Kerajaan ISLAM NUSANTARA Abad XVI & XVII - Acehbooks.org

Kerajaan ISLAM NUSANTARA Abad XVI & XVII - Acehbooks.org Kerajaan ISLAM NUSANTARA Abad XVI & XVII - Acehbooks.org

acehbooks.org
from acehbooks.org More from this publisher
19.06.2013 Views

erturut-turut orang Minang tidak datang ke Jambi menyebabkan daerah ini sepi dari perdagangan. Jambi — secara politik — pernah masuk pengaruh Mataram, inipun merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi Jambi karena status ini berfungsi sebagai perisai terhadap ekspansi Banten vang sangat berpengaruh di Palembang. 4 Karena Palembang masih menaruh perhatian kepada hubungan dengan Mataram. 3 Disamping itu Jambi juga menghadapi ekspansi Johor dan Aceh. Untuk menghadapi ancaman yang tak kunjung reda itu, Jambi harus melindungi diri dengan persekutuan — yang selalu berubah-ubah — dengan kerajaan-kerajaan yang ada di sekitarnya. 6 Dalam pemerintahan kerajaan Jambi terdapat keunikan tersendiri, karena adanya raja 'yang tua', yakni Sultan dan Raja 'yang muda', yakni Pangeran Ratu sebagai ahli waris tahta kesultanan yang selaiu diambil dari anak Sultan v ang terdahulu, masing-masing mereka memiliki daerah perlindungan dan pendukung di pedalaman dan mempunyai tanda kebesaran sendiri. 7 Jaman keemasan dan kemunduran merupakan dua sisi dari masa berlangsungnya suatu kerajaan vang menjadi ajang perbandingan dalam kelancaran dan kesuksesan kepemimpinannya, ini bisa dilihat dan berbagai segi, baik segi : politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Kedatangan bangsa asing ke wilayah Nusantara memang mampu menyemarakkan kehidupan perdagangan di nusantara, namun kerugian vang diderita pun lebih banvak lagi. Bangsa-bangsa Eropa yang telah mengetahui wilavah Nusantara sebagai daerah vang menghasilkan komoditi yang laku keras di pasaran internasional (lada) datang ke Nusantara dan berusaha untuk menguasai perdagangan. Karena cita-cita v ang tidak sehat inilah timbul reaksi-reaksi dari kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara dalam bentuk perlawanan menentang monopoli armada perdagangan Eropa itu walaupun akhirnya mereka kalah. 86 4 Sartono kartodirdjo. Op. at., hal. 111. -Ibid.M\ HO. 6 Prisma II. 1984 7 Ibid.

B. Sistem Politiknya Kesultanan Jambi, yang merupakan negara vassal Demak di awal abad XVI 8 harus menghadapi kecenderungan sentrifugalnya secara terus menerus dalam sejarahnya. Pertama-tama kesultanan ini terdiri atas enam tradisi politik, bangsa VII-XII, masing-masing dengan tatanan politik dan kelembagaan yang berbeda. Hubungan mereka masing-masing dengan sultan di Ibu Negeri, juga berbeda. Jika kelompok XII, yakni kelompok etnis yang bermukim di sepanjang sungai Batanghari berada langsung di bawah kekuasaan Sultan, maka orang-orang batin yang dianggap paling awal datang ke Jambi dan menempati daerah sepanjang Batang Anai serta Batang Tembesi — hanyalah jajahan dari Sultan, walau orang batin agak bebas mengatur daerah mereka sendiri, mereka dikarenakan kewajiban membayar uang jajah, sebagai pengakuan terhadap kekuasaan Sultan, melalui instansi perwakilan Sultan yakni Jenang. 9 Di bidang politik dalam negeri, dalam kerajaan Jambi dikenal dengan adanya dua orang penguasa, yaitu raja "yang tua" dan raja "yang muda". Masing-masing kemudian dikenal sebagai Sultan dan Pangeran ratu (putra mahkota). Masing-masing mereka memiliki daerah pendukung di pedalaman dan mempunyai tanda kebesaran sendiri-sendiri. Namun demikian pemerintahan Jambi tidak terkesan otoriter dalam menerapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan terhadap rakyatnya. Sehingga amat kecil wibawanya di mata masy arakat, mekanisme kekuasaannya sangat lemah, yang paling berpengaruh adalah para orang kaya, saudagar dan hartawan. Tidak seperti Aceh dan Mataram pada abad XVII yang mampu menegakkan secara struktural kecenderungan otoritas Sultan-sultannya. Adanva dua orang raja juga dimaksudkan untuk kepentingan integrita kerajaan. Di bidang politik luar negeri, untuk menjaga integritasnya, Jambi berusaha mengikat dirinya dengan sekutu yang selalu berubah-ubah — \ akni kerajaan-kerajaan di sekitar itu. Ini disebabkan karena kelemahan institusi politiknya. Dan jika perlu, ia harus menguasai kemaharajaan negen lain yang lebih kuat, untuk melindungi dirinya dari tetangganva yang agresif. Adapun sikap terhadap bangsa asing terutama bangsa Eropa, ia berusaha untuk menjalin hubungan sepanjang menguntungkan bagi dirinya. O M AP. Meilink-Roelofzs. Asian Trade and Eumpean Influence (Den Haag : Martinus Nijhoff, 1962), hal. 90-91. J. Tideman, Djambi (.Amsterdam : Koninklijke vereeniging. "Kolonial Institute ". No. XIII, hal. 57-80. 87

