You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Menyoal Ekonomi Politik Anggaran: Telaah Era Demokrasi di Indonesia<br />
Suraji<br />
kekuasaan dan pendistribusian kekuasaan secara otonomi. Fungsi yang terakir kini telah<br />
dimaknai sebagai keharusan di dalam membangun negara atapun daerah yang diyakini<br />
sebagai alat untuk lebih baik.<br />
Konsep negara juga dimaknai oleh Russel (1954) sebagai pembagian kekuasaan<br />
yang mentertibkan kebutuhan rakyat diatas segalanya. Sehingga pemusatan kekuasaan<br />
politik akan berdampak pada penghancuran kemampuan umat manusia (Parma, 2001).<br />
Maka nilai positif yang dikembangankan bagi demokrasi dan desentralisasi adalah<br />
terbangunnya nilai-nilai dari komunitas politik yang dapat berupa kesatuan bangsa<br />
(national unity), pemerintahan demokratis (democratic government), kemandirian sebagai<br />
penjelmaan dari otonomi, efisiensi administrasi dan pembangunan sosial ekonomi<br />
(Leemans, 1970).<br />
Perubahan yang tengah terjadi secara struktural dan fundamental di era reformasi<br />
di Indonesia saat ini memberikan hikmah terselubung bahwa transparansi, akuntabilitas,<br />
keadilan dan partisipasi publik dalam pembangunan sosial ekonomi harus menjadi bagian<br />
dari paradigma pembangunan. Distribusi kekuasaan politik, administrasif, fiskal dan<br />
pembangunan ekonomi ke daerah diyakini akan menciptakan partisipasi publik yang<br />
besar untuk membangun daerah (wilayah) masing-masing, sehingga kesenjangan<br />
antardaerah dapat dikurangi. Keharusan pengelolaan aset dengan program restrukturisasi<br />
aset dan pengembangan infrastuktur teknologi informasi manajemen aset dilandasi<br />
dengan kebijakan umum atas pemisahan wewenang pengelolaan antara pemerintah pusat<br />
dan daerah.<br />
Sinyalemen ini sudah menjadi kenyataan di banyak daerah. Beberapa saat lalu,<br />
Departemen Dalam Negeri mengajukan permohonan ke kejaksaan dan kepolisian untuk<br />
memeriksa anggota DPRD di 18 propinsi, baik dalam kasus pidana maupun perdata. Ada<br />
dua sangkaan pada mereka : pertama, dugaan kejahatan individual dan kedua, kejahatan<br />
kolektif.<br />
Kejahatan individual dilakukan sendiri-sendiri oleh anggota dewan bekerjasama<br />
dengan pihak lain, baik di dalam maupun di luar pemerintah. Sedangkan kejahatan<br />
kolektif adalah manipulasi mata anggaran untuk kepentingan individu melalui keputusan<br />
dewan. Indikasi tersebut terlihat pada kebijakan rapel kenaikan gaji anggota dewan,<br />
penambahan fasilitas atas nama peningkatan kinerja semisal pengadaan laptop bagi<br />
anggota dewan, maupun biaya komunikasi yang terjadi hampir bersamaan dengan<br />
kenaikan gaji pegawai pemerintah di tengah-tengah penderitaan rakyat/masyarakat yang<br />
99