Kimia Analitik Adam Wiryawan.pdf
Kimia Analitik Adam Wiryawan.pdf Kimia Analitik Adam Wiryawan.pdf
Gambar 12.19. Perbandingan kromatogram larutan standar (B) dengan larutan sampel (A) Retensi Relatif α sebagai Data Retensi yang direkomendasikan untuk Indentifikasi sampel yang tidak diketahui Retensi relatif α adalah yang direkomendasikan untuk indentifikasi puncak sebagai sesuatu yang relatif terhadap standar dan juga diperoleh dari data retensi yang disesuaikan. Ini lebih mudah diperoleh dan hanya bergantung pada jenis fase cair dan temperatur kolom. 163 163
164 Identifikasi dengan Logaritma Retensi Mengambarkan grafik dari data retensi relatif atau yang disesuaikan terhadap berbagai parameter fisik senyawa atau serangakaian homologi dapat memberikan petunjuk dari identitas sampel yang belum diketahui. Identifikasi dengan Menggunakan Retention Index Konstanta bahan terlarut Kovats Indices dan Rohschneider dapat memberikan petunjuk yang baik mengenai identitas atau jumlah karbon untuk beberapa senyawa. Data ini tersedia dalam Jurnal Kromatografi dan publikasi ASTM. Metode pergeseran puncak juga merupakan alat yang baik untuk identifikasi kualitatif. Identifikasi dengan Menggunakan Dua Detektor Perbandingan rasio respon dari senyawa yang dianalisa oleh dua detektor yang berbeda dibawah kondisi yang telah ditetapkan bersifat karakteristik pada senyawa tersebut. Sampel biasanya dikromatografikan pada satu kolom dan kolom dibagi untuk dua detektor yang berbeda dengan yang masing-masing di rekam ke kromatogram secara bersamaan. Kedua detektor tersebut spesifik seperti detektor “flame photometric detector (FPD)” akan memberi respon pada senyawa-senyawa sulfur dan phosporus, detektor “electron captive detector (ECD)” akan memberi respon pada senyawa-senyawa halogen, sementara thermionic spesific detector (TSD) akan memberi respon pada senyawa-senyawa nitrogen dan phosphorus. Detektor-detektor tersebut diterapkan secara luas dalam analisa obat-obatan dan pestisida. Pendekatan ini umumnya direkomendasikan untuk deteksi senyawa spesifik dibandingkan general qualitative digunakan sebagai kromatogram yang sulit untuk diinterpretasikan. Identifikasi dengan Penggabungan dengan Metode penentuan Fisik lainnya Pada saat fraksi dari senyawa yang dielusi telah dikumpulkan ini memungkinkan untuk diidentifikasi oleh teknik fisik lainnya. Teknik ini termasuk : (a) Mass Spectrometry – Berhubungan langsung dengan kolom kapiler (b) Infra red spectrometry – langsung ke dalam cell sampel gas atau cair (c) Nuclear Magnetic Resonance (d) Coulometry (e) Polarography (f) UV Visible Spectroscopy 164
- Page 125 and 126: Tugas 7 : Pengaruh pengganggu fosfa
- Page 127 and 128: 2. Mempelajari pengaruh cara adisi
- Page 129 and 130: 116 Pada kromatografi cairan, fasa
- Page 131 and 132: HETP = A + B /µ +(Cg + C1)µ Gamba
- Page 133 and 134: 120 Faktor C : Istilah Transfer res
- Page 135 and 136: Gambar 12.6. Injektor pada kolom ko
- Page 137 and 138: 124 fisik fase diam. Batas bawah di
- Page 139 and 140: Gambar 12.7. Hubungan kecepatan ali
- Page 141 and 142: 128 Effisiensi kolom diukur dengan
- Page 143 and 144: 130 D.7. Ekspresi yang menghubungka
- Page 145 and 146: E. 3. Volume Retensi Netto Volume r
- Page 147 and 148: Untuk kolom yang dioperasikan secar
- Page 149 and 150: 136 (c) Tampilan senyawa A, B, C, D
- Page 151 and 152: 138 Adsorben Fase Diam (a) Karbon B
- Page 153 and 154: Butiran Polimer Berpori Rangkaian b
- Page 155 and 156: 142 a. Bahan Pendukung Padat Fungsi
- Page 157 and 158: Tabel 12.3. Prinsip Intermolecular
- Page 159 and 160: 146 terlarut. Fase kristal cair ban
- Page 161 and 162: STRUKTUR KIMIA FASE CAIR 148 148
- Page 163 and 164: Sensitivitas juga dapat dinyatakan
- Page 165 and 166: 152 (c) Memilih gas pembawa yang me
- Page 167 and 168: H.3.1. Flame Ionization Detector (F
- Page 169 and 170: 156 terionisasi oleh sumber elektro
- Page 171 and 172: Gambar 11.18. Detektor TSD Versi mo
- Page 173 and 174: 160 Walaupun F.P.D. utamanya diguna
- Page 175: 162 Sampel yang paling sulit dianal
- Page 179 and 180: 166 Kurva integral dihasilkan yakni
- Page 181 and 182: Gambar 12.21. Ilustrasi kromatograf
- Page 183 and 184: High Performance Liquid Chromatogra
- Page 185 and 186: 172 E. Kromatografi Pasangan Ion (I
- Page 187 and 188: 174 Interaksi Ikatan Hidrogen Inter
- Page 189 and 190: 176 Eluotropic. Alkohol dan air mem
- Page 191 and 192: 178 178
- Page 193 and 194: I. Tutorial : Kromatografi Cair 1.