erturut-turut orang Minang tidak datang ke Jambi menyebabkan daerah<br />

ini sepi dari perdagangan.<br />

Jambi — secara politik — pernah masuk pengaruh Mataram, inipun<br />

merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi Jambi karena status ini<br />

berfungsi sebagai perisai terhadap ekspansi Banten vang sangat berpengaruh<br />

di Palembang. 4<br />

Karena Palembang masih menaruh perhatian<br />

kepada hubungan dengan Mataram. 3<br />

Disamping itu Jambi juga menghadapi<br />

ekspansi Johor dan Aceh. Untuk menghadapi ancaman yang tak<br />

kunjung reda itu, Jambi harus melindungi diri dengan persekutuan —<br />

yang selalu berubah-ubah — dengan kerajaan-kerajaan yang ada di<br />

sekitarnya. 6<br />

Dalam pemerintahan kerajaan Jambi terdapat keunikan tersendiri,<br />

karena adanya raja 'yang tua', yakni Sultan dan Raja 'yang muda', yakni<br />

Pangeran Ratu sebagai ahli waris tahta kesultanan yang selaiu diambil<br />

dari anak Sultan v ang terdahulu, masing-masing mereka memiliki daerah<br />

perlindungan dan pendukung di pedalaman dan mempunyai tanda<br />

kebesaran sendiri. 7<br />

Jaman keemasan dan kemunduran merupakan dua sisi dari masa<br />

berlangsungnya suatu kerajaan vang menjadi ajang perbandingan dalam<br />

kelancaran dan kesuksesan kepemimpinannya, ini bisa dilihat dan berbagai<br />

segi, baik segi : politik, ekonomi, sosial maupun budaya.<br />

Kedatangan bangsa asing ke wilayah Nusantara memang mampu<br />

menyemarakkan kehidupan perdagangan di nusantara, namun kerugian<br />

vang diderita pun lebih banvak lagi. Bangsa-bangsa Eropa yang telah<br />

mengetahui wilavah Nusantara sebagai daerah vang menghasilkan<br />

komoditi yang laku keras di pasaran internasional (lada) datang ke<br />

Nusantara dan berusaha untuk menguasai perdagangan. Karena cita-cita<br />

v ang tidak sehat inilah timbul reaksi-reaksi dari kerajaan-kerajaan yang<br />

ada di Nusantara dalam bentuk perlawanan menentang monopoli armada<br />

perdagangan Eropa itu walaupun akhirnya mereka kalah.<br />

86<br />

4<br />

Sartono kartodirdjo. Op. at., hal. 111.<br />

-Ibid.M\ HO.<br />

6<br />

Prisma II. 1984<br />

7<br />

Ibid.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!