09.06.2013 Views

Penginfusan Batang dengan Campuran Kuprik Oksida, Bahan ...

Penginfusan Batang dengan Campuran Kuprik Oksida, Bahan ...

Penginfusan Batang dengan Campuran Kuprik Oksida, Bahan ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Penginfusan</strong> <strong>Batang</strong> <strong>dengan</strong> <strong>Campuran</strong> <strong>Kuprik</strong> <strong>Oksida</strong>, <strong>Bahan</strong> Perata, dan<br />

Pupuk untuk Mengendalikan Vascular Streak Dieback dan Busuk Buah<br />

Phytophthora pada Kakao<br />

(Stem Infusion with the Mixture of Cupric Oxide, Spreader, and Fertilizers to Control<br />

Vascular Streak Dieback and Phytophthora Pod Rot Diseases on Cocoa)<br />

ADE ROSMANA DAN ABDUL MUBARAK IRFAN<br />

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin<br />

Makassar, Sulawesi Selatan, 90245<br />

J. Fitomedika. 7 (1): 31 - 36 (2010)<br />

ABSTRACT The devastation of cocoa plantations in Sulawesi by vascular streak dieback (VSD)<br />

disease for the last several years must be taken seriously. The use of synthetic fungicides under this condition<br />

is needed and based on previous research indicated that the use of cupric oxide through stem infusion<br />

could inhibit the development of VSD disease. The purpose of the study was to evaluate the effects<br />

of the addition of spreader and fertilizer to reinforce the effectiveness of cupric oxide in reducing plant<br />

damages caused by VSD and phytophthora pod rot (PPR) diseases. Two applications of cupric oxide<br />

fungicide within three months (six weeks between applications) with a dosage of 2g/l/tree can reduce<br />

VSD intensity by 4.2% per week during the three months of observation. When cupric oxide was mixed<br />

with spreader the reduction in VSD intensity increased by 5.4% per week; and when cupric oxide was<br />

mixed with spreader and solid or liquid fertilizer the reduction further increased by 6.2% per week. The<br />

reduction of VSD intensity by these treatments coincided with diminution of brown coloration on twigs<br />

xylem by 33.1%, 58.5%, and 70.3% respectively. The impact of cupric oxide and its mixture with spreader<br />

and fertilizer on the rate of Phytophthora pod rot incidence was also observed. During the three<br />

months of observation, this disease increased about 6.7% per week in untreated trees (control). On the other<br />

hand, on cocoa treated by cupric oxide, cupric oxide + spreader, and combination of cupric oxide<br />

with spreader, liquid and solid fertilizer, the rate of pod rot disease incidence was reduced by 6.3, 3.4, and<br />

2.9% per week, respectively. The spreader, therefore, plays an important role in giving a synergistic effect<br />

to cupric oxide and fertilizer in reducing the disease incidence for both VSD and PPR.<br />

KEY WORDS cupric oxide, stem infusion, vascular streak dieback, phytophthora pod rot<br />

Penyakit vascular streak dieback (VSD) merupa-<br />

kan salah satu penyakit penting yang saat ini men-<br />

devastasi pertanaman kakao khususnya di Sulawesi,<br />

produser kakao terbesar di Indonesia. Penyakit ini<br />

disebabkan oleh cendawan kelas Basidiomycetes,<br />

Oncobasidium theobromae (Talbot and Keane)<br />

dan Ceratobasidium cornigerum (Guest and Keane<br />

2007, Rosmana and Samuels 2010). Sejak dite-<br />

mukan pertama kali pada tahun 2002 di Pinrang<br />

Sulawesi Selatan dan Polewali Mandar Sulawesi<br />

Barat, penyakit VSD telah menyebar hampir di seluruh<br />

Kabupaten di daerah ini (Askindo 2008, Ditjenbun<br />

2008, , Gusli 2008, Rosmana 2006).<br />

Penyebarannya semakin besar sejalan <strong>dengan</strong><br />

bertambahnya areal lahan kakao di daerah ini<br />

(Gusli et al. 2008). Kehilangan hasil akibat VSD<br />

tampaknya lebih besar bila dibandingkan <strong>dengan</strong><br />

kehilangan hasil oleh hama PBK. Gusli et al. (2008)<br />

dan Gusli (2008) melaporkan hasil penelitian di<br />

E-mail: ade-rosmana@agri.unhas.ac.id<br />

beberapa Kecamatan di Sulawesi Selatan bahwa<br />

<strong>dengan</strong> investasi VSD sebesar 50%, kerugian<br />

yang ditimbulkannya hampir menyamai kerugian<br />

pada areal yang 97% terinfestasi PBK. Lebih-lebih<br />

pada lahan yang tidak terawat baik kerugian oleh<br />

VSD ini bisa mencapai 100% atau zero produksi.<br />

Dengan semakin besarnya intensitas dan luasnya<br />

penyebaran penyakit VSD, penggunaan fungisida<br />

sintetik sangat dibutuhkan, karena selain<br />

hasilnya cepat dievaluasi, juga fungisida tersedia<br />

di pasaran sehingga petani bisa menggunakannya<br />

<strong>dengan</strong> cepat. Fungisida yang efektif untuk<br />

mengendikan VSD adalah dari grup Triazol (Flood<br />

et al. 2004, Guest and Keane 2007), namun<br />

fungisida ini masih terbatas di pasar dan relatif<br />

mahal. Aplikasi fungisida untuk mengendalikan<br />

VSD ini relative sulit, karena O. theobromae sebagai<br />

pathogen VSD menginfeksi melalui pucuk dan<br />

berpenetrasi masuk ke dalam xylem. Penyemprotan<br />

fungisida dikhawatirkan tidak akan mencapai<br />

sasaran karena pucuk tersebar di seluruh ka-


32 JURNAL FITOMEDIKA Vol. 7, no. 1, AGUSTUS 2010: 31 - 36<br />

nopi tanaman kakao. Demikian pula aplikasi melalui<br />

tanah, karena perakaran kakao menyebar<br />

sebanding <strong>dengan</strong> kanopi di atasnya sehingga diperlukan<br />

fungisida dalam jumlah banyak agar<br />

bisa mencapai ranting. Rosmana (2006) melaporkan<br />

bahwa aplikasi fungisida kuprik oksida<br />

yang diaplikasikan melalui penginfusan dapat<br />

menurunkan intensitas penyakit VSD yang cukup<br />

signifikan.<br />

Percoban ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas<br />

kuprik oksida dalam mengendalikan penyakit<br />

VSD yang diperkuat melalui kombinasinya<br />

<strong>dengan</strong> perata serta pupuk padat dan pupuk<br />

cair yang diaplikasikan melalui penginfusan pada<br />

batang kakao. Selain terhadap VSD, dampak apli-<br />

kasi penginfusan kuprik oksida dan kombinasinya<br />

terhadap perkembangan intensitas penyakit<br />

BBP juga diamati di dalam peneltian ini. Penyakit<br />

ini juga merupakan penyakit penting terutama bila<br />

vektornya seperti semut Irydomyrmex cordatus terdapat<br />

di lapang dalam populasi yang tinggi. Penyakit<br />

BPP dapat menyebabkan kehilangan hasil<br />

sampai 60 persen (Rosmana et al. 2010a, Rosmana<br />

et al. 2010b)<br />

<strong>Bahan</strong> dan Metode<br />

Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik pe-<br />

tani di Kabupaten Luwu Timur pada musim hujan<br />

yang kakaonya terserang berat oleh penyebab pe-<br />

nyakit VSD. <strong>Bahan</strong> yang digunakan dalam pene-<br />

litian ini adalah CuO (Nordox 56 WP, 2g/l), perata<br />

(Apsa 800 WSC, 0,25 ml/l), pupuk cair (Nutrifarm<br />

AG, 1,25 ml/l) dan pupuk padat (NPK Pelangi,<br />

20g/l). Penelitian disusun menggunakan rancangan<br />

acak kelompok <strong>dengan</strong> enam perlakuan pengin-<br />

fusan yang masing masing mempunyai enam ulangan.<br />

Perlakuan tersebut adalah air sebagai kon-<br />

trol, kuprik oksida, kuprik oksida ditambah pe-<br />

rata, kuprik oksida ditambah pupuk cair, kuprik<br />

oksida ditambah pupuk padat, serta kuprik oksida<br />

ditambah perata, pupuk cair, dan pupuk padat.<br />

<strong>Kuprik</strong> oksida dan kombinasinya seperti di atas<br />

dimasukan ke dalam botol 1,5 l yang diberi selang<br />

dan tip yang runcing diujungnya. Botol tersebut<br />

lalu digantung secara terbalik di atas dahan<br />

dan ujung selang dan tipnya di masukan ke dalam<br />

sayatan kulit batang kakao. Teknik sayatan ini<br />

sama <strong>dengan</strong> tehnik untuk sambung samping kakao.<br />

Agar fungisida menetes <strong>dengan</strong> baik, selang<br />

diberi jepitan dan tip diberi saringan dari gabus.<br />

Aplikasi penginfusan dilakukan dua kali <strong>dengan</strong><br />

jarak waktu 1,5 bulan.<br />

Setiap ulangan terdiri dari 16 pohon, sehingga<br />

total tanaman uji 576 pohon. Dari 16 pohon ter-<br />

sebut, diambil empat pohon untuk dijadikan sampel<br />

pengamatan. Untuk pengamatan intensitas penyakit<br />

VSD, empat sampel ranting diambil <strong>dengan</strong><br />

berdasarkan arah mata angin (timur, barat, utara,<br />

dan selatan) untuk pengamatan jumlah ranting sakit<br />

dan jumlah tunas yang baru terbentuk. Bila<br />

terjadi pertumbuhan tunas baru, maka dinyatakan<br />

bahwa ranting tersebut telah sehat. Intensitas penyakit<br />

ini dihitung <strong>dengan</strong> rumus A/B x 100%;<br />

dimana A = jumlah ranting sakit dan B = jumlah<br />

seluruh ranting yang diamati; dan pengamatan dilakukan<br />

tiga bulan <strong>dengan</strong> interval pengamatan<br />

satu minggu. Selain itu, panjang pewarnaan coklat<br />

pada xylem ranting juga diamati <strong>dengan</strong> cara<br />

membelah ranting tersebut sebelum penginfusan<br />

dan tiga bulan setelah peninfusan pertama. Untuk<br />

pengamatan ini empat ranting per pohon dijadikan<br />

sebagai sampel.<br />

Untuk penyakit busuk buah Phytophthora,<br />

sampel pengamatan terdiri dari empat buah sehat<br />

yang berumur kurang lebih dua bulan atau berukuran<br />

panjang 8 - 10 cm. Intensitas BBP diamati<br />

sekali seminggu selama tiga bulan. Intensitas sera-<br />

ngan kemudian ditentukan <strong>dengan</strong> menggunakan<br />

rumus P/Q x 100%; dimana P adalah jumlah<br />

buah yang terserang patogen busuk buah dan Q<br />

adalah jumlah seluruh buah yang diamati.<br />

Data panjang pewarnaan coklat pada xylem<br />

dianalisis <strong>dengan</strong> Uji Sidik Ragam, lalu diuji lan-<br />

jut <strong>dengan</strong> Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT)<br />

untuk mendeteksi perbedaan nyata diantara se-<br />

mua perlakuan. Sedangkan laju perkembangan intensitas<br />

penyakit VSD dan busuk buah Phytophthora<br />

dianalisis <strong>dengan</strong> menggunakan persamaan<br />

regresi.<br />

Hasil dan Pembahasan<br />

Aplikasi kuprik oksida melalui penginfusan<br />

pada batang dapat menurunkan intensitas sera-<br />

ngan penyakit VSD sekitar 4,2% per minggu,<br />

sedangkan pada kontrol cenderung naik 0,2% per<br />

minggu (Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa<br />

senyawa tersebut dapat ditranslokasikan pada jaringan<br />

tanaman dan mencapai patogen sasaran pada<br />

ranting. Selanjutnya hal ini dikuatkan oleh adanya<br />

penurunan ukuran panjang warna coklat sekitar<br />

33,1% pada xylem ranting yang merupakan<br />

gejala khas serangan VSD dalam jaringan tanaman<br />

kakao (Tabel 1). <strong>Kuprik</strong> merupakan fungisida<br />

yang berspektrum luas yang dapat mengendalikan<br />

penyakit tanaman yang disebabkan oleh<br />

cendawan dan bakteri. Selain itu kuprik juga dapat<br />

berperan sebagai sumber mikronutrisi bagi tana-<br />

man (Anonim 1974, Lossin dan Westhoff 2008).


ROSMANA DAN IRFAN: <strong>Penginfusan</strong> Kakao <strong>dengan</strong> <strong>Kuprik</strong> Osida 33<br />

Dengan demikian penurunan intensitas penyakit<br />

VSD berkaitan <strong>dengan</strong> toksisitas kuprik oksida<br />

terhadap pathogen VSD, yaitu O. theobromae<br />

atau C. cornigerum.<br />

Efisiensi fungisida kuprik tergantung pada kemampuannya<br />

menghasilkan ion kuprik (II) <strong>dengan</strong><br />

konsentrasi yang mematikan sebelum terjadinya<br />

pertumbuhan cendawan, namun tidak melebihi<br />

batas konsentrasi yang dapat menyebabkan<br />

fitotoksisitas pada tanaman (Lubej et al. 2004).<br />

Dalam pengujian ini, waktu satu minggu dibutuhkan<br />

untuk menghabiskan satu liter fungisida<br />

yang diinfuskan pada batang. Dengan demikian<br />

fungisida tidak akan mengalami penumpukan pada<br />

jaringan tanaman, sehingga lebih menjamin keefektifannya<br />

terhadap patogen sasaran tanpa dampak<br />

fitotoksisitas pada tanaman.<br />

Dengan penambahan zat perata (APSA 800<br />

WSC), penurunan laju penyakit VSD semakin<br />

be-sar sekitar 5,4% per minggu dan penurunan<br />

pewarnaan coklat pada xylem sekitar 58,5% (Gambar<br />

1 dan Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa<br />

zat perata tersebut dapat memberikan kontribusi<br />

pada penyebaran kuprik oksida sehingga mudah<br />

terserap oleh jaringan tanaman dan didistribusikan<br />

ke seluruh jaringan tanaman. Pengamatan menunjukkan<br />

bahwa suspensi kuprik oksida sering mengendap<br />

dalam botol infus terutama pada konsentrasi<br />

yang tinggi, hal ini berakibat pada penurunan<br />

efektifitasnya. Selain itu zat perata <strong>dengan</strong><br />

bahan aktif alkil aril alkoksilat kemungkinan juga<br />

bersifat toksik pada cendawan patogen VSD. Pengujian<br />

toksisitas terhadap Trichoderma asperellum<br />

menunjukan bahwa <strong>dengan</strong> konsentrasi 50<br />

- 100 µl/l zat perata ini masih toksik terhadap<br />

cendawan tersebut (Rosmana, tidak dipublikasikan).<br />

Penambahan pupuk cair dan pupuk padat pada<br />

dua campuran di atas memberikan penurunan laju<br />

intensitas penyakit terbesar yaitu 6,2% per minggu<br />

dan penurunan pewarnaan coklat pada xylem sekitar<br />

70% (Gambar 1 dan Tabel 1).<br />

Hal ini merupakan pengaruh dari pupuk cair<br />

dan pupuk padat yang terdistribusi baik dalam jaringan<br />

tanaman <strong>dengan</strong> adanya bahan perata. Unsur<br />

hara yang merupakan gabungan unsur mikro<br />

dan unsur makro dalam kedua jenis pupuk tersebut<br />

tampaknya mendukung metabolisme tanaman<br />

dalam memberikan respon yang berakibat menekan<br />

intensitas serangan VSD. Akan tetapi pemberian<br />

baik pupuk cair maupun pupuk padat NPK<br />

secara sendiri-sendiri tidak menunjukkan aksi sinergisme<br />

yang signifikan <strong>dengan</strong> senyawa kuprik<br />

oksida.<br />

Dalam percobaan ini perlakuan untuk VSD<br />

diaplikasikan pada ranting yang sakit, sedangkan<br />

untuk BBP perlakuan diaplikasikan pada buah sehat<br />

sehingga penyakit bertambah <strong>dengan</strong> bertambahnya<br />

waktu pengamatan. <strong>Penginfusan</strong> <strong>dengan</strong><br />

kuprik oksida dan kombinasinya <strong>dengan</strong> pupuk<br />

cair dan pupuk padat sedikit berpengaruh terhadap<br />

penyakit BBP. Laju penyakit ini pada kontrol,<br />

perlakuan kuprik oksida, kombinasi kuprik<br />

oksida dan pupuk cair, serta kombinasi kuprik<br />

oksida dan pupuk padat masing masing 6,7%,<br />

6,3%, 5,8%, dan 6,6% per minggu. Namun bila<br />

kuprik oksida ini dikombinasikan <strong>dengan</strong> perata<br />

laju penyakit BBP melambat menjadi 3,4% per<br />

minggu dan lebih lambat lagi yaitu 2,9% per<br />

minggu bila pada ke dua campuran tadi ditam-<br />

bahkan pupuk cair dan pupuk padat. Dengan demikian,<br />

perata sangat berperan penting dalam<br />

memberikan sinergisme <strong>dengan</strong> kuprik oksida pada<br />

penekanan penyakit BBP. Fugisida kuprik merupakan<br />

fungisida yang banyak digunakan untuk<br />

mengendalikan busuk buah, namun aplikasiya melalui<br />

penyemprotan langsung pada buah (Norgrove<br />

2007, Rosmana et al. 2006).<br />

Tabel 1. Rata rata panjang pewarnaan coklat pada xylem ranting kakao setelah aplikasi penginfusan<br />

batang <strong>dengan</strong> kuprik oksida dan campuranya <strong>dengan</strong> perata, pupuk cair, dan pupuk padat<br />

Perlakuan Sebelum penginfusan<br />

Tiga bulan setelah<br />

penginfusan pertama<br />

Kontrol 73,1a 73,1d<br />

<strong>Kuprik</strong> oksida 70,6a 47,2c<br />

<strong>Kuprik</strong> oksida + perata 69,3a 28,8b<br />

<strong>Kuprik</strong> oksida + pupuk cair 69,3a 48,3c<br />

<strong>Kuprik</strong> oksida + pupuk padat 69,7a 51,3c<br />

<strong>Kuprik</strong> oksida + perata + pupuk cair + pupuk padat 73,0a 21,7a<br />

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata (P > 0,05; Uji Jarak<br />

Berganda Duncan).


34 JURNAL FITOMEDIKA Vol. 7, no. 1, AGUSTUS 2010: 31 - 36<br />

Gambar 1. Intensitas serangan penyakit vascular streak dieback (VSD) setelah aplikasi penginfusan batang <strong>dengan</strong><br />

kuprik oksida serta campurannya <strong>dengan</strong> perata, pupuk cair dan pupuk padat. K = kontrol; KO = kuprik oksida; PS = perata;<br />

PC = pupuk cair; PP = pupuk padat.


ROSMANA DAN IRFAN: <strong>Penginfusan</strong> Kakao <strong>dengan</strong> <strong>Kuprik</strong> Osida 35<br />

Gambar 2. Intensitas penyakit BBP setelah aplikasi penginfusan batang <strong>dengan</strong> kuprik <strong>Oksida</strong> dan kuprik oksida<br />

dicampur <strong>dengan</strong> perata, pupuk cair, dan pupuk padat . K = kontrol; KO = kuprik oksida; PS = perata; PC = pupuk cair; PP =<br />

pupuk padat.<br />

Kesimpulan<br />

Dengan demikian aplikasi kuprik oksida yang<br />

dikombinasikan <strong>dengan</strong> perata, pupuk cair, dan pupuk<br />

padat merupakan yang paling ideal. Sebaiknya<br />

diaplikasikan terutama pada awal musim hujan sebagai<br />

tindakan preventif dan kuratif terhadap penyakit<br />

VSD dan penyakit BBP. Kedua penyakit<br />

tersebut, intensitas serangannya sangat tinggi pada<br />

musim hujan.<br />

Daftar Pustaka<br />

Anonim. 1974. Uses of copper compounds. Copper<br />

Development Association, Hemel Hempstead,<br />

UK. 22 pp.<br />

Askindo. 2008. Laporan hasil diskusi VSD.<br />

Laporan disampaikan dalam Pertemuan Nasional<br />

“A Day Discussion: Crass Program Addressing<br />

VSD Disease, 5 Juni 2008, Clarion Hotel,<br />

Makassar.