- Page 195 and 196: 182 Prosedur : (1) Nyalakan Flame I
- Page 197 and 198: 184 Injeksikan campuran tersebut pa
- Page 199 and 200: Tugas 6 Analisa Kualitatif : Sistem
- Page 201 and 202: Praktikum Kromatografi Gas Praktiku
- Page 203 and 204: Range : 1 K Integrator - ATT 2 : 6
- Page 205 and 206: 192 (ii) Set up injektor pada split
- Page 207 and 208: Praktikum 4 : Kromatografi Cair Kin
- Page 209 and 210: B. Studi Kromatografi Dua sampel ya
- Page 211 and 212: (v) 25 mg NO L - 3 dan 250 mg SO L
- Page 213 and 214: PROSEDUR OPERASIONAL UNTUK KROMATOG
- Page 215 and 216: Kromatogram Diferensial Pendahuluan
- Page 217 and 218: (v) Faktor kapasitas k’ t' k' = t
- Page 219: BAHAN BACAAN BASSET, et al. (ed.).
164<br />
Identifikasi dengan Logaritma Retensi<br />
Mengambarkan grafik dari data retensi relatif atau yang disesuaikan terhadap<br />
berbagai parameter fisik senyawa atau serangakaian homologi dapat memberikan<br />
petunjuk dari identitas sampel yang belum diketahui.<br />
Identifikasi dengan Menggunakan Retention Index<br />
Konstanta bahan terlarut Kovats Indices dan Rohschneider dapat memberikan<br />
petunjuk yang baik mengenai identitas atau jumlah karbon untuk beberapa senyawa.<br />
Data ini tersedia dalam Jurnal Kromatografi dan publikasi ASTM. Metode pergeseran<br />
puncak juga merupakan alat yang baik untuk identifikasi kualitatif.<br />
Identifikasi dengan Menggunakan Dua Detektor<br />
Perbandingan rasio respon dari senyawa yang dianalisa oleh dua detektor yang<br />
berbeda dibawah kondisi yang telah ditetapkan bersifat karakteristik pada senyawa<br />
tersebut.<br />
Sampel biasanya dikromatografikan pada satu kolom dan kolom dibagi untuk<br />
dua detektor yang berbeda dengan yang masing-masing di rekam ke kromatogram<br />
secara bersamaan.<br />
Kedua detektor tersebut spesifik seperti detektor “flame photometric detector<br />
(FPD)” akan memberi respon pada senyawa-senyawa sulfur dan phosporus, detektor<br />
“electron captive detector (ECD)” akan memberi respon pada senyawa-senyawa<br />
halogen, sementara thermionic spesific detector (TSD) akan memberi respon pada<br />
senyawa-senyawa nitrogen dan phosphorus. Detektor-detektor tersebut diterapkan<br />
secara luas dalam analisa obat-obatan dan pestisida.<br />
Pendekatan ini umumnya direkomendasikan untuk deteksi senyawa spesifik<br />
dibandingkan general qualitative digunakan sebagai kromatogram yang sulit untuk<br />
diinterpretasikan.<br />
Identifikasi dengan Penggabungan dengan Metode penentuan Fisik lainnya<br />
Pada saat fraksi dari senyawa yang dielusi telah dikumpulkan ini memungkinkan<br />
untuk diidentifikasi oleh teknik fisik lainnya. Teknik ini termasuk :<br />
(a) Mass Spectrometry – Berhubungan langsung dengan kolom kapiler<br />
(b) Infra red spectrometry – langsung ke dalam cell sampel gas atau cair<br />
(c) Nuclear Magnetic Resonance<br />
(d) Coulometry<br />
(e) Polarography<br />
(f) UV Visible Spectroscopy<br />
164