stiker pada ibu hamil di 5 kecamatan oleh Ibu ketua TP-PKK, Ibu ketua Persit, Ibu<br />

Bhayangkari, Ibu Ketua DWP yang diawali dengan pemberian penyuluhan pentingnya stiker<br />

sebagai alat menuju kehamilan yang aman dan nyaman.<br />

Berikut foto-foto kegiatan saat launching P4K pada upacara Hari Ibu, 24 Desember 2008 di<br />

halaman Pemda, kemarin.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 13


9. Evaluasi Penyelenggaraan <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong> <strong>Sehat</strong> bersama Direktur Penyehatan<br />

Lingkungan Depkes<br />

Dipublikasi pada Rabu, 24 Desember 2008 oleh tri ms<br />

Bertempat di Gedung Pola Pemda <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, pada hari Selasa, 23 Desember 2008 kemarin,<br />

telah dilakukan kegiatan Evaluasi Penyelanggaraan Program <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong>. Peserta yang<br />

hadir berjumlah sekitar 75 orang, terdiri dari Kepala <strong>Dinas</strong>/instansi, pimpinan puskesmas,<br />

Camat, Kepala Desa/Lurah, tokoh masyarakat dan akademisi. Kegiatan ini dihadiri oleh Direktur<br />

Penyehatan Lingkungan, Dirjen P2P, Depkes RI, dr. Wan Al Kadri, MSi. Serta 2 orang staf<br />

beliau, yaitu Ibu Nunik SKM, MSc dan Ibu Upik (CPMU CWSHP).<br />

Pertemuan ini dibuka oleh Bapak sekda, Drs. Tarmizi Usulludin, MM yang juga menjabat<br />

sebagai Ketua Forum <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong>. Dalam arahannya, beliau mengatakan agar<br />

kawasan/tatanan yang masih belum baik agar segera dilakukan pembenahan, agar kita masih<br />

bias mempertahankan predikat kabupaten sehat. Selanjutnya pemaparan dari Direktur<br />

Penyehatan Lingkungan, dr. Wan Al Kadri, yang menyampaikan “Kebijakan dan Strategi<br />

Kab/Kota sehat dalam Otonomi Daerah”. Beliau menyampaikan kiat-kiat dan upaya bagaimana<br />

melakukan perubahan perilaku masyarakat agar mendukung ter capainya kabupaten sehat.<br />

Terutama perlunya terobosan melalui perbaikan sanitasi dan air bersih dengan pendekatan<br />

pemberdayaan masyarakat yang akan menghasilkan perbaikan derajad kesehatan masyarakat<br />

sesuai kebutuhannya. Salah satunya melalui STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), yang<br />

mengajak masyarakat meninggalkan kebiasaan BAB di sungai/siring.<br />

Berikut ini foto-fotonya :<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 14


10. Puskesmas Curup Berbenah Menuju Pelayanan<br />

Puskesmas Standar ISO 9001<br />

Dipublikasi pada Rabu, 24 Desember 2008 oleh tri ms<br />

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan puskesmas di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> agar lebih<br />

transparan dan mempunya sasaran mutu yang jelas, maka kemarin diperkenalkan pelatihan<br />

pendekatan sistem manajemen mutu berdasarkan standar internasional ISO (International<br />

Organization for Standardization). Pelatihan hari pertama ditujukan bagi seluruh pimpinan<br />

puskesmas dan pejabat struktural <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Nara sumber adalah Yana<br />

Herdiana, ST berasal dari konsultan ISO Jakarta.<br />

Pelatihan selanjutnya dilakukan di puskesmas Curup. Puskesmas ini diharapkan pada akhir tahun<br />

2009 nanti menjadi puskesmas pertama di Propinsi Bengkulu yang memperoleh sertifikat mutu<br />

ISO 9001. Bagi puskesmas, hal pertama yang perlu dipersiapkan adalah terbangunnya komitmen<br />

pimpinan dan staf untuk melaksanakan sistem manajemen mutu ISO dan kesanggupan untuk<br />

melaksanakan perbaikan mutu pelayanan secara berkesinambungan. Setelah itu dibentuk<br />

kelompok kerja sebagai QMR (Quality Management Representative), guna menyusun dokumendokumen<br />

yang menjadi persyaratan ISO.<br />

Meski dirasakan banyak hambatan, puskesmas yang dipimpin dr. Dewi Mustika, MKes ini<br />

bertekad pada pada awal Februari 2009 sudah dapat menyelesaikan dokumen mutu puskesmas<br />

Curup. Terutama dokumen mutu pada 6 pelayanan wajib puskesmas. Selanjutnya uji coba<br />

sebagai puskesmas rintisan dengan pelayanan standar internasional, dan akhir 2009 siap diaudit<br />

untuk kelayakan memperoleh sertifikat ISO 9001<br />

Kesepakatan karyawan puskesmas untuk melaksanakan SMM pukesmas berdasarkan ISO<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 15


11. Manggala Karya Bakti Husada Arutala untuk<br />

Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Dipublikasi pada Jumat, 19 Desember 2008 oleh tri ms<br />

Akhir tahun 2008, nampaknya menjadi tahun kebaikan bagi Bupati RL. Setelah selesai<br />

menghantarkan anak lelakinya, Ales Nopandio, SE, MM ke jenjang pernikahan dengan gadis<br />

Cianjur, beberapa undangan ke Jakarta untuk menghadiri penerimaan penghargaan pun diterima<br />

di kantornya.<br />

Penghargaan yang pertama adalah dari Depertemen Pertanian dalam hal Ketahanan Pangan.<br />

Menurut info dari <strong>Dinas</strong> Pertanian RL, Bupati sendiri yang waktu itu melakukan presentasi di<br />

kantor Deptan tentang kemajuan program Ketahanan Pangan di RL. Penghargaan ini diserahkan<br />

Presiden pada 18 Desember kemarin. Sementara, Gubernur Bengkulu, Agusrin Najamudin dan<br />

beberapa bupati di Propinsi Bengkulu menerima penghargaan dalam peningkatan produksi beras.<br />

Penghargaan yang kedua yang diterima Bupati RL adalah penghargaan dari Menteri <strong>Kesehatan</strong>,<br />

berupa Manggala Karya Bakti Husada kategori Arutala. Penghargaan ini diserahkan Menkes<br />

di Hotel Four Season, Jakarta pada malam 18 Desember 2008, dalam rangka memperingati Hari<br />

<strong>Kesehatan</strong> Nasional yang ke 44. Info menurut Kadinkes RL, Sudirman Ansyar, SKM, MKes,<br />

penghargaan ini diberikan karena keberhasilan Bupati RL dalam peningkatan derajad kesehatan<br />

penduduk RL, dengan indikator hasil Riset Dasar <strong>Kesehatan</strong> (Riskesdas) tahun 2007. Berita lebih<br />

lengkap di sini<br />

Penghargaan ketiga, akan diserahkan pada hari Senin, 22 Desember di kantor Depkoinfo, berupa<br />

penghargaan atas keberhasilan pemanfaatan Warmasif (Warung Masyarakat Informasi) yang<br />

ada di Kantor Pos Curup. Artinya pemanfaatan internet di Kantor Pos Curup mencapai 5 besar<br />

untuk peringkat kabupaten/kota.<br />

Penghargaan dari Menkes pada HKN ke 44 tahun 2008 di Four Season Hotel, Jakarta<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 16


12. Baksos Operasi Bibir Sumbing dan Langitan<br />

Kerjasama PKK dan Dinkes RL<br />

Dipublikasi pada Minggu, 14 Desember 2008 oleh tri ms<br />

Pada hari Sabtu, 13 Desember 2008 kemarin, telah dilakukan kegiatan operasi bibir sumbing<br />

dan langitan penduduk RL di RS M. Yunus Bengkulu. Sebanyak 11 anak dan dewasa kiriman<br />

dari puskesmas di RL menjalani operasi bibir sumbing secara gratis. Tim dokter ahli bedah<br />

plastik yang mengoperasi berasal dari Perapi (Persatuan Dokter Bedah Plastik Indonesia)<br />

Jakarta , kerjasama dengan Smile Train Amerika, Pemda Bengkulu dan KNPI. Dari 11 peserta<br />

operasi, ada 7 peserta operasi mulut bagian langitan yang harus menjalani rawat inap, sementara<br />

4 peserta bisa langsung pulang ke <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> (rawat jalan).<br />

Seluruh biaya transport dari RL ke M Yunus, makan dan penginapan peserta operasi dan<br />

pendampingnya, dibiayai oleh PKK RL (yang diketuai ibu bupati) dan diorganisir bersama-sama<br />

<strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Peserta diberangkatkan dari Curup pada Jumat sore, dengan<br />

menggunakan 1 bus pemda RL. Acara keberangkatan ke M Yunus dilepas oleh Bapak Sekda,<br />

Drs. Tarmizi Usulludin, MM di halaman kantor <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, didampingi<br />

oleh Kadinkes RL, Sudirman Ansyar, SKM, MKes dan para staf Dinkes.<br />

Kegiatan ini akan dilakukan 2 angkatan, dan angkatan berikutnya diselenggarakan pada Sabtu<br />

depan, 20 Desember 2008, dengan peserta sekitar 10 orang.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 17


13. Best Practice DHS-1 <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> : Reformasi<br />

Pembiayaan Puskesmas<br />

Dipublikasi pada Rabu, 14 Januari 2009 oleh toni<br />

Judul ini dipilih sebagai best practice untuk Prov. Bengkulu karena keberhasilan <strong>Kabupaten</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> untuk meningkatkan pembiayaan kesehatan (Health Financing). Di <strong>Kabupaten</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, sebelum tahun 2005 pola tarif pelayanan antar Puskesmas tidak sama.<br />

Pendapatan (income) Puskesmas sering tidak memenuhi target yang ditetapkan Pemda. Pada<br />

tahun 2005, sampai November 2005, pencapaian target pendapatan Puskesmas se <strong>Kabupaten</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, hanya 59 %. <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> merasa bahwa<br />

keadaan ini perlu ditata dengan regulasi pembiayaan yang reformatif.<br />

Direncanakan regulasi ini akan dibuat melalui Perda <strong>Kabupaten</strong>, dan semua Puskesmas akan<br />

mematuhi regulasi ini. Dipandang dari level <strong>Kabupaten</strong>, maka Puskesmas akan merupakan<br />

obyek dimana regulasi diadakan. Tetapi Puskesmas sendiri akan menjadi subyek untuk mengimplementasikan<br />

Perda. Pemda sebagai “pemilik” Puskesmas akan mengelola regulasi ini.<br />

Sedangkan tentang area reform, kegiatan ini dapat dimasukkan dalam area “reformasi<br />

pembiayaan”. Namun tujuan kegiatan ini juga untuk membuat Puskesmas mampu mengelola<br />

sendiri dana yang diterima (self-managed), untuk kegiatan peningkatan mutu pelayanan, maka<br />

kegiatan ini dapat pula dimasukkan dalam area: Peningkatan Mutu Pelayanan.<br />

Agar reformasi pembiayaan Puskesmas bisa berkesinambungan meskipun DHS-I telah selesai,<br />

beberapa exit strategy dan sustainability plan perlu dipertimbangkan antara lain:<br />

1. Monitoring dan Evaluasi perencanaan Puskesmas dan pembiayaannya perlu dikerjakan<br />

secara teratur. Bila ditemukan penyimpangan, perlu segera dilakukan corrective actions.<br />

2. Verifikasi dan audit financial juga perlu dikerjakan secara rutin.<br />

3. Insentif pada petugas perlu dilanjutkan. Insentif tidak harus berupa uang, namun bisa<br />

dalam bentuk penghargan lain.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 18


14. <strong>Kesehatan</strong> Mental-Spiritual : Siraman Rohani<br />

bersama Ustad Jefri Al Buchori<br />

Dipublikasi pada Jumat, 9 Januari 2009 oleh tri ms<br />

Pikiran yang ngeres dan koruptif, harus dicegah, di samping<br />

melalui rajin menjalankan syariat ibadah, juga perlu dibina dan<br />

dimotivasi dengan mendengarkan ceramah keagamaan. Salah<br />

satu event yang telah menjadi kalender tetap program Bupati<br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> adalah tabliq akbar di setiap tahun baru Islam.<br />

Setelah sebelumnya Kiai sejuta umat, Zainudin MZ, Ustadzah<br />

Lutfiah Sungkar, Ust Arifin Ilham, maka pada tahun baru Islam<br />

1430 H kemarin dihadirkan Ustad yang kondang dengan<br />

model baju kokonya, yaitu Jefri Al Buchori.<br />

Kegiatan tabliq akbar ini dihadiri sekitar 10.000 warga<br />

masyarakat yang diselenggarakan di halaman rumah kediaman<br />

Bupati RL dalam rangka mengakhiri kegiatan keagamaan<br />

(MTQ, pawai taruf, pameran, lomba rebana, dll) sekaligus<br />

pembinaan mental masyarakat. Kegiatan ini diselenggarakan & januari 2009 yang lalu.<br />

Berikut ini foto kegiatannya :<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 19


15. Puskesmas Berpenampilan Baik dan Jelek<br />

Tahun 2008 (Penilaian 7 K)<br />

Dipublikasi pada Kamis, 8 Januari 2009 oleh tri ms<br />

Menindaklanjuti penilaian penampilan kantor/instansi pemerintah dengan aspek 7K (Kepegawaian,<br />

Kekeluargaan, Keamanan, Keindahan, <strong>Kesehatan</strong>, Kebersihan dan Ketertiban) maka telah<br />

dilakukan penilaian ke 19 puskesmas. Penilaian ini dilakukan pada bulan Desember dan awal Januari<br />

2009. Dari rekap hasil penilaian didapatkan 3 puskesmas dengan peringkat 1, 2 dan 3, yaitu<br />

puskesmas Curup, Perumnas dan Tunas Harapan. Masing –masing mendapatkan dana pembinaan 1<br />

juta, 750 ribu dan 500 ribu rupiah<br />

Kemudian 3 puskesmas peringkat bawah atau terjelek, yaitu puskesmas Sindang Dataran, Sindang<br />

Jati dan PUT. Masning – masning mendapatkan ember, keset, lap pel, tangkai pel, ember, sapu lidi<br />

dan sapu ijuk.<br />

Hasil peringkat rekapitulasi penilaian 7K adalah sebagai berikut :<br />

Puskesmas Nilai<br />

1 Curup 79,72<br />

2 Perumnas 75,39<br />

3 Tn.Harapan 73,48<br />

4 Sb.Rejo 68,83<br />

5 Kp Delima 68,63<br />

6 B. Jaya 67,13<br />

7 Beringin Tiga 66,59<br />

8 Watas Marga 66,13<br />

9 Tj.Agung 65,87<br />

10 SBI 62,97<br />

11 Kp.Melayu 61,34<br />

12 Sb.Urip 61,09<br />

13 Kt.Padang 60,98<br />

14 Ta.Rimbo Lama 60,49<br />

15 Ka.Curup 59,88<br />

16 Sp.Nangka 58,76<br />

17 PUT 58,33<br />

18 Sd.Jati 56,61<br />

19 Sd.Dataran 54,56<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 20


16. Best Practice DHS-1 <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>:<br />

Program Kemitraan Bidan dan Dukun<br />

Dipublikasi pada Rabu, 14 Januari 2009 oleh toni<br />

Sebagai kabupaten yang difasilitasi oleh <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> Propinsi Bengkulu untuk<br />

melaksanakan program kemitraan bidan-dukun, maka pada bulan Oktober 2008 telah diberikan<br />

pembekalan materi kemitraan bidan dan dukun yang menghadirkan nara sumber dari Direktorat<br />

Ibu Depkes RI. Pada pertemuan tersebut diundang 7 kecamatan terdiri dari; Camat, Pimpinan<br />

Puskesmas, Bidan Koordinator dan dukun bayi. Pemlihan kecamatan tersebut berdasarkan data<br />

persentase persalinan oleh dukun > 50%.<br />

Sebagai kesepakatan tindak lanjut dari pertemuan kemitraan bidan dan dukun tingkat kabupaten,<br />

masing-masing puskesmas melaksanakan pertemuan tingkat kecamatan dengan mengundang<br />

kepala desa, bidan desa dan dukun bayi untuk menghasilkan kesepakatan bersama kemitraan<br />

bidan dan dukun.<br />

LESSONT LEARNT: Kegiatan kemitraan ini berhasil karena adanya dukungan dari berbagai<br />

pihak yang dapat dilihat dari pertemuan awal kemitraan bidan dan dukun di tingkat Kecamatan<br />

yang dihadiri oleh Camat, Kades, TP PKK, Toma, bidan, dukun bayi dan difasilitasi oleh Subdin<br />

KIA <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, pada pertemuan tersebut bidan dan dukun bayi<br />

menandatangani MOU yang disepakati bersama dengan saksi para undangan pertemuan.<br />

Pada saat pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun ini masih mengalami kesulitan, karena belum<br />

semua desa memiliki bidan. Akhirnya pada saat persalinan terjadi dan dukun bayi akan<br />

memanggil bidan (mitranya) ternyata tidak ada. Masih kurangnya jumlah bidan di desa. Untuk<br />

mengatasi hambatan telah dilakukan : Sosialisasi dan advocacy dengan Pemda dilaksanakan<br />

pada Pertemuan Audit Maternal Perinatal tingkat <strong>Kabupaten</strong>. Kemudian untuk melakukan<br />

advocacy tidak ditetapkan waktu yang formal, justru waktu yang informal lebih efektif untuk<br />

melakukan advocacy. Untuk desa yang belum mempunyai bidan desa, diambil kebijakan untuk<br />

menugaskan bidan desa tetangga.<br />

Pertemuan kemitraan bidan dukun di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 21


17. Banner STBM untuk Kelurahan Kepala<br />

Siring dan Talang Benih<br />

Dipublikasi pada Kamis, 19 Februari 2009 oleh tri ms<br />

Menyikapi masih dilakukannya kebiasaan sebagian penduduk di Kelurahan Kepala Siring dan<br />

Talang Benih dalam BAB (Buang Air Besar) di siring atau mengalirkan pipa WCnya ke siring<br />

(siring dijadikan septic tank), maka dicoba melakukan pendekatan persuasi melalui banner atau<br />

poster besar yang dipasang di sekitar siring ke 2 kelurahan tersebut. Banner ini dibiayai oleh<br />

puskesmas Curup sebagai ajakan kepada masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat<br />

dengan tidak mencemari siring/sungai, yang masih digunakan sebagian penduduk untuk aktivitas<br />

mandi, gosok gigi, mencuci piring dan pakaian, dll.<br />

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan ketua RT di Talang Benih dan <strong>Dinas</strong><br />

<strong>Kesehatan</strong> dalam rangka pengenalan program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).<br />

Banner ini diserahkan kepada ke 2 lurah tersebut saat peresmian kantor Bapedalda dan<br />

Kebersihan di Terminal Simpang Nangka, tanggal 18 Februari 2009. Peresmian kantor tersebut<br />

juga diramaikan dengan aktivitas bakti sosial kerjasama PKK dan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> dengan<br />

pelayanan : sunat masal, pengobatan umum, pelayanan kesehatan gigi, cek golongan darah,<br />

donor darah serta yan KB.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 22


18. Baksos Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> di Kecamatan<br />

Curup Utara<br />

Dipublikasi pada Minggu, 15 Februari 2009 oleh tri ms<br />

Dalam rangka peresmian penggunaan Kantor Camat Curup Utara, pada hari Senin, 9 Februari<br />

2009, tim kesehatan puskesmas Tunas Harapan yang dikomandoi dr. Eva PS dan puskesmas<br />

Kampung Delima yang dikomandoi dr. Andriani mengadakan Baksos Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> bagi<br />

masyarakat setempat. Lokasi baksos di pinggir danau Talang Kering, yang merupakan obyek<br />

wisata baru. Pelayanan yang diberikan meliputi sunat masal, pengobatan umum, pelayanan KB,<br />

posyandu, pelayanan gigi dan penyuluhan kesehatan remaja, launching P4K, dll. Juga dilakukan<br />

pemberian bantuan poskesdes kit dan uks kit.<br />

Animo masyarakat dalam kegiatan ini lumayan banyak, sebagaimana dapat dilihat dalam fotofoto<br />

kegiatan ini.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 23


19. Kegiatan Operasi Timbang Badan di <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong><br />

Dipublikasi pada Selasa, 17 Maret 2009 oleh toni<br />

Berbagai upaya yang dilakukan oleh <strong>Dinas</strong><br />

<strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> untuk<br />

mengembaikan masa keemasan posyandu<br />

seperti era tahun 1980-an, diantaranya<br />

melakukan revitalisasi posyandu yang<br />

diprioritaskan pada penguatan kader dengan<br />

adanya peningkatan drop out kader, penyedian<br />

sarana posyandu, penyedian insentip kader, dan<br />

advokasi ke tokoh masyarakat. Kelihatannya<br />

kegiatan tersebut belum mampu<br />

mengembalikan masa kejayaan tersebut, tingkat<br />

partisifasi orang tua menimbang balita ke<br />

posyandu dari tahun ketahun masih dibawah<br />

60%, cakupan Vitamin A belum mencapai target SPM (.85%), data cakupan ASI eksklusif tidak<br />

diperoleh, prevalensi gizi kurang masih tinggi (>5%), kasus gizi buruk masih ditemukan<br />

terutama balita yang tidak aktip ke posyandu.<br />

Sebagai upaya untuk meningkatkan cakupan posyandu, maka melalui dana APBD tahun 2008<br />

dilaksanakan kegiatan operasi timbang di 196 posyandu (seluruh posyandu). Kegiatan ini<br />

menindaklanjuti hasil kesepakatan rapat koordinasi program gizi yang dilaksanakan setiap tahun<br />

ditingkat kecamatan dengan mengundang Camat, TP-PKK, pimpinan puskesmas, kepala<br />

desa/lurah dan kader posyandu yang menyepakati agar dilaksanakan kegiatan operasi timbang<br />

dalam rangka meningkatkan cakupan program gizi dan sekaligus menjaring balita gizi kurang<br />

dan gizi buruk.<br />

Kegiatan operasi timbang di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dilaksanakan pada Bulan Agustus-<br />

September 2008 secara terpadu dengan melibatkan lintas sektor (<strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong>, Pemda, dinas<br />

KB) secara berjenjang tingkat kabupaten, kecamatan dan desa. Agar kegiatan ini mendapat<br />

dukungan penuh dari pihak kecamatan dan desa terlebih dahulu dilakukan rapat koordinasi<br />

ditingkat kabupaten di Aula Sekretariat PKK kabupaten yang dipimpin langsung oleh Setdakab<br />

yang dihadiri oleh seluruh camat, pimpinan puskesmas dan ketua TP-PKK kecamatan. Pada<br />

rapat kabupaten disusun pedoman kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan tim supervisi yang<br />

ditindaklanjuti dengan rapat koordinasi tingkat kecamatan.<br />

Kegiatan operasi timbang dilakukan supervisi tim terpadu kabupaten (dinas kesehatan, TP-PKK,<br />

dinas KB, tim kecamatan) pada desa wilayah puskesmas. Pada setiap supervisi dilakukan<br />

penyuluhan manfaat posyandu, pengasuhan anak, KIA-KB, yang intinya memotivasi masyarakat<br />

agar rajin ke posyandu.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 24


20. Kasus Gizi Buruk di RL Menurun<br />

Dipublikasi pada Selasa, 17 Maret 2009 oleh toni<br />

Permasalahan gizi buruk menjadi isu sentral seiring meningkatnya kasus gizi buruk di <strong>Kabupaten</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dengan ditemukan 50 kasus gizi buruk tahun 2005. Mencuatnya kasus gizi<br />

buruk, mempengaruhi suhu politik di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> giatnya “Rakyat Bengkulu”<br />

sebagai media utama di Propinsi Bengkulu memberitakan ketidakpedulian pihak ekskutif dan<br />

legislatif terhadap bermunculnya kasus gizi buruk mengingat <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> adalah<br />

kabupaten yang subur. Pihak legislatif menuding pihak ekskutif tidak perhatian terhadap<br />

permasalahan gizi masyarakat. Sebaliknya pihak LSM menuding legislatif agar tidak<br />

menghamburkan dana untuk kegiatan studi banding, lebih baik diberikan kepada masyarakat<br />

penderita gizi buruk. Disisi lain <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> sebagai instansi teknis dituding gagal dalam<br />

memberikan pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat. (untuk membaca laporan lengkap tentang<br />

gizi buruk di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> klik disini<br />

Timbulnya permasalahahan gizi buruk ini bagi <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> disatu sisi menurunkan Citra<br />

kinerja dinas kesehatan dan jajarannya, disisi lain memberikan peluang dinas kesehatan untuk<br />

mendapatkan perhatian dari pihak legislatif dan ekskutif dalam alokasi dana program gizi.Hal ini<br />

benar terbukti program gizi mendapat prioritas anggaran dari APBD kabupaten, tahun 2006<br />

alokasi dana sebesar Rp. 180 juta, meningkat tahun 2007 sebasar 200 juta, dan tahun 2008<br />

sebesar Rp. 250 Juta dan tahun 2009 sebesar Rp. 225 juta.<br />

Sebagai instansi teknis <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> berupaya agar terjadi<br />

penurunan kasus gizi buruk dari tahun ke tahun, langkah awal yang dilakukan adalah koordinas<br />

internal dengan mengundang seluruh pimpinan puskesmas dan petugas gizi menyusun rencana<br />

kegiatan intervensi jangkah pendek (darurat), yaitu melakukan operasi timbang skrining seluruh<br />

balita di posyandu sehingga terdeteksi secara dini balita gizi kurang agar tidak jatuh menjadi gizi<br />

buruk dan balita yang teridentifikasi gizi buruk untuk mendapatkan pelayanan kesehatan segara<br />

dirujuk ke RSUD dan pemberian makanan tambahan selama 120 hari pasca perawatan di RSUD.<br />

Kegiatan ini dikoordinasikan dengan melibatkan TP-PKK kabupaten, pihak kecamatan dan<br />

Kepala Desa/Lurah yang sebelumnya telah diinformasikan melalui Surat Edaran Bupati <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong> agar dinas terkait, Camat dan Kepala Desa/Lurah mengaktipkan kembali posyandu,<br />

menjaring balita gizi kurang dan gizi buruk dan mengantarkan segera balita gizi buruk ke<br />

fasilitas pelayanan puskesmas dan RSUD.<br />

Pada tahun 2008 sebagai upaya preventif menurunkan kasus gizi buruk Pemerintah <strong>Kabupaten</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> yang diikoordinir oleh dinas kesehatan menggagas strategi baru meningkatkan<br />

akses dan cakupan pelayanan kesehatan di kecamatan dan desa yang memiliki permasalahan<br />

kesehatan ibu,anak dan gizi dengan pola reaktif jemput bola kesasaran secara bersama-sama<br />

menuntaskan masalah, melibatkan 19 puskesmas, TP-PKK, dinas KB dan kecamatan yang<br />

dikenal dengan “Roadshow <strong>Kesehatan</strong>”.<br />

Roadshow kesehatan dan gizi ini bertujuan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan dan<br />

gizi masyarakat, kegiatan utama adalah penimbangan balita di posyandu, penyuluhan kesehatan<br />

dan gizi, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi, sweeping balita yang tidak<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 25


erkunjung ke posyandu, Musyawarah Masyarakat Desa. Metode roadshow ini tim puskesmas<br />

terdiri dari 8 orang bertugas di suatu desa untuk membantu menyelesaikan permasalahan<br />

kesehatan dan gizi masyarakat desa yang dibantu oleh tim teknis dinas kesehatan kabupaten, TP-<br />

PKK dan pihak kecamatan selama satu hari memberikan pelayanan kesehatan dan gizi di setiap<br />

desa sasaran.<br />

Roadsow Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> dan Gizi selama tahun 2008 telah dilaksanakan empat kali yang<br />

diperioritaskan pada kecamatan yang memiliki permasalahan kesehatan dan gizi yaitu pada bulan<br />

Januari 2008 di 19 desa kecamatan Kotapadang dan Sindang Beliti Ilir, Bulan April di 19 desa<br />

Wilayah Kecamatan Sindang Beliti Ulu dan Kecamatan Padang Ulak Tanding, Bulan Juli 2008<br />

di 19 desa Kecamatan Bermani Ulu dan Kecamatan Bermani Ulu Raya, Bulan Nopember 2008<br />

di 19 desa Kecamatan Kotapadang dan Kecamatan Sindang Beliti Ulu.<br />

Menurut Kepala <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> (Sudirman Ansyar, SKM, M.Kes), <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

berhasil menurunkan kasus gizi buruk, awal saya menjadi kepala dinas tahun 2005 jumlah kasus<br />

gizi buruk sebanyak 45 orang dan tahun 2008 mengalami penurunanan menjadi 7 kasus<br />

berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang kesemuanya (100%) telah<br />

ditangani dan menjadi gizi baik. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran dari kita semua<br />

terutama TP-PKK dan jajarannya, puskesmas dan jajarannya, dan pihak kecamatan untuk<br />

menghimbau warganya agar orang tua memberikan perhatian pada anaknya dan segera melapor<br />

bila ditemukan anak yang kurang gizi.<br />

Kabid Binkesmas <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> (Herwan Antoni, SKM, M.Kes)<br />

permasalahan gizi buruk di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> umunya berasal dari keluar miskin<br />

dengan penyebab langsung karena asupan yang kurang yang disertai dengan penyakit penyerta<br />

(infeksi) TBC karena lingkungan rumah yang kurang baik. Dalam penanganan kasus ini<br />

penderita di Rujuk ke RSUD untuk mendapatkan perawatan, pemberian makanan tambahan<br />

pasca perawatan dan dilanjutkan dengan pemberian obat penyakit penyerta. Biaya untuk<br />

penderita gizi buruk ini di RSUD gratis di kelas 3 dan dinas kesehatan menyediakan transport<br />

rujukan dari desa ke RSUD, biaya konsultasi ke dokter spesialis, biaya pendamping (orang tua<br />

selama perawatan di RSUD) dan biaya pemberianan makanan tambahan 120 hari. Selama tiga<br />

tahun ini 60% kasus gizi buruk, status gizinya kembali menjadi gizi baik. Sisanya mengalami<br />

hambatan karena adanya penyekit penyerta.<br />

Sebagai upaya Pemda dalam menurunkan kasus gizi buruk ini, Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

(Suherman, SE, MM) dalam setiap pidatonya menghimbau agar orang tua balita agar rajin<br />

membawa balitanya ke posyandu, setiap balita yang terindikasi gizi buruk agar segera dirujuk ke<br />

RSUD mengenai biaya Bupati yang bertanggung jawab, dan setiap ada kasus agar dilaporkan<br />

untuk di jemput dan diantar ke RSUD bila tidak tersedia kendaraan, pakai kendaraan yang ada<br />

dirumah dinas Bupati. Rumah Sakit agar ada pasien gizi buruk gratis, kalau uang lapor saya<br />

ambil uang pos Bupati.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 26


21. Usir Nyamuk DBD Warga Dihimbau Tanam<br />

Tanaman yang Tidak Disukai Nyamuk<br />

Dipublikasi pada Selasa, 28 April 2009 oleh Rizal<br />

Demam Berdarah Dengue ( DBD ) di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong> selalu mengalami peningkatan penderita setiap<br />

tahunnya, Hal ini disebabkan oleh curah hujan dan hari hujan<br />

yang tinggi. hari hujan satu tahun di Kota Curup mencapai 223<br />

hari dengan rata-rata curah hujan 278 mm. Selain itu prilaku<br />

masyarakat yang belum melaksanakan Perilaku Hidup Bersih<br />

dan <strong>Sehat</strong> (PHBS), sehingga banyak ditemukan tempat<br />

perindukan jentik nyamuk seperti kaleng dan ban bekas bahkan<br />

pada beberapa kasus ditemukan jentik nyamuk pada tempat air<br />

minum masyarakat (dispenser), Vas bunga dan tempat<br />

penampungan air masyarakat yang berfungsi sebagai air untuk<br />

cuci kaki sebelum masuk rumah.<br />

Untuk mengantisipasi peningkatan kasus DBD pada tahun 2009<br />

Dinkes <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> selain meningkatkan<br />

Promosi Prilaku Hidup Bersih dan <strong>Sehat</strong> (PHBS), Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan<br />

metode 3 M plus. Dimana salah satu plusnya adalah dengan mengajak masyarakat untuk<br />

menanam tanaman yang tidak disukai nyamuk seperti serai bunga Lavender,jahe, laos, jeruk<br />

purut dan kemangi. Tanaman tersebut berdasarkan penelitian dari Universitas Indonesia bisa<br />

dijadikan sebagai alternatif pemberantasan nyamuk penyebar penyakit DBD. Aroma khas yang<br />

kuat dari tanaman tersebut dapat dapat mengusir nyamuk Aedes aegypti , selain itu air perasan<br />

jeruk purut apabila dimasukkan kedalam tempat penampungan air dapat membasmi telur<br />

nyamuk/ jentik serta memberikan aroma harum pada tempat penampungan air. Dengan adanya<br />

tanaman yang baunya tidak disukai nyamuk disekitar rumah maka akan terbentuk Barier<br />

(penghalang) yang akan mengusir nyamuk ada disekitar rumah.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 27


22. Sosialisasi Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Jiwa<br />

Dipublikasi pada Senin, 13 April 2009 oleh tri ms<br />

Bekerjasama dengan RS Jiwa<br />

“Soeprapto” Propinsi Bengkulu, akhir<br />

bulan Maret 2009 lalu telah dilakukan<br />

semacam “road show” atau sosialisasi<br />

tentang pentingnya pelayanan<br />

kesehatan jiwa di pelayanan kesehatan<br />

dasar, seperti puskesmas. Memang<br />

disadari selama ini kasus penderita<br />

penyakit jiwa tingkat ringan atau<br />

sedang tidak secara jelas terdiagnosis<br />

di puskesmas, mungkin secara klinis<br />

terindikasi ke penyakit “gastritis”,<br />

“hipertensi”, “gangguan tidur”, dll. Ini<br />

juga nampak dari laporan SP2TP dan jarangnya penggunaan obat-obat psikotropika puskesmas<br />

seperti “haldol”, trihexyl, CPZ, diazepam, dll<br />

Sosialisasi dilakukan kepada dokter dan petugas puskesmas, pustu, bidan desa, kader dan tokoh<br />

masyarakat di 6 puskesmas wilayah perkotaan, yaitu Curup, Perumnas, Tunas Harapan,<br />

Kampung Delima, Curup Timur dan Watas Marga.<br />

Tim dari RS Jiwa “Soeprapto” dipimpin langsung oleh direkturnya, dr. RA Muchtar, yang<br />

merupakan mantan Kadinkes <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> periode 1995-2005, dibantu psikolog dan beberapa<br />

stafnya. RSJ siap menerima rujukan penderita gangguan jiwa, terutama neurosa dan<br />

gelandangan psikotik, apalagi tunawisma. Hanya syarat administrasi, terutama bagi yang<br />

miskin, seperti kartu Jamkesmas, diperlukan saat berobat (menjadi masalah karena jarang<br />

“gelandangan pskotik” yang juga tunawisma yang punya kartu).<br />

Beberapa waktu dulu, puskesmas Curup saat dipimpin drg Asep bahkan pernah menjalin<br />

kerjasama dengan pskiater dr. Heru dan mengadakan pelayanan kesehatan jiwa sebulan sekali.<br />

Sangat baik kalau hal tersebut tahun ini diaktifkan kembali.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 28


23. Peringatan Hari Lansia di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Dipublikasi pada Selasa, 26 Mei 2009 oleh tri ms<br />

Dalam rangka memperingati Hari Lanjut Usia yang jatuh pada tanggal 24 Mei 2009 (hari<br />

Minggu), diselenggarakan senam lansia dan pengobatan gratis. Juga dibagikan doorprize<br />

melalui pencabutan nomor bagi yang ikut. Acara diselenggarakan di lapangan Setianegara<br />

dengan dihadiri Bapak Bupati dan Ibu serta Wabup dan Ibu dan juga unsure muspida dan Kepala<br />

<strong>Dinas</strong>.<br />

Kegiatan ini diikuti sekitar 250 lansia yang dikirim dari kelompok lansia puskesmas yang ada di<br />

kota Curup. Kepada seluruh peserta juga dibagikan kaos sumbangan dari PT Askes. Setelah<br />

mengikuti senam jantung sehat, dilanjutkan dengan pembagian doorprize dan pemeriksaan<br />

kesehatan. Cek tensi darah dikerjakan oleh tenaga perawat/bidan puskesmas Perumnas, Watas<br />

Marga, Kp Delima dan Curup. Pemeriksaan kesehatan dilayani oleh tim dokter yang terdiri dari<br />

dr. Eva PS, dr. Reyco, dr. Wuri, dr. Andriani dan dr. Neljun. Keluhan-keluhan yang dirasakan<br />

lansia umtumnya, darah tinggi, rematik/pegal-pegal dan ISPA.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 29


24. Lomba Balita <strong>Sehat</strong> se <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong><br />

Dipublikasi pada Selasa, 26 Mei 2009 oleh tri ms<br />

Hari Sabtu, tanggal 23 Mei 2009 kemarin, telah diselenggarakan Lomba Balita <strong>Sehat</strong> tingkat<br />

<strong>Kabupaten</strong>. Peserta berasal dari pemenang seleksi yang diselenggarakan di 15 kecamatan, yang<br />

terdiri dari kelompok 6 – 24 bulan dan 25 sampai 60 bulan dengan jumlah peserta 90<br />

balita. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Tim Penggerak PKK kerjasama dengan <strong>Dinas</strong><br />

<strong>Kesehatan</strong>.<br />

Tujuan lomba adalah untuk memotivasi masyarakat, khususnya ibu-ibu yang mempunyai balita<br />

agar lebih memperhatikan kesehatan balitanya. Acara ini digelar sekaligus dalam rangka<br />

memperingati HUT Kota Curup. Dalam acara tersebut, Bupati RL Suherman, MM dan beberapa<br />

kepala dinas/Instansi menyaksikan jalannya acara dan menyapa para peserta lomba. Menariknya<br />

lagi, ibu-ibu peserta lomba ini mengantre meminta agar Bupati Suherman memberikan ciuman<br />

kepada anak-anak mereka.<br />

Pemenang untuk kategori 25 sampai 60 bulan yaitu Gilang dari Kecamatan Curup Utara,<br />

sedangkan untuk kategori 6 – 24 bulan didapat oleh Maulana dari Kecamatan Sindang Dataran.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 30


25. Lomba Balita <strong>Sehat</strong> dan Suami Siaga<br />

Puskesmas Tunas Harapan<br />

Dipublikasi pada Sabtu, 9 Mei 2009 oleh agung fabian<br />

Pada tangal 28 dan 29 April 2009 lalu<br />

Puskesmas Tunas Harapan, Kelurahan<br />

Curup Utara mengadakan lomba Balita<br />

<strong>Sehat</strong> dan Lomba Ibu Hamil-Suami Siaga,<br />

dalam rangka memperingati Hari Ulang<br />

Tahun Puskesmas Tunas Harapan yang ke<br />

17. Lomba Balita <strong>Sehat</strong> ini telah dua kali<br />

diadakan sejak tahun 2008 yang ternyata<br />

mendapat banyak perhatian dari masyarakat.<br />

Pada tahun ini Puskesmas Tunas Harapan<br />

membuat gebrakan, yaitu lomba Ibu Hamil-<br />

Suami siaga yang baru pertama kalinya<br />

diselenggarakan di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong>.<br />

Bekerja sama dengan PT. Sari Husada, PKK <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, dan PKK Kecamatan<br />

Curup Utara, lomba ini diikuti oleh 128 Balita untuk lomba balita sehat dan 25 pasang suami<br />

istri untuk lomba Ibu Hamil-Suami siaga. Lomba ini diluar dugaan mendapat perhatian yang luar<br />

biasa dari masyarakat. Ketua PKK <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> lebong ibu Hj. Susilawati Suherman, SE,<br />

MM dalam sambutannya mengatakan hendaknya kegiatan ini dijadikan agenda tahunan program<br />

kesehatan karena melalui lomba-lomba seperti ini akan merangsang partisipasi masyarakat dan<br />

meningkatkan derajat kesehatan khususnya di kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />

dr. Eva Permata Sari,SH dalam pidatonya menyatakan tema dari HUT Puskesmas kali ini adalah<br />

menyelamatkan generasi yang hilang (The Lost Generation). Tanggung jawab dari orang tualah<br />

mulai dari masa kehamilan untukmenjaga buah hatinya agar dikemudian hari kelak di<br />

pundaknyalah beban bangsa ini ditaruh bukannya malah sebaliknya, menjadi beban dari<br />

masyarakat, pemerintah maupun bangsa Indonesia yang kita cintai.<br />

Pemenang I Lomba Balita sehat Kategori usia 2tahun : Rita Sakinah dari kelurahan Tunas<br />

Harapan<br />

Pemenang I Lomba Ibu Hamil- Suami Siaga: pasangan Erick dan Maria dari kelurahan Dusun<br />

Curup<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 31


26. <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Menerima Penghargaan<br />

Adipura yang Ke 4 Kalinya<br />

Dipublikasi pada Sabtu, 6 Juni 2009 oleh tri ms<br />

Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Provinsi Bengkulu, Suherman menerima dua penghargaan nasional dari<br />

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Hari ini, Jumat (5/6) Bupati menerima penghargaan dari<br />

presiden SBY berupa piala Adipura,” kata Asisten I Pemkab <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Kadirman, SH di<br />

Curup, <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Jumat (5/6), sebagaimana dikutip dari koran Media<br />

Indonesia. Bersamaan dengan itu juga diterima penghargaan dari presiden berupa penghargaan<br />

“Peningkatan Produksi Beras“.<br />

Piala Adipura yang diterima Bupati ini, merupakan ke empat kalinya. Pada tanggal 8 Juni 2009<br />

lanjut Kadirman, bupati kembali menerima penghargaan dari presiden atas prestasi peningkatan<br />

produksi beras nasional (PPBN) di Boyolali. Rencananya dua penghargaan ini, akan disambut<br />

oleh DPRD bersama masyarakat pada tanggal 10 Juni di Kelurahan Tempel Rejo Kecamatan<br />

Curup Selatan, <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. “Panitia sudah menyebarkan 5.000 undangan yang di<br />

koordinir oleh lima Camat di Kota Curup,” ujarnya.<br />

Ia mengimbau kepada seluruh komponen masyarakat kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> untuk dapat<br />

menghadiri acara penyambutan dua penghargaan tersebut. Dua penghargaan itu akan diarak<br />

keliling Kota Curup. Bagi aparat pemerintah mulai dari yang paling bawah, dan unsur muspida<br />

serta para tokoh masyarakat yang hadir akan menggunakan pakaian adat <strong>Rejang</strong>. “Piala Adipura<br />

yang ke empat ini, merupakan tolak ukur keberhasilan pemerintah daerah,” kata Hermansyah,<br />

warga Kelurahan Talang Rimbo Baru Kecamatan Curup Tengah. Namun katanya, pranserta dan<br />

dukungan masyarakat tetap diutamakan. Tanpa didukungan masyarakat apapun bentuk<br />

programnya tidak akan bisa terlaksana dengan baik.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 32


27. Kampanye Ayo Berhenti Merokok<br />

Dipublikasi pada Senin, 1 Juni 2009 oleh tri ms<br />

Dalam rangka memperingati Hari<br />

Anti Tembakau Sedunia (HTTS)<br />

yang jatuh pada tanggal 31 Mei<br />

2009, Dinkes melakukan<br />

kampanye Ayo berhenti merokok<br />

dengan berkeliling kota menggunakan mobil penyuluhan dengan mengajak masyarakat agar<br />

mengurangi konsumsi merokok.Ajakan dibacakan oleh Sri Diani, yang naik mobil bankes<br />

dengan spanduk “Ayo Berhenti Merokok“, diikuti oleh mobil pusling puskesmas.Pada<br />

peringatan HANI tersebut, masyarakat diingatkan bahwa kabupaten REjang <strong>Lebong</strong> telah<br />

mempunyai peraturan Bupati No 20/2007 tentang Kawasan Dilarang Merokok di 7 Kawasan,<br />

yaitu :<br />

1. Di seluruh tempat pelayanan kesehatan<br />

2. Di dalam kelas tempat proses belajar mengajar<br />

3. Di dalam ruangan tempat/arena bermain anak-anak<br />

4. Di dalam ruangan kerja/kantor pemerintah/swasta<br />

5. Di dalam ruangan tempat ibadah<br />

6. Di dalam angkutan umum<br />

7. Di ruangan tempat-tempat umum yang tertutup<br />

Untuk lebih mensosialisasikan Kawasan Dilarang Merokok di 7 kawasan tersebut, maka pada<br />

moment Hari Tanpa Rokok Sedunia, Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> membuat surat edaran yang isinya<br />

diharapkan kepada pimpinan <strong>Dinas</strong>/Instansi agar membuat aksi sbb :<br />

1. Melarang setiap orang merokok pada hari Sabtu, tanggal 30 Mei 2009 di kantor dan di rumah<br />

dan tempat-tempat umum lainnya<br />

2. Membuat penandaan atau petunjuk yang jelas larangan merokok di tempat kerja dengan<br />

tulisan : “KAWASAN DILARANG MEROKOK”, dengan ukuran tulisan yang jelas dan<br />

mudah terlihat<br />

3. Mengambil tindakan/sangsi/teguran lisan terhadap pelanggaran ketentuan tersebut<br />

.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 33


28. Program Puskesmas Berseri <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Dipublikasi pada Kamis, 29 Oktober 2009 oleh tri ms<br />

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan di Puskesmas<br />

yang baik dan bermutu, perlu segera direalisasikan.<br />

Berdasarkan survei 7 K (Kebersihan, Kekeluargaan,<br />

Keamanan, Kepegawaian, <strong>Kesehatan</strong>, Keindahan dan<br />

Ketertiban) pada tahun 2008, masih banyak dijumpai<br />

penampilan Puskesmas yang belum memuaskan. Sementara<br />

berdasarkan survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di 4<br />

puskesmas (Curup, Tunas Harapan, Perumnas dan Kampung<br />

Delima) pada tahun 2007, dari 14 unsur yang dinilai,<br />

Kesopanan dan Keramahan petugas belum menonjol atau<br />

belum memenuhi harapan.<br />

Guna mewujudkan harapan masyarakat tersebut, maka <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

berupaya meningkatkan pelayanan puskesmas melalui strategi Puskesmas Berseri, menuju<br />

puskesmas yang memenuhi harapan masyarakat, serta mempersiapkan sebagai rintisan<br />

puskesmas standar nasional (diakreditasi oleh KAN/KARS) atau sebagai rintisan menuju<br />

puskesmas standar internasional (ISO).<br />

1. TUJUAN<br />

Tujuan Umum :<br />

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu di Puskesmas, yang sesuai atau melebihi<br />

harapan pelanggan baik pelanggan eksternal maupun internal.<br />

Tujuan Khusus<br />

1. Meningkatkan mutu tenaga kesehatan yang profesional di bidangnya melalui peningkatan<br />

pengetahuan dan ketrampilan.<br />

2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu di Puskesmas yang sesuai<br />

denganprosedur tetap (PROTAP) untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.<br />

3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas secara terus menerus<br />

denganManajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management).<br />

2. KONSEP DASAR PUSKESMAS BERSERI<br />

A. Pengertian :<br />

Puskesmas Berseri adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan yang bermutu yang sesuai<br />

dengan standart operating procedure (SOP) untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan<br />

, dengan upaya berseri (bersih, ramah, responsif dan informatif)<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 34


B. Kebijakan :<br />

1. Tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan: profesioanal sesuaidengan<br />

pendidikannya/kompetensinya, unggul dalam prestasi serta sopan dan santun dalam<br />

memberikan pelayanan.<br />

1. Tenaga kesehatan berpenampilan rapi dan bersih, khusus untuk dokter dan dokter gigi<br />

memakai jas dokter pada saat melayani pasien.<br />

2. Obat yang diberikan kepada pasien adalah obat generik berblister.<br />

3. Pelanggan diperlakukan secara ramah dan sopan serta dengan penuh simpati dibantu<br />

sepenuhnya keperluaanya datang ke Puskesmas.<br />

4. Tenaga kesehatan cepat dan tanggap dalam merespon keluhan dan keinginan pelanggan.<br />

5. Semua pegawai Puskesmas mempunyai komitmen, etika dan semangat/motivasi yang<br />

tinggi untuk melaksanakan pelayanan prima di Puskesmas.<br />

6. Tempat pelayanan kesehatan ditata rapi dan bersih, sehingga memberi kenyamanan<br />

pada pasien dan tenaga kesehatan yang melayaninya.<br />

7. Ruang tunggu pasien ditata rapi dan bersih serta dilengkapai sarana hiburan yang<br />

sesuai dengan harapan pasien.<br />

8. Kamar mandi dan WC bersih, tidak bau dan cukup air, serta dibersihkan setiap hari<br />

9. Lingkungan Puskesmas dibuat taman yang membuat suasana asri dan segar<br />

10. Supervisi dilaksanakan setiap enam bulan sekali dan ditindaklanjuti dengan<br />

pertemuan pemecahan masalah di <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />

11. Survey kepuasan pelanggan dilaksanakan setiap enam bulan sekali serta<br />

ditindaklanjuti dengan perbaikan pelayanan kesehatan<br />

3. Strategi Peningkatan Mutu Pelayanan :<br />

Puskesmas Berseri dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatannya menggunakan strategi :<br />

Berseri<br />

1. Bersih : Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Puskesmas dalam suasana yang bersih<br />

dan rapi, baik petugasnya, pakaiannya dan peralatannya, juga tempat pelayanan :<br />

ruang tunggu, kamar mandi/WC dan lingkungan keseluruhan puskesmas<br />

2. Ramah : Petugas yang memberikan pelayanan mempunyai sikap yang ramah, siap<br />

membantu dan mengobati dan mudah menegur dan menyapa pasien.<br />

3. Responsif (tanggap) : Petugas yang memberikan pelayanan mempunyai sikap responsif<br />

(tanggap), dapat memenuhi hasrat pasien dan mengerjakan yang dibutuhkan pasien<br />

4. Informatif : Petugas yang memberikan pelayanan mempunyai informasi yang memadai<br />

tentang jenis pelayanan yang diberikan, semua pegawai menggunakan tanda pengenal,<br />

ada papan informasi biaya dan program kesehatan<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 35


29. Dinkes <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Kirim Tim Baksos<br />

<strong>Kesehatan</strong> ke Sumbar<br />

Dipublikasi pada Minggu, 4 Oktober 2009 oleh tri ms<br />

Hari Jumat, tanggal 2 Oktober 2009, sekitar pukul<br />

16.00sore, tim Baksos <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> yang<br />

berjumlah 14 orang diberangkatkan dan dilepas<br />

oleh Ketua Satlak <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Bapak Iqbal<br />

Bastari, SPd, MM, yang juga Wakil Bupati <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong>. Pelepasan keberangkatan tim<br />

dilaksanakan di halaman Dinkes RL dengan<br />

dihadiri Kabid dan Kasi Dinkes. Tim Baksos ini<br />

terdiri dari 2 dokter, 10 perawat, 1 kesmas, 1<br />

farmasi dan 1 dokumentator dengan tujuan untuk<br />

memberikan bantuan emergensi masyarakat Sumbar yang terkena bencana.<br />

Tim ini juga dilengkapi dengan obat-obatan sebanyak 58 koli, kantong mayat, tenda peleton, alat<br />

untuk penjernihan air dan bahan desinfeksi. Dengan menggunakan 4 mobil puskesling, tim ini<br />

menuju Padang melalui jalur Lubuk Linggau terus ke Solok dan akan mencapai kota Padang<br />

untuk melapor ke Satlak setempat. Tim dipimpin Kabib P2PL, Amran BSc.<br />

Menurut informasi, setelah melapor ke Satlak setempat, tim ini ditempatkan di kabupaten<br />

Pariaman, desa Pautan Kabau, kecamatan Nan Sabaris. Setelah mendirikan tenda peleton, tim<br />

melakukan baksos pelayanan kesehatan dan konon melayani masyarakat hingga seratusan<br />

pasien. Komunikasi tim keluar lebih banyak mengandalkan facebook dan SMS.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 36


30. Baksos Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Desa Terpencil di<br />

Air Nau<br />

Dipublikasi pada Rabu, 25 November 2009 oleh tri ms<br />

Desa Air Nau termasuk desa di wilayah<br />

kecamatan Sindang Beliti Ulu yang masih<br />

terisolasi, karena akses jalan menuju ke desa<br />

tersebut masih jalan tanah, licin dan terjal.<br />

Perjalanan ke desa tersebut dapat dicapai<br />

dengan motor atau menggunakan mobil<br />

dobel gardan. Lokasinya bisa dicapai melalui<br />

Kepala Curup kemudian menuju desa Apur,<br />

desa Sinar Gunung dan selanjutnya menuju<br />

desa Air Nau di mana biasanya dilanjutkan<br />

dengan jalan kaki, pakai motor dengan ban<br />

dirantai atau mobil dobel gardan. Sekitar 200<br />

KK yang seluruhnya berprofesi sebagai<br />

petani kopi atau karet yang telah menjadi<br />

penduduk permanen di desa terpencil<br />

tersebut. Bapak Marwi adalah sesepuh warga<br />

yang pertama kali membuka talang di<br />

kawasan lereng pegunungan Bukit Barisan<br />

ini yang rumahnya menjadi posko tim kesehatan beristirahat dan makan siang.<br />

Tim Baksos yang beranggotakan karyawan Dinkes dan puskesmas Kepala Curup serta dibantu<br />

dokter Asma Mardhiah dari Sumber Urip, hari Senin, 24 November meluncur menuju ke lokasi<br />

dengan menggunakan 2 kendaraan serta dipandu bidan Halimah (bidan Apur) yang<br />

menggunakan motor. Siang itu cuaca sangat baik dan cerah, sehingga perjalanan ke lokasi desa<br />

Air Nau bisa dicapai dengan mudah, walau melewati jembatan yang pinggirnya sudah longsor.<br />

Setelah ramah tamah dengan pak Marwi (orang tua angkat bidan Halimah) yang asal kota<br />

Malang, tim kemudian melakukan baksos pelayanan kesehatan di Poskesdes yang gedungnya<br />

dibangun atas inisiatif masyarakat dari dana ADD. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi<br />

pengobatan umum, posyandu, sunat masal dan pemeriksaan ibu hamil. Antusias masyarakat<br />

lumayan tinggi, terbukti dari banyaknya warga yang hendak berobat .<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 37


31. Swasti Saba Wiwerda : Penghargaan Menkes<br />

untuk <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> pada Hari <strong>Kesehatan</strong><br />

Nasional ke 45<br />

Dipublikasi pada Jumat, 13 November 2009 oleh tri ms<br />

Tadi malam, tanggal 12 November<br />

2009 bertepatan dengan acara<br />

resepsi Hari <strong>Kesehatan</strong> Nasional<br />

ke 45 bertempat di gedung baru<br />

Depkes, Jl Rasuna Said, Jakarta,<br />

Menteri <strong>Kesehatan</strong> Dr. dr. Endang<br />

Rahayu Sedyaningsih,<br />

memberikan penganugerahan<br />

kabupaten sehat berupa piala<br />

swasti saba tingkat wiwerda untuk<br />

Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Suherman,<br />

SE, MM. Sebuah penghargaan di<br />

bidang kesehatan yang lumayan<br />

prestisius dan merupakan apresiasi<br />

pemerintah pusat terhadap<br />

keberhasilan pembangunan di RL yang mendukung tercapainya kesejahteraan rakyat. Tim<br />

Depkes memverikasi kelayakan <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> mendapatkan penghargaan melalui serangkaian<br />

kunjungan lapangan, tanya jawab ke masyarakat dan mendengarkan presentasi Forum <strong>Kabupaten</strong><br />

sehat serta penelitian dokumen yang berkaitan dengan kebijakan kesehatan pada bulan Mei 2009.<br />

Menurut Depkes RI dikenal 3 kategori penghargaan kabupaten sehat. Yang pertama kabupaten<br />

sehat tingkat padapa atau tingkat pemantapan yang dinilai pada 2 kawasan/tatanan unggulan di<br />

mana <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> pernah mendapatkannya pada tahun 2007. Ke dua kabupaten sehat tingkat<br />

wiwerda atau pembina yang dilakukan penilaian pada 5 kawasan/tatanan unggulan di mana pada<br />

tahun 2009 ini kabupaten RL mendapatkanya ke tiga kabupaten sehat tingkat wistara atau<br />

pengembangan yang dilakukan penilaian di 9 kawasan atau tatanan unggulan.<br />

Bagi kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, penghargaan kabupaten sehat yang kedua kali dengan kelas<br />

penghargaan yang meningkat menjadi tingkat wiwerda ini merupakan penghargaan satu-satunya<br />

bagi kabupaten di Propinsi Bengkulu . Menurut tim Depkes, tahun 2009 ini ada sekitar 58<br />

kabupaten/kota yang mengajukan untuk dinilai, tapi dari sekian banyak kabupaten kota di<br />

Indonesia yang mengusulkan untuk dinilai hanya 38 kabupaten/kota saja yang dianggap layak<br />

mendapatkan penghargaan tersebut termasuk kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 38


32. Jalan Santai dan Lomba Senam Jantung <strong>Sehat</strong><br />

Massal<br />

Dipublikasi pada Rabu, 2 Desember 2009 oleh tri ms<br />

Barangkali ini kegiatan yang cukup luar biasa dalam rangka peringatan Hari <strong>Kesehatan</strong> Nasional<br />

(HKN) ke 45 dan Kesatuan Gerak PKK ke 37, yaitu jalan santai dan lomba senam jantung<br />

sehat. Ini kegiatan massal yang melibatkan ribuan orang. Pesertanya dari berbagi kalangan,<br />

bahkan dari desa-desa di pelosok kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Gerak jalan dimulai dari start di<br />

tempat kediaman Bupati RL dan berakhir di lapangan Setia Negara. Sebelumnya dilakukan<br />

kegiatan pemeriksaan tekanan darah bagi siapa saja yang berminat. Peserta yang beruntung<br />

mendapatkan doorprize berupa sepeda, kompor gas, magic com, dispenser, kipas angin dll.<br />

Sementara kegiatan lomba senam jantung sehat di lapangan setianegara diikuti hampir 700<br />

kelompok yang berasal dari 15 kecamatan. Lomba ini berlangsung selama 3 hari dan<br />

memperebutkan hadiah uang pembinaan dan piala dari Ketua Tim Pengggerak PKK.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 39


33. <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Progresif<br />

Mewujudkan Desa Siaga Aktif<br />

Dipublikasi pada Selasa, 1 Desember 2009 oleh DEVTIAN LUPTI<br />

Desa siaga merupakan program prioritas dan mendapat perhatian khusus dari Pemerintah<br />

<strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Sebagai wujud kepedulaian tersebut telah berikan dalam bentuk<br />

dukungan kebijakan dan pendanaan. Konsep desa siaga di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> lebih<br />

difokuskan pada pemberdayaan ditingkat keluarga agar setiap individu mau, tahu dan mampu<br />

mengatasi setiap permasalahan kesehatan di tingkat keluarga. Hanya dengan keluarga siaga akan<br />

terwujud Masyarakat Siaga dan akhirnya Desa Siaga. Fokus permasalahan siaga di <strong>Kabupaten</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> di prioritaskan pada lima siaga: 1) Siaga <strong>Kesehatan</strong> Ibu dan Anak, 2) Siaga<br />

Gizi, 3) Siaga Penyakit Menular, 4) Siaga Bencana dan 5) Siaga Nafza yang merupakan<br />

permasalahan lokal spesifik yang dihadapi oleh masyarakat <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />

Berbagai upaya yang dilakukan untuk mempercepat terwujudnya desa siaga di <strong>Kabupaten</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> diantaranya pencanangan dimulainya 40 desa siaga oleh Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

pada HKN ke-42, penyediaan 20 unit kendaraan roda 2 bagi bidan poskesdes, pembangunan<br />

Poskesdes baru 29 unit. Juga dilakukan kegiatan Roadhsow kesehatan dengan fokus kegiatan<br />

pengembangan dan pembinaan desa siaga oleh tim <strong>Kabupaten</strong> dan Puskesmas di seluruh<br />

kecamatan yang menghasilkan 100% Desa Siaga telah terbentuk pada tahun 2009.<br />

Sebagai bentuk motivasi terhadap pengembangan desa siaga pada bulan Otober-November 2009<br />

telah dilakukan penilaian desa siaga terbaik tingkat kabupaten terhadap 21 Desa Siaga terbaik<br />

perwakilan Puskesmas dan Kecamatan. Penilaian berfokus pada kebijakan, administrasi,<br />

pelaksanaan kegiatan lima siaga, output kegiatan desa siaga dan kegiatan inovasi desa.<br />

Setelah melalui penilaian oleh tim penilai kabupaten diperoleh desa terbaik satu Desa Kesambe<br />

Lama dengan jumlah nilai 4380 poin dan mendapatkan dana pembinaan sebesar Rp.750.000,-<br />

serta piagam dan piala, juara dua dengan jumlah nilai 4290 poin mendapat dana pembinaan Rp.<br />

600.000,- serta piagam dan piala dan juara tiga dengan jumlah nilai 4200 poin mendapat dana<br />

pembinaan Rp. 500.000,- serta piagam dan piala.<br />

Menurut ketua tim penilai Herwan Antoni, SKM,M.Kes,M.Si selaku Kabid Binkesmas<br />

penialaian Desa Siaga ini dmaksudkan sebagai salah satu upaya kita untuk mendorong atau<br />

memotivasi desa-desa yang telah terbentuk menjadi Desa Siaga agar berperan aktip, baik<br />

pengurus, keluarga dan masyarakat bersama-sama mengisi kegiatan terutama lima siaga<br />

sehingga setiap individu, keluarga dan masyarakat benar-benar siaga jika terdapat permasalahan<br />

kesehatan di tingkat rumah tangga dan masyarakat. Rencana kedepan (tahun 2010) penilaian<br />

desa siaga akan lebih difokuskan pada bukti nyata kegiatan di masyarakat misalnya kemampuan<br />

simulasi setiap siaga termasuk Mars keluarga siaga.<br />

Pada saat ini <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> telah menegembangkan modul<br />

Keluarga Siaga dan buku saku Desa Siaga yang diharapkan dapat menjadi pedoman bagi kader<br />

dalam memfasilitasi pengembangan desa siaga (Promosi <strong>Kesehatan</strong> dan Pemberdayaan<br />

Masyarakat <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>)<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 40


34. Gedung Posyandu Melalui Dana PNPM<br />

Dipublikasi pada Sabtu, 16 Januari 2010 oleh DEVTIAN LUPTI<br />

Desa Air Kati merupakan desa terpencil berada di<br />

Wilayah Puskesmas Padang Ulak Tanding Kecamatan<br />

Padang Ulak Tanding. Jarak tempuh desa dengan<br />

puskesmas dan pusat kecamatan 10 Km dan 75 Km<br />

dari pusat kota <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Desa Air<br />

Kati merupakan desa eks transmigrasi dengan jumlah<br />

penduduk 1012 jiwa, sebagian besar penduduk suku<br />

jawa dan penduduk asli suku lembak. Secara geografis<br />

Desa Air Kati sulit dijangkau karena kondisi jalan yang<br />

belum mendukung terutama pada musim penghujan.<br />

Saat ini Desa Air Kati dipimpin oleh kepala desa muda<br />

dan energik, Budi Hartono berpendidikan STM<br />

berumur 30 tahun telah memimpin selama 3 tahun dan<br />

putra asli desa setempat.<br />

Sebagai putra asli Desa Air Kati menyadari kesehatan merupakan program prioritas dalam<br />

mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga perlu diupayakan dan<br />

diberdayakan melalui kegiatan posyandu melibatkan peran kader, PKK desa dan tokoh<br />

masyarakat dengan kegiatan rutin penimbangan, penyuluhan, pelayanan kesehatan, imunisasi<br />

pemberian makanan dan berbagai kegiatan tambahan. Kendala belum tersedianya gedung<br />

posyandu yang mandiri yang masih memanfaatkan rumah kader, sedangkan peran kader dan<br />

antusias masyarakat ke posyandu cukup tinggi. Selain itu apa yang menjadi harapan TP-PKK<br />

kabupaten pengembangan anak melalui posyandu terpadu dengan PAUD terkendala karena<br />

tidak tersedia tempat yang layak. Pemikiran tersebut menjadi harapan yang ingin diwujudkan<br />

secara bersama untuk disampaikan pada musyawarah masyarakat desa yang dihadiri oleh<br />

perangkat desa, pengurus desa siaga dan tokoh masyarakat yang diterima menjadi keputusan<br />

desa.<br />

Melalui dana PNPM tahun 2008 di bangun gedung posyandu dengan luas 8 X 6 M terdiri dari 3<br />

ruang, 2 kamar mandi dan Aula dengan total dana RP. 141.000.000,- yang pengerjaannya secara<br />

gotong royong selesai akhir tahun 2008. Pada tanggal 20 Januari 2009 gedung tersebut di<br />

resmikan oleh Bapak Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Suherman, SE, MM melalui kegiatan Bakti Sosial<br />

Pelayanan <strong>Kesehatan</strong>-KB kerjasama dengan TP-PKK, <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> dan <strong>Dinas</strong> KB. Dalam<br />

sambutannya Bupati memberikan penghargaan dan terima kasih kepada masyarakat Air Kati atas<br />

pembangunan gedung posyandu yang megah melalui dana PNPM dan diharapkan gedung ini<br />

dirawat dan dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 41


35. Roadshow <strong>Kesehatan</strong> Ke-VI Tahun 2009<br />

Dipublikasi pada Kamis, 14 Januari 2010 oleh santoso<br />

Roadshow kesehatan merupakan kegiatan inovatip <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

dalam upaya meningkatkan intensifikasi pelayanan kesehatan dan peningkatan cakupan standar<br />

pelayanan minimal kesehatan dengan pola jemput bola langsung ke sasaran. Latar belakang<br />

kegiatan roadshow kesehatan belum tercapainya target standar pelayanan minimal terutama<br />

program kesehatan ibu dan anak (K1, K4, Linakes, Kunjungan Neonatal) berdasarkan evaluasi<br />

program akhir tahun 2007, terdapat 50% puskesmas berdasarkan pemetaan dengan katagori<br />

merah (cakupan < 50%) walaupun berbagai upaya program yang didukung oleh DHS-ADB<br />

melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan. Sehingga timbul pemikiran perlu upaya khusus<br />

untuk membantu puskesmas yang mengalami hambatan mencapai target SPM dengan cara<br />

bekerja secara bersama (sistim gotong royong) dengan melibatkan seluruh tim puskesmas ke<br />

desa-desa wilayah puskesmas dengan katagori merah.<br />

Roadsow kesehatan telah dilaksanakan sebanyak enam kali, roadsow pertama di laksanakan<br />

diwilayah Puskesmas Kotapadang pada 21 desa yang melibatkan 300 orang tim kerja, puskesmas<br />

masing-masing 10 orang, pengelolah program dinas kesehatan, TP-PKK dan tim kecamatan.<br />

Kegiatan yang dilakukan di desa sasaran ; 1). Pelayanan pengobatan umum, 2). Pelayanan<br />

posyandu (KIA, Gizi, Imunisasi Ibu hamil dan Bayi), 3). Pelayanan ibu hamil (ANC, penyuluhan<br />

dan FGD), 4). Penyuluhan (Kesling, Chikungunya, PHBS, Gizi ), 5). Penjaringan kasus gizi<br />

kurang dan buruk, 6). Pembinaan terhadap kader posyandu, 7). Pengorganisasian dan<br />

pemantapan desa siaga dan 8). Pendataan ibu hamil, bayi dan balita. Sedangkan roadshow<br />

terakhir dilaksanakan pada tanggal 30 Desember 2009 di 21 Desa Wilayah Puskesmas Sindang<br />

Kelingi, Binduriang dan Padang Ulak Tanding. Hasil kegiatan roadshow telah memberikan<br />

manfaat dalam upaya meingkatkan keterpaduan dan semangat kebersamaan membantu<br />

puskesmas yang memiliki keterbatasan sehingga berhasil meningkatkan akses pelayanan<br />

kesehatan keluarga miskin terutama daerah terpencil, meningkatkan cakupan pelayanan<br />

kesehatan ibu dan anak, dan gizi. Kegiatan roadhosw ini telah menjadi agenda tetap pemerintah<br />

daerah yang telah mendapat dukungan pendanaan dari APBD, Bupati dan Ibu ketua TP-PKK<br />

ikut serta dalam setiap kegiatan<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 42


36. Penanggulangan AIDS di Kab. <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Dipublikasi pada Rabu, 24 Februari 2010 oleh mardian<br />

<strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> melalui surat keputusan bupati nomor 173 tahun 2006 telah<br />

membentuk Komisi Penanggulangan AIDS <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dengan tugas dan<br />

tanggung jawab :<br />

1. Melaksanakan dan meningkatkan koordinasi dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan,<br />

pencegahan, pemantauan, pengendalian dan penanggulangan AIDS.<br />

2. Mengkoordinasikan pengelolaan data dan informasi yang terkait dengan masalah AIDS.<br />

3. Melaksanakan peraturan Presiden nomor 75 tahun 2006.<br />

Program Penanggulangan HIV dan AIDS di kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> telah berjalan efektif<br />

sejak tahun 2008 melalui dukungan Komisi Penanggulangan Aids Nasional hingga sekarang.<br />

Pada tahun 2010 Komisi Penanggulangan AIDS <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> (baca : KPAK RL)<br />

melaksanakan program sosialisasi dan Outlet bagi populasi kunci karena :<br />

1. HIV dan IMS semakin berkembang di masyarakat , data Terakhir KPAK RL di bulan Juli<br />

tahun 2010 telah tercover sebanyak 19 orang dengan positif AIDS melalui klinik VCT<br />

RSUD M.Yunus Prov. Bengkulu 90% di antaranya telah meninggal dan masih banyak<br />

lagi yang belum terdata, yang dapat di ibaratkan seperti gunung es yang harus di gali/di<br />

cairkan. Mudahnya penyebaran dan penularan serta penyebab nya adalah seks yang<br />

barganti pasangan dan tidak menggunakan pelindung yang aman, ada nya sex bebas.<br />

2. Penanggulangan HIV dan IMS melalui outlet Kondom khusus bagi populasi kunci yang<br />

beresiko tinggi untuk tertular. Outlet kondom tersebut di berikan dengan maksud dan<br />

tujuan yang positif sekaligus untuk menekan jumlah orang yang tertular Virus HIV dan<br />

IMS. Untuk tercapainya hasil yang maksimal KPAK RL mengharapkan peran serta<br />

masyarakat untuk ikut menekan jumlah pertumbuhan orang yang hidup dengan AIDS<br />

(ODHA) serta untuk tidak mengucilkan ODHA tersebut dengan cara memberikan<br />

dukungan moral.<br />

3. Semakin berkembang nya virus HIV akan membawa dampak buruk dalam masyarakat<br />

baik itu dari segi sosial dan ekonomi. Maka hindari lah prilaku yang beresiko tinggi,<br />

selalu meningkat kan keimanan kepada tuhan yang maha esa<br />

4. KPAK RL juga mengharapkan kepada DPRD <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dan Bupati selaku Kepala<br />

Daerah mendukung penuh seluruh program KPAK RL dengan dasar hukum peraturan<br />

presiden nomor 75 tahun 2006 dan peraturan menteri dalam negeri nomor 20 tahun 2007.<br />

Dan juga dukungan moril dari pemuka agama di kabupaten rejang lebong karena misi<br />

dan visi KPAK RL bukan melegalkan tetapi untuk menekan laju penyebaran virus HIV<br />

dan AIDS<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 43


37. Bekerjasama Dengan PT Askes, 15.000 Orang<br />

Miskin <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Dijamin Jamkesda<br />

Dipublikasi pada Minggu, 21 Maret 2010 oleh tri ms<br />

Setelah mendiskusikan dengan DPRD tentang<br />

pelayanan kesehatan gratis bagi warga RL yang<br />

belum bisa diterima oleh anggota dewan yang<br />

terhormat (karena kesehatan gratis dianggap<br />

sebagai program yang menguntungkan calon<br />

incumbent), akhirnya disepakati untuk<br />

mendukung pembiayaan bagi warga yang belum<br />

mendapatkan Jamkesmas dengan jumlah sekitar<br />

15.000 orang. Program yang dinamakan<br />

Jamkesda (Jaminan <strong>Kesehatan</strong> Daerah)<br />

kabupaten <strong>Rejang</strong> lebong ini akan dikelola<br />

melalui kerjasamadengan PT Askes sebagai<br />

Bapel (Badan Pelaksana). Dengan hitungan<br />

premi Rp7500 per peserta perbulan, maka dari<br />

kocek APBD dibayarkan sekitar 7.500 x 12 x 15.000 = 1,35 M melalui PT Askes. Nantinya<br />

puskesmas akan mendapatkan Rp1000 per peserta Jamkesda di wilayah kerjanya per bulan,<br />

jumlah yang sama dengan kapitasi Jamkesmas. Kalau gak salah,yang paling banyak peserta<br />

Jamkesda ada di puskesmas Perumnas, dan yang paling sedikit di puskesmas Kampung Delima.<br />

Sementara untuk RSUD dibayarkan melalui klaim sesuai tarif perda.<br />

MoU antara pemda <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dan PT Askes tersebut ditandatangani kedua belah pihak di<br />

acara peresmian Bedah Kampung ke 14 di desa Air Apo, Kecamatan Biduriang, diwakili oleh<br />

Bupati RL bapak Suherman,SE,MM dan manajer PT Askes Cabang Bengkulu Dwi Setiawan,SE.<br />

SKTM Masih Berlaku<br />

Dari hasil pendataan bidan dan kades, didapatkan sekitar 12.500 orang miskin yang perlu<br />

mendapatkan Jamkesda. Data ini sudah dicantumkan dalam SK Bupati tentang nama-nama<br />

penerima Jamkesda tahun 2009. Sisanya sekitar 2.500 lagi sebagai kuota terbuka, dan dapat<br />

dipakai siapa saja yang ingin berobat gratis,terutama di RSUD, sepanjang dapat menunjukan<br />

SKTM. Tentunya hal ini sangat membantu masyarakat, karena ternyata masih ada saja orang<br />

miskin yang belum terdata di puskesmas<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 44


38. Dokter Keluarga bagi Peserta Askes<br />

Dipublikasi pada Sabtu, 10 April 2010 oleh tri ms<br />

Setelah beberapa kali rencana rapat ini ditunda,akhirnya pada hari Kamis,1/4/2010 dilakukan<br />

rapat dengan pimpinan puskesmasdan dokter PNS di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> guna membicarakan<br />

tentang dokter keluarga. Pertemuan ini difasilitasi PT Askes yang menawarkan kepada<br />

puskesmas dan dokter PNS untuk mengarahkan pelayanan peserta Askes ke dokter<br />

keluarga,meski masih bisa dilayani dipuskesmas. Yang perlu disepakati dari pertemuan ini<br />

adalah bagaimana porsi pembayaran kapitasinya antara puskesmas, dokel dan Dinkes.<br />

Pertemuan yang dimulai sekitar jam 9.30 WIB dengan mulai penyampaian beberapa info tentang<br />

dana APBD untuk puskesmas (sambil menunggu nara sumber PT Askes yang belum datang.Pada<br />

awalnya nampaknya agak kurang lancar, karena beberapa puskesmas masih komplain tentang<br />

pelayanan askes,di mana hanya dapat pelayanannya aja,sementara kapitasinya ikut ke<br />

puskesmas lain. Namun setelah beberapa penjelasan dari PT Askes (yang datang sekitar jam<br />

11.00 WIB), akhirnya pertemuan bisa menyepakati sbb :<br />

1. Peserta Askes harus terdaftar di puskesmas,baru bisa dilayani (pagi hari). Sore hari<br />

dilayani dokter keluarga<br />

2. Untuk pertama kali jika belum terdaftar,masih bisa dilayani,selanjutnya agar melapor ke<br />

PT Askes untuk pindah PPK yang diinginkan peserta.<br />

3. Porsi kapitasi disepakati Rp 1350 untuk puskesmas,Rp 150 untuk binwas Dinkes dan Rp<br />

4000 untuk dokel (dokter keluarga, termasuk obat)<br />

4. Pembagian dokter keluarga : untuk wilayah PUT, Kepala Curup, SBI, Kota Padang<br />

diserahkan ke dr.Ahmad Aidilah, untuk wilayah Sindang Jati, Sindang Dataran, Beringin<br />

Tiga,Sumber Urip,Sambirejo dan Simpang nangka diserahkan ke dr. Syafriani,untuk<br />

wilayah Perumnas dr. Sari dan untuk wilayah puskesmas Curup dr. Dewi<br />

5. Sosialisasi adanya pelayanan dokter keluarga dilakukan di puskesmas. Dokter keluarga<br />

praktek sekitar 4 jam pada sore hari.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 45


39. Pelatihan Budaya Kerja Menuju Pelayanan<br />

Prima<br />

Dipublikasi pada Minggu, 28 November 2010 oleh tri ms<br />

Hari Sabtu, tanggal 27 November 2010, telah diselenggarakan Pelatihan Budaya Kerja<br />

Organisasi Menuju Pelayanan Prima bagi petugas kesehatan. Pelatihan ini bertempat di gedung<br />

baru Balai Latihan <strong>Kesehatan</strong> Masyarakat (BLKM), Curup. Peserta pelatihan berjumlah sekitar<br />

100 orang yang terdiri dari dokter, perawat/bidan di puskesmas, rumah sakit dan pejabat (kabid<br />

dan kasi) di lingkungan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong>. Nara sumber pertemuan ini berasal dari Corien Centre,<br />

yaitu Corien Akwari, S. Psi<br />

Menurut Kadinkes <strong>Rejang</strong> lebong yang baru, Drs. Tri MS, Apt, DSc, pelatihan ini sangat<br />

bermanfaat bagi petugas kesehatan, guna merubah mindset (pola pikir) pelayanan kesehatan<br />

yang lebih berfokus kepada kepuasan pasien/pelanggan. Pelatihan diselingi role play, diskusi dan<br />

beberapa tips pengembangan pribadi petugas seperti cara tersenyum dan memberi pelayanan<br />

yang ramah, tulus dan komunikatif. Diharapkan pelatihan ini akan memberi inspirasi bagi<br />

peserta untuk mendorong perubahan budaya kerja yang cenderung kaku dan birokratis ke arah<br />

pelayanan model korporat yang lebih humanis, simpel dan memperhatikan kebutuhan pelanggan.<br />

Dengan bekerjasama dengan Corien Centre, rencananya pelatihan ini akan dilanjutkan<br />

berkesinambungan sebagai upaya membangun komitmen dan kerjasama tim di lingkungan<br />

organisasi <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong>, puskesmas dan Rumah Sakit, misalnya dengan pelatihan outbond,<br />

team building dan quality leadership program<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 46


40. Outbound Membangun Komitmen Bersama<br />

Dipublikasi pada Senin, 31 Januari 2011 oleh tri ms<br />

Bekerja sama dengan Corien Centre, suatu lembaga pengembangan pribadi di Propinsi<br />

Bengkulu, hari Sabtu dan Minggu kemarin, telah diselenggarakan outbound membangun<br />

komitmen bersama dalam rangka memerkokoh team building di <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong>. Peserta outbound adalah seluruh karyawan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> RL yang berjumlah sekitar<br />

100 orang dan pimpinan puskesmas sebanyak 21 orang. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari<br />

bertempat di Balai Latihan <strong>Kesehatan</strong> Masyarakat di Cawang, Curup.<br />

Kegiatan ini dibuka oleh Kepala <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Drs. Tri MS, Apt, DSc<br />

sekaligus menyampaikan pentingnya membangun kerjasama tim antar karyawan Dinkes dan<br />

puskesmas guna meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang lebih berkualitas.<br />

Komitmen yang hendak dicapai adalah terwujudnya kekompakan antar karyawan yang lebih<br />

baik dengan menyepakati slogan baru pelayanan, yaitu pelayanan berseri, yang artinya bersih,<br />

ramah, responsive dan informative.<br />

Dalam acara outbond tersebut, seluruh karyawan dituntut kekompakannya melalui peran<br />

sertanya secara beregu dalam permainan/games, seperti panjang2an, pendek2an, pipa bocor,<br />

stand up together, benang kusut, pensil gila, jarring laba-laba dan flying fox. Juga trekking<br />

menyusuri jalan setapak di antara kebun kopi sekitar kantor BLKM, yang medan perjalanannya<br />

cukup licin, terjal dan berliku.<br />

Pada sesi akhir acara, seluruh peserta menanda tangani spanduk yang sudah dipersiapkan yang<br />

isinya sepakat untuk melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan slogan berseri<br />

(bersih, ramah, responsive dan informative)<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 47


41. 3 Sekolah di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Juara 1 Lomba<br />

Sekolah <strong>Sehat</strong> Tingkat Propinsi Bengkulu<br />

Dipublikasi pada Kamis, 27 Januari 2011 oleh tri ms<br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> kembali menoreh prestasi di bidang kesehatan. Setelah sebelumnya 4 gelar<br />

tenaga kesehatan teladan meraih juara I tingkat Propinsi Bengkulu (dokter, bidan, tenaga gizi dan<br />

tenaga kesehatan masyarakat), kini prestasi sejenis kembali diraihnya. Yaitu di bidang sekolah<br />

sehat, yaitu 3 sekolah dari 4 sekolah yang dinilai, mendapatkan juara I untuk tingkat Propinsi<br />

Bengkulu. Mereka adalah SD 2 Centre untuk kategori sekolah sehat tingkat SD, SMP I Curup<br />

Tengah untuk sekolah sehat tingkat SMP dan SMA 1 Curup Timur untuk sekolah sehat tingkat<br />

SMA. Sementara untuk tingkat TK, yang diwakili TK Pembina Sambirejo, hanya mendapatkan<br />

juara 3.<br />

Hadiah rencananya akan diberikan di Propinsi Bengkulu pada hari Senin, 17 Januari 2011<br />

kepada masing-masing Kepala Sekolah. Ke 3 sekolah ini rencananya akan mewakili Propinsi<br />

Bengkulu untuk ikut lomba sekolah sehat tingkat nasional dan akan diverifikasi oleh tim penilai<br />

pusat pada bulan Juni 2011.<br />

Menurut Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc, penilaian sekolah sehat merupakan kegiatan rutin<br />

tahunan nasional guna mendorong budaya sehat di sekolah-sekolah melalui program UKS<br />

(Upaya <strong>Kesehatan</strong> Sekolah). 70% dari bobot penilaian sekolah sehat pada lingkup sekolah,<br />

sementara 30% pada lingkup peranan Tim Pembina UKS di <strong>Kabupaten</strong> dan Kecamatan.<br />

Setidaknya ada 128 indikator penilaian dari berbagai unsur, di antaranya masalah pelayanan<br />

kesehatan siswa, kantin sekolah, pengelolaan sampah, WC, dokter kecil/kader kesehatan, dan<br />

PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan <strong>Sehat</strong>). Selama ini sekolah di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> pernah meraih<br />

peringkat 7 sekolah sehat secara nasional, yaitu SMP 1 Curup Selatan (tahun 2008).<br />

SD Centre Curup SMPN 1 Curup Tengah SMAN 1 Curup Timur<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 48


42. Pertemuan Evaluasi Jamkesda Tahun 2010<br />

Dipublikasi pada Rabu, 19 Januari 2011 oleh tri ms<br />

Bertempat di ruang rapat Bupati RL, hari Selasa, tanggal 18 Januari 2010 telah dilangsungkan<br />

pertemuan Evaluasi kegiatan Jamkesda di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Pertemuan dipimpain oleh SEkda<br />

yang diwakili Asisten 2 dan dihadiri oleh anggota DPRD (Herizal, SSos), Kadinkes RL, Kepala<br />

Cabang PT Askes, Bagian Keuangan, Bappeda , <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong>, Rumah sakit dan puskesmas.<br />

Pertemuan ini menyepakati untuk melanjutkan pembiayaan Jamkesda di tahun 2011 dengan<br />

jumlah dana dan peserta sama dengan tahun sebelumnya, yaitu untuk 15000 penduduk miskin<br />

RL yang tidak mendapatkan kuota Jamkesmas. Premi yang dibayarkan per penduduk Rp 7.500<br />

(bulan) selama 12 bulan sehingga diperlukan dana sekitar Rp 1.350.000.000. Pengelolaan<br />

anggaran dan kepesertaan diserahkan kepada PT Askes. Pelayanan yang diberikan hampir sama<br />

dengan Jamkesmas, kecuali cuci darah yang tidak ditanggung (dengan alasan takut nanti dana<br />

yang disediakan tidak mencukupi). Pelayanan dilakukan di puskesmas, RSUD Curup hingga di<br />

RS M yunus dan RS Jiwa.<br />

Menurut Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc, dari data yang ada, telah dilayani pelayanan<br />

kepada peserta Jamkesda di puskesmas selama 2010 sebanyak 2927 pasien dan di RSUD Curup<br />

sebanyak 1284 orang. Masalah yang sering dihadapi RSUD adalah seringnya kasus di mana saat<br />

pasien masuk dengan perlakuan pasien umum, namun saat pulang minta gratis dengan SKTM<br />

(Surat Keterangan Tidak Mampu). Pemeilik SKTM sendiri terkadang tidak memiliki KK atau<br />

KTP <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Juga banyaknya pasien dengan SKTM dari luar RL<br />

Anggota DPRD Herizal, SSos menyarankan agar PT Askes lebih akomodatif terhadap keluhan2<br />

yang berkaitan dengan pembayaran klaim RSUD, masalah tindakan dan obat. Disamping itu agar<br />

persalinan pada pasien Jamkesda tidak dibatasi jumlah anaknya. Adanya dana sisa anggaran<br />

tahun 2010, yang diperkirakan sekitar 250 juta agar dimanfaatkan untuk menanggulangi<br />

pembiayaan tahun 2011, terutama untuk untuk bulan2 awal tahun saat anggaran APBD belum<br />

disyahkan. Proses seleksi penyelenggara Jamkesda melalui penunjukkan langsung ke PT Askes,<br />

mengingat PT Askes merupakan satu2nya BUMN yang bergerak di asuransi kesehatan.<br />

Menurut Asisten 3, Sudirman Ansyar, MKes, meskipun gratis dan di kelas 3, pelayanan<br />

Jamkesda juga harus bermutu dan memenuhi kenyamanan pasien sama seperti pasien yang<br />

membayar. Untuk itu diharapkan agar puskesmas dan RSUD melakukan survey kepuasan<br />

pelayanan, baik kepada pasien maupun kepada petugasnya. Hal ini berguna agar tingkat<br />

kepuasan pasien Jamkesda bisa dipantau dan diperbaiki jika menurut masyarakat jelek.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 49


43. Model Ambulan Desa di Desa Siaga<br />

Dipublikasi pada Kamis, 31 Maret 2011 oleh dian<br />

Ambulan Desa merupakan alat transportasi dalam rangka melaksanakan Siaga <strong>Kesehatan</strong> Ibu<br />

dan Anak serta Siaga Penyakit di Desa Siaga.Digunakan untuk membawa pasien sakit ke<br />

puskesmas atau pasien dalam keadaan darurat ke Rumah Sakit Umum, dalam rangka untuk<br />

menurunkan angka kesakitan dan Kematian Ibu dan Anak dan Menurunkan angka kesakitan di<br />

desa siaga, karena pertolongan akan cepat ditanggulangi dengan membawa pasien segra ke<br />

pelayanan kesehatan terdekat. Untuk itu diharapkan agar seluruh desa siaga di Kab.<strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong> segera menyediakan sarana transportasi ( Ambulan Desa ) di setiap desa, bisa berbentuk<br />

: mobil, sepeda motor, becak sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 50


44. Ayo Waspada Flu Burung<br />

Dipublikasi pada Minggu, 27 Maret 2011 oleh tri ms<br />

Koran Radar Pat Petulai, Rakyat Bengkulu dan Bengkulu Ekspres<br />

beberapa hari ini memberitakan tentang merebaknya flu burung yang<br />

terjadi pada beberapa kasus kematian ayam, terutama di desa Tanjung<br />

Sanai, PUT. Menurut sumber koran tersebut, kematian ayam ini<br />

dicurigai karena flu burung, meski ternyata tidak ada rilis resmi dari<br />

pejabat <strong>Dinas</strong> Peternakan yang memastikan kematian ayam ini versi uji<br />

laboratorium adalah karena terinfeksi virus H5N1. Bahkan dilaporkan<br />

adanya kematian anjing yang terkait penyakit ini yang dilaporkan<br />

hingga 53 mati (menurut pengecekan kami di lapangan ternyata hanya<br />

4 anjing yang mati dan belum ada pembuktian anjing mati terkait<br />

penyakit flu burung) . Sementara tim Dinkes RL yang dikomandoi Kabid P2PL, Akhmad Juli,<br />

SKM, yang melakukan penyelidikan dan pengecekan ke lapangan beserta dokter dan petugas<br />

puskesmas PUT tidak menemukan indikasi menularnya penyakit ini ke warga masyarakat.<br />

Namun, tak apalah, setidaknya gencarnya pemberitaan ini, perlu direspon semua pihak agar<br />

melakukan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan merebaknya flu burung menular ke<br />

manusia di kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />

Apakah flu burung?<br />

Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang<br />

burung/unggas/ayam . Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh virus<br />

influenza dengan kode genetik H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat<br />

menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia.<br />

Penyebab<br />

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili<br />

Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk dan mutasi (Drift, Shift),<br />

dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari<br />

Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode<br />

subtipe flu burung yang banyak jenisnya.<br />

SUBTIPE VIRUS<br />

Pada manusia: Hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7.<br />

Sedangkan pada binatang: H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan<br />

menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1.<br />

Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari<br />

pada 0 °C. Virus akan mati pada pemanasan 60 °C selama 30 menit atau 56 °C selama 3 jam dan<br />

dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 51


Gejala penyakit<br />

Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.<br />

Gejala pada unggas :<br />

Jengger berwarna biru<br />

Borok di kaki<br />

Kematian mendadak<br />

Gejala pada manusia :<br />

Kasus suspect (tersangka) :<br />

Seseorang yang menderita demam (suhu >38 0 C) disertai satu atau lebih gejala : batuk, sakit<br />

tenggorok, pilek, sesak dan dikuti satu atau atau lebih keadaan di bawah ini :<br />

1. Pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) sakit atau mati mendadak yang belum<br />

diketahui penyebabnya dan produk mentahnya (daging, telur, kotoran unggas, dll) dalam<br />

7 hari terakhir sebelum timbulnya gejala<br />

2. Tinggal atau pernah berkunjung di daerah yang terdapat kematian unggas yang tidak<br />

biasa (dalam jumlah banyak dalam waktu singkat) dalam 7 hari terakhir sebelum timbul<br />

gejala<br />

3. Pernah kontak dengan pasien kasus konfirmasi flu burung dalam 7 hari terakhir sebelum<br />

timbul gejala<br />

4. Ditemukan adanya leukopeni dan trombositopeni (jumlah leukosit dan trombosit<br />

dibawah normal)<br />

5. Ditemukan adanya titer antibodi dengan pemeriksaan HI (Hema-Inhibisi) atau uji Elisa<br />

(Enzyme-linked Imunno Assay)<br />

6. Foto toraks (dada) pada serial foto menggambarkan pnemonia yang cepat memburuk<br />

7. Pasien suspect dilakukan uji konfirmasi flu burung pada usap tenggoroknya dengan<br />

metode PCR (Polymerase Chain Reaction) di Lab Litbangkes Jakarta atau Lab yang<br />

diakreditasi Depkes/WHO<br />

Masa Inkubasi<br />

Pada Unggas : 1 minggu<br />

Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala.<br />

Pada anak sampai 21 hari<br />

PENULARAN<br />

Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur, lendir<br />

dari hidung dan feces. Penyakit ini juga dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1<br />

yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 52


unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi<br />

flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk<br />

unggas lainnya.<br />

Penularan antar manusia masih sebatas cluster (yang ada hubungan sekeluarga) seperti keluarga<br />

Iwan Siswara di Tangerang (Ayah dan 2 putrinya meninggal) dan keluarga sedarah di Karo,<br />

Sumut (9 positif, 6 meninggal)<br />

PENCEGAHAN<br />

Pada Unggas:<br />

Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung dengan dibakar/dikubur<br />

Vaksinasi pada unggas yang sehat<br />

Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) :<br />

Dengan meningkatan Perilaku Hidup Bersih dan <strong>Sehat</strong> (PHBS) dengan :<br />

1. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.<br />

2. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.<br />

3. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).<br />

4. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.<br />

5. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.<br />

6. Imunisasi (belum dipakai secara luas)<br />

Masyarakat umum:<br />

1. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.<br />

2. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :<br />

3. Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)<br />

4. Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 80 °C selama 1 menit dan pada telur<br />

sampai dengan suhu ± 64 °C selama 4,5 menit.<br />

5. Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan<br />

(dapat dengan alcohol 70%, atau larutan pemutih/khlorin 0,5% untuk alat/instrumen)<br />

6. Lakukan pengamatan terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya dengan<br />

memperhatikan keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan<br />

PENGOBATAN<br />

Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:<br />

1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas (di RL baru tersedia di Puskesmas perawatan dan<br />

RSUD)<br />

2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).<br />

3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis 2 x 1 selama 5 hari.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 53


4. Saat ini obat oseltamivir sudah tersedia di Puskesmas<br />

KEBIJAKAN DINKES RL YANG TELAH DILAKUKAN<br />

1. Monitoring perkembangan kasus,terutama<br />

pada daerah yang terindikasi positif flu burung<br />

menyerang unggas (Kecamatan Bermani Ulu,<br />

Curup dan PUT)<br />

2. Membuat surat edaran ke puskesmas tentang<br />

kewaspadaan dini KLB flu burung serta<br />

membagi buku petunjuk penanggulangan flu<br />

burung dan poster<br />

3. Distribusi obat antiviral Oseltamivir 75 mg ke<br />

21 Puskesmas dan RSUD dan menyiapkan<br />

ruang isolasi bagi penderita flu burung di<br />

RSUD<br />

4. Melaksanakan surveilans ketat dengan<br />

mewaspadai penderita pnemonia/flu berat,<br />

terutama yang punya riwayat kontak dengan unggas<br />

5. Pengambilan sampel darah pekerja peternakan yang unggasnya matimendadak untuk<br />

diuji titernya di Lab Litbangkes Jakarta (desa Babakan Baru 4 orang, Air Bening 3 orang<br />

dan desa Pahlawan 1 orang, namun belum ada informasi hasil lab.)<br />

6. Rapat kordinasi dan sinkronisasi pengendalian flu burung dengan 21 pimpinan<br />

puskesmas dan RSUD serta kantor Peternakan dan lintas sektor<br />

7. Pembentukan tim satgas Penanggulangan Flu Burung<br />

8. Pengenalan Program Pasar <strong>Sehat</strong> (redesign dan zona khusus/los khusus pasar tradisional<br />

yang menjual unggas hidup dan menghindari pemotongan unggas di pasar serta<br />

penyuluhan peningkatan sanitasi-higiene lingkungan pasar)<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 54


45. TVRI Shooting Acara “Membangun Desa”, di<br />

Desa Air Lanang, Desa Juara 2 Lomba PHBS<br />

Dipublikasi pada Minggu, 13 Maret 2011 oleh tri ms<br />

Hari Sabtu kemarin (12/3/2011), hampir setengah hari berada di desa Air Lanang, kecamatan<br />

Curup Selatan, menemani pak Kades yang bernama pak Darwil dan warganya di shoot TVRI<br />

untuk acara Membangun Desa. Desa Air Lanang dipilih karena pernah mendapatkan juara 2<br />

Lomba PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan <strong>Sehat</strong>) tingkat Propinsi Bengkulu, kalau gak salah<br />

juara 2. Kebetulan juga di desa tersebut ada pembangunan perpipaan air bersih yang dibuat<br />

masyarakat secara gotong royong, dengan dukungan dana dari CWSHP. Desa ini juga sudah<br />

menyatakan 100% tidak ada masyarakat yang BAB di sembarang tempat, alias seluruh warga<br />

punya WC. Di samping itu, desa ini juga ada hutan kemasyarakatan, yang awalnya hutan<br />

lindung yang dirambah, yang kemudian dikelola oleh masyarakat sebagai hutan sekaligus<br />

dimanfaatkan untuk pertanian. Rencananya klip yang dibuat ini akan ditayangkan TVRI siaran<br />

nasional pada 6 April 2011.<br />

Acara ini sebenarnya sangat dadakan, tim dari Dinkes dan Pemda dikabari TVRI pada hari itu<br />

juga, sehingga setting di lapangan benar-benar original, tidak direkayasa, ya apa adanya.<br />

Setelah observasi di desa Air Lanang sebentar, kemudian dilanjutkan diskusi dengan pak Agus<br />

dari TVRI (sekaligus pengatur laku) dengan Kades, bu Kades, tokoh masyarakat, petugas<br />

puskesmas (bidan Eva dan sanitarian Syamsri), dan tentunya Kadinkes RL, kemudian dilakukan<br />

pengambilan gambar.<br />

Shoot pertama dimulai dari kantor desa Air Lanang sebagai prolog klip, karena tugu selamat<br />

datang desa belum ada. Kemudian tentang kondisi lingkungan seperti jalan, rumah, pepohonan<br />

dan lanskap pegunungan dan warga yang sedang menjemur kopi guna menggambarkan kalau<br />

mayoritas pekerjaan warga adalah petani kopi. Baru kemudian dilanjutkan pengambilan gambar<br />

masyarakat desa yang lagi bergotong royong membuat galian dan memasang perpipaan untuk<br />

air bersih. Ini semacam rekonstruksi, karena perpipaannya sudah difungsikan tahun 2010<br />

kemarin. Shoot ke dua dilakukan di SD, tentang anak-anak SD yang lagi main volley ball,<br />

setelah selesai main terus cuci tangan pakai sabun di ember yang disediakan di depan kelas.<br />

Shoot ke tiga dilakukan di puskesmas pembantu Air Lanang. Menggambarkan pasien (balita,<br />

lansia dan ibu hamil) yang berkunjung datang ke pustu, kemudian pemeriksan oleh bidan Eva.<br />

Shoot berikutnya mengambil beberapa bangunan WC di penduduk Desa Air Lanang . Terakhir<br />

baru wawancara dengan Kades dan pengelola sarana air bersih.<br />

Klip berikutnya perngambilan gambar di lokasi hutan kemasyarakatan di desa Air Lanang, yang<br />

dianggap sukses mengurangi perambah hutan. Digambarkan ada penanaman bibit pohon kemiri<br />

dan di sekitarnya tanaman tumpang sari di kompleks hutan yang awalnya hutan lindung yang<br />

dirambah masyarakat. Kemudian wawancara dengan tokoh penggerak hutan kemasyarakatan<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 55


Bagaimana hasil liputan videonya, mari kita tunggu dan tonton tayanggannya tanggal 6 April<br />

2011 di acara stasiun TVRI nasional : Membangun Desa, jam 14.00<br />

Wawancara dengan tokoh masyarakat Wawancara dengan Kades Air Lanang<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 56


46. Menuju Sekolah <strong>Sehat</strong> : Belajar dari Sang<br />

Juara<br />

Dipublikasi pada Kamis, 3 Maret 2011 oleh tri ms<br />

Guna meningkatkan pemahaman<br />

tentang penilaian UKS (Upaya<br />

<strong>Kesehatan</strong> Sekolah) di <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong>, maka Tim Pembina UKS<br />

kabupaten telah mengundang 2<br />

nara sumber dari sekolah yang<br />

pernah menjadi juara nasional,<br />

yaitu Drs. Suhardi, MAg, kepala<br />

sekolah MTSN Pamulang,<br />

Tangerang, Prop Banten yang<br />

sekolahnya mendapat juara I UKS level SMP tingkat nasional dan Warjoko, SPd, Kepala sekolah<br />

SD Dharma UT,Tangerang, Prop Banten yang merupakan juara 2 UKS level SD tingkat<br />

nasional. Acara dibuka oleh Bp Ass 2, Sudirman Ansyar, SKM, MKes<br />

Menurut Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc, kedua nara sumber tersebut diundang dalam<br />

rangka memberikan kiat-kiat bagaimana mempersiapkan sekolah sehingga bisa mendapatkan<br />

predikat juara pada lomba UKS nasional. Acara berlangsung di gedung Pola pemdakab <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong>, hari Rabu, tanggal 2 Maret 2011 dan dihadiri oleh kepala sekolah, pihak kecamatan dan<br />

puskesmas yang tergabung dalam Tim Pembina UKS (Usaha kesehatan Sekolah) . Seperti<br />

diketahui, tahun ini 3 sekolah di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> akan mewakili Prop Bengkulu untuk<br />

diverifikasi dalam Lomba Sekolah <strong>Sehat</strong> tingkat nasional. Sekolah tersebut adalah SDN 2<br />

Centre, SMPN I Curup Tengah dan SMAN I Curup Timur.<br />

Dengan gaya presentasi yang menarik, disertai contoh dokumen dan foto-foto kegiatan di<br />

sekolahnya, kedua nara sumber saling bergantian menyampaikan trik dan strategi bagaimana<br />

melakukan upaya penggalangan dana untuk memperbaiki penampilan dan lingkungan serta<br />

sarana sekolah yang dibutuhkan melalui berbagai upaya, guna mendukung kegiatan UKS di<br />

sekolahnya, diantaranya melalui kemitraan dengan instansi pemerintah dan swasta.<br />

Diungkapkan, peran dan dukungan Gubernur dan Bupati dan pejabat lainnya di Banten yang<br />

tergabung dalam Tim Pembina UKS sangat menentukan, dan hal ini memudahkan pihak<br />

sekolah dalam menutupi kekurangan pembiayaan untuk perbaikan. Juga disampaikan hasil<br />

pantauan cepat ke 2 nara sumber ke SD Centre, SMPN 1 Curup Tengah dan SMAN 1 Curup<br />

Timur yang harus bekerja lebih giat lagi, karena menurutnya 3 sekolah tersebut baru memenuhi<br />

50% dari indicator sebagai sekolah sehat. Sementara waktu penilaian tersisa tinggal 3 bulan lagi.<br />

Dari pengamatannya, kantin di ke 3 sekolah tersebut belum menyediakan makanan yang bergizi<br />

dan seimbang, seperti misalnya tersedianya buah yang dibuat minuman jus, sayur sayuran,<br />

kebutuhan protein seperti susu. Juga tanaman obat di halaman sekolah, minimal harus ditanami<br />

sekitar 150 spesies.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 57


Dari hasil dialog, ke 3 kepala sekolah yang akan dinilai UKS-nya tetap optimis jika sekolahnya<br />

akan masuk 10 besar tingkat nasional, asalkan didukung pendanaan untuk perbaikan kekurangankekurangannya.<br />

Pada kesempatan itu juga ditandatangani MOU antara Kepsek ke 3 sekolah tersebut dengan<br />

Pimpinan Cabang Bank Rakyat Indonesia Curup Bp Wisnu, SE dalam rangka pemanfaatan<br />

dana CSR (Corporate Social Responsibility) dari BRI untuk menunjang sarana dan prasarana ke<br />

3 sekolah.<br />

Berikut liputannya di 3 media local :<br />

Liputan media tentang kegiatan UKS yang mengundang nara sumber dari Propinsi Banten<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 58


47. Pendekatan STBM, Solusi Meningkatkan<br />

Kepemilikan Jamban <strong>Sehat</strong> di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Dipublikasi pada Sabtu, 30 April 2011 oleh tri ms<br />

Istilah STBM (Sanitasi Total Berbasis<br />

Masyarakat) merupakan adopsi dari program<br />

CLTS (Community Led Total Sanitation),<br />

yang handbook terjemahan Bahasa Indonesia<br />

versi pdfnya bisa dibaca di sini, telah lama<br />

diperkenalkan di beberapa Negara Afrika<br />

(tepatnya Bangladesh) dan India. Menkes<br />

kemudian membuat SK Menkes tentang<br />

gerakan STBM. Pendekatan STBM ini telah<br />

diujicobakan di beberapa daerah yang<br />

mempunyai proyek WSLIC seperti di<br />

Lumajang. Khusus untuk kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, STBM mulai diperkenalkan pertengahan<br />

tahun 2008 dan diujicobakan di wilayah desa proyek CWSH serta disosialisaikan di wilayah<br />

kumuh perkotaan Curup, terutama seperti kondisi sanitasi yang buruk di kelurahan Kepala<br />

Siring, Pasar Tengah dan Talang Benih.<br />

Merujuk pada konsep STBM, awalnya didasari atas pengalaman proyek-proyek pembangunan<br />

sanitasi di masa lalu yang ternyata :<br />

Banyaknya proyek sanitasi yang gagal, seperti sarana yang dibangun tidak digunakan dan<br />

tidak dipelihara oleh masyarakat<br />

Menurunnya kepedulian masyarakat terhadap persoalan sanitasi pasca proyek<br />

Tidak adanya kebersamaan masyarakat dalam menanggulangi persoalan sanitasi<br />

dan kecenderungan masyarakat terhadap uluran subsidi pemerintah<br />

Intinya, sebenarnya apa sih STBM ?<br />

STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) merupakan suatu pendekatan untuk<br />

menginisasi/memicu (ignite/trigger) rasa jijik dan malu masyarakat atas kondisi sanitasi dimana<br />

mereka buang air besar ditempat terbuka (open defecation) sehingga pada akhirnya mereka<br />

mencari solusi secara bersama untuk mengubah kondisi mereka.<br />

Hal tersebut didasarkan atas asumsi dasar bahwa ternyata :<br />

Tidak ada seorangpun yang tidak tergerak apabila mereka mengetahui bahwa mereka<br />

telah saling memakan kotoran mereka satu dengan yang lainnya (eating each other shit).<br />

STBM memicu masyarakat untuk menyadari bahwa masalah sanitasi merupakan<br />

tanggung jawab mereka sehingga hanya akan selesai dengan kesadaran dan usaha mereka<br />

sendiri, tidak ada hubungan dengan subsidi.<br />

Upaya memicu perubahan perilaku masyarakat secara massal (ini yang paling susah)<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 59


Jadi tujuan utamanya adalah terjadinya perubahan perilaku masyarakat agar sesuai dengan<br />

konsep PHBS.! Bukan dari banyaknya jamban yang bias dibangun! Istilahnya bebas dari Open<br />

Defecation Free (ODF).<br />

Jadi STBM sama sekali berbeda dengan proyek-proyek sanitasi sebelumnya, di mana<br />

perencanaan proyek lebih top to down, ada subsidi, bestek dll. Dengan model STBM, diharapkan<br />

pendekatannya bukan proyek, bahkan lebih fleksibel dan bottom to up, menggunakan solidaritas<br />

social dan pemberdayaan masyarakat, sesuai dengan kepentingan dan perencanaan local.<br />

Diperlukan fasilitator yang energik yang bisa memotivasi orang untuk bergerak. Alat-alat yang<br />

digunakan bisa berupa diagram, peta, model, dan alat peraga lainnya sebagai alat bantu untuk<br />

“pencerahan“.<br />

Dengan demikian kunci utamanya adalah pada peranan fasilitator, atau tepatnya motivator.<br />

Namun tidak perlu sekelas Mario Teguh, Tung Desem Waringin atau AA Gym, yang penting<br />

komunikatif dan punya kemampuan melakukan presentasi (mungkin mantan sales MLM pun<br />

bisa lho). Hal itu biasa dilakukan oleh guru, ustad atau tokoh masyarakat yang berpengaruh,<br />

lebih baik lagi tenaga kesehatan. Motivator harus supel dan tidak ada jarak social dengan<br />

masyarakat!<br />

Motivator ini perlu membuat agenda dan memetakan daerah sasaran, menggalang partisipasi<br />

masyarakat di lokasi dan kemudian melakukan motivasi (dengan orasi yang terjaga) dan<br />

melakukan igniting atau triggering (memprovokasi atau memicu ) masyarakat, dengan dibuat<br />

jijik atau malu dan jadi lebih peduli pada lingkungan tempat tinggalnya. Karena melakukan BAB<br />

di siring itu adalah dosa besar, karena mencemari seluruh ekosistem perairan dan lingkungan<br />

sekitar! Memindahkan kebiasaan dari BAB di siring ke WC yang sehat (minimal), bisa dibuat<br />

kolektif, syukur2 bisa WC untuk keluarga/pribadi.<br />

Untuk membuat WC, sebisa mungkin tidak menggunakan fasilitas atau duit pemerintah, kecuali<br />

ada sponsor, dan tentu saja yang terbaik gunakan dana sendiri atau gotong royong masyarakat.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 60


48. Bersama Kita Berantas Malaria<br />

Dipublikasi pada Sabtu, 23 April 2011 oleh sri muliyanti<br />

Hari malaria sedunia diperingati pada tanggal 25 April setiap tahun. Sebagai bentuk upaya<br />

memerangi penyakit menular ini, peringatan hari malaria sedunia tahun 2011 mengangkat tema<br />

“Bersama Kita Berantas Malariai”. Momen ini juga dapat dijadikan sebagai ajang bagi<br />

berbagai pihak untuk turut berkontribusi dalam upaya pengendalian malaria.<br />

Hari malaria sedunia dapat menjadi perayaan upaya global dalam memberikan pengendalian<br />

malaria yang efektif di seluruh dunia. Demikian seperti dikutip dari situs resmi Badan<br />

<strong>Kesehatan</strong> Dunia (WHO). Melalui world malaria day, negara-negara yang berstatus bebas<br />

malaria dapat mempelajari bahaya yang ditimbulkan oleh malaria. Sedangkan bagi negara<br />

donor baru, dapat bergabung dalam kerjasama global (global partnership) melawan malaria.<br />

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan<br />

masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka kematian<br />

ibu hamil, bayi dan balita. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan<br />

lebih dari 1.000.000 orang meninggal dunia. Kasus terbanyak terdapat di Afrika dan beberapa<br />

negara Asia termasuk Indonesia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa bagian negara<br />

Eropa.<br />

Di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, meski termasuk wilayah pegunungan dengan iklim yang sejuk, penyakit<br />

malaria masih ada ini dapat dilihat dari jumlah penderita positif malaria yang sampai dengan<br />

bulan maret baru 1 Orang sedangkan penderita klinis sebanyak 171 penderita. Dari tingginya<br />

penderita klinis malaria tersebut <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> mensosialisasikan agar setiap penderita Klinis<br />

malaria dilakukan pemeriksaan Laboratorium hingga penegakkan diagnosa dapat secara benar<br />

dan tepat guna pengobatan yang rasional.<br />

Dalam rangka penanggulangan malaria <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> pun telah mendistribusikan obat dari<br />

kementian kesehatan berupa ARTERIKINE yang merupakan obat malaria bagi penderita<br />

Malaria Positif.<br />

Untuk mengatasi malaria agar dapat mencapai tahap eliminasi , <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

terus meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap malaria melalui : 1. Peningkatan<br />

pendidikan, edukasi, sosialisasi dan advokasi kepada masyarakat luas. 2. Peningkatan<br />

pengetahuan dan keterampilan petugas dalam perawatan dan pengobatan malaria. 3.<br />

Pemeliharaan lingkungan agar tidak menjadi sarang nyamuk malaria.<br />

Mengingat masalah malaria merupakan masalah yang komplek karena berhubungan dengan<br />

berbagai aspek seperti penyebab penyakit (parasit), lingkungan (fisik dan biologis) dan nyamuk<br />

sebagai vektor penular maka eliminasi malaria harus dilaksanakan secara kemitraan dengan<br />

semua komponen terkait dan menjadi bagian integaral dari pembangunan nasional. Contoh nyata<br />

hal ini adalah melalui gerakan gotong royong kebersihan lingkunga karna nyamuk malaria<br />

prilaku hidupnya suka di genangan air atau selokan yang tergenang serta semak semak belukar<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 61


49. Ayo Waspada Penyakit Demam Berdarah<br />

Dipublikasi pada Kamis, 21 April 2011 oleh sri muliyanti<br />

Gambar : Pembersihan jentik nyamuk<br />

Masyarakat <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> diharapkan untuk<br />

selalu waspada dan waspada dengan Penularan<br />

Penyakit Demam Berdarah Karna penyakit ini<br />

mulai kembali menyerang di daerah kita ini<br />

sampai dengan bulan april 2011 telah di<br />

temukan kasus 8 Penderita Demam Berdarah<br />

di beberapa daerah endemis diantaranya<br />

Kelurahan Air Bang, Kelurahan Air Meles<br />

Bawah, Kelurahan Air rambai dan Kelurahan<br />

Adirejo yang merupakan daerah Endemis<br />

DBD di tahun 2010 dan ditemukan penderita<br />

di daerah tersebut,<br />

<strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> dibawah komando Kabid P3 PL telah Melakukan kegiatan secara proaktif dan<br />

Responsif dalam Upaya menekan angka kesakitan Demam Berdarah dan memutuskan mata<br />

rantai penularannya dengan melibatkan Puskesmas dan kader serta masyarakata di setiap<br />

Kelurahan dan Desa<br />

Kegiatan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dalam upaya penanganan Demam Berdarah tertuang<br />

dalam program POKJANAL DBD Kelompok Oprasional Tingkat Desa/Kelurahan yang mana<br />

kegiatannya meliputi :<br />

1. Kegiatan Pelacakan Kasus<br />

2. Pemantauan dan Pemeriksaan Jentik Berkala<br />

3. Pembagian abate secara geratis kepada masyarakat<br />

4. Penyuluhan dari rumah ke Rumah tentang Gerakan 3 M<br />

5. Penyuluhan kelompok kepada Masyarakat tentang Penangan Demam Berdarah<br />

6. Penyuluhan ke sekolah – sekolah melalui kegiatan UKS<br />

7. Pembagian Leatflet Demam Berdarah kesekolah<br />

8. Pelaksanaan Fogging ( Pengasapan )<br />

Penanggulangan Demam Berdarah bukan hanya menjadi tanggung jawab <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />

melainkan banyak sektor yang terkait untuk itulah masing – masing desa atau Kelurahan untuk<br />

dapat memobilisasi masyarakat dalam gerakan Jumat Bersih atau GJB yang telah dicanangkan<br />

oleh Bapak Presiden beberapa waktu yang lalu mencegah akan lebih baik dari pada mengobati<br />

secara bersama sama kita atasi Demam Berdarah Keluarga sehat masyarakat sehat kita<br />

wujudkan <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Bebas Demam Berdarah<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 62


50. Sosialisasi Penanganan Kasus Gigitan Hewan<br />

Penular Rabies<br />

Dipublikasi pada Kamis, 21 April 2011 oleh sri muliyanti<br />

Dalam upaya mencegah terjadinya kasus rabies yang bersumber dari gigitan hewan penular<br />

Rabies, seperti Anjing dan Kucing. <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> bekerja sama<br />

dengan mahasiswa Poltekkes dan Poskeswan Curup melakukan kegiatan sosialisasi penanganan<br />

kasus gigitan Hewan Penular Rabies kepada masyarakat di Desa Kayu Manis Kecamatan Selupu<br />

<strong>Rejang</strong> yang termasuk wilayah Puskesmas Simpang Nangka.<br />

Adapun tujuan sosialisasi tersebut :<br />

Agar masyarakat tahu dan mengerti tentang apa yang harus dilakukan apabila digigit oleh<br />

Anjing, baik tindakan kepada Manusia ataupun kepada hewan yang kesemuanya agar<br />

pengobatan bisa dilakukan secara rasional, tepat dan benar.<br />

Agar terbentuk wadah Rabies Center di Kayu Manis agar masyarakat dapat<br />

memberdayakan diri dan keluarga dalam penanggulangan Penyakit Menular terutama<br />

penyakit Rabies yang merupakan bagian dari kegiatan Desa Siaga<br />

Selanjutnya masyarakat bermusyawarah untuk membentuk Rabies Center yang di fasilitasi oleh<br />

Ka.Subid pemberantasan Penyakit Menular Syamsir skm.MKM dan kegiatan vaksinasi anjing<br />

secara massal terhadap semua hewan penular Rabies di Kayu manis, yang mana pelaksanaan di<br />

Vaksinasi dilaksanakan oleh Poskeswan Curup dan dibantu dengan adik-adik mahasiswa<br />

Poltekkes.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 63


51. Jaminan Persalinan bagi Seluruh Penduduk<br />

Dipublikasi pada Senin, 11 April 2011 oleh Lina<br />

Program Pemerintah Pusat tahun 2011 melalui Kementerian <strong>Kesehatan</strong> Republik Indonesia, telah<br />

mengeluarkan kebijakan bahwa seluruh persalinan penduduk dijamin oleh oleh pemerintah<br />

(gratis). Program ini sudah disosialisasikan kepada bidan kordinator di puskesmas dan bidan<br />

praktek swasta. Diharapkan pelaksanaan pelayanan bisa segera dilakukan di seluruh fasilitas<br />

pemerintah, sambil mempersiapkan prosedur klaim bagi petugas dan sosialisasi ke masyarakat.<br />

Dasar hukumnya:<br />

1. Surat Edaran Menteri <strong>Kesehatan</strong> RI Nomor TU/Menkes/E/391/II/2011 tanggal 22 Februari<br />

2011 Tentang Jaminan Persalinan<br />

2. Peraturan menteri <strong>Kesehatan</strong> Nomor 631/MENKES/PER/III/2011 Tentang Petunjuk Teknis<br />

Jaminan Persalinan.<br />

Sasaran yang dijamin adalah seluruh penduduk yang belum memiliki jaminan persalinan yaitu<br />

:<br />

a. Ibu hamil<br />

b. Ibu Bersalin<br />

c. Ibu Nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan)<br />

d. Bayi baru lahir (sampai usia 28 hari)<br />

Kepesertaan jaminan persalinan merupakan perluasan kepesertaan Jamkesmas, terintegrasi dan<br />

dikelola menurut tata kelola manajemen jamkesmas.<br />

Pemanfaatan JAMPERSAL bisa dilayani :<br />

1. Di poskesdes,Pustu,Puskesmas (fasilitas pemerintah tingkat pertama).<br />

2. Bidan/klinik swasta yang menjalin kerjasama (PKS) dengan Tim Pengelola <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />

3. Rumah Sakit Umum (fasilitas rujukan) di kelas III.<br />

Pada daerah lintas batas, misalnya dari desa Taba Mulan kab Kepahiang, bisa berobat di sarana<br />

kesehatan di kab <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Nanti fasilitas kesehatan yg melayani ibu hamil/persalinan dari<br />

luar wilayahnya, tetap melakukan klaim ke Tim Pengelola /<strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> setempat atau<br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, bukan pada daerah asal ibu hamil/bersalin .<br />

Jenis pelayanan jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi :<br />

1. Pemeriksaan kehamilan (ANC 4 kali; 1 kali pada trw.I, 1 kali pd trw II dan 2 kali pd trw.III)<br />

2. Pertolongan persalinan normal.<br />

3. Pelayanan nifas ( PNC 3 kali ) termasuk KB pasca persalinan.<br />

4. Pelayanan bayi baru lahir.<br />

5. Penanganan komplikasi pada kehamilan,persalinan,nifas dan bayi baru lahir.<br />

Jenis pelayanan persalinan di fasilitas rujukan (RS) di kelas III:<br />

1. Pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi (resti) dan penyulit.<br />

2. Pertolongan persalinan dengan resti dan penyulit yg tidak mampu dilakukan di pelayanan<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 64


tingkat pertama.<br />

3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir di RS dan fasilitas pelayanan kesehatan<br />

yang setara.<br />

4. Pelayanan KB pasca persalinan (alat, obat dan kontrasepsi disediakan BKKBN)<br />

Dalam Kebijakan Operasional sebagaimana tercantum dalam SK Menkes No.<br />

515/Menkes/SK/III/2011 tentang Penerima dana Penyelenggaraan Jamkesmas dan Jampersal di<br />

pelayanan Dasar untuk tiap <strong>Kabupaten</strong>/Kota tahun anggaran 2011 diatur beberapa poin,<br />

diantaranya pengelolaan Jampersal di setiap jenjang pemerintahan (pusat, provinsi, dan<br />

kabupaten/kota) menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan Jamkesmas dan Bantuan Operasional<br />

<strong>Kesehatan</strong> (BOK).<br />

Pengelolaan kepesertaan Jampersal merupakan perluasan kepesertaan dari program Jamkesmas<br />

yang mengikuti tata kelola kepesertaan dan manajemen Jamkesmas, namun dengan kekhususan<br />

dalam hal penetapan pesertanya.<br />

Sementara pelayanannya diselenggarakan dengan prinsip Portabilitas, Pelayanan terstruktur<br />

berjenjang berdasarkan rujukan. Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas<br />

kesehatan pemerintah (Puskesmas dan Jaringannya) didanai berdasarkan usulan rencana kerja<br />

(Plan Of Action/POA) Puskesmas. Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas<br />

kesehatan swasta dibayarkan dengan mekanisme klaim. Klaim persalinan didasarkan atas tempat<br />

(lokasi wilayah) pelayanan persalinan dilakukan.<br />

Dana untuk pelayanan Jamkesmas termasuk Jampersal merupakan satu kesatuan (secara<br />

terintegrasi) disalurkan langsung dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta<br />

V ke Rekening Kepala <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong>/Kota sebagai penanggung jawab<br />

Pengelolaan Jamkesmas di wilayahnya dan Rekening RS untuk fasilitas kesehatan tingkat<br />

lanjutan (pemerintah dan swasta).<br />

Pembayaran untuk pelayanan Jaminan Persalinan dilakukan dengan cara klaim untuk<br />

Pembayaran di faskes Tingkat Pertama. Sementara pembayaran di fasilitas kesehatan Tingkat<br />

Lanjutan dilakukan dengan cara klaim, didasarkan paket INA-CBGs (Indonesia-Case Base<br />

Groups) dahulu INA-DRG.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 65


52. Mewujudkan <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Peduli Lansia<br />

Dipublikasi pada Sabtu, 9 April 2011 oleh tri ms<br />

Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk Indonesia lumayan membaik<br />

dengan rata-rata (data tahun 2010) mencapai usia 70,7 tahun, di mana<br />

usia harapan hidup perempuan lebih tinggi yaitu 72,7 tahun, sedang lakilaki<br />

68,7 tahun. Jika dirangking berdasarkan UHH, negara kita ada di<br />

peringkat 110, seperti bisa dilihat di sini. Membaiknya UHH ini juga<br />

menimbulkan perubahan pada komposisi strata penduduk, di mana<br />

kelompok lanjut usia (lansia) jumlahnya semakin meningkat. Propinsi<br />

dengan usia harapan hidup penduduknya yang tinggi adalah DIY (74,7<br />

tahun) dan terendah di NTB (67,2 tahun). Sementara untuk usia harapan<br />

hidup penduduk Propinsi Bengkulu mencapai 71,2 tahun. Secara<br />

berseloroh diungkapkan, jika ingin panjang umur tinggal di DIY, dan jika<br />

ingin meninggal lebih dini di NTB. Tabel usia harapan hidup per propinsi versi BPS bisa di lihat<br />

di sini.<br />

Lanjut usia menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah penduduk<br />

yang berumur 60 tahun ke atas. Pada UU tersebut diamanatkan agar lanjut usia tetap dapat<br />

diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi,<br />

kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta<br />

terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia. Berdasarkan Keppres No 52<br />

tahun 2004, telah dibentuk Komnas Lanjut Usia (lihat di http://www.komnaslansia.or.id/)<br />

Menurut BPS tahun 2008, jumlah lansia di Indonesia mencapai 8,37 % atau sebanyak 23,9 juta<br />

jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 11,34% atau 29 juta pada tahun 2020. Bahkan<br />

persentase jumlahnya akan lebih banyak daripada jumlah balita. yang berjumlah 6,9%. Dari<br />

jumlah tersebut, lansia perempuan jumlahnya lebih dominan, atau 55% dibanding 45 % jumlah<br />

lansia laki-laki. Propinsi yang penduduk lansianya lebih dari 10% dari jumlah total penduduk<br />

adalah DIY (14%), kemudian Bali, Jateng dan Jatim. Sementara Propinsi Papua yang paling<br />

sedikit jumlah lansianya atau di bawah 5% dari total penduduknya.<br />

Penanganan kelompok lansia di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Jumlah lansia di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> atau penduduk yang berusia di atas 60 tahun diperkirakan<br />

sekitar 6,43 % atau sekitar 15.817 orang. Sebagai proses penuaan alami, warga lanjut usia<br />

sangat rentan dengan penyakit, terutama dementia (pikun) dan kemunduran kemampuan untuk<br />

melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena jumlahnya yang semakin meningkat tersebut,<br />

diperlukan perhatian pemerintah yang lebih besar terhadap kelompok ini. Program kesejahteraan<br />

yang sudah dilakukan misalnya KTP seumur hidup, kemudahan transportasi melalui diskon tiket<br />

perjalanan (berlaku pada karcis kereta api, diskonnya 10%), kemudahan antrian dan bantuan<br />

social lainya. Di bidang kesehatan, penanganan yang lebih khusus terhadap kelompok lansia<br />

ditangani melalui Posyandu Lansia, yang sudah berdiri di setiap puskesmas.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 66


Pelayanan yang diberikan Posyandu Lansia meliputi :<br />

Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living, meliputi kegiatan<br />

dasar dalam kehidupan, seperti makan / minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun<br />

tempat tidur, buang air kecil dan besar.<br />

Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional,<br />

dengan menggunakan pedoman metode 2 menit ( bisa dilihat KMS atau Kartu Menuju<br />

<strong>Sehat</strong> usia lanjut)<br />

Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan<br />

dan dicatat pada grafik indek massa tubuh<br />

Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta<br />

penghitungan denyut nadi selama satu menit.<br />

Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada<br />

pemeriksaan<br />

Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah<br />

dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh<br />

individu dan atau kelompok usia lanjut.<br />

Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak<br />

datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.<br />

Persiapan menyambut Hari Ulang Tahun Lansia tahun 2011 di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Seperti tahun-tahun sebelumnya, HUT Lansia di kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> selalu diperingati<br />

dengan acara yang meriah. Demikian juga untuk tahun 2011 ini. Tujuannya adalah mendorong<br />

terwujudnya gerakan masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lansia. Rencananya kegiatan<br />

HUT Lansia yang diperingati setiap tanggal 29 Mei dan bersamaan dengan HUT Kota Curup<br />

yang ke 131 akan diselenggarakan pada tanggal 18 Mei 2011, dengan acara berupa :<br />

Senam massal lansia (lebih kurang 1000 orang, yang dihadirkan dari Posyandu Lansia) di<br />

lapangan Setia Negara<br />

Pemberiaan penghargaan terhadap lansia yang berprestasi<br />

Pemberiaan doorprize bagi peserta senam lansia<br />

Pemberian penghargaan kepada puskesmas ramah lansia<br />

Pengukuhan Komisi Daerah Lanjut Usia tingkat <strong>Kabupaten</strong> (rencananya akan diketuai<br />

oleh Wabup)<br />

Pelayanan Baksos <strong>Kesehatan</strong> gratis (tensi darah dan pengobatan umum)<br />

Dengan terbentuknya Komda Lanjut Usia di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, diharapkan akan<br />

menjadi forum kordinasi guna mempercepat penanganan kesejahteraan lansia secara terintegrasi<br />

dan terpadu antar lintas sektor. Lahirnya Komda Lansia ini merupakan amanat dari Permendagri<br />

No 60 tahun 2008 tentang Komda Lansia dan Pemberdayaan Lansia di Daerah sekaligus sebagai<br />

tekad mewujudkan kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> sebagai kabupaten peduli lansia.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 67


53. Pembentukan Komite Daerah Lanjut Usia di<br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Dipublikasi pada Sabtu, 7 Mei 2011 oleh tri ms<br />

Bertempat di ruang rapat Wakil Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Bp Slamet Diyono,<br />

SE, siang tadi, Jumat, 4/5/2011, dilaksanakan rapat perdana dalam rangka<br />

pembentukan Komite Daerah Lanjut Usia <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Peserta<br />

rapat yang hadir diantaranya dari Dinkes (Kadinkes, Kabid Binkesmas, Kasi<br />

Usila), Dinsosnaker, BPMD, PWRI, Pepabri/Veteran, PU, Bappeda, BMA,<br />

PKK, Puskesmas Curup, Puskesmas Perumnas dan RSUD. Rapat dipimpin<br />

langsung oleh Bapak Wabup.<br />

Dalam pengantarnya, Wabup mengatakan bahwa pembentukan Komda Lansia ini merupakan<br />

amanat Permendagri No 60/2008 tentang Pembentukan Komda Lansia dan Pemberdayaan<br />

Lansia. Sebagai Ketua Komda Lansia Kab RL adalah Wabup dan Ketua pelaksana Kepala<br />

Bappeda dan wakil Ketua Pelaksana Kadinkes. Sementara sebagai Sekretaris Kabid Binkesmas<br />

Dinkes dan peserta rapat yang lain duduk sebagai anggota.<br />

Meski agak terlambat, itikad dibentuknya Komda Lansia ini bertujuan membuat forum lintas<br />

sector yang tugasnya membantu Bupati dalam melakukan sinergitas kegiatan yang berkaitan<br />

dengan kesejahteraan lansia. Hal ini penting, mengingat jumlah lansia yang semakin meningkat<br />

(di RL penduduk lansia atau warga yang berusia di atas 60 tahun diperkirakan sekitar 6,43 %<br />

atau sekitar 15.817 orang). Peningkatan jumlah lansia ini terkait dengan makin baiknya usia<br />

harapan hidup (di Prop Bengkulu mencapai 67,8 tahun). Menurut Wabup, bahkan suatu saat<br />

nanti jumlah lansia di Indonesia lebih besar dibanding jumlah balita, sehingga profil piramida<br />

penduduk Indonesia bergeser dari mirip segitiga (besar di bawah) menjadi trapezium (besar di<br />

atas).<br />

Menurut Wabup, meningkatnya jumlah lansia ini, harus disikapi semua SKPD, sehingga saat<br />

membuat kebijakan harus sensitive dengan keterbatasan kemampuan lansia. Misalnya <strong>Dinas</strong> PU<br />

atau Perhubungan dalam membuat sarana transportasi/jalan, memperhatikan keselamatan dan<br />

keterbatasan lansia untuk jalan kaki, sehingga trotoar yang dibangun harus datar dan aman untuk<br />

lansia, jangan terlalu tinggi. Juga perlunya taman lansia, tempat untuk kongkow-kongkow para<br />

lansia. Sementara <strong>Dinas</strong> Sosnaker dapat melakukan bantuan social secara tepat pada lansia yang<br />

membutuhkan, didukung adanya pemberdayaan lansia oleh BPMD. Sedang <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />

membuat program Posyandu lansia, serta pelayanan kesehatan di puskesmas dengan membuat<br />

outlet pelayanan lansia secara tersendiri (perwujudan puskesmas ramah lansia). Diharapkan juga<br />

dilaksnakan di RSUD.<br />

Menghadapi Hari Ulang Tahun Lanjut Usia tanggal 29 Mei yang jatuh bertepatan dengan HUT<br />

Curup, akan diselenggarakan senam massal lanjut usila dilanjutkan dengan pengobatan gratis di<br />

lapangan Setia Negara. Acara akan dilakukan pada hari Rabu, 18 Mei 2011. Peserta lansia yang<br />

hadir berasal dari Posyandu lansia dan diperkirakan berjumlah 750 orang.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 68


54. Menyoal Peringkat IPM dan IPKM <strong>Kabupaten</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Dipublikasi pada Minggu, 3 April 2011 oleh tri ms<br />

Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk membandingkan keberhasilan pembangunan<br />

sumber daya manusia antar negara adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks<br />

Pembangunan Manusia (IPM). Indeks tersebut merupakan indikator komposit yang terdiri<br />

dari: indikator kesehatan (Umur Harapan Hidup atau UHH), pendidikan (angka melek<br />

huruf dan sekolah) serta ekonomi (pengeluaran riil per kapita). Peringkat IPM Indonesia ada<br />

di rangking 111 dari 182 negara, dengan skor 0.734 (tahun 2007), berada pada kelompok<br />

menengah negara berkembang. Daftar lengkap IPM atau HDI tahun 2007 bisa lihat di sini.<br />

Dengan mengadopsi penghitungan HDI, Indonesia juga menghitung Indeks Pembangunan<br />

Manusia (IPM) untuk propinsi dan kabupaten/kota. IPM kini sudah dipakai sebagai acuan untuk<br />

menilai keberhasilan pembangunan di level propinsi atau kabupaten/kota. Oleh karena itu<br />

prioritas pembangunan selalu diarahkan pada upaya peningkatan IPM di wilayahnya terutama<br />

pada 3 pilar : pendidikan, kesehatan dan ekonomi.<br />

IPM <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Untuk angka IPM propinsi Bengkulu skornya 72,55 berada pada peringkat 12 dari 34 propinsi.<br />

Selengkapnya IPM per propinsi yang dihitung BPS bisa dibaca web BPS. Sementara itu,<br />

berapakah IPM kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>? Dari data yang diambil dari website<br />

www.kpdt.bps.go.id skor IPM <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> 70,46 dan di Propinsi Bengkulu berada di<br />

peringkat ke 3 setelah kota Bengkulu dan kabupaten Bengkulu Selatan atau secara nasional<br />

berada di peringkat 246 dari 440 kota (kota Bengkulu ada di peringkat 17). Tabel lengkapnya<br />

bisa dilihat di sini. Dari keadaan ini, <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> masih harus meningkatkan pembiayaan<br />

dan pembenahan untuk 3 pilar yang sangat berhubungan dengan IPM, yaitu peningkatan akses<br />

pendidikan dan kesehatan dan membuat program yang berdampak langsung pada peningkatan<br />

ekonomi masyarakat dan perluasan kesempatan kerja. Bagi bidang kesehatan, meningkatkan<br />

IPM berarti harus meningkatkan UHH (Umur Harapan Hidup) atau istilah lainnya Life<br />

Expectacy (LE).<br />

IPKM <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />

Guna melihat kemajuan daerah dalam bidang kesehatan, para ahli kesehatan merumuskan adanya<br />

Indeks Pembangunan <strong>Kesehatan</strong> Masyarakat (IPKM) yaitu suatu indeks komposit terdiri<br />

dari 24 indikator kesehatan utama yang mempunyai hubungan sangat erat dengan indikator<br />

Umur Harapan Hidup (UHH) yang dihitung dalam IPM. IPKM dihitung dan dikumpulkan<br />

dari 3 survei berbasis komunitas yaitu Riset <strong>Kesehatan</strong> Dasar (Riskesdas), Survei Sosial<br />

Ekonomi Nasional (Susenas) dan Survei Potensi Desa (Podes).<br />

24 indikator IPKM yang mempengaruhi UHH tersebut adalah : prevalensi balita gizi buruk dan<br />

kurang, prevalensi balita sangat pendek dan pendek, prevalensi balita sangat kurus dan kurus,<br />

prevalensi balita gemuk, prevalensi diare, prevalensi pnemonia, prevalensi hipertensi, prevalensi<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 69


gangguan mental, prevalensi asma, prevalensi penyakit gigi dan mulut, prevalensi disabilitas,<br />

prevalensi cedera, prevalensi penyakit sendi, prevalensi ISPA, proporsi perilaku cuci tangan,<br />

proporsi merokok tiap hari, akses air bersih, akses sanitasi, cakupan persalinan oleh nakes,<br />

cakupan pemeriksaan neonatal-1, cakupan imunisasi lengkap, cakupan penimbangan balita, ratio<br />

Dokter/Puskesmas, dan ratio bidan/desa.<br />

Meskipun kab RL aktif menyelenggarakan baksos kesehatan serta mendapat predikat kabupaten<br />

sehat tahun 2007 dan 2009 (penghargaan Swasti Saba Padapa dan Wiwerda dari Menteri<br />

<strong>Kesehatan</strong>), namun ternyata kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> skor IPKM-nya 0,5032 dan berada di<br />

peringkat 228 dari 440 kabupaten atau peringkat 3 untuk Propinsi Bengkulu setelah kota<br />

Bengkulu (peringkat 46) dan kabupaten Muko-muko (peringkat 183). Namun juga perlu<br />

diketahui, jika IPKM dihitung dengan 24 variabel, predikat kabupaten sehat ada 260 variabel<br />

dan melibatkan 9 lintas sektor.<br />

Hasil IPKM terendah atau tingkat kesehatannya buruk adalah daerah Pegunungan Bintang,<br />

Papua (0,247059) dan tertinggi adalah Kota Magelang, Jateng (0,708959). Berdasar perhitungan<br />

rata-rata nilai, diperoleh batas normal IPKM yaitu 0,415987 dan daerah di bawah angka ini<br />

dikategorikan sebagai daerah bermasalah kesehatan berat/khusus (kab <strong>Lebong</strong> termasuk<br />

daerah ini).<br />

Tabel Peringkat IPKM untuk Propinsi Bengkulu Tahun 2010 (Sumber : Balitbangkes)<br />

Peringkat Kota/Kab IPKM<br />

46 Kota Bengkulu 0.630536<br />

183 Mukomuko 0.533082<br />

228 <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> 0.503246<br />

232 Kepahiang 0.501664<br />

274 Seluma 0.474829<br />

300 Bengkulu Utara 0.460517<br />

310<br />

Bengkulu<br />

Selatan<br />

0.452189<br />

315 Kaur 0.450770<br />

381 <strong>Lebong</strong> 0.407933<br />

Kenapa kabupaten RL peringkat IPKM-nya pada rangking 228? Ternyata setelah dipelajari dari<br />

24 variabel IPKM, ada 7 variabel kesehatan di kab RL yang bermasalah yaitu : prevalensi ISPA,<br />

prevalensi dengue, prevalensi penyakit mental, prevalensi hipertensi, cakupan kunjungan<br />

neonatal, cakupan imunisasi, dan cakupan penimbangan balita. Menurut informasi, data<br />

prevalensi penyakit didapat dari Riskesdas tahun 2007 dan data cakupan dari laporan. Jika 7<br />

variabel bermasalah ini bisa segera diperbaiki, ditambah dengan perbaikan mekanisme<br />

pelaporannya, maka kabupaten RL sangat optimis dalam 1 -2 tahun ini bisa masuk 100 besar<br />

peringkat IPKM.<br />

Semoga.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 70


55. Pengembangan Desa Siaga Aktif di <strong>Kabupaten</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Dipublikasi pada Kamis, 7 April 2011 oleh dian<br />

Desa Siaga adalah Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan<br />

serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan<br />

kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri<br />

Tujuan Desa Siaga :<br />

Terwujudnya masyarakat desa yang sehat serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan<br />

kesehatan di desanya.<br />

Sasaran Desa Siaga :<br />

1. Semua Individu dan Keluarga di Desa<br />

2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku Individu<br />

dan Keluarga<br />

3. Pihak – pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan,peraturan per<br />

UU,Dana,tenaga dan Sarana<br />

Kriteria Desa Siaga :<br />

Sebuah Desa telah menjadi Desa Siaga apabila Desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya<br />

sebuah Pos Kes des ( Pos <strong>Kesehatan</strong> desa )<br />

Standarnya Poskesdes tersebut dibangun pemerintah berupa sebuah bangunan yang memiliki<br />

syarat bangunan poskesdes beserta sarana dan Pra sarananya, namun bisa juga dipakai dengan<br />

memakai bangunan lama seperti bangunan polindes, Balai Desa ataupun Rumah Penduduk<br />

yang di sewa dijadikan Poskesdes ( jadi tidak kaku ) dengan penempatan 1 ( satu ) orang Bidan<br />

di desa dan di bantu minimal 2 ( dua ) orang kader desa siaga setiap harinya,(bila memungkinkan<br />

) yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di wilayah tersebut.<br />

Penyelenggaraan Desa Siaga di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dilaksanakan dengan pendekatan<br />

5 (lima ) Siaga yaitu :<br />

1. Siaga <strong>Kesehatan</strong> Ibu dan Anak<br />

2. Siaga Gizi<br />

3. Siaga Penyakit Menular<br />

4. Siaga Bencana<br />

5. Siaga Nafza<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 71


Upaya percepatan Desa Siaga di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> lebong :<br />

1. Pencanangan Desa / Kelurahan Siaga pada saat HKN Tahun 2006 dan Tahun 2007<br />

2. Surat Edaran Bupati pada camat Pembentukan Desa / Kelurahan siaga Tahun.2007<br />

3. Pembentukan Tim Pembina Desa / Kelurahan di 15 Kecamatan<br />

4. Roadshow <strong>Kesehatan</strong> ( Pengorganisasian Desa Siaga )<br />

5. Sosialisasi Dan Advokasi Lp / LS<br />

6. Penyediaan Sarana dan Pra sarana ( Poskesdes Kit, Bidan Kit dan Kendaraan roda 2 )<br />

7. Penilaian Desa Siaga Aktif Tingkat kabupaten<br />

8. Penilaian Bidan Desa Siaga Teladan Tk.<strong>Kabupaten</strong> dan Propinsi<br />

Syarat Desa Siaga di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> :<br />

1. Adanya Forum Masyarakat Desa<br />

2. Adanya Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Dasar<br />

3. Adanya UKBM ( Upaya <strong>Kesehatan</strong> Berbasis masyarakat )<br />

4. Adanya sistim surveilans ( pengamatan ) berbasis masyarakat<br />

5. Adanya Pembinaan Desa Siaga oleh Puskesmas<br />

6. Adanya sistim siaga bencana<br />

7. Adanya sistim siaga Nafza<br />

8. Pembiayaan <strong>Kesehatan</strong> berbasis masyarakat<br />

9. Mempunyai Lingkungan <strong>Sehat</strong><br />

10. Penduduk / warganya ber PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan <strong>Sehat</strong> )<br />

Strata Desa Siaga Aktif<br />

1. Pratama<br />

2. Madya<br />

3. Purnama<br />

4. Mandiri<br />

Pentahapan Desa Siaga Aktif :<br />

1. Bina<br />

2. Tumbuh<br />

3. Kembang<br />

4. Paripurna<br />

Hingga tahun 2008 sudah sekitar 156 desa yang telah dipersiapkan sebagai desa siaga.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 72


56. Baksos <strong>Kesehatan</strong> Desa Terpencil di Wilayah<br />

Lembak<br />

Dipublikasi pada Selasa, 31 Mei 2011 oleh andi<br />

Guna membantu akses pelayanan kesehatan<br />

bagi masyarakat di daerah terpencil, <strong>Dinas</strong><br />

<strong>Kesehatan</strong> dan puskesmas secara terpadu selalu<br />

mengadakan Bakti sosial pelayanan kesehatan<br />

di daerah terpencil. Saat ini terdapat 54 desa<br />

masuk dalam kategori desa terpencil,<br />

dikarenakan sulitnya akses untuk masuk ke desa<br />

tersebut.<br />

Bulan Mei 2011 ini, ada 4 (empat) desa<br />

menjadi lokasi sasaran Pelayanan <strong>Kesehatan</strong><br />

Daerah Terpencil terutama di wilayah Lembak,<br />

yaitu desa Bukit Batu Kec. PUT, desa Air Nau<br />

Kec. SBU, desa Sukakarya Kec. SBI dan desa Tanjung Gelang Kec. Kota Padang. Adapun tim<br />

kabupaten yang turun yaitu dari bidang yankesfar dengan koordinator Kabid Pelayanan<br />

<strong>Kesehatan</strong> dan Farmasi, Bapak Agung Gunawan. CP, SKM. M.Kes dan Tim Puskesmas PUT,<br />

(ke desa Suka Karya dan Bukit Batu), Puskesmas Tanjung Agung (Desa Air Nau) dan<br />

Puskesmas Kota Padang (Desa Tanjung Gelang) serta didampingi tim PKK kecamatan/desa.<br />

Adapun tujuan Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Daerah Terpencil ini adalah untuk meningkatkan cakupan<br />

pelayanan kesehatan yang dilakukan secara terpadu kepada masyarakat dimana masyarakat tidak<br />

bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara rutin setiap hari karena tidak ada fasilitas<br />

kesehatan, tidak adanya petugas kesehatan di desa dan jarak desa jauh dengan fasilitas kesehatan<br />

terdekat ditambah lagi dengan akses yang sulit terutama di musim penghujan.<br />

Kegiatan pelayanan kesehatan untuk daerah terpencil yang diberikan antara lain : Pengobatan<br />

Umum untuk semua umur, Pelayanan Ibu hamil dan KB, Penimbangan bayi dan imunisasi,<br />

Pelayanan Sunat, Penyuluhan <strong>Kesehatan</strong> dan Pemberian bahan kontak bagi masyarakat.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 73


57. Gerakan Peduli Kusta (Gerakan PELITA)<br />

Dipublikasi pada Jumat, 27 Mei 2011 oleh sri muliyanti<br />

Penyakit Kusta di Indonesia merupakan urutan 3 setelah Brazil dan India. Sementara di<br />

Indonesia, propinsi terbanyak adalah Jawa Timur, Meskipun di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dalam<br />

kurun waktu 3 tahun terakhir tidak atau belum ditemukan kasus kusta baru, namun <strong>Dinas</strong><br />

kesehatan melalui subid Pemberantasan Penyakit dan Bankes yang langsung merupakan bidang<br />

yang bersentuhan langsung dengan penyakit menular termasuk kusta tidak serta merta untuk<br />

tidak melakukan atau merencanakan kegiatan melainkan kedepan memprogramkan inovasi baru<br />

yaitu Gerakan Peduli Kusta atau Gerakan PELITA yang bertujuan untuk” Menemukan kasus<br />

Kusta sedini mungkin guna pengobatan untuk menghindari kecacatan Permanen penderita<br />

kusta “ sehingga apabila dalam kegiatan tersebut tidak ditemukan Penderita Kusta Mungkinlah<br />

kita patut berbangga diri menyatakan <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Bebas Kusta .<br />

Strategi kegiatan – kegiatan Gerakan PELITA di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> meliputi :<br />

1. Desiminasi Informasi Penyakit Kusta pada masyarakat melalui metode penyuluhan baik<br />

di Posyandu, sekolah atau dikesempatan masyarakat berkumpul,penyebaran Leatflet<br />

”Kenali Kusta sedini Mungkin ”<br />

2. Melakukan pelacakan kusta didaerah yang pernah di temukan kasus Kusta beberapa<br />

tahun yang lalu terutam kepada keluarga dan lingkungan sekitarnya.<br />

3. Case Kusta atau pemeriksaan kusta bagi anak sekolah melalui kegiatan UKS Format<br />

4. Melakukan penjaringan kepada orang –orang yang memiliki penyakit Kulit terutama<br />

Panu<br />

5. Melaporkan setiap kasus Suspect Kusta ke Subid Pemberantasan Penyakit dan Bankes<br />

<strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> Via telpon atau laporan<br />

6. Menggandakan instrumen atau ciklis Penemuan Kusta<br />

7. Tersedianya baner atau poster penyakit kusta yang dapat di baca bagi pengunjung/pasien<br />

puskesmas (Contoh dapat dilihat disubid Pemberantasan Penyakit atau di<br />

(www.dinkesrl.net )<br />

8. Pencatatan dan Pelaporan kusta dikirimkan setiap triwulan di Subid pemberantasan<br />

penyakit selambat lambatnya setiap tanggal 5 (format Laporan terlampir) meskipun tidak<br />

ditemukan kasus<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 74


58. Rapat Persiapan Penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> di<br />

tingkat Kecamatan<br />

Dipublikasi pada Kamis, 26 Mei 2011 oleh dian<br />

Rapat Persiapan penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> Tingkat Kecamatan telah dilaksanakan di salah satu<br />

titik sasaran penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> yaitu Desa Tanjung Beringin ( desa nominasi untuk<br />

sasaran penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> ) pada tanggal 26 mei 2011 bertempat di kantor balai desa<br />

Tanjung Beringin.<br />

Acara dibuka Oleh Kepala <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> yang diwakilkan oleh<br />

Kabid Bina <strong>Kesehatan</strong> Masyarakat Bapak Almaini SKP, dalam sambutannya menekankan<br />

kepada masyarakat agar pemberdayaan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan sangat<br />

dibutuhkan dalam menjalankan roda pemerintahan khususnya pelaksanaan kegiatan di desa guna<br />

mendukung kegiatan Kecamatan <strong>Sehat</strong> serta mensukseskan kegiatan <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> di<br />

<strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> lebong yang ke tiga kalinya tahun ini yang insyaallah penilaian dilakukan<br />

pada bulan juni- Juli tahun 2011 oleh Tim Pusat dari Jakarta. Selanjutnya narasumber Yudhi<br />

juga mensosialisasikan <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> kepada masyarakat sehingga masyarakat mengerti dan<br />

segera mempersiapkan diri ,dan Desa siap untuk dinilai sera dengan tegas bapak Kepala Desa<br />

Tanjung Beringin mengatakan siap dan bersedia mendukung program pemerintah khususnya<br />

penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong>.Berkenaan dengan <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> disampaikan juga materi yang<br />

lain yaitu Pengembangan Desa Siaga Aktif dan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat dengan<br />

pendekatan PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan <strong>Sehat</strong> ) oleh Pak Almaini SKP.M.Kes dan<br />

Sdri.Sridiany .<br />

Masyarakat Desa Tanjung Beringin sangat antusias mendengar materi dan sangat bangga atas<br />

terpilihnya desa mereka sebagai titik sasaran penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> dari Pusat dan berharap<br />

tahun ini <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> kembali menjadi juara ke tingkat yang lebih tinggi yaitu<br />

mencapai penghargaan Wistara tentunya ( amin yarobbal alamin )<br />

Desa sasaran lainnya untuk penilaian Kabupten <strong>Sehat</strong> :<br />

1. Kecamatan Curup Utara :<br />

Desa Tanjung Beringin<br />

Desa Suka Datang<br />

2. Kecamatan Curup Selatan :<br />

Desa Air Lanang<br />

3. Kecamatan Sindang Kelingi:<br />

Desa Mojorejo<br />

4. Kecamatan Selupu <strong>Rejang</strong> :<br />

Desa Air Duku<br />

Desa Kali Padang<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 75


59. Senam Lansia Memperingati HUT Lansia dan<br />

HUT Kota Curup<br />

Dipublikasi pada Rabu, 18 Mei 2011 oleh tri ms<br />

Bertempat di Lapangan Setia Negara, hari<br />

Rabu pagi tadi (18/05), dilangsungkan<br />

acara senam masal lansia yang diikuti<br />

sekitar 1000 orang lebih yang berasal<br />

dari Posyandu lansia di wilayah kota<br />

Curup. Acara dihadiri oleh Bp Wabup<br />

Slamet Diyono, Bp Sekda, Kepala <strong>Dinas</strong><br />

Instansi serta Camat dan kepala<br />

Puskesmas. Senam masal jantung sehat<br />

berlangsung mulai jam 08.00 dan<br />

berlangsung meriah. Instruktur senam<br />

berasal dari Yayasan Jantung <strong>Sehat</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />

Menurut Ketua Panitia kegiatan ini, Kadinkes RL, Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc, acara senam<br />

masal lansia merupakan Kegiatan HUT Lansia yang diperingati setiap tanggal 29 Mei dan<br />

bersamaan dengan HUT Kota Curup yang ke 131 dan diselenggarakan pada hari Rabu, 18 Mei<br />

2011. Hari Lanjut Usia Nasional dicanangkan secara resmi oleh Presiden Soeharto di Semarang<br />

pada 29 Mei 1996 untuk menghormati Dr KRT Radjiman Wediodiningrat yang di usia lanjutnya<br />

memimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia<br />

(BPUPKI) pada tanggal 29 Mei 1945. Tema HUT lansia tahun 2011 di RL : Mewujudkan<br />

<strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> sebagai <strong>Kabupaten</strong> Peduli Lansia. Sebagai catatan, hari Senin<br />

kemarin (16/5), telah diadakan Lomba balita sehat, yang juga sebagai perwujudan <strong>Kabupaten</strong> RL<br />

peduli balita.<br />

Lanjut usia (lansia) menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah<br />

penduduk yang berumur 60 tahun ke atas. Pada UU tersebut diamanatkan agar lanjut usia tetap<br />

dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan<br />

fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya,<br />

serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia.<br />

Berkaitan juga dalam rangka menyambut hari lansia, pada tgl 4 Mei 2011 kemarin di RL telah<br />

dibentuk Komite Daerah lanjut usia (Komda lansia) yang diketuai Bp Wabup Drs. Slamet<br />

Diyono, sebagai amanat Permendagri 60/2008 tentang Pembentukan Komda lansia dan<br />

Pemberdayaan Lansia di Propinsi/kabupaten/kota. Fungsinya adalah membantu bapak Bupati RL<br />

dalam melakukan kerjasama lintas sector dan sinergitas antar <strong>Dinas</strong>/intansi untuk kesejahteraan<br />

lansia. Meningkatnya jumlah lansia ini, harus disikapi semua <strong>Dinas</strong>/instansi, sehingga saat<br />

membuat kebijakan harus sensitif dengan keterbatasan kemampuan lansia. Misalnya <strong>Dinas</strong> PU<br />

atau Perhubungan dalam membuat sarana transportasi/jalan, memperhatikan keselamatan dan<br />

keterbatasan lansia untuk jalan kaki, sehingga trotoar yang dibangun harus datar dan aman untuk<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 76


lansia, jangan terlalu tinggi. Juga perlunya taman lansia, tempat untuk kongkow-kongkow para<br />

lansia. Sementara <strong>Dinas</strong> Sosnaker dapat melakukan bantuan social secara tepat pada lansia yang<br />

membutuhkan, didukung adanya pemberdayaan lansia oleh BPMD. Sedang <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />

membuat program Posyandu lansia, serta pelayanan kesehatan di puskesmas dengan membuat<br />

outlet pelayanan lansia secara tersendiri (perwujudan puskesmas ramah lansia). Diharapkan juga<br />

dilaksanakan di RSUD.<br />

Pemberiaan penghargaan dan doorprize<br />

Setelah acara senam selesai, dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada tokoh<br />

masyarakat yang merupakan lansia yang masih aktif berorganisasi di bidang kemasyarakatan.<br />

Mereka adalah Ketua PWRI <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Ketua Veteran/Pepabri (Bp Jambak), Ketua PMI<br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> (Bp Usman), Bapak Siran (mantan guru), Ibu Nasmah (pensiunan bidan aktif di<br />

PKK). Nama-nama lansia lain yang mendapat penghargaan adalah tokoh masyarakat seperti ibu<br />

Ainun, ibu Sumarni, ibu Kusmi Aisyah dan ibu Nurlela.<br />

Pada kesempatan tersebut juga diberikan penghargaan kepada 2 puskesmas ramah lansia, yaitu<br />

puskesmas yang telah membuka loket pelayanan khusus lansia secara tersendiri, tidak digabung<br />

dengan pasien umum lainnya. Puskesmas tersebut adalah puskesmas Curup dan Perumnas. Pada<br />

akhir acara diberikan bingkisan kepada para lansia yang usianya di atas 70 tahun dan doorprize<br />

bagi lansia yang kuponnya masuk undian. Panitia juga memberikan pelayanan pengobatan gratis<br />

bagi lansia yang dilayani oleh sekitar 15 dokter, 15 perawat dan bidan di puskesmas kota Curup<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 77


60. Dinkes dan TP-PKK Gelar Lomba Balita <strong>Sehat</strong><br />

Dipublikasi pada Selasa, 17 Mei 2011 oleh tri ms<br />

Hari Senin kemarin (16/5/2011), Lomba<br />

Balita <strong>Sehat</strong> digelar oleh <strong>Dinas</strong><br />

<strong>Kesehatan</strong> bekerjasama dengan Tim<br />

Penggerak PKK <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dengan<br />

diikuti oleh 90 balita dengan usia antara 6<br />

bulan hingga 5 tahun. Para balita tersebut<br />

digolongkan dalam 2 kategori umur yaitu<br />

6-24 bulan dan 25-59 bulan. Mereka<br />

merupakan perwakilan yang sebelumnya<br />

telah terseleksi sebagai 6 peserta terbaik<br />

dari 15 kecamatan se kabupaten <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong>. Kegiatan tersebut dilakukan<br />

dalam rangka menyambut HUT Kota<br />

Curup ke 131 dan berlangsung cukup<br />

meriah di gedung Balai Agung, Curup.<br />

Acara dihadiri oleh Bp Bupati RL, Ketua<br />

TP-PKK, Kepala <strong>Dinas</strong>/Instansi serta Camat dan Pimpinan Puskesmas.<br />

Kepala <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Drs Tri MS, Apt, DSc, mengatakan, tujuan<br />

diselenggarakan Lomba Balita <strong>Sehat</strong> dalam rangka memacu dan memotivasi orang tua agar<br />

selalu aktif membawa anaknya ke posyandu balita supaya kesehatan dan tumbuh kembang anak<br />

bisa dipantau. Hal ini berkaitan dengan kriteria penilaian lomba yang unsur penilaiannya<br />

merupakan kegiatan yang sering dilakukan di Posyandu. Adapun kriteria penilaian meliputi :<br />

proporsi tinggi badan dan berat badan, status gizi dan pemberian makanan, status anak dan ibu,<br />

kelengkapan dan ketepatan jadual imuninasi, pengetahuan ibu dalam pengasuhan anak,<br />

kesehatan umum, kesehatan gigi, dan aspek psikologi dan perkembangan motorik anak. Tim Juri<br />

terdiri dokter di puskesmas dan RSUD, dokter gigi, ahli gizi, bidan dan anggota pokja IV TP-<br />

PKK.<br />

Dari dialog Ketua TP-PKK RL dengan para orang tua balita saat pemberian doorprize, ternyata<br />

pengetahuan umum para orang tua peserta berkaitan dengan kesehatan anak sangat baik, terbukti<br />

semuanya bisa menjawab pertanyaan seperti kapan jadwal imunisasi campak, apa warna kapsul<br />

vitamin A, istilah BGM, KMS, dan ASI eksklusif dan beberapa pertanyaan lainnya. Ini<br />

menandakan bahwa masyarakat <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> sangat perhatian memantau kesehatan anaknya<br />

melalui Posyandu balita yang ada di wilayah Puskesmas sehingga mereka sudah akrab dengan<br />

istilah-istilah yang ada di Posyandu.<br />

Pemenang lomba mendapatkan hadiah berupa uang, piala dan bingkisan. Namun bagi yang tidak<br />

menang, juga mendapatkan piala, piagam dan bingkisan dari Ibu Ketua TP-PKK, sehingga<br />

seluruh peserta nampak pulang ke rumah dengan cukup bergembira, tidak ada yang kecewa.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 78


Adapun hasil lengkap Lomba Balita <strong>Sehat</strong> sebagai berikut :<br />

Pemenang kategori usia 6 – 24 bulan : Juara I : Gita dari Kecamatan Bermani Ulu, Juara 2<br />

Mualif dari Kecamatan Sindang Beliti Ilir, Juara 3 Farhan dari Kecamatan Curup Timur, Juara<br />

Harapan 1 Nadin Zulfa dari Kecamatan Curup Selatan, Juara Harapan 2 Raja RS dari<br />

Kecamatan Curup, Juara Harapan 3 Zahra Olivia dari Kecamatan Sindang Kelingi.<br />

Pemenang kategori usia 25 sampai 59 bulan : Juara I Yesica dari Kecamatan Padang Ulak<br />

Tanding, Kozairul dari Kecamatan Curup Selatan, Juara 3 M. Serbianyah dari Kecamatan Curup<br />

Tengah, Juara Harapan 1 Dini Nanda dari Kecamatan Biduriang, Juara Harapan 2 Nurun dari<br />

Kecamatan Sindang Dataran dan Juara Harapan 3 Sika dari Kecamatan Kota Padang.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 79


61. Mengatasi Gizi Buruk, Mari Gebyarkan<br />

Kembali Posyandu Balita<br />

Dipublikasi pada Selasa, 3 Mei 2011 oleh tri ms<br />

Beberapa hari ini, koran RPP dan BE, memberitakan tentang<br />

adanya balita dengan status gizi buruk dan kurang gizi,<br />

terutama yang menimpa 2 balita dari PUT dan 2 balita dari<br />

Sindang Dataran. Mereka semua dibawa ke RSUD Curup dan<br />

telah mendapatkan perawatan yang memadai. Salut untuk<br />

tenaga pengelola gizi puskesmas PUT yang telah menangani<br />

dengan baik, mengurus administrasi Jamkesdanya, merujuk<br />

dan melakukan pendampingan di RS selama dirawat serta<br />

memberikan makanan PMT (Pemberian Makanan Tambahan)<br />

selama 4 bulan paska dirawat. Semuanya gratis. Dan<br />

alhamdulilah, semua masalah gizi buruk di RL bisa ditangani<br />

dengan sebaik-baiknya, tentunya berkat dukungan semua pihak<br />

terkait, seperti puskesmas dan RSUD. (Jika mau baca laporan<br />

situasi gizi masyarakat tahun 2010, klik di sini)<br />

Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari<br />

penyakit malnutrisi energi-protein (MEP), yaitu penyakit yang<br />

diakibatkan kekurangan energi dan protein. Bergantung pada derajat kekurangan energi-protein<br />

yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. MEP ringan sering diistilahkan<br />

dengan kurang gizi. Sedangkan marasmus, kwashiorkor (sering juga diistilahkan dengan busung<br />

lapar atau HO), dan marasmik-kwashiorkor digolongkan sebagai MEP berat atau gizi buruk.<br />

Selain malnutrisi energi-protein di atas, ada juga gangguan pertumbuhan yang diistilahkan<br />

dengan gagal tumbuh. Yang dimaksud dengan gagal tumbuh adalah bayi/anak dengan<br />

pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding anak sebayanya. Untuk mudahnya,<br />

pertumbuhan anak tersebut ada di bawah kurva pertumbuhan normal.<br />

Gebyarkan Kembali Posyandu Balita<br />

Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan<br />

Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) di Posyandu. Status gizi balita dipantau<br />

dengan KMS (Kartu Menuju <strong>Sehat</strong>). KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan,<br />

perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi<br />

kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan<br />

anak dan rujukan ke Puskesmas/RS.<br />

Berat badan yang dicantumkan di KMS akan terlihat sesuai dengan pita warna yang ada,<br />

sebagian berat badan balita ada yang berada pada pita warna hijau dan juga kuning bahkan ada<br />

yang sebagian berada pada pita warna merah atau tepatnya di Bawah Garis Merah (BGM).<br />

Berat badan yang berada pada pita warna hijau selalu saja dipersepsikan dengan gizi baik,<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 80


sementara berat badan yang berada pada pita warna kuning merupakan warning (peringatan)<br />

kepada ibunya agar lebih berhati-hati jangan sampai masuk pada berat badan di BGM, karena<br />

apabila anak telah berada di BGM pada KMS, maka anak balita tersebut bisa cenderung di vonis<br />

(padahal belum tentu), mengalami gizi buruk. Status balita BGM, menjadi perhatian ibu dan<br />

petugas kesehatan agar segera bertindak, mengobservasi lebih dalam status kesehatan balita<br />

tersebut dan segera melakukan langkah intervensi.<br />

Halaman 2 KMS, garis vertikal skala BB dan garis horisontal skala umur<br />

Yang menjadi permasalahan di RL adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke<br />

posyandu secara rutin untuk menimbang berat badannya. Terutama yang di pelosok/terpencil.<br />

Di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> angka kehadiran balita ditimbang rata-rata masih di bawah 40%. Bahkan di<br />

kecamatan Binduriang, balita yang datang ke posyandu dan ditimbang masih di bawah 10%. Ini<br />

kecamatan yang paling rendah aktifitas Posyandunya. Oleh karena itu, Dinkes mengajak<br />

pimpinan puskesmas dan para camat, kades dan tokoh masyarakat serta PKK agar melakukan<br />

pemantauan posyandu serta menggalakkan keaktifannnya melalui kegiatan gebyar posyandu,<br />

dengan upaya-upaya yang inovatif dan tidak membosankan, agar orang tua dan balitanya tertarik<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 81


erkunjung ke posyandu. Dalam acara-acara baksos kesehatan yang sering dilakukan <strong>Dinas</strong><br />

<strong>Kesehatan</strong>. bahkan bapak bupati sendiri atau ibu. sering memberikan contoh bagaimana<br />

melakukan penimbangan balita dilanjutkan imunisasi. Hal ini sebaiknya juga ditiru oleh para<br />

camat/kades/lurah.Keaktifan posyandu sangat membantu dalam pelacakan adanya balita gizi<br />

buruk.<br />

Sikap Responsif, bukan Reaktif<br />

Kasus kurang gizi dan gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang<br />

sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang. Hal<br />

ini dapat terjadi karena pola asuh dan asupan makanan yang salah, seperti ibu yang sibuk bekerja<br />

di kebun/ladang atau di suatu tempat, sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan).<br />

Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6<br />

bulan dan kadang tidak hygienis (istilahnya makanan sampah atau “junk food”). Selain hal di<br />

atas, gizi buruk terjadi karena adanya penyakit infeksi, sebagaimana terjadi pada 2 balita dari<br />

PUT, yang ternyata menderita penyakit TBC (barangkali tertular dari orang tuanya, yang sedang<br />

dalam pengobatan 4 bulan dengan obat TBC). Karena penyakit atau karena asupan makanan<br />

yang kurang, dapat digambarkan seperti telur dan ayam. Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah<br />

perlu dipersoalkan, yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut.<br />

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat<br />

secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi. Masyarakat diharapkan dapat<br />

memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk, digerakkan<br />

oleh petugas gizi puskesmas melalui Posyandu. Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga<br />

yang mampu bisa menjadi orang tua asuh, mencari peluang kerja untuk orang tuanya. Sementara<br />

yang dilakukan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> bekerjasama dengan puskesmas adalah membantu memberikan<br />

PMT hingga BB anak yang bersangkutan normal dan pemberian pengetahuan kepada<br />

keluarganya bagaimana cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori<br />

dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat<br />

meningkatkan tinggi badan.<br />

Karena umumnya gizi buruk terkait dengan kemiskinan, ada baiknya instansi lain, seperti <strong>Dinas</strong><br />

Pertanian, Bazis (Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah), bagian Kesra, <strong>Dinas</strong> Sosial, serta<br />

Bappeda melalui pokja SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) dan bahkan anggota<br />

Dewan dapat terlibat membantu pemulihan dan perbaikan mereka yang menderita gangguan<br />

kurang gizi. Karena masalah kurang gizi balita, juga menyangkut image atau citra kabupaten,<br />

yang diperlukan adalah sikap responsif/tanggapnya kita semua, bukan reaktif, serta nggak<br />

usah dipolitisasi. Program kemiskinan di masing-masing SKPD yang terkesan berjalan sendirisendiri,<br />

juga sudah waktunya dilakukan terkordinir dengan sasaran dari data masyarakat miskin<br />

yang valid dan seragam, sehingga jumlah warga miskin cepat menurun secara nyata.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 82


62. Persiapan Verifikasi Penghargaan <strong>Kabupaten</strong><br />

<strong>Sehat</strong> Tahun 2011<br />

Dipublikasi pada Minggu, 1 Mei 2011 oleh tri ms<br />

Tahun 2011 ini, penilaian kabupaten sehat yang dikenal dengan<br />

penghargaan Swasti Saba, akan dilakukan oleh tim pusat kepada<br />

kabupaten di Indonesia yang berminat untuk diverifikasi. Kegiatan<br />

pemerintah pusat yang dilaksanakan setiap 2 tahun ini, bertujuan<br />

untuk mengevaluasi pencapaian kondisi kota/kabupaten yang<br />

bersih, nyaman, aman dan sehat sehingga dapat meningkatkan<br />

sarana dan produktivitas dan perekonomian masyarakat.<br />

Nampaknya untuk Propini Bengkulu, hanya <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong> yang sudah mempersiapkan diri menghadapi momentum<br />

penilaian ini, dan hari Senin (2/5/2011), melalui surat Gubernur Propinsi Bengkulu,<br />

dikirimkan permohonan verifikasi kabupaten RL kepada tim penilai pusat di Jakarta disertai<br />

dokumen-dokumen pendukungnya. Ini adalah yang ke 3 kalinya kabupaten RL ikut dalam<br />

penghargaan kabupaten sehat, dan diharapkan kategori penghargaanya meningkat, yaitu kategori<br />

atau tingkat wistara. Sebelumnya kabupaten RL telah mendapatkan penghargaan Swasti Saba<br />

oleh Menteri <strong>Kesehatan</strong> tingkat padapa (2007) dan tingkat wiwerda (tahun 2009).<br />

Perbedaan kategori penghargaan tersebut tergantung pada jumlah tatanan penilaian yang dikuti.<br />

Jika pada tingkat padapa, RL ikut pada 2 tatanan, kemudian tingkat wiwerda pada 6 tatanan dan<br />

pada verifikasi tingkat wistara ini, Pemkab <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> mengajukan 9 tatanan. Tatanan yang<br />

diajukan, diantaranya bidang Ketahanan Pangan & Gizi, Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib &<br />

Pelayanan Transportasi, Kawasan Hutan <strong>Sehat</strong>, Kawasan Pemukiman dan Sarana Prasarana<br />

Umum. Selain itu, Kehidupan Sosial yang <strong>Sehat</strong>, Kawasan Pariwisata <strong>Sehat</strong>, Kehidupan<br />

Masyarakat yang <strong>Sehat</strong> dan Mandiri, Kawasan Industri dan Perkantoran <strong>Sehat</strong>, serta Kawasan<br />

Pertambangan <strong>Sehat</strong>.<br />

Perlu diketahui bahwa penilaian kabupaten sehat lebih berfokus pada adanya proses dan upaya<br />

perbaikan kesehatan melalui partisipasi masyarakat yang terorganisir melalui Forum<br />

<strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong>, Forum Kecamatan <strong>Sehat</strong> dan Forum Desa <strong>Sehat</strong> serta dukungan sektor<br />

terkait. Karena masalah kesehatan penyebabnya sangat multi kompleks, dan mempunyai skor<br />

yang tinggi jika diselesaikan secara terpadu antara pemerintah dan masyarakat. Jadi, meski<br />

mendapatkan predikat kabupaten sehat, kasus orang sakit, masalah gizi buruk, keracunan, dll<br />

tetap terjadi, namun mendapatkan penanganan yang memadai dan ada konsepnya yang<br />

terpadu/terorganisir antara pemerintah dan masyarakat serta didukung legal aspeknya melalui<br />

regulasi di tingkat lokal/kabupaten.<br />

Dari rekapitulasi indikator kabupaten sehat yang berjumlah 260, berdasarkan self assessment<br />

yang dilakukan oleh Forum, <strong>Kabupaten</strong> RL telah memenuhi sekitar 80% atau 208 indikator pada<br />

9 tatanan. Dalam upaya percepatan pencapaiannya, pemkab telah melakukan beberapa kegiatan<br />

unggulan dan inovatif yang juga didukung oleh seluruh lintas sektor serta tim penggerak PKK<br />

RL. Kegiatan unggulan dan inovatif tersebut, diantaranya<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 83


1. Peningkatan SDM yang takwa, berbudaya dan sehat dengan prestasi olah raga (Tahun<br />

baru Islam, HUT Curup dan 17 Agustus)<br />

2. Perbaikan lingkungan dan kesehatan keluarga melalui Bedah Kampung dan Baksos<br />

<strong>Kesehatan</strong> & PKK<br />

3. Peningkatan perkantoran sehat melalui program penilaian 7 K<br />

4. Penerapan Perbup No 20/2007 tentang Kawasan Dilarang Merokok<br />

5. Gerakan menanam sejuta pohon dan persiapan Hutan Kota<br />

6. Jamkesda melalui dana APBD untuk 15000 jiwa masyarakat miskin<br />

7. Roadshow Baksos <strong>Kesehatan</strong> di daerah terpencil/sulit terjangkau<br />

8. Puskesmas Berseri (bersih, ramah, responsif dan informatif)<br />

9. Upaya Ketahanan Pangan dan Gizi<br />

10. Gerakan gemar makan ikan (Gemari) dan gerakan minum susu (Gerimis)<br />

11. Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)<br />

12. Gerakan Jumat Bersih dan 3 M<br />

13. Gerakan 3 R (Reduce, Reuse, Recycle)<br />

14. Kawasan Tertib Lalu Lintas<br />

15. Gerakan Pasar <strong>Sehat</strong><br />

Kita berharap, seluruh elemen masyarakat mendukung kegiatan unggulan ini, serta selalu<br />

disosialisasikan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga terwujudnya kabupaten<br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> yang bersih, nyaman, aman dan sehat akan cepat terwujud.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 84


63. Di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Sarana <strong>Kesehatan</strong><br />

Pemerintah Siap Melayani Jampersal<br />

Dipublikasi pada Minggu, 8 Mei 2011 oleh tri ms<br />

Hari Kamis, 4/5/2011 kemarin, Dinkes RL<br />

mengumpulkan 21 Ka puskesmas, 21 Bidkor (Bidan<br />

Kordinator) serta beberapa pejabat RSUD (Kabid, Kasi<br />

dan Kepala Ruangan, sekitar 10 orang), di Hotel Griya<br />

Anggita, dalam rangka memastikan kesiapan <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong> memberikan pelayanan jampersal dan<br />

memantapkan tata kelola rujukannya. Ini adalah<br />

pertemuan yang ke dua kalinya, dalam 2 bulan terakhir,<br />

dengan topik yang sama.<br />

Apa itu Jampersal? Apa hubungannya dengan Jamkesmas? (yang pasti gak ada hubungannya<br />

dengan Jam Gadang di Bukit Tinggi).<br />

Jampersal adalah singkatan dari Jaminan Persalinan Masyarakat, suatu program persalinan<br />

gratis bagi siapa saja ibu yang hendak melahirkan. Tempatnya harus di sarana kesehatan<br />

pemerintah, misalnya polindes, poskesdes dan puskesmas rawat inap serta RSUD (asal mau di<br />

kelas 3/bangsal Raflesia). Bisa juga di tempat praktek bidan swasta atau klinik bersalin yang<br />

menjalin kerja sama dengan Dinkes (harus membuat PKS/kontrak). Peserta Jampersal adalah<br />

masyarakat yang tidak mendapatkan Jamkesmas, Jamkesda atau tidak memiliki kartu asuransi<br />

kesehatan lain. Pesertanya juga tak mengenal batas wilayah, bahkan, jika tinggalnya di luar<br />

kabupaten atau propinsi (misalnya di Kepahiang, atau di Linggau) bisa dilayani di RL.<br />

Pokoknya sepanjang masih tinggal di Indonesia, bisa dilayani di mana saja, tanpa mengenal<br />

KTPnya, tidak memandang kaya atau miskin dan mau dirawat di kelas 3 RSUD.<br />

Kenapa persalinan digratiskan, atau tidak<br />

membayar, karena biaya persalinan akan<br />

dibayar oleh pemerintah melalui klaim ke<br />

Dinkes. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat<br />

tidak ragu-ragu lagi melakukan persalinan<br />

dengan bidan atau dokter (jika khawatir karena<br />

biayanya), sehingga angka kematian ibu atau<br />

kematian bayi bisa dicegah Di lingkungan<br />

negara Asean, angka kematian ibu di Indonesia<br />

masih tertinggi, sekitar 228 ibu meninggal tiap<br />

100.000 kelahiran. Bandingkan dengan<br />

Vietnam, 95, Malaysia 30 dan Singapura 9 ibu<br />

meninggal per 100.000 kelahiran. Berdasarkan data yang ada, ibu meninggal saat persalinan,<br />

hampir 70%, yang persalinannya dilakukan di rumah. Sementara angka absolut kematian ibu di<br />

RL, 2 orang meninggal di tahun 2010, karena persalinan dengan komplikasi dan terlambat<br />

dirujuk ke RS.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 85


Bidan Harus Tinggal di Poskesdes<br />

Data tahun 2010, rata-rata jumlah persalinan yang terjadi di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> sekitar 6.165<br />

kejadian persalinan. Dari jumlah tersebut, 86% persalinan ditolong tenaga kesehatan, sisanya<br />

dukun terlatih. Dengan adanya jampersal, diharapkan semua persalinan dilakukan di sarana<br />

kesehatan pemerintah, sehingga keselamatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi akan lebih<br />

dijamin. Masalahnya, sudah siapkah polindes, poskesdes dan puskesmas rawat inap melayani 24<br />

jam? Dari hasil pertemuan ini, ternyata dari sisi SDMnya sudah siap, hanya sebagian kecil masih<br />

berbenah dengan sarana pendukungnya.<br />

Dari 37 poskesdes yang yang ada di RL, diharapkan seluruhnya bisa melayani jampersal, bahkan<br />

sebagian sudah memberikan persalinan gratis. Sehingga bidan wajib tinggal di poskesdes, agar<br />

persalinan di luar jam kerja segera bisa ditangani. Seluruh puskesmas rawat inap (6 puskesmas)<br />

juga siap memberikan pelayanannya 24 jam. Puskesmas tersebut adalah Kota Padang, PUT,<br />

Kepala Curup, Sindang Jati, Bangun Jaya dan Air Pikat. Jika terjadi persalinan dengan penyulit<br />

dan ada komplikasi, maka ambulan puskesmas harus siap merujuk ke RSUD. Bahkan persalinan<br />

dengan operasi cesar pun dilayani gratis di RSUD, asal mau dirawat di kelas 3/bangsal Raflesia.<br />

Hingga saat ini, RSUD Curup telah melayani 52 persalinan gratis. Bagi ibu habis melahirkan,<br />

dapat langsung meminta pelayanan KB gratis, baik di poskesdes, puskesmas maupun RSUD.<br />

Alat kontrasepsi disediakan Badan KB.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 86


64. Penilaian Sekolah <strong>Sehat</strong> tingkat Nasional di 3<br />

Sekolah <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Dipublikasi pada Jumat, 24 Juni 2011 oleh tri ms<br />

Selama 2 hari, dimulai Kamis, 23/6 hingga Jumat, 24/6, tim penilai sekolah sehat dari Jakarta<br />

melakukan kunjungan ke <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> untuk memverifikasi 3 sekolah yang mewakili<br />

Propinsi Bengkulu dalam ajang Lomba Sekolah <strong>Sehat</strong>. Tim yang dipimpin oleh Bp Luluk<br />

Budiono dari Sesditjen Kemendiknas mengunjungi RL sejak Rabu malam (22/6) dengan<br />

didampingi beberapa rekannya, yaitu Erliana (Kemenkes), Sumandiyah (Kemenag), Jun<br />

Milanastuti dan Sofiudin (Kemdagri).<br />

Di hari pertama kunjungannya, tim penilai dan rombongan diterima dengan ramah oleh Bp<br />

Bupati RL, Suherman, SE, MM di tempat kerjanya, didampingi Bp Sekda Drs. Sudirman dan<br />

Kadinkes RL. Bapak bupati menyampaikan sekilas mengenai pelaksanaan pembangunan di<br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> di mana masalah infrastruktur, pendidikan dan kesehatan adalah bidang-bidang<br />

yang menjadi prioritasnya. Meski demikian, sebagai upaya peningkatan kualitas SDM, tak bisa<br />

dipungkiri bahwa aspek kesehatan yang yang harus didahulukan, karena sebagai pribadi, untuk<br />

melakukan aktivitas apapun, orang harus “sehat” terlebih dahulu, ujarnya.<br />

Adapun agenda tim penilai adalah sbb :<br />

1. Kunjungan ke Sekretariat Tim Pembina UKS <strong>Kabupaten</strong>. Tim mendengarkan paparan<br />

selayang pandang kegiatan TP-UKS oleh Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc di ruang<br />

rapat bupati dengan dihadiri anggota TP-UKS. Kemudian tim memverifikasi kelengkapan<br />

dan dokumen di sekretarian TP-UKS. Perlu diketahui bahwa kinerja TP-UKS ikut<br />

mendukung suksesnya lomba sekolah sehat, karena bobot penilaiannya 10%.<br />

2. Kunjungan ke Sekretariat Tim Pembina UKS di kecamatan, yaitu kecamatan Curup Kota<br />

dan Curup Timur. Kunjungan di 2 lokasi ini memakan waktu sekitar 30 menit, guna<br />

memverifikasi peran TP-UKS Kecamatan dalam mendukung terlaksananya kegiatan<br />

UKS di sekolah di wilayah kerjanya. Bobot penilaiannya 10%.<br />

3. Kunjungan ke 2 sekolah, yaitu SD 2 Centre dan SMAN 1 Curup Timur.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 87


65. Rapat Persiapan Penilaian <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong><br />

Tahun 2011<br />

Dipublikasi pada Senin, 13 Juni 2011 oleh tri ms<br />

Siang ini, Senin, 13/6, bertempat di ruang rapat<br />

bupati, diselenggarakan rapat dalam rangka<br />

mendiskusikan persiapan kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

guna menghadapi penilaian kabupaten sehat (atau<br />

penghargaan Swasti Saba dari Menteri <strong>Kesehatan</strong>)<br />

tingkat wistara. Rapat dipimpin oleh Kepala Bappeda,<br />

Ir. Zulkarnain, MT yang telah ditunjuk bupati sebagai<br />

Ketua Forum <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> yang baru<br />

(menggantikan Bp Tarmizi Ushuluddin), dan<br />

didampingi Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc.<br />

Peserta rapat terdiri dari Kepala <strong>Dinas</strong> yang termasuk<br />

dalam penanggung jawab 9 kawasan/tatanan yang<br />

akan dinilai dan 3 Kades yang desanya dipersiapkan untuk daerah penilaian, yaitu dari desa Air<br />

Lanang, (Curup Selatan), desa Tanjung Beringin (Curup Utara) dan desa Mojorejo (Selupu<br />

<strong>Rejang</strong>). Kemungkinan tim penilai dari Jakarta akan berkunjung ke <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> pada bulan<br />

Juli atau Agustus 2011.<br />

Mengacu pada konsep kabupaten sehat, maka pemda <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> berupaya melakukan pola<br />

pendekatan partisipatif untuk mencapai kondisi kabupaten yang bersih, aman, nyaman dan<br />

sehat bagi warganya. Hal ini dilakukan melalui upaya perbaikan kualitas lingkungan fisik, sosial<br />

dan budaya secara optimal dengan bekerjasama seluruh lintas sektor. <strong>Kabupaten</strong> sehat<br />

merupakan gerakan untuk mendorong inisiatif masyarakat (capacity building) menuju hidup<br />

sehat, terutama atas penilaian pada 9 kawasan/tatanan, yang operasionalnya dikordinasikan oleh<br />

bersinerginya antara pemerintah dan masyarakat dalam Forum <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong>, Forum<br />

Kecamatan <strong>Sehat</strong> dan Forum Desa <strong>Sehat</strong>.<br />

Dokumen dan berkas, foto dan video yang berkaitan dengan kebijakan dan kegiatan yang<br />

dilakukan di masing-masing kawasan/tatanan telah disusun dan diedit oleh tim Dinkes dan sudah<br />

diberikan kepada sekretariat penilai di Kementerian <strong>Kesehatan</strong> di Jakarta pada bulan Mei yang<br />

lalu, yang berupa 4 jilid buku. Setidaknya ini bisa menjadi bahan acuan tim penilai untuk<br />

mempelajari upaya-upaya yang dilakukan pemda <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, sebelum nanti dicek pada saat<br />

kunjungan ke lapangan. Berdasarkan penilaian sendiri (self assessment) yang dilakukan oleh<br />

Dinkes, dari 260 indikator kabupaten sehat pada 9 kawasan, setidaknya <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> telah<br />

mengupayakan pada 233 indikator, atau mencapai 86%, baik berupa pendekatan kebijakan<br />

(aturan perbup/perda/instruksi) maupun aksi nyata dalam bentuk gerakan dan kegiatan<br />

kemasyarakatan, sebagaimana bisa dilihat dalam tabel berikut :<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 88


Tabel Rekap Pemenuhan Indikator per Kawasan/Tatanan<br />

Kawasan /Tatanan Penilaian<br />

Rekapitulasi indikator<br />

Jumlah Ya/ada % ya/ada<br />

1. Kawasan pemukiman dan sarana/prasarana umum 53 48 91 %<br />

2. Kawasan sarana lalu lintas dan tertib transportasi 19 16 84 %<br />

3. Kawasan pariwisata sehat 18 15 83 %<br />

4. Kawasan industri dan perkantoran sehat 20 18 90 %<br />

5. Kawasan pertambangan sehat 16 12 75 %<br />

6. Kawasan hutan sehat 18 16 89 %<br />

7. Ketahanan pangan dan gizi 17 15 88 %<br />

8. Kehidupan masyarakat sehat yang mandiri 80 69 86 %<br />

9. Kehidupan sosial yang sehat 19 14 74 %<br />

Jumlah dipenuhi 260 223 86 %<br />

Direncanakan, ada 3 pilihan desa yang ditawarkan untuk dikunjungi tim penilai, yaitu desa Air<br />

Lanang yang telah berhasil menyelesaikan pemenuhan air bersih melalui gotong royong<br />

perpipaan, sudah 100% masyarakat BAB di jamban dan adanya program hutan kemasyarakatan.<br />

Desa berikutnya adalah Tanjung Beringin yang juga desa yang cantik penampilannya dan sudah<br />

memenuhi sendiri air bersihnya. Desa yang ke 3 adalah desa Mojorejo, yang merupakan desa<br />

sadar wisata.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 89


66. Puskesmas Sambirejo Launching Buletin<br />

Mingguan “Pesta”<br />

Dipublikasi pada Senin, 13 Juni 2011 oleh sutanto<br />

Ditengah kepadatan interaksi, beragamnya sarana informasi, serta kemudahan berkomunikasi<br />

ternyata tak serta merta membuat setiap pesan yang disampaikan menjadi semakin mudah<br />

terpahami. Bukan semata dengan khalayak ramai yang memang aslinya terdiri dari beragam<br />

individu dengan latar belakang aneka rupa, bahkan dengan sesama mitra kerja sekalipun bukan<br />

tak mungkin terdapat kesalahan dalam menyampaikan atau menerima pesan.<br />

Mengantisipasi hal tersebut, pada tanggal 13 Juni 2011 pukul 08.00 WIB bertempat dilapangan<br />

Puskesmas Sambirejo, telah dilaksanakan Launching Buletin Mingguan „PESTA‟ yang<br />

diresmikan langsung oleh Kepala UPT Puskesmas Sambirejo, Bapak Sutanto, S.Kep dan<br />

disaksikan oleh seluruh staf, Bidan desa dan Pustu serta masyarakat sekitar, sebagai salah satu<br />

program Inovasi Puskesmas Sambirejo .<br />

Satu-satunya Buletin Mingguan resmi yang diterbitkan oleh Puskesmas di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong> ini –Bahkan juga di Propinsi Bengkulu- dimaksudkan sebagai salah satu sarana dalam<br />

berbagi Informasi dan memudahkan komunikasi antara Puskesmas Sambirejo dengan semua<br />

mitra kerja dan jaringannya yang terdiri dari unsur pemerintahan dan PKK tingkat Kecamatan<br />

dan Desa/Kelurahan, Risma dan Karang Taruna, Bidan Desa dan Pustu, Sekolah baik guru<br />

maupun siswa, Kader Posyandu maupun Desa siaga serta masyarakat umum khususnya yang<br />

berada di 6 Desa/Kelurahan diwilayah kerja Puskesmas Sambirejo.<br />

Adapun nama „PESTA‟ merupakan singkatan dari Puskesmas Kita yang memiliki makna<br />

filosofi menjadikan Puskesmas Sambirejo sebagai milik bersama sehingga semua unsur yang<br />

terkait didalamnya baik secara langsung maupun tidak merasa terlibat dan ikut bertanggung<br />

jawab terhadap perkembangan Puskesmas ini, tentu sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas<br />

masing-masing.<br />

Meski terlihat sederhana, Buletin ini cukup padat dalam memberi beragam informasi yang<br />

dikemas dengan bahasa yang „renyah‟ dan mudah dimengerti. Pemilihan kata serta susunan<br />

bahasa yang digunakan redaksi membuat buletin ini terasa begitu rugi jika hanya dibaca sekali.<br />

Pada edisi perdana yang dicetak terbatas, bulletin ini mengulas aneka info seperti tips sehat, info<br />

seputar Puskesmas Sambirejo termasuk agenda dalam pekan ini, serta sebuah halaman yang<br />

berisi ruang bagi para mitra untuk memberi masukan berupa kritik, saran ataupun pertanyaan<br />

seputar masalah kesehatan maupun pelayanan dan program kesehatan Puskesmas Sambirejo<br />

melalui sms ke nomor 085267636299.<br />

Bagi Puskesmas Sambirejo sendiri, launching Buletin „PESTA‟ ini hanyalah salah satu dari<br />

rangkaian program inovasi dari Puskesmas yang memang memiliki motto “Terus berinovasi<br />

demi bakti pada negeri” yang terus dilakukan dalam beberapa waktu terakhir, adapun beberapa<br />

program inovatif lain yang juga telah dilakukan oleh diantaranya:<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 90


1. Program Kemitraan yang diawali dengan kemitraan antara seluruh Bidan dan dukun bayi<br />

diwilayah Puskesmas Sambirejo, selanjutnya program ini terus berkembang dengan unsur<br />

kemitraan yang lebih luas dengan melibatkan pengobat tradisional, dukun, paranormal,<br />

serta organisasi yang terdapat dimasyarakat seperti Risma (Remaja Islam Masjid)<br />

Kecamatan Selupu <strong>Rejang</strong>, Panti Asuhan Anak Sholeh, Sekolah baik SD maupun SMP,<br />

Kelompok Tani bahkan juga Tim Penggerak PKK baik tingkat Kecamatan maupun Desa.<br />

2. Perubahan tampilan fisik Puskesmas yang dulu identik dengan warna putih, sejak awal<br />

tahun ini Puskesmas Sambirejo tampil dengan warna „berani‟, hijau diluar dan kuning<br />

didalam. Tak hanya itu, untuk meningkatkan pelayanan pada klien, begitu memasuki<br />

Puskesmas Sambirejo kita dibawa seakan berada di didalam sebuah bank nasional<br />

terkemuka! Ini karena tampilan ruang pendaftaran yang telah dibuat sedemikian rupa<br />

disamping resepsionis yang ramah dan full senyum, sampai ada yang khawatir jika ada<br />

Malinda Dee disini!<br />

3. Untuk meningkatkan Kedisiplinan Pegawai dan Staf Puskesmas Sambirejo, sejak tanggal<br />

2 Mei 2011, sembari memperingati hari pendidikan nasional, telah diadakan sebuah<br />

perubahan yang cukup bersejarah bagi Puskesmas ini, yaitu bahwa sejak pertama berdiri<br />

akhirnya Puskesmas Sambirejo resmi melakukan apel pagi dan siang secara rutin dan<br />

kontinyu setiap hari. Bisa jadi hal ini juga akan menjadi catatan sejarah bagi <strong>Kabupaten</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> bahwa inilah satu-satunya Puskesmas yang bukan dikota tapi terbukti<br />

bisa apel pagi dan siang sekaligus!<br />

Pada akhirnya, adalah sebuah keniscayaan bahwa setiap perubahan itu pastinya membawa tak<br />

hanya dampak positif saja, tetap terbuka peluang untuk kemungkinan lain, karenanya evaluasi<br />

dan instropeksi diri adalah 2 hal yang tak boleh terabaikan. Begitupun hal tersebut mestinya<br />

tidak menyurutkan semangat berkreativitas kita, ada sebuah istilah klasik yang menyebutkan<br />

„untuk menjadi lebih baik kita harus harus ada perubahan, walaupun tidak semua perubahan<br />

itu akan membuat kita menjadi lebih baik‟. Jika dikemudian waktu ditemukan begitu banyak<br />

kelemahan atau kekurangan disini, bisa jadi kritik dan saran anda akan menjadi solusi paling<br />

mumpuni.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 91


67. Bimtek Terpadu : Sambung Rasa dengan<br />

Karyawan Puskesmas<br />

Dipublikasi pada Jumat, 17 Juni 2011 oleh tri ms<br />

Minggu ini ada 4 puskesmas luar<br />

kota yang kami kunjungi, yaitu<br />

puskesmas Kota Padang dan<br />

Sindang Beliti Ilir (dikunjungi<br />

Senin, 13/6) dan puskesmas<br />

Sindang Jati dan Sindang<br />

Dataran (dikunjungi Kamis, 16/6).<br />

Minggu sebelumnya, kami<br />

mengunjungi puskesmas di<br />

wilayah dekat kota, yaitu<br />

puskesmas Simpang Nangka, kecamatan Selupu <strong>Rejang</strong>. Berhubung ada beberapa agenda<br />

pertemuan di pemda, mohon maaf jika kedatangan tim ke puskesmas sudah agak siang (di atas<br />

jam 12). Bahkan di puskesmas SBI dan Sindang Dataran pertemuan dengan karyawan<br />

dilakukan di atas jam 14.00. Namun sekali-kali ya dimaklumi, karena perjalanan ke lokasi<br />

setidaknya membutuhkan waktu 1 jam lebih, dan bagi karyawan puskesmas pulang agak sore<br />

sekali waktu mestinya tidak menjadi persoalan.<br />

Karena jadwal kunjungan sudah diberitahukan sebelumnya, maka hampir seluruh puskesmas<br />

yang dikunjungi, karyawannya sudah menunggu dan bahkan mempersiapkan konsumsinya<br />

dengan luar biasa, setidaknya tidak seperti hari-hari biasa. Berikut ini beberapa catatan terkait<br />

dengan dialog tim dengan karyawan puskesmas.<br />

Masalah absensi dan kehadiran karyawan puskesmas : dari 5 puskesmas yang dikunjungi,<br />

ternyata tidak melaksanakan apel pagi dan siang. Kecuali puskesmas Kota Padang yang jam<br />

pelayanannya buka 24 jam (puskesmas rawat inap), 4 puskesmas lainnya, karyawan masuk jam 8<br />

lebih dan pulang kurang dari jam 1 siang. Beberapa karyawan, lebih sibuk dengan pelayanan di<br />

rumahnya, padahal dia seorang PNS. Ini harus segera diperbaiki. Kapus, KTU dan karyawan<br />

harus berkomitmen bahwa kehadiran lebih pagi dan pulang lebih siang dipuskesmas sangat<br />

penting (standarnya masuk jam 07.30 dan pulang jam 14.00). Satpol PP yang ada (seperti di<br />

Simpang Nangka) harus bisa membantu menegakkan disiplin kehadiran karyawan, dan<br />

melaporkan absensi karyawan ke Dinkes.<br />

Masalah pelayanan pasien : pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat nampak dari jumlah<br />

kunjungan pasien ke puskesmas. Rata-rata kunjungan pasien di 5 puskesmas yang kami kunjungi<br />

kurang dari 10 orang per hari. Hal ini sangat memprihatinkan. Masyarakat yang sakit lebih<br />

memilih ke pelayanan swasta, atau mengunjungi karyawan puskesmas yang praktek pada sore<br />

hari. Sia-sia pemerintah membangun megah puskesmas, yang harus bersaing dengan pelayanan<br />

pribadi (di luar jam kerja) petugas puskesmas.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 92


Sepertinya, di puskesmas Simpang Nangka harus ada terobosan agar masyarakat tertarik<br />

mengunjungi puskesmasnya, bukan ke rumah petugasnya!. Standar Depkes agar 1 nakes<br />

melayani 5 pasien sangat jauh terpenuhi, bahkan sebaliknya, di Simpang Nangka 5 nakes<br />

melayani 1 pasien. Terlalu banyak nakes yang bertugas di Simpang Nangka (sekitar 30 an<br />

orang), dan tidak ada yang mau menempati rumah dinas (ada 4 rumah dinas di samping<br />

puskesmas). Solusinya, harus membuat kegiatan inovatif, jemput bola, dan bilamana perlu jam<br />

pelayanan dibuka sampe sore hari, dan ada shift/piket petugas. Rumah dinas dimodifikasi jadi<br />

tempat pelayanan Jampersal dan pelayanan-pelayanan inovatif lainnya.<br />

Di sisi lain, problem puskesmas di luar kota Curup, adalah terbatasnya jumlah petugas. Di SBI,<br />

Kota Padang, Sindang Jati dan Sindang Dataran, yang lokasinya sekitar 1 jam perjalanan dari<br />

kota Curup, jumlah karyawannya di bawah 20 orang, dan yang jadi persoalan tidak ada perawat<br />

gigi, analis dan petugas kesling. Sebenarnya, awalnya petugasnya sudah ada, namun dengan<br />

“berbagai upaya”, petugas yang bersangkutan bisa pindah ke puskesmas perkotaan. Dokternya<br />

di 4 puskesmas tersebut (3 PTT dan 1 PNS) dan beberapa petugas tinggal di kota Curup, dan<br />

kehadirannya ke puskesmas tidak penuh 6 hari. Meski demikian, pelayanan yang cukup kreatif<br />

dilakukan di Kota Padang, yaitu ada program jemput pasien dengan mobil puslingnya, agar<br />

melahirkan di puskesmas dengan pelayanan gratis (dijamin Jampersal). Kami sangat salut dan<br />

mengapresiasi kepada petugas puskesmas yang sejak diterimanya SK CPNS hingga kini (bahkan<br />

ada yang sudah 20 tahun, meski bukan penduduk asli), tetap mengabdi di puskesmas luar kota.<br />

Terkait dengan pelayanan di puskesmas luar kota, obat-obat emergensi dasar seperti VAR, ATS<br />

dan ABU (Anti Bisa Ular) diusulkan agar memadai stoknya, dan kalau ada kedaruratan tidak<br />

perlu mengambil di Instalasi Farmasi. Ketersediaan air masih menjadi masalah di puskesmas SBI<br />

dan Sindang Dataran, selama ini hanya memanfaatkan penampungan air hujan. Proyek perpipaan<br />

air bersih melalui CWSHP belum menjangkau puskesmas. Sementara di puskesmas Kota Padang<br />

banyak peralatan yang menumpuk, sehingga beberapa alat resusitasi untuk bantuan pernafasan<br />

(bantuan dari Dinkes Propinsi) dan insenerator akan direlokasi ke puskesmas Curup.<br />

Dari kunjungan bintek ini, diharapkan ada spirit perubahan pada tingkat manajerial (Ka<br />

puskesmas dan KTUnya), sehingga menjadi motor penggerak untuk perbaikan citra puskesmas<br />

yang BERSERI (Bersih, Ramah, Responsif, Informatif). Masukan-masukan yang telah<br />

disampaikan dalam bintek ini akan ditindaklanjuti oleh bidang terkait.<br />

Banyaknya durian yang dijual di pinggir jalan di wilayah Lembak, membuat kunjungan bintek<br />

ini sangat enjoy, rekan-rekan puskesmas telah memilih durian yang terbaik untuk oleh-oleh<br />

kunjungan kami. Trims, semoga silaturahmi ini bermanfaat bagi kita semua.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 93


68. Rabies Center Air Bang Launching “Peneng”<br />

(Penanda divaksin)<br />

Dipublikasi pada Sabtu, 25 Juni 2011 oleh sri muliyanti<br />

Kelurahan Air Bang Kecamatan Curup Tengah tanggal 20 Juni<br />

2011 melaksanakan Pertemuan sosialisasi kasus Gigitan Hewan<br />

Penular rabies yang dihadiri oleh 40 orang peserta yang terdiri dari<br />

seluruh perangkat RT dan RW serta dari <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> diwakili<br />

oleh Ka.Subid Pemberantasan Penyakit Syamsir.SKM.MKM dan<br />

Puskesmas Perumnas oleh Petugas Rabies Puskesmas ibu bidan<br />

Sani dan perwakilan dari kecamatan Kasie Kesra yang langsung<br />

dibuka oleh Ka.kelurahan Air Bang Syamun Siregar.<br />

Pertemuan tersebut dilatar belakangi dengan tingginya kasus gigitan hewan penular rabies<br />

terutama anjing. Untuk itulah masyarakat Kelurahan Air Bang berinisiatif membentuk Rabies<br />

Center Air Bang dengan ketuanya Bapak SUPONO<br />

Adapun agenda kegiatan meliputi :<br />

1. Pendataan semua Hewan penularRabies di Kelurahan Air Bang<br />

2. Vaksinasi masal setelah pelaksanaan pendataan HPR<br />

3. Memberikan Peneng /tanda bagi anjing yang di vaksin<br />

4. Mengusulkan Eliminasi / pemusnaan anjing liar kepeternakan<br />

5. Membuat Perdes tentang tata pemeliharaan HPR ( Hewan Penular Rabies) di<br />

Kelurahan Air Bang<br />

Selanjutbya kedepan Rabies Center Kelurahan Air Bang tidak hanya bergerak dalam<br />

penanganan kasus rabies melainkan akan dikembangkan menjadi Rabies Center plus (dengan<br />

tambahan eliminasi Flu Burung). Sehingga bermasalahan penyakit menular terutama rabies dan<br />

flu burung dapat dilaksanakan secara terpadu dengan memberdayakan masyarakat sendiri<br />

sehingga bersama kita atasi penyaki menular bukan sebagai selogan melainkan dapat terealisasi<br />

di kelurahan Air Bang .<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 94


69. Press Release Bupati pada Peringatan HTTS<br />

Dipublikasi pada Rabu, 1 Juni 2011 oleh tri ms<br />

Setiap tanggal 31 Mei, seluruh dunia<br />

memperingati World No Tobacco Day<br />

atau Hari Tanpa Tembakau Sedunia<br />

(HTTS), sebagai upaya mengurangi<br />

konsumsi tembakau demi peningkatan<br />

kesehatan manusia. Ya, menurut WHO,<br />

rokok telah menjadi ancaman serius bagi<br />

resiko gangguan kesehatan, terutama<br />

kanker paru, gangguan reproduksi dan<br />

penyebab kematian no 1 karena sakit<br />

jantung. Di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, tanggal 31<br />

Mei diperingati dengan cara sejumlah<br />

karyawan Dinkes keliling kota Curup<br />

mengajak agar tanggal 31 Mei tidak ada<br />

aktifitas merokok. Kemudian, bertempat di ruang rapat bupati, dilakukan keterangan pers Bupati<br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dengan didampingi ketua DPRD, Sekda dan Kadinkes, terkait kebijakan<br />

Kawasan Dilarang Merokok di RL. Dilanjutkan dengan penandatanganan plakat komitmen<br />

untuk mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di seluruh perkantoran, terutama di 7<br />

Kawasan Dilarang Merokok, sebagaimana yang tercantum di Perbup No 20/2007.<br />

Hadir pada acara tersebut rekan-rekan wartawan dari Bengkulu Ekspress (Okta dan Rizal),<br />

Rakyat Bengkulu (Zoel), TVRI (Hasan Basri), Radar Pat Petulai (Iman), Radar Bengkulu<br />

Utara (Sanca), dan Linggau Pos (Samsul Muarif). Juga hadir Direktur RSUD, Ka<br />

Badan/Instansi, Kepala Sekolah, Ketua MUI dan para mahasiswa Akper. Setelah keterangan pers<br />

Bupati, dilanjutkan dengan tanya jawab. Beberapa wartawan menanyakan tentang sangsi bagi<br />

mereka yang melanggar perbup No 20/2007, dan dijawab pak Bupati kepada pegawai yang<br />

merokok di KTR akan dikenakan teguran. Berkaitan dengan adanya baliho rokok di tengah kota,<br />

nantinya akan dirapatkan agar bisa diletakan di luar kota. Di pintu masuk pemda nantinya akan<br />

dipasang tulisan “Anda memasuki Kawasan Dilarang Merokok”. Jawaban-jawaban Bupati<br />

terhadap beberapa pertanyaan, menunjukkan komitmennya guna mewujudkan KTR di seluruh<br />

perkantoran dan sekolah di RL. Acara dilanjutkan dengan penandatanganan plakat komitmen,<br />

dimulai Bupati dan Ketua DPRD, dilanjutkan dengan pejabat yang hadir. Kemudian dibantu<br />

mahasiswa Akper, plakat tersebut dibawa ke ruang pejabat dan anggota DPRD, agar mereka mau<br />

menandatangani komitmen tersebut.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 95


Bupati didampingi Ketua DPRD menandatangani plakat komitmen mewujudkan Kawasan Tanpa<br />

rokok (KTR) di pemda <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dan DPRD.<br />

Berikut ini keterangan pers Bupati secara lengkap :<br />

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh,<br />

Yang saya hormati<br />

Ketua DPRD <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dan pejabat di lingkungan pemda RL<br />

Rekan-rekan wartawan se kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Puji syukur senantiasa tak putus-putusnya kita panjatkan ke hadirat allah swt, karena hanya<br />

dengan rahmat dan hidayah-nya, telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada kita semua<br />

dalam rangka menyambut HARI TANPA TEMBAKAU SEDUNIA yang jatuh pada hari selasa,<br />

tanggal 31 mei 2011.<br />

Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah pada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW<br />

beserta, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.<br />

Rekan-rekan pers yang saya hormati,<br />

<strong>Kesehatan</strong> merupakan karunia Tuhan yang sangat berharga dan merupakan hak dasar manusia,<br />

serta salah satu dari tiga faktor utama yang menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)<br />

bersama pendidikan dan pendapatan. Sabda Nabi : jagalah sehatmu, sebelum jatuh sakitmu,<br />

sangat relevan dengan yang kita bicarakan pada hari ini, di mana mencegah lebih baik sebelum<br />

kita terjerumus kepada keadaan yang lebih merugikan kita semua. Saya sampaikan hal ini,<br />

karena saya sangat prihatin dengan tingginya jumlah perokok di Indonesia.<br />

Situasi perokok di Indonesia, memang sangat memprihatinkan. Di negeri ini produsen<br />

mengeksploitasi potensi adiksi atau ketergantungan pada rokok dan memanipulasi kesadaran<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 96


publik dengan berbagai cara seakan-akan merokok itu aman. Namun, kita juga mengakui bahwa<br />

pemerintah masih kurang gencar melakukan sesuatu yang berarti untuk menekan laju<br />

pertambahan perokok. Meski pemerintah kita termasuk dari 192 negara yang sudah menyepakati<br />

Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), dan mengadopsinya dalam peraturan<br />

pemerintah no 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, namun belum ada<br />

kebijakan pemerintah yang signifikan dalam mengurangi jumlah perokok.<br />

Keprihatinan kita sangat beralasan, karena Indonesia menempati posisi kelima di dunia dalam<br />

jumlah konsumsi rokok dengan jumlah 215 miliar batang. Sebanyak 31,4 persen atau 62.800.000<br />

orang dari penduduk indonesia merokok. Sementara, berdasarkan survei kesehatan rumah tangga<br />

(SKRT) 63 persen laki-laki perokok dan 5 persen perempuan perokok.<br />

Jumlah perokok pun terus meningkat. Berdasarkan survei sosial ekonomi nasional (susenas),<br />

pada 2003 persentase jumlah penduduk indonesia yang merokok 32 persen dan pada 2004<br />

menjadi 34,5 persen, dan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat menjadi 38,6 %. Sementara di<br />

negara maju jumlah perokok semakin menurun. Sekalipun rokok mengandung 4.000 jenis bahan<br />

kimia yang bisa menimbulkan 25 jenis penyakit terkait dengan jantung, paru, gangguan<br />

kehamilan, serta berdampak pada sistem reproduksi perempuan dan laki-laki, namun upaya yang<br />

ada saat ini untuk menekan laju pertambahan perokok tak kuasa menahan gebrakan dan strategi<br />

yang diluncurkan produsen rokok untuk tetap merokok dan memunculkan perokok baru.<br />

Situasinya bahkan semakin rumit dengan adanya strategi persuasif yang dikendalikan industri<br />

rokok dan industri iklan serta pendekatan reedukatif yang diciptakan oleh industri rokok untuk<br />

membentuk citra di tengah masyarakat bahwa industri rokok adalah industri yang murah hati<br />

melalui berbagai sponsor (sponsor olahraga, sponsor musik, dll). Kebiasaan merokok juga<br />

menjadi ”madu” bagi pemerintah, di mana pendapatan cukai rokok (2009) 49 triliun, belum di<br />

sektor pertanian dan tenaga kerja. Namun menurut seorang pakar kesehatan, biaya kesehatan<br />

akibat merokok yang ditanggung pemerintah dan masyarakat 2 kali lipatnya atau sekitar 98<br />

triliun.<br />

Di sisi lain, kita merasa gelisah dengan kondisi yang terjadi, khususnya pada masyarakat yang<br />

tidak mampu, di mana sebagian besar penghasilan habis terpakai untuk membeli rokok. Seorang<br />

perokok yang berpenghasilan Rp 50.000 sehari bisa menghabiskan Rp 20.000 atau lebih untuk<br />

rokok. Sisanya untuk membeli makanan bagi anak dan istri. Hal semacam ini yang justru<br />

membuat anak-anak balita kekurangan gizi, dan banyak anak putus sekolah. Sesungguhnya,<br />

rokok tak berbeda dengan narkotika. Bila sudah kenal tembakau atau rokok biasanya susah untuk<br />

berhenti untuk tidak menghisapnya lagi, sama seperti kecanduan ganja atau morpin. Coba<br />

perhatikan kalau lagi tidak merokok, secara fisiologis badan meriang dan tidak nyaman, ini mirip<br />

gejala putus obat atau abstinensi atau ”sakau” pada pecandu narkotika yang mana secara<br />

fisiologis tubuhnya perlu narkotika<br />

Menurut WHO, seandainya 2/3 dari yang dibelanjakan dunia untuk membeli rokok digunakan<br />

untuk kepentingan kesehatan, makanan dan pendidikan, niscaya bisa memenuhi kesejahteraan<br />

manusia di muka bumi. Anak-anak kita akan lebih bergizi dan berpendidikan lebih baik, kalau<br />

orang tuanya tidak merokok.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 97


Rekan-rekan wartawan yang berbahagia<br />

Berangkat dari pemikiran seperti yang saya kemukakan tadi, pemda <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> berniat<br />

untuk mengurangi atau menekan jumlah perokok di daerah kita, meski baru sebatas membatasi<br />

kawasan untuk merokok. Kawasan tanpa rokok diperlukan sebagai usaha mengurangi dampak<br />

polusi rokok bagi mereka yang tidak merokok . Ini paling tidak untuk membatasi atau<br />

mengurangi jumlah perokok, sebagaimana tertulis pada pasal 22 PP nomor 19 tahun 2003<br />

tentang pengamanan rokok bagi kesehatan. Sementara pada pasal 25 dari PP tersebut<br />

menyebutkan agar pemerintah daerah wajib mewujudkan kawasan tanpa rokok sebagaimana<br />

dimaksud dalam pasal 22, di wilayahnya.<br />

Atas dasar pasal 25 inilah maka pemda <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> mulai memelopori adanya kawasan<br />

tanpa asap rokok di wilayah <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> sehingga pada tahun 2007 telah dibuat :<br />

Peraturan bupati RL no 20 tentang kawasan tidak merokok di RL tahun 2007<br />

Tujuan dari peraturan ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang<br />

disebabkan merokok dan menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula serta<br />

meningkatkan produktivitas kerja yang optimal<br />

Untuk sementara yang menjadi target pelaksanaan kawasan tanpa rokok dimulai di 7 tempat<br />

ruangan tertutup (indoor building) di<br />

1. Pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah sakit, dan sarana kesehatan lainnya),<br />

2. Tempat proses belajar mengajar (sekolah)<br />

3. Tempat kerja (kantor pemerintah dan swasta).<br />

4. Arena bermain anak-anak (paud/tk)<br />

5. Di angkutan umum<br />

6. Tempat-tempat umum (terminal, restoran, arena perdagangan)<br />

7. Tempat ibadah.<br />

Setelah berjalan selama 4 tahun, ternyata Peraturan Bupati No 20 tahun 2007 ini tidak dapat<br />

berjalan dengan baik, tanpa komitmen/dukungan dari semua lapisan masyarakat, khususnya kita<br />

semua yang sempat hadir pada acara hari ini. Oleh karenanya pada hari ini, seluruh pejabat di<br />

lingkungan pemda serta anggota dewan menanda tangani komimen untuk mewujudkan<br />

Kawasan Tanpa Rokok (KTR), terutama di lingkungan perkantoran. Merokok tidak kita<br />

larang, sepanjang tidak di kawasan dilarang merokok di dalam ruangan tertutup.<br />

Demikian keterangan pers saya dalam rangka menyambut hari tanpa tembakau sedunia tanggal<br />

31 Mei 2011.Wabillahitaufik walhidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.<br />

Curup, 31 Mei 2011<br />

Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Suherman, SE, MM<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 98


Liputan Keterangan Pers Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> pada Saat Hari Tanpa tembakau Sedunia, 31<br />

Mei 2011<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 99


70. Program Dinkes Membantu Sarana Air Bersih<br />

untuk 43 Desa di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Dipublikasi pada Minggu, 3 Juli 2011 oleh tri ms<br />

CWSHP (Community Water Services<br />

and Health Project) merupakan<br />

kegiatan kemitraan antara Dinkes RL<br />

dan masyarakat yang dilaksanakan<br />

secara lintas sektor dan lintas program.<br />

Kegiatan yang dalam pendanaannya<br />

dibantu dari ADB (Asian Development<br />

Bank) ini, dalam pelaksanaannya<br />

mengedepankan pemberdayaan<br />

masyarakat, dan melibatkan<br />

masyarakat sejak pengambilan<br />

keputusan, perencanaan, pelaksanaan,<br />

pengawasan, pengoperasian, dan<br />

monitoring-evaluasi. Di kabupaten<br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> CWSHP sudah mulai<br />

dilaksanakan sejak tahun 2008, dan<br />

hingga kini (2011) telah melaksanakan kegiatan peningkatan akses masyarakat terhadap air<br />

bersih dan sanitasi dasar di 43 desa dari targetnya 46 desa.<br />

43 desa yang mendapatkan pembiayaan air bersih dengan dana sekitar 250 juta per desa tersebut<br />

tidak dilaksanakan secara serentak, namun bertahap. Hal ini karena pelaksanaannya memerlukan<br />

beberapa tahap dari sosialisasi, pembentukan tim kerja, perencanaan dan pemeliharaan paska<br />

proyek, sehingga perlu pengorganisasian di tingkat masyarakat, dengan dibantu konsultan desa<br />

(namanya CF, atau Community Fasilitator). Dari total 43 desa tersebut, tahun 2008 bisa<br />

diselesaikan 4 desa, tahun 2009 diselesaikan 5 desa, 2010 meningkat menjadi 14 desa dan pada<br />

tahun 2011 digarap pada 16 desa. Pemilihan desa yang mendapat kegiatan CWSHP dilakukan<br />

berdasarkan survei di mana di desa tersebut tersedia sumber air yang layak untuk dimanfaatkan<br />

oleh seluruh warga desa. Juga adanya kesanggupan masyarakat untuk berkontribusi dalam hal<br />

biaya (4% dari jumlah dana) serta mau bergotong royong untuk pengerjannya. Dengan adanya<br />

dana kontribusi dari masyarakat tersebut, diharapkan masyarakat ikut merasa memiliki fasilitas<br />

sarana air bersih tersebut, sehingga jika ada kerusakan akan menjadi tanggung jawab bersama.<br />

Umumnya yang dikerjakan dari kegiatan CWSHP terkait dengan air bersih adalah pemasangan<br />

perpipaan dari suatu sumber mata air, kemudian dialirkan ke beberapa bak penampungan yang<br />

dibuat keran umum atau hidran umum. Di samping itu juga di beberapa sekolah lokasi desa<br />

CWSHP dibuat bak sampah, tempat cuci tangan, WC sekolah, WC masjid dan sarana sanitasi<br />

lainnya. Jika di desa tidak tersedia mata air, maka dibuat sumur gali, sebagaimana di desa<br />

Tanjung Sanai, yang dibangun 36 sumur gali untuk sarana air bersih desa tersebut.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 100


Setelah pengerjaan perpipaan selesai, maka pengelolaan selanjutnya dikerjakan oleh Badan<br />

Pemelihara Sarana (BPS) yang dibentuk oleh desa, yang diharapkan bisa mengorganisir<br />

pendistribusian air bersih dan pemeliharaanya, layaknya PDAM. BPS ini dibolehkan mengelola<br />

iuran masyarakat yang memanfaatkan air bersih, dan dananya untuk pengembangan dan<br />

perawatan jaringan. Dengan adanya air bersih tersedia di rumah, diharapkan kebiasaan<br />

masyarakat BAB di sungai tidak ada lagi, dan masyarakat terpacu untuk membuat jamban sehat<br />

di rumah. Sehingga adanya kegiatan CWSHP akan meningkatkan kepemilikan jamban sehat di<br />

desa, dan menurunkan insiden penyakit karena masalah lingkungan, seperti diare, kecacingan,<br />

penyakit kulit, dan penyakit perut lainnya.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 101


71. Rabies Center Air Bang Melaksanakan<br />

Vaksinasi Anti Rabies bagi HPR<br />

Dipublikasi pada Minggu, 10 Juli 2011 oleh sri muliyanti<br />

Rabies Center Air Bang Kecamatan Curup Tengah tanggal 8<br />

juli 2011 pada Pukul 14 s/16 Wib ( sore ) yang diketuai<br />

Supono ,melaksanakan Vaksinasis Anti Rabies bagi seluruh<br />

Pemilik Hewan Penular rabies terutama Anjing, Kegiatan ini<br />

kerjasama antara Masyarakat dan Puskesmas Perumnas serta<br />

<strong>Dinas</strong> Peternakan Kab.<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> yang dilaksankan di<br />

Kelurahan Air Bang.<br />

Kegiatan ini merupakan agenda kegiatan rabies Center<br />

Kelurahan Air Bang yang bertujuan Memberi kekebalan<br />

terhadap semua Hewan Penular rabies terutama Anjing di<br />

Kelurahan Air Bang guna terhindar dari penyakit Rabies<br />

Kegiatan ini disambut baik oleh masyarakat dengan terbukti banyaknya anjing yang terjaring<br />

dan mendapatkan vaksin sebabyak 112 ekor dan adanya dukungan dari Ka kelurahan Rizkan<br />

Syamun dan perangkatnya yang mengikuti pelaksanaan kegiatan sampai dengan selesai.<br />

Adik- adik KKN – UNIB pun turut serta membantu petugas Pelaksana vaksin dengan melakukan<br />

Pencatatan dan membantu penyematan Peneng atau penanda Vaksin bagi setiap anjing yang<br />

telah di vaksin tak lupa juga petugas Puskesmas Rosani SKM yang dengan kesabarannya<br />

membimbing adik – adik KKN Unib memberikan penjelasan tentang apa apa yang harus<br />

dikerjakan.<br />

Dukungan secara spontan dilakukan pula oleh<br />

Ka.UPT Puskesmas Simpang Nangka Abdul<br />

Raup SKM yang pada waktu pelaksanaan<br />

melintas di Kelurahan Air Bang . Dengan<br />

Keiklasan nya mengajak pengurus rabies Center<br />

berkeliling Air Bang dengan Pusling yang<br />

dikendarainya untuk melakukan pemberitahuan<br />

dan ajakan kepada masyarakat untuk segera ke<br />

Kantor Lurah Air Bang, untuk mengikuti<br />

kegiatan Vaksinasi dan alhasil setelah<br />

pemberitahuan tersebut manyarakatpun<br />

berbondong – bondong membawa anjing ke<br />

Balai Desa Suatu strategi baru yang bisa<br />

dikembangkan untuk kegiatan rabies Center selanjutnya.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 102


72. Serunya Outbound Puskesmas Curup dan<br />

Perumnas<br />

Dipublikasi pada Selasa, 19 Juli 2011 oleh tri ms<br />

Sebagaimana telah menjadi komitmen<br />

Kadinkes RL, Drs Tri MS, Apt, DSc, tahun<br />

ini beberapa puskesmas akan didorong untuk<br />

menjadi rintisan puskesmas berstandar<br />

internasional, menuju pelayanan yang berseri<br />

(bersih, ramah, responsif dan informatif).<br />

Salah satu bentuknya adalah merubah<br />

mindset petugas/karyawan menjadi PNS yang<br />

berkualitas, kompak, penuh dedikasi dan<br />

berkepribadian menarik, yang dengan senang<br />

hati melayani masyarakat di bidang<br />

kesehatan. Salah satu terobosannya adalah<br />

melakukan outbound karyawan, sebagai<br />

upaya untuk meningkatkan kebersamaan, kegairahan dan komitmen pelayanan. Dua puskesmas<br />

yang terpilih dan layak untuk diprioritaskan untuk mengikuti outbound adalah puskesmas<br />

Perumnas dan puskesmas Curup, yang diharapkan kedepannya 2 puskesmas ini akan menjadi<br />

model puskesmas tersertifikasi ISO. Outbound kali ini bertema : Membangun komitmen<br />

bersama, satukan tekad menyehatkan rakyat. Seperti biasanya, outbound ini difasilitasi oleh<br />

Lembaga Pengembangan Pribadi “Corien Centre”, Bengkulu, yang telah sering bekerjasama<br />

dengan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong>.<br />

Outbound yang dibuka oleh Kadinkes RL diikuti sekitar 100 orang dari karyawan puskesmas<br />

Curup dan Perumnas, dilaksanakan selama 2 hari (16 – 17 Juli 2011) di BLKM Cawang, Curup.<br />

Sebagian karyawan menginap, sebagian yang lain pulang setelah acara malam. Setelah<br />

pembukaan oleh Kadinkes, kemudian beliau menyampaikan presentasi tentang pentingnya<br />

belajar dari alam, yaitu belajar dari angsa saat terbang berkelompok. Di sini ada pembelajaran di<br />

mana sangat pentingnya kekompakan, adanya pemimpin yang saling mengisi dan ada<br />

penyemangat di kelompoknya. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi beliau tentang<br />

Puskesmas Berseri, yang merupakan upaya untuk mewujudkan puskesmas yang berkualitas dan<br />

berstandar internasional.<br />

Setelah acara di kelas, malam harinya dilanjutkan dengan acara api unggun dan permainan<br />

berkelompok.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 103


73. Sepenggal Kisah Menuju ODF di Desa Air<br />

Lanang<br />

Dipublikasi pada Kamis, 28 Juli 2011 oleh wahyudi<br />

Desa Air Lanang termasuk salah satu desa di wilayah Kecamatan Curup Selatan <strong>Kabupaten</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> yang juga merupakan salah satu desa sasaran Program CWSHP di <strong>Kabupaten</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Tahun 2009 bersama dengan 6 desa lainnya.<br />

Seperti halnya dengan desa-desa sasaran Program CWSHP lainnya, Desa Tanjung Beringin juga<br />

melaksanakan kegiatan di Bidang <strong>Kesehatan</strong> dimana salah satunya adalah kegiatan CLTS<br />

(Community Led Total Sanitation) atau yang lebih dikenal dengan program STBM (Sanitasi<br />

Total Berbasis Masyarakat). Dengan difasilitasi oleh tim Konsultan <strong>Kabupaten</strong> (DST) dan juga<br />

Tim Fasilitator Masyarakat (CFT) program CLTS mulai berjalan yang diawali dengan<br />

penggalian data melalui kegiatan MPA-Phast, dari data awal yang diperoleh sebanyak 35 % KK<br />

belum memiliki akses terhadap jamban keluarga.<br />

Berdasarkan data awal tersebut dilakukan kegiatan mapping (pemetaan) terhadap kondisi sosial<br />

masyarakat yang melibatkan masyarakat dengan menggunakan metode Transect Walk. Setelah<br />

itu masyarakat diajak untuk berkumpul mengikuti kegiatan pemicuan melalui bentuk permainan<br />

yang difasilitasi oleh fasilitator. Pemicuan ini bertujuan untuk menggugah rasa malu, rasa jijik<br />

dan rasa berdosa jika belum memiliki jamban, sehingga timbul kesadaran untuk membangun<br />

jamban walaupun sederhana atau plengsengan (jamban cemplung), pemicuan ini membuahkan<br />

suatu kesepakatan dan tekad masyarakat untuk membangun jamban.<br />

Pemicuan CLTS Desa Air Lanang<br />

Sebagai Akselerasi (percepatan) tercapainya tujuan dari Program ini dilakukan kegiatan cetak<br />

jamban secara swadaya oleh masyarakat, hal ini tentunya sangat menguntungkan dari segi<br />

ekonomis karena dengan material 1 sack semen dengan harga dipasaran berkisar Rp. 50.000<br />

dapat dijadikan 7-8 kloset yang harganya berkisar Rp. 50.000 – Rp. 80.000 dipasaran, mereka<br />

dengan antusias secara bergotong royong mencetak kloset tersebut. Alhasil pada saat ini seluruh<br />

masyarakat di desa Air Lanang pada saat ini telah memiliki jamban, walaupun sebagian besar<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 104


erbentuk jamban plengsengan (cemplung), sehingga sangat wajar jika predikat desa bebas<br />

buang air besar sembarangan atau Open Defacation Free (ODF) dapat diberikan kepada desa Air<br />

Lanang. Keberhasilan masyarakat mencapai desa ODF ini secara secara resmi ditandai dengan<br />

deklarasi ODF oleh masyarakat di hadapan Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, pada acara Hari <strong>Kesehatan</strong><br />

Nasional (HKN) pada tanggal 12 November 2009 di Kantor Pemerintah Daerah Kab. <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong>, bersama dengan 5 desa program CWSHP lainnya yaitu desa : Desa Suka Datang,<br />

Cawang Lama, Mojorejo, Kali Padang dan Desa Belitar Seberang, ditambah dengan Desa<br />

Sukarami yang merupakan desa non CWSHP yang dibantu dan difasilitasi oleh Fasilitator<br />

CWSHP dalam pelaksanaan kegiatan CLTS nya.<br />

Pada tanggal 08 Oktober 2010, Desa Air Lanang juga mendapat kunjungan dari ti m CPMU<br />

(Central Project Manegement Unit) dan Dirjen P2PL Kemenkes RI, untuk meresmikan desa Air<br />

Lanang menjadi desa ODF. itulah sepenggal cerita sukses desa Air Lanang yang dengan<br />

keterbatasannya dapat menjadikan desanya menjadi desa ODF.<br />

Diharapkan semangat ODF ini dapat menginspirasi seluruh desa di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>,<br />

tidak hanya melalui program CWSHP, namun hal ini memerlukan peran serta berbagai pihak<br />

terutama sanitarian puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dimasyarakat<br />

khususnya upaya Penyehatan lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan upaya penguatan kapasitas<br />

sanitarian melalui kegiatan-kegiatan pelatihan, pertemuan maupun workshop bagi para<br />

sanitarian.<br />

Kegiatan Cetak Jamban<br />

secara Swadaya<br />

Deklarasi ODF pada<br />

Hari <strong>Kesehatan</strong> Nasional<br />

2009<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 105


74. Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> Daerah Terpencil di<br />

Puskesmas Sindang Dataran<br />

Dipublikasi pada Jumat, 22 Juli 2011 oleh tri ms<br />

Hari Rabu, 19 Juli 2011 kemarin, puskesmas Sindang<br />

Dataran melakukan bakti sosial pelayanan kesehatan di<br />

daerah terpencil, yaitu desa Sinar Gunung, yang letaknya<br />

skitar 6 km dari kantor puskesmas atau sekitar 35 km dari<br />

kota Curup. Tempat kegiatan berlangsung di rumah kepala<br />

desa Sinar Gunung, Bp Syahril Apindi. Tenaga kesehatan<br />

yang terlibat seluruhnya berasal dari puskesmas Sindang<br />

dataran yang berjumlah sekitar 21 orang dan dipimpin oleh<br />

kepala puskesmas, Asri SKM. Tenaga yang membantu<br />

tersebut terdiri dari dokter (dr. Elin Maruza Putri), bidan<br />

perawat dan tenaga lainnya. Acara berlangsung dari pukul<br />

09.00 hingga 13.00 dan berakhir dengan makan siang di tempat Kades.<br />

Meski jalan menuju lokasi Desa Sinar Gunung jalannya jelek dan aspalnya sudah hancur di<br />

sana-sini, terutama sepanjang 5 KM dari Bengko hingga Warung Pojok, namun petugas gembira<br />

menjalani kegiatan ini, dengan mengendarai ambulans puskesmas dan sebagian yang lain<br />

menggunakan motor.<br />

Kegiatan ini dibuka oleh Camat Sindang Dataran Bp Fauzi Agung dan dihadiri oleh petugas<br />

kecamatan dan perangkat desa serta masyarakat setempat. Masyarakat yang datang cukup<br />

antusias untuk berobat, dengan keluhan penyakit masalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan<br />

bagian Atas), kulit, hipertensi, dll dengan jumlah yang berobat sebanyak 91 orang. Pada acara<br />

tersebut juga dilakukan imunisasi balita untuk 4 orang, sunat 7 orang, pemasangan implant KB<br />