36 JURNAL FITOMEDIKA Vol. 7, no. 1, AGUSTUS 2010: 31 - 36<br />

Ditjenbun. 2008. Program pengendalian penyakit<br />

VSD (vascular streak dieback) pada tanaman<br />

kakao. Makalah disampaikan dalam Pertemuan<br />

Nasional “A Day Discussion: Crass Program<br />

Addressing VSD Disease, 5 Juni 2008, Clarion<br />

Hotel, Makassar.<br />

Flood, J., D. Guest, K. A. Holmes, P. J. Keane,<br />

B. Padi, and E. Sulistyowati. 2004. Cocoa<br />

under attack pp 33 - 64, in Flood, J. and R. Murphy<br />

(eds.), Cocoa Futures. The Commodities<br />

Press.<br />

Guest, D. and P. J. Keane. 2007. Vascular streak<br />

dieback: A new encounter disease of cacao in<br />

Papua New Guinea and Southeast Asia caused<br />

by the obligate Basidiomycete Oncobasidium<br />

theobromae. Phytopathology. 97: 1654 - 1657.<br />

Gusli, S. 2008. VSD di Sulsel, Sulbar, Sultra dan<br />

Sulteng: signifikansi dan praktik yang diterap-<br />

kan petani. Makalah disampaikan dalam Per-<br />

temuan Nasional “A Day Discussion: Crass<br />

Program Addressing VSD Disease, 5 Juni 2008,<br />

Clarion Hotel, Makassar.<br />

Gusli, S., Razak, H.A., Pasaribu. 2008. Cocoa vs<br />

food rains: will cocoa lose its demand as focus<br />

shifts? A case for Indonesia. Paper presented in<br />

Cocoa Outlook Conference, 21 - 22 October,<br />

Singapore.<br />

Lossin, A. and F. J. Westhoff. 2008. The<br />

production and application of cuprous oxide and<br />

cupric hydroxide. JOM Journal of the Minerals,<br />

Metals, and Materials Society 49: 38 - 39.<br />

Lubej, A, T. Koloini, C. Pohar. 2004. Industrial<br />

precipitation of cupric hydroxysalts. Acta Chim.<br />

Slov. 51: 751 - 768.<br />

Norgrove, L. 2007. Effects of different copper<br />

fungicide application rates upon earthworm activity<br />

and impacts on cocoa yield over four<br />

years. European Journal of Soil Biology. 43:<br />

303 - 310.<br />

Rosmana, A. 2006. Vascular Streak Dieback<br />

(VSD) : Penyakit baru pada tanaman kakao di<br />

Sulawesi. Proceeding Seminar PEI dan PFI<br />

Komda Sulsel di Maros, Oktober 2005.<br />

Rosmana, A., C. Warda dan M. Junaid 2010a.<br />

Peran semut Iridomyrmex cordatus sebagai vector<br />

penyakit busuk buah Phytophthora pada<br />

kakao di Sulawesi. Pelita Perkebunan (in press).<br />

Rosmana, A., E Sahrani, W. Saharuddin, and<br />

M. Junaid. 2006. Comparison of Trichoderma<br />

use with synthetic fungicide to control phytophthora<br />

pod rot of cocoa. Fitomedika 6: 22 - 25.<br />

Rosmana, A., M. Shepard, P. Hebbar, and A.<br />

Mustari. 2010. Control of cocoa pod borer and<br />

Phytophthora pod rot using degradable plastic<br />

pod sleeves and a nematode, Steinernema carpocapsae.<br />

Indonesian Journal in Agricultural<br />

Science (in press).<br />

Rosmana A. and G. J. Saumuels, G.J. 2010.<br />

Characterization of vascular streak dieback<br />

pathogens and Trichoderma species from cocoa<br />

plantations in Indonesia. World Cocoa Foundation<br />

News Letter.<br />

Diterima tanggal 2 Februari 2010; disetujui untuk di-<br />

publikasi tanggal 1 Mei 2010.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!