08.06.2013 Views

Teknik Pembuatan Arang - Badan Litbang Kehutanan

Teknik Pembuatan Arang - Badan Litbang Kehutanan

Teknik Pembuatan Arang - Badan Litbang Kehutanan

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

TEKNOLOGI PEMBUATAN ARANG, BRIKET ARANG DAN ARANG<br />

AKTIF SERTA PEMANFAATANNYA<br />

I. PENDAHULUAN<br />

Oleh:<br />

Gustan Pari, Mahfudin & Jajuli<br />

Keterbatasan pengadaan bahan bakar minyak dan gas yang harganya makin mahal dan<br />

sifatnya yang tak dapat dipulihkan (non renewable), akan mendorong pemakaian kearah bahan<br />

bakar lain dan pengembangan bahan bakar yang dapat diperbarui seperