Kimia Analitik Adam Wiryawan.pdf
Kimia Analitik Adam Wiryawan.pdf Kimia Analitik Adam Wiryawan.pdf
BAB VI TITRASI KOMPLEKSOMETRI Banyak ion logam dapat ditentukan dengan titrasi menggunakan suatu pereaksi (sebagai titran) yang dapat membentuk kompleks dengan logam tersebut. Salah satu senyawa komplek yang biasa digunakan sebagai penitrasi dan larutan standar adalah ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA). HOOCCH2 H2CCOOH N – CH2 – CH2 - N HOOCCH2 H2CCOOH EDTA merupakan asam lemah dengan empat proton. Bentuk asam dari EDTA dituliskan sebagai H4Y dan reaksi netralisasinya adalah sebagai berikut : H4Y H3Y - + H + H3Y - H2Y 2- + H + H2Y 2- Y 3- + H + HY 3- Y 4- + H + Sebagai penitrasi/pengomplek logam, biasanya yang digunakan yaitu garam Na2EDTA (Na2H2Y), karena EDTA dalam bentuk H4Y dan NaH3Y tidak larut dalam air. EDTA dapat mengomplekkan hampir semua ion logam dengan perbandingan mol 1 : 1 berapapun bilangan oksidasi logam tersebut. Kestabilan senyawa komplek dengan EDTA, berbeda antara satu logam dengan logam yang lain. Reaksi pembentukan komplek logam (M) dengan EDTA (Y) adalah : M + Y → MY Konstanta pembentukan/kestabilan senyawa komplek dinyatakan sebagai berikut ini : [MY] KMY = _________ [M] [Y] Besarnya harga konstante pembentukan komplek menyatakan tingkat kestabilan suatu senyawa komplek. Makin besar harga konstante pembentukan senyawa komplek, maka senyawa komplek tersebut makin stabil dan sebaliknya makin kecil harga konstante kestabilan senyawa komplek, maka senyawa komplek tersebut makin tidak (kurang) stabil. 33
Tabel 6.1. Harga konstante kestabilan komplek logam dengan EDTA ( KMY ). Ion logam log KMY Ion logam log KMY Fe 3+ 25,1 Th 4+ 23,2 Cr 3+ 23,0 Bi 3+ 22,8 Cu 2+ 18,8 Ni 2+ 18,6 Pb 2+ 18,0 Cd 2+ 16,5 Zn 2+ 16,5 34 Co 2+ 16,3 Al 3+ 16,1 Ce 3+ 16,0 La 3+ 15,4 Mn 2+ 14,0 Ca 2+ 10,7 Mg 2+ 8,7 Sr 2+ 8,6 Ba 2+ 7,8 Karena selama titrasi terjadi reaksi pelepasan ion H + maka larutan yang akan dititrasi perlu ditambah larutan bufer. Untuk menentukan titik akhir titrasi ini digunakan indikator, diantaranya Calmagite, Arsenazo, Eriochrome Black T (EBT). Sebagai contoh titrasi antara Mg 2+ dengan EDTA sebagai penitrasi, menggunakan indikator calmagite. Reaksi antara ion Mg 2+ dengan EDTA tanpa adanya penambahan indikator adalah : Mg 2+ + H2Y 2- → MgY 2- + 2H + Jika sebelum titrasi ditambahkan indikator maka indikator akan membentuk kompleks dengan Mg 2+ (berwarna merah) kemudian Mg 2+ pada komplek akan bereaksi dengan EDTA yang ditambahkan. Jika semua Mg 2+ sudah bereaksi dengan EDTA maka warna merah akan hilang selanjutnya kelebihan sedikit EDTA akan menyebabkan terjadinya titik akhir titrasi yaitu terbentuknya warna biru. Mg Ind - + H2Y 2- → MgY 2- + H Ind 2- + H + (merah) (tak berwarna) (biru) 1. STANDARISASI LARUTAN EDTA DENGAN LARUTAN CaCl2. Tujuan : Menstandarisasi larutan EDTA dengan larutan CaCl2 secara kompleksometri menggunakan indikator EBT. Cara Kerja : - Siapkan larutan standar CaCl2 0,1M dengan cara melarutkan 0,25 gram CaCO3 dengan 25 ml aquades di dalam beaker glass 250 ml, tambahkan 1 ml
- Page 1 and 2: KIMIA ANALITIK ADAM WIRYAWAN RURINI
- Page 3 and 4: DAFTAR ISI Kata Pengantar .........
- Page 5 and 6: XI. XII. - Aplikasi spektrofotometr
- Page 7 and 8: e. Penelitian. Sebagian besar penel
- Page 9 and 10: BAB II PERLAKUAN DATA HASIL ANALISI
- Page 11 and 12: _ Σ Xi Harga rata - rata : X = ___
- Page 13 and 14: _ t x s X ± ______ _ n Dimana : X
- Page 15 and 16: 2.7. CONTOH PERHITUNGAN KESALAHAN P
- Page 17 and 18: SOAL LATIHAN 1. Hasil analisis kada
- Page 19 and 20: Berdasarkan jenis reaksinya, maka t
- Page 21 and 22: - Konsentrasi 37% 37 berarti hanya
- Page 23 and 24: Gambar 3.1. Gambar beberapa alat ge
- Page 25 and 26: dengan basa, maka indikator yang di
- Page 27 and 28: Prinsip : Larutan HCl yang telah di
- Page 29 and 30: Prinsip : Na2CO3 sebagai garam yang
- Page 31 and 32: anyak yang dibutuhkan untuk membent
- Page 33 and 34: - Siapkan larutan NH4SCN 0,1 N deng
- Page 35 and 36: 1. STANDARISASI LARUTAN AgNO3 DENGA
- Page 37 and 38: Cara kerja : - Ambil 10,00 ml larut
- Page 39 and 40: anyak yang dibutuhkan untuk membent
- Page 41 and 42: - Siapkan larutan NH4SCN 0,1 N deng
- Page 43 and 44: 1. STANDARISASI LARUTAN AgNO3 DENGA
- Page 45: Cara kerja : - Ambil 10,00 ml larut
- Page 49 and 50: BAB VII TITRASI OKSIDASI REDUKSI Ti
- Page 51 and 52: 6 Fe 2+ + Cr2O7 2- + 6H + → 2 Cr
- Page 53 and 54: Endapan CuI yang terbentuk dapat me
- Page 55 and 56: BAB VIII GRAVIMETRI Gravimetri adal
- Page 57 and 58: Tujuan : Menetapkan kadar klorida d
- Page 59 and 60: Penyaringan dan Penimbangan - Tempa
- Page 61 and 62: 8.4. PENENTUAN KALIUM Prinsip : Kal
- Page 63 and 64: BAB IX SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK 9
- Page 65 and 66: Tabel 9.1. Panjang gelombang berbag
- Page 67 and 68: Kenaikan berurutan pada jumlah mole
- Page 69 and 70: transmitans dan absorbansi dihitung
- Page 71 and 72: C C C O H tidak akan terjadi absorb
- Page 73 and 74: percobaan yang terlibat dalm persia
- Page 75 and 76: Gambar 9.11. Kurva standar yang mem
- Page 77 and 78: Sebagai contoh, jika 0,1% dari radi
- Page 79 and 80: Gambar 9.15. Kesalahan pembacaan sp
- Page 81 and 82: Gambar 9.18 Bagian-bagian dalam ala
- Page 83 and 84: Gambar 9.19. Sistim dispersi pada m
- Page 85 and 86: (c) Photo multipliers Sangat sensit
- Page 87 and 88: P0 P1 P2 P3 P0 × × × = P1 P2 P3
- Page 89 and 90: Pada λ1 A1 = ax1Cx +ay1 Cy pada λ
- Page 91 and 92: prosedur ini pada panjang gelombang
- Page 93 and 94: sumber cahaya diperoleh kurva spekt
- Page 95 and 96: persentase transmitansi yang dibaca
Tabel 6.1. Harga konstante kestabilan komplek logam dengan EDTA ( KMY ).<br />
Ion logam log KMY Ion logam log KMY<br />
Fe 3+ 25,1<br />
Th 4+ 23,2<br />
Cr 3+ 23,0<br />
Bi 3+ 22,8<br />
Cu 2+ 18,8<br />
Ni 2+ 18,6<br />
Pb 2+ 18,0<br />
Cd 2+ 16,5<br />
Zn 2+ 16,5<br />
34<br />
Co 2+ 16,3<br />
Al 3+ 16,1<br />
Ce 3+ 16,0<br />
La 3+ 15,4<br />
Mn 2+ 14,0<br />
Ca 2+ 10,7<br />
Mg 2+ 8,7<br />
Sr 2+ 8,6<br />
Ba 2+ 7,8<br />
Karena selama titrasi terjadi reaksi pelepasan ion H + maka larutan yang akan<br />
dititrasi perlu ditambah larutan bufer.<br />
Untuk menentukan titik akhir titrasi ini digunakan indikator, diantaranya<br />
Calmagite, Arsenazo, Eriochrome Black T (EBT). Sebagai contoh titrasi antara Mg 2+<br />
dengan EDTA sebagai penitrasi, menggunakan indikator calmagite.<br />
Reaksi antara ion Mg 2+ dengan EDTA tanpa adanya penambahan indikator<br />
adalah :<br />
Mg 2+ + H2Y 2- → MgY 2- + 2H +<br />
Jika sebelum titrasi ditambahkan indikator maka indikator akan membentuk<br />
kompleks dengan Mg 2+ (berwarna merah) kemudian Mg 2+ pada komplek akan<br />
bereaksi dengan EDTA yang ditambahkan. Jika semua Mg 2+ sudah bereaksi dengan<br />
EDTA maka warna merah akan hilang selanjutnya kelebihan sedikit EDTA akan<br />
menyebabkan terjadinya titik akhir titrasi yaitu terbentuknya warna biru.<br />
Mg Ind - + H2Y 2- → MgY 2- + H Ind 2- + H +<br />
(merah) (tak berwarna) (biru)<br />
1. STANDARISASI LARUTAN EDTA DENGAN LARUTAN CaCl2.<br />
Tujuan :<br />
Menstandarisasi larutan EDTA dengan larutan CaCl2 secara kompleksometri<br />
menggunakan indikator EBT.<br />
Cara Kerja :<br />
- Siapkan larutan standar CaCl2 0,1M dengan cara melarutkan 0,25 gram<br />
CaCO3 dengan 25 ml aquades di dalam beaker glass 250 ml, tambahkan 1 ml