12 orang, suntik KB 5 orang dan pemeriksaan ibu hamil 1 orang.<br />

Berikut foto-foto kegiatan tersebut :<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 106


75. BRI Peduli <strong>Kesehatan</strong> : Pengobatan Gratis di<br />

Desa Karang Jaya, Selupu <strong>Rejang</strong><br />

Dipublikasi pada Sabtu, 23 Juli 2011 oleh andi<br />

Pada hari Rabu, tanggal 19 Juli 2011<br />

di Desa Karang Jaya Kecamatan<br />

Selupu <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, BRI Cabang<br />

Curup dengan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />

melaksanakan ”Pengobatan Gratis”<br />

bagi warga desa Karang Jaya dan<br />

sekitarnya. Adapun pengobatan gratis<br />

ini dalam rangka BRI Cabang Curup<br />

menggadakan ”Undian Simpedes<br />

BRI Semester I tahun 2011” yang<br />

bertempat di Pesantern Mifthahul Jannah desa Karang Jaya Kecamatan Seluu <strong>Rejang</strong>.<br />

Pengobatan Gratis ini melibatkan tenaga medis dari puskesmas Sumber Urip yang berjumlah 9<br />

orang dan dipimpin oleh kepala puskesmas, dr. Syafriani Tarigan dengan 1 orang dokter, 5 orang<br />

perawat, 2 orang bidan dan 1 orang tenaga gizi serta 1 orang dokter dari Puskesmas Sambirejo<br />

(dr. Khaiurl Arifin). Acara berlangsung dari pukul 09.00 hingga 13.00.<br />

Kegiatan ini dibuka oleh Bupati <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Bp. Suherman, SE. MM dan dihadiri oleh<br />

Kepala Cabang BRI beserta staf, undangan dan nasabah BRI setempat. Masyarakat yang datang<br />

untuk berobat umumnya didominasi orangtua atau lansia, dengan keluhan penyakit umumnya<br />

kaum lansia yaitu Reumatik dan hipertensi, tetapi ada juga datang dengan keluhan ISPA (Infeksi<br />

Saluran Pernafasan bagian Atas), sakit pada telinga dll dengan jumlah yang berobat sebanyak 40<br />

orang dengan 37 orang dewasa dan 3 anak-anak.<br />

Pada acara ini juga diadakan penandatanganan kerjasama antara BRI Cabang Curup dengan<br />

Pemerintah Daerah kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dan dan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong> untuk Dana Pembinaan UKS untuk beberapa sekolah yang ada di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> tahun<br />

2011.<br />

Berikut foto-foto kegiatan tersebut :<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 107


76. Bidan Desa, Cangkul dan Pipa Air<br />

Dipublikasi pada Kamis, 28 Juli 2011 oleh wahyudi<br />

Air adalah kehidupan..ungkapan ini memang<br />

benar adanya, tanpa air hidup gersang tanpa<br />

nyawa. Hal ini sangat terasa di Desa Bandung<br />

Marga Kecamatan Bandung Marga yang juga<br />

merupakan desa lokasi sasaran CWSHP tahun<br />

2010, ini terjadi karena rusaknya sistem<br />

distribusi air bersih di Desa Bandung Marga<br />

yang terjadi hampir 1 minggu di bulan Juli 2011,<br />

kondisi ini tentu saja memberikan imbas bagi<br />

ibu-ibu yang notabene setiap harinya “berusan”<br />

dengan air dalam aktifitas rumah tangga.<br />

Terhentinya pasokan air bersih ke Masyarakat ini disebabkan kerena adanya kerusakan pada<br />

jaringan pipa di sekitar sumber, berdasarkan hal tersebut masyarakat bersama dengan Badan<br />

Pengelola Sarana (BPS) melakukan pemeriksaan dan memang ditemui adanya kerusakan di<br />

sekitar sumber air. Tim <strong>Kabupaten</strong> sebagai pengelola Program CWSHP di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong> yang juga telah melakukan pemeriksaan ke sumber dan jaringan pipa. untuk mengatasi<br />

permasalahan tersebut maka masyarakat bersepakat untuk melakukan gotong royong, kegiatan<br />

gotong royong tersebut juga di bantu oleh pihak Puskesmas Bangun Jaya dan Tim <strong>Dinas</strong><br />

<strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />

Selain melakukan perbaikan kegiatan gotong royong juga bertujuan untuk menimbun pipa yang<br />

belum sempat ditimbun sehingga dapat mencegah rusaknya pipa dan mengamankan pipa dari<br />

gangguan luar. Suatu hal luar biasa yang terjadi adalah turut sertanya ibu-ibu yang dikomandoi<br />

oleh bidan desa dalam kegiatan gotong royong ini, mereka tidak mau ketinggalan ikut serta<br />

untuk mencangkul, mengangkut pipa dan pekerjaan lainnya yang memang bukan pekerjaan<br />

untuk ibu-ibu, namun pekerjaan tersebut dilaksanakan semata-mata karena mereka sangat<br />

membutuhkan air.<br />

Jalur pipa dengan panjang ± 5 Km mereka lalui dengan untuk memeriksa jaringan pipa sekaligus<br />

menimbun pipa, dengan penuh semangat mereka memegang cangkul untuk menimbun pipa,<br />

Bidan Desa yang kesehariannya sangat jarang memgang dengan alat yang bernama cangkul pun<br />

dengan penuh semangat ikut serta mencangkul menimbun pipa.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 108


77. Puskesmas Kampung Delima Membentuk<br />

Rabies Center<br />

Dipublikasi pada Selasa, 26 Juli 2011 oleh sri muliyanti<br />

Tanggal 26 Juli 2011 Puskesmas Kp.Delima<br />

selain melaksanakan kegiatan Penyegaran<br />

Kader juga melaksanakan Kegiatan “<br />

Pembentukan Rabies Center Tingkat<br />

Puskesmas Kp.Delima “ di sisi lain Ruangan<br />

di Puskesmas Kp.Delima . sebelum acara di<br />

mulai peserta yang terdiri dari 20 orang<br />

yakni Ka.Desa/Kelurahan dan Perwakilan<br />

dari Kecamatan Curup Timur serta adik –<br />

adik KKN dari Unib dan Unsri pun ikut<br />

menonton film “ Rabies pada Hewan dan<br />

manusia “ membuat peserta menjadi<br />

terperangah sebegitukah Penyakit Rabies<br />

kalau sudah terjangkit pada Manusia . sehingga ada kometar dari peserta “film tersebut benaran<br />

atau Rekayasa sutradara saja “ ujar salah satu pak kades.<br />

Setelah menonton film dilanjuti dengan materi ”Sosilisasi Penangan Kasus Gigitan Hewan<br />

Penular rabies“ oleh <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> yang diwakili oleh Ka.Subid Pemberantasan Penyakit<br />

Syamsir.SKM.MKM dan Narasumber dari <strong>Dinas</strong> peternakan drh.Triano dengan Materi “<br />

Penyakit Rabies “<br />

Dalam kesempatan ini pula Ka.UPT Puskesmsas Sudirto menyampaikan meskipun “ Kita telah<br />

menyaksikan dan mengetahui tentang Rabies hendaklah masyarakat harus tetap berkepala<br />

dingin dan cerdas dalam menghadapi setiap gigitan Hewan penular rabies jangan terlalu<br />

gegabah dan membunuh anjing atau Kucing sama sekali belum terlihat tanda – tanda Rabies<br />

sebaiknya lakukan Obsevasi /Pengamatan bila perlu pemeriksaan specimen karna Bila VAR (<br />

Vaksin Anti rabies ) diberikan kepada bayi /balita yang tidak terindikasi gigitan hewan Rabies<br />

positif rabies VAR itu pun akan berdampak kepada perkembangan Otak bayi /Balita yang tidak<br />

baik “ suatu dilemma yang sering terjadi dimasyarakat<br />

Dari pertemuan tersebut disepakati dan di bentuk Kepengurusan Rabies Center Tingkat<br />

Puskesmas Kp.delima yang di ketuai oleh : Satria Anwar ( dari Kp. Delima ) dan butir – butir<br />

kesepatan yang menarik hasil kesepakat tersebut ditanda tangani oleh seluruh peserta yang<br />

hadir.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 109


78. Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat<br />

(Community Based Solid Waste Management)<br />

Dipublikasi pada Sabtu, 30 Juli 2011 oleh wahyudi<br />

Dalam rangka mencapai predikat <strong>Kabupaten</strong> <strong>Sehat</strong> dan Adipura dimana salah satu indikatornya<br />

adalah terwujudnya Kawasan Permukiman Sarana dan Prasarana <strong>Sehat</strong> di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong> yang ditandai adanya sistem pengolahan sampah yang memadai sehingga dapat<br />

menangani permasalahan sampah masyarakat khususnya sampah yang dihasilkan oleh rumah<br />

tangga. Selain itu dalam rangka pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Lingkungan<br />

(STBM) dimana salah satu pilarnya adalah Pengelolaan sampah dengan benar selain pilar<br />

lainnya yaitu : Tidak Buang air besar sembarangan (Stop BABs), Cuci Tangan Pakai Sabun<br />

(CTPS), Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT), Pengelolaan sampah<br />

dengan benar, Mengelola Limbah Cair Rumah Tangga dengan benar. Penghasil sampah terbesar<br />

(lebih dari 50%) adalah rumah tangga, sehingga permasalahan sampah ini tidak hanya<br />

merupakan tanggung jawab instansi pemerintah yang dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup,<br />

Kebersihan dan Pertamanan (BLHKP) dan instansi terkait saja, namun juga seluruh masyarakat<br />

(rumah tangga) yang merupakan produsen sampah terbesar. Penanganan permasalah sampah ini<br />

akan terlaksana jika setiap anggota masyarakat secara aktif mengelola sampah rumah tangga<br />

sebagai wujud tanggung jawabnya, maka jumlah beban sampah di TPA akan jauh berkurang.<br />

Terkait dengan hal tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan<br />

kegiatan Pengolahan sampah berbasis Masyarakat (Community Based Solid Waste<br />

Management/CBSWM). CBSWM adalah sistem penanganan sampah yang direncanakan,<br />

disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat. Tujuannya adalah kemandirian<br />

masyarakat dalam mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan sampah yang<br />

ramah lingkungan<br />

Prinsip-prinsip CBSWM adalah:<br />

Partisipasi masyarakat<br />

Kemandirian<br />

Efisiensi<br />

Perlindungan lingkungan<br />

Keterpaduan<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 110


SISTEM ATAU MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT<br />

(PSBM)<br />

Langkah-langkah mewujudkan CBSWM adalah :<br />

1. Pendekatan kepada pemuka masyarakat setempat dan izin dari pemimpin wilayah (RW,<br />

Lurah)<br />

1. Pendekatan kepada warga yang mempunyai kemauan, kepedulian dan<br />

kemampuan untuk melaksanakan program serta dapat menjadi penggerak di<br />

lingkungannya,<br />

2. Pemetaan masalah persampahan dan kebersihan lingkungan setempat dari<br />

berbagai aspek, termasuk pendataan jumlah dan komposisi sampah dari rumah<br />

tangga,<br />

3. Studi banding (kalau memungkinkan),<br />

4. Pembentukan komite lingkungan atau kelompok kerja, penyusunan rencana kerja,<br />

dan kesepakatan kontribusi warga dalam bentuk materi maupun non-materi,<br />

5. Pelatihan dan kampanye untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran<br />

penghijauan lingkungan dan 3R (reduce, reuse, recycle atau kurangi, pakai ulang,<br />

daur ulang),<br />

6. Pendampingan, sosialisasi, penyebaran informasi dan pemantauan terus menerus<br />

sampai menghasilkan kompos, produk daur ulang, penghijauan, dan tanaman<br />

produktif,<br />

7. Koordinasi dengan pemerintah setempat seperti <strong>Dinas</strong>/Sub <strong>Dinas</strong> Kebersihan,<br />

Tata Kota, Perumahan, Pekerjaan Umum, dll agar bersinergi dengan sistem<br />

pengelolaan sampah skala kota<br />

8. Pemasaran hasil daur ulang, tanaman produktif, atau kompos bagi yang berminat<br />

menambah penghasilan,<br />

9. Berpartisipasi dalam perlombaan kebersihan, bazaar hasil kegiatan daur ulang,<br />

dan pameran foto lingkungan.<br />

Dengan adanya dukungan dari berbagai lintas sektor dan Program pelaksanaan kegiatan<br />

CBSWM ini tentu saja akan memberikan dampak yang sangat menguntungka tidak saja terhadap<br />

perbaikan kualitas lingkungan namun juga secara finansial akan meningkatkan kesejahteraan<br />

masyarakat di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 111


79. Pemusnahan Hewan Penular Rabies<br />

Dipublikasi pada Rabu, 24 Agustus 2011 oleh sri muliyanti<br />

Dengan adanya informasi dari masyarakat<br />

bahwa telah terjadi kasus gigitan anjing<br />

tersangka rabies pada tanggal 18 maret 2011 di<br />

sumber Bening Kecamatan Selupu <strong>Rejang</strong>, dan<br />

kemudian tim <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> melalui Subid Pemberantasan<br />

Penyakit dibawah komando<br />

Syamsir.SKM.MKM memerintahkan tim untuk<br />

melakukan pelacakan kasus atau studi<br />

epidemologi gigitan anjing tersangka Rabies.<br />

Ternyata apa yang diberitahukan masyarakat<br />

saat di lapangan benar adanya, telah terjadi<br />

kasus gigitan anjing tersangka rabies di<br />

beberapa Desa diantaranya ; Desa Sumber Bening 5 orang Desa Air kali bandung : 3 orang dan<br />

Suban Ayam 2 orang kesemuanya terjadi pada tanggal 18 maret 2011 dan anjing yang<br />

menggigit adalah anjing yang sama dalam arti hanya 1 ekor anjing menggigit 10 orang<br />

penderita dengan ciri – ciri anjing yang sama berwarna coklat keputih – putihan.<br />

Sewaktu pelacakan tim Dinkes juga membawa langsung VAR ( Vaksin Anti Rabies ) guna<br />

pengobatan kepada penderita, dan alhamdulilah semua yang digigit anjing telah diberikan VAR<br />

( Vaksin Anti Rabies ) secara gratis dari Dinkes dan dilayani di Puskesmas Sambirejo.<br />

Diperkirakan anjing berasal dari Sumber Bening terlihat di mana secara berturut turut anjing<br />

tersebut pukul 9 pagi menggigit penderita bernama Mbah Kasmin umur 70 tahun, Ka.Desaa<br />

Sumber bening telah berusaha bersama warga mengejar anjing tersebut alhasil anjing tersebut<br />

lolos dari pengejaran masyarakat dan berlari kearah Curup, kata kades sumber bening ketika<br />

dihubungi petugas kesehatan.<br />

Untuk menjaring penderita yang telah tergigit team melakukan sosialisasi melaui mobil BSB (<br />

Bigade Siaga Bencana ) di seluruh rute yang diperkirakan dilewati oleh anjing tersebut dan<br />

memberikan penyuluhan agar masyarakat untuk tidak membiarkan anjing berkeliaran di<br />

masyarakat dan agar melakukan vaksinasi anjing (biayanya hanya sekitar Rp 5000) secara<br />

teratur di Rabies Center atau Poskeswan.<br />

Dan alhamdulilah, tim <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> dan <strong>Dinas</strong> Peternakan telah bekerjasama guna<br />

melakukan eliminasi anjing liar yang tidak bertanda kalung vaksinasi (atau sering disebut<br />

berpeneng) melakukan sosialisasi pemberitahuan kepada masyarakat, dan kemudian<br />

malamharinya Tim <strong>Dinas</strong> Peternakan memberikan umpan (daging jeroan) yang telah dicampur<br />

dengan racun Strychnine pada malam hari di sekitar sampah di daerah Selupu <strong>Rejang</strong> dan Air<br />

Bang. Pagi harinya didapatkan puluhan ekor anjing liar tersebut mati dan ketika dikumpulkan<br />

mencapai sekitar 600 ekor dan dikuburkan di belakang Kantor <strong>Dinas</strong> Peternakan.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 112


80. Global Fund Membantu Kegiatan Penanganan<br />

HIV-AIDS di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

Dipublikasi pada Kamis, 25 Agustus 2011 oleh tri ms<br />

Bertempat di Hotel Kaba, pada Rabu, 24<br />

Agustus 2011, <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Kabupaten</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> mengadakan Pertemuan<br />

Sosialisasi Kegiatan Penanganan HIV-<br />

AIDS di kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> yang<br />

dihadiri oleh 25 peserta dari berbagai sektor<br />

terkait antara lain : Bagian Kesra – Pemda<br />

RL, Rumah sakit, puskesmas, Lembaga<br />

Pemasyarakatan Curup dan sejumlah LSM<br />

yang bergerak dalam penanggulangan<br />

HIV-AIDS di <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Acara<br />

dibuka langsung oleh Ka. <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />

<strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> Drs. Tri Mei<br />

Sartono, Apt, DSc. Kegiatan ini dibiayai<br />

dari Global Fund, sebuah lembaga donor internasional yang bermarkas di Jenewa, Swiss, yang<br />

memfokuskan kegiatannya pada pengurangan kesakitan akibat HIV-AIDS, Tbc dan Malaria.<br />

<strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> adalah satu-satunya kabupaten di Prop Bengkulu yang dipilih untuk<br />

dibantu pembiayaannya oleh Global Fund dalam upaya memerangi HIV-AIDS, dengan jumlah<br />

bantuan pendanaan sekitar 180 juta per tahun. Dana sebesar itu digunakan untuk melakukan<br />

penyiapan peralatan di puskesmas (Curup dan Perumnas) dan RSUD Curup untuk membuat<br />

klinik konseling sukarela (klinik Voluntary Conseling and Testing disingkat klinik VCT) dan<br />

pengujian penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual dan HIV-AIDS. Narasumber<br />

pertemuan tersebut berasal dari Dinkes Propinsi Bengkulu yang disampaikan oleh Sri Astuti<br />

selaku Kabid. P2PLP Propinsi Bengkulu serta Ka.<strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> Kab.<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />

Penjaja seks akan ditest PMS/HIV-AIDS<br />

Pertemuan tahap pertama ini berupaya memetakan daerah resiko tinggi tempat penularan<br />

penyakit menular seksual/PMS (terutama dengan bantuan pelacakan oleh LSM) di wilayah RL<br />

serta melakukan skrining/test pada mereka yang karena profesinya mempunyai resiko tinggi<br />

terhadap penularan penyakit tersebut. Kemungkinan rencana skrining akan dilakukan pada tahun<br />

ini juga dengan melibatkan LSM yang sudah mempunyai data daerah atau lokasi tempat<br />

mangkalnya penjaja seks atau pecandu narkoba/mantan pecandu. Dari informasi LSM Kipas dan<br />

<strong>Dinas</strong> Kesosnakertrans, penjaja seks di RL ternyata mencapai angka ratusan orang pada lokasi<br />

yang tersembunyi dan menyebar pada beberapa wilayah kelurahan (Talang Benih, Pelabuhan<br />

Baru, Karang Anyar dll). Mereka akan disampling oleh petugas kesehatan yang terlatih (analis<br />

puskesmas dan RSUD) dengan diambil vaginal swab-nya (usapan vagina) serta serum darahnya<br />

dan ditest kemungkinannya terjangkit penyakit menular seksual (gonorhoe, sifilis, kondiloma,<br />

dll) serta HIV-AIDS.<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 113


Jika ditemukan yang positif, kemudian dilakukan pengobatan secara gratis dan bagi yang<br />

tertular HIV-AIDS diberikan obat Anti Retro Viral (ARV) seumur hidup (untuk<br />

memperpanjang usia dan mengurangi keganasan virusnya) serta pendampingan dalam rangka<br />

memotivasi semangat hidup oleh LSM.<br />

Tercatat hingga kini ada 4 orang penderita HIV-AIDS di RL dengan rincian 2 orang yang<br />

terjangkit HIV-AIDS ditambah 2 orang pendatang yang sebelumnya telah terjangkit di daerah<br />

lain dan pindah ke RL. Mereka mmendapatkan penyakit tersebut dari pemakaian jarum suntik<br />

(sebelumnya pecandu narkoba) serta karena kontak dengan suami yg terjangkit HIV-AIDS.<br />

Penyebaran dan penderita HIV AIDS fenomenanya seperti gunung es, nampak kecil yang<br />

terdeteksi, namun banyak yang tersembunyi atau tidak diketahui.<br />

Selain kegiatan tersebut di atas, juga akan dilakukan sosialisasi tentang bahaya AIDS dan PMS<br />

ke masyarakat (terutama kelompok resiko tinggi dan di Lapas) serta pembentukan Komisi<br />

Penanggulangan AIDS di RL. Dengan adanya dukungan pembiayaan Global Fund ini,<br />

diharapkan penanganan HIV-AIDS di RL akan semakin baik dan mampu mengurangi secara<br />

signifikan penyebaran PMS dan HIV-AIDS di RL<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 114


81. Tenaga <strong>Kesehatan</strong> Berprestasi Nasional<br />

Dipublikasi pada Senin, 29 Agustus 2011 oleh tri ms<br />

Nampaknya telah menjadi tradisi, bahwa setiap tahun, dari 4 nakes yang dikirim untuk seleksi<br />

(dokter, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga kesmas), peserta kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

selalu menarik perhatian tim penilai dari Propinsi Bengkulu, sehingga selalu ada yang<br />

mendapatkan kelayakan untuk jadi nakes yang terbaik di Propinsi Bengkulu, dan dikirim ke<br />

Istana Negara untuk menghadiri Upacara 17 Agustus bersama presiden. Tim penilai nakes di<br />

propinsi Bengkulu menentukan kelayakan nakes terbaik melalui tanya jawab setelah seluruh<br />

kandidat yang berasal dari 10 kabupaten/kota mempresentasikan kegiatan-kegiatan unggulan<br />

yang dikerjakan pada tupoksinya.<br />

Hasil penilaian tim, pada tahun 2011 ini, bidan Zuraida dari puskesmas Curup, kabupaten<br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, mendapat predikat tenaga kesehatan masyarakat teladan yang berhak<br />

bersalaman dengan pak SBY dan ibu Menkes di Jakarta. Meski hanya 1 nakes, ya lumayanlah.<br />

Bidan Zuraida memang unggul di kegiatan promosi kegiatan, sukses membina kesehatan para<br />

penghuni Lapas Ardirejo, serta rajin mengisi acara kesehatan di radio Namora.<br />

Prestasi yang membanggakan adalah di tahun 2010 kemarin, di mana 4 nakes teladan semuanya<br />

diborong oleh tenaga kesehatan dari kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Mereka adalah dr Dewi<br />

Mustika dari puskesmas Curup, tenaga kesmas Mus Mulyadi dari puskesmas Sambirejo, bidan<br />

Desty Ariyani dari puskesmas Sindang Dataran dan tenaga gizi Yuliyanti dari puskesmas<br />

Perumnas.<br />

Tahun 2010 : 4 nakes teladan Propinsi Bengkulu di Istana Negara, yang<br />

semuanya berasal dari kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, kiri ke kanan : dr. Dewi<br />

Mustika (puskesmas Curup), tenaga gizi Yuliyanti (puskesmas Perumnas),<br />

bidan Desty Ariyani (puskesmas Sindang Dataran) dan tenaga kesmas Mus<br />

Mulyadi (puskesmas Sambirejo).<br />

Tahun 2011 : Zuraida, tenaga<br />

kesehatan masyarakat teladan<br />

Propinsi Bengkulu, dari<br />

puskesmas Curup, saat di Istana<br />

Negara<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 115


82. Kerjasama <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> dengan Harian<br />

Bengkulu Ekspress<br />

Dipublikasi pada Kamis, 8 September 2011 oleh tri ms<br />

Guna memberikan keterbukaan informasi kepada masyarakat mengenai aktivitas yang dilakukan<br />

21 puskesmas di kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, maka telah dilakukan kerjasama antara Harian<br />

Bengkulu Ekspress dengan <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong>. Kerjasama ini berupa penayangan profil puskesmas<br />

dan kegiatannya dalam halaman 3 di harian Bengkulu Ekspress (BE), dengan space ½ halaman,<br />

warna hitam putih. Dipilihnya harian BE, karena penyebarannya yang mencakup Propinsi<br />

Bengkulu dan pembiayaannya tidak mahal. Profil puskesmas tersebut ditayangkan setiap hari<br />

Senin, dengan jadwal tayang yang sudah disusun oleh <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong>. Pembiayaan untuk<br />

penayangan profil puskesmas ini dibebankan dari dana Bantuan Operasional <strong>Kesehatan</strong> (BOK).<br />

Hingga saat ini, sudah sekitar 18 puskesmas yang profilnya sudah ditayangkan BE di halaman 3.<br />

Dengan adanya publikasi puskesmas di BE, diharapkan masyarakat dapat memahami kegiatan<br />

yang menjadi program puskesmas serta profil pimpinan dan karyawannya. Hal ini sejalan dengan<br />

keinginan Kadinkes <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>, Drs. Tri MS, Apt, DSc, agar puskesmas mengedapankan<br />

juga sisi INFORMATIF, sebagaimana visi Kadinkes pada pelayanan BERSERI, yaitu pelayanan<br />

yang Bersih, Ramah, Responsif dan Informatif.<br />

Selain penyebaran informasi menggunakan koran BE, Dinkes secara insidentil juga<br />

menggandeng kerjasama dengan Koran Rakyat Bengkulu dan Radar Pat Petulai. Namun<br />

mengingat keterbatasan biaya, informasi yang berkaitan dengan aktivitas <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> lebih<br />

banyak ditayangkan di blognya <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong>, dengan harapan juga bisa diakses oleh<br />

masyarakat, bahkan dengan cakupan lebih global, sebagaimana bisa diakses di situs ini.<br />

Profil puskesmas kabupaten <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> di halaman 3 harian BE<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 116


Biodata Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc<br />

Dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah, 17<br />

Mei 1961. Menyelesaikan pendidikan<br />

apoteker di Fakultas Farmasi Universitas<br />

Gadjah Mada Yogyakarta dan lulus tahun<br />

1988, kemudian mulai tahun 1989 bekerja<br />

di Balai Laboratorium <strong>Kesehatan</strong><br />

Bengkulu hingga tahun 2000. Di kantor<br />

tersebut menjabat sebagai kepala Seksi<br />

mulai 1990 hingga tahun 2000.<br />

Pada tahun 1998 mengikuti program Post Graduate Diploma (diploma paska sarjana) selama 2<br />

semester pada Chemical Engineering Dept di University of Queensland, Brisbane, Australia<br />

pada bidang Environmental Monitoring sebagai kerjasama proyek Badan Pengendalian<br />

Lingkungan (Bapedal) dan pemerintahan Australia.<br />

Sejak akhir tahun 2000 mulai bekerja sebagai Kepala Gudang Farmasi <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> dan<br />

sejak April 2001 menjabat sebagai Kepala Subdin Bina Penyehatan Lingkungan dan Pelayanan<br />

<strong>Kesehatan</strong>, Dinkes <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>. Pada tahun 2008 menjabat Kepala Bidang Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> dan<br />

Farmasi, sementara program kesehatan lingkungan bergabung dengan bidang P3PL. Menjabat Kadinkes<br />

sejak November 2010 hingga September 2011, sebelum dimutasi menjadi staf ahli bidang politik dan<br />

hukum di pemdakab <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong>.<br />

Menikah dengan Mardaleni SKM, dan dikaruniai 2 anak, Bayu (SMA kelas 3 ) dan Sinta (SMA kelas 1).<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 117


A. Identitas<br />

PENGALAMAN JABATAN<br />

1. Nama : Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc<br />

2. N i p : 19610571 198903 1 002<br />

3. Tempat/Tanggal lahir : Kebumen, 17 Mei 1961<br />

4. A g a m a : I s la m<br />

5. Jenis Kepegawaian :<br />

6. Alamat Rumah : Jln. S. Sukowati no. 16 Curup<br />

7. Pangkat Terakhir : Pembina Utama Muda /IV C<br />

8. Jabatan Terakhir : Staf ahli<br />

9. Instansi Tempat Bekerja : Pemerintah Daerah <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

10. Unit Kerja : Sekretariat Daerah<br />

B. Riwayat Kepangkatan<br />

No Pangkat<br />

Golongan/Ruang<br />

T. M.T<br />

1 Penata Muda / III a 01-03- 1989<br />

2 Penata Muda TK I / III b 01-04-1992<br />

3 Penata / III c 01-04-1996<br />

4 Penata TK I / III d 01-10-2000<br />

5 Pembina / IV a 01-04-2003<br />

6 Pembina TK I / IV b 01-04-2007<br />

7 Pembina Utama Muda/IV c 01-04-2011<br />

C. Riwayat Jabatan<br />

No Jabatan Eselon TMT<br />

Jabatan<br />

1 Kepala Seksi Media dan Reagensia Balai<br />

Labkes Provinsi Bengkulu<br />

IV a 08-09-1992<br />

2 Kepala Gudang Farmasi <strong>Kabupaten</strong> <strong>Rejang</strong><br />

<strong>Lebong</strong><br />

IV a 19-12-2000<br />

3 Kasubdin BPL dan Yankes <strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong><br />

<strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

III.a 25-04-2001<br />

4 Kabid Pelayanan <strong>Kesehatan</strong> dan Farmasi<br />

<strong>Dinas</strong> <strong>Kesehatan</strong> <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong><br />

III. b 28-01-2009<br />

5 Kadinkes <strong>Rejang</strong> <strong>Lebong</strong> II b 18 – 11- 2010<br />

6 Staf ahli bidang politik dan hukum II b 26 – 09 - 2011<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 118


D. Riwayat Pendidikan<br />

1. Pendidikan Umum<br />

No Jenjang dan<br />

Penjurusan<br />

Pendidikan<br />

Nama Sekolah/<br />

Akademi/perguruan<br />

Tinggi<br />

1 S D SDN 3 Kebumen, Jawa<br />

Tengah, Lulus 1974<br />

2 S M P SMPN 1 Kebumen, Jawa<br />

Tengah, Lulus 1976<br />

3 S M A SMAN 1 Kebumen, Jawa<br />

Tengah, Lulus 1980<br />

4 Fakultas Farmasi/ UGM, Jogjakarta, Lulus<br />

Apoteker<br />

1988<br />

5 Postgraduate<br />

Diploma in Science<br />

The University of<br />

Queensland, Brisbane,<br />

Australia, Lulus 1998<br />

2. Pendidikan dan Pelatihan Kepemimipinan<br />

No Nama<br />

Tempat dan<br />

Diklat Penyelenggara Diklat<br />

1 SPALA Pusdiklat Pegawai Depkes<br />

Palembang<br />

2 SPAMA/<br />

Badan Diklat<br />

Diklatpim III Prov.Bengkulu<br />

3. Pendidikan dan Pelatihan Fungsional<br />

No Nama<br />

Diklat<br />

1 Kursus Penyusunan<br />

AMDAL<br />

Tempat dan<br />

Penyelenggara<br />

Diklat<br />

Nama Kepsek/<br />

Direktur /Dekan/Ketua/<br />

Rektor<br />

Soedarsono<br />

Slamet HS<br />

Koesiptijah,BSc<br />

Prof. Drs. Moh.Anief,Apt<br />

Sir Liewellyn Edwards, AC,MB BS<br />

Angkatan/<br />

Tahun<br />

Lama Pendidikan<br />

IV/ 1993 Tiga (3) Bulan<br />

III / 2003 1,5 Bulan<br />

Angkat an/<br />

Tahun<br />

Universitas Indonesia 1993 1,5 Bulan<br />

2 Training Of Trainer (TOT) Bapelkes Bengkulu 1996 2 Minggu<br />

3 Apoteker Pengelola Apotik Hotel Rio Asri<br />

Bengkulu<br />

1999 3 Hari<br />

4 Workshop on production<br />

of Biological Reagent<br />

BLK Surabaya 1993 5 Hari<br />

Lama Pendidikan<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 119


5 Teknis Pembuatan dan Uji<br />

kualitas Media serta uji<br />

Kepekaan Kuman<br />

6 Sertifikasi Kompetensi<br />

Apoteker<br />

7 Kursus Pelatih Petugas<br />

Lab<br />

Bagian Mikrobiologi<br />

Universitas Indonesia<br />

Universitas Gajah<br />

Mada (UGM)<br />

Pusdiklat Depkes<br />

Jakarta<br />

1992 2 Minggu<br />

2007 2 Hari<br />

1996 2 Minggu<br />

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 120

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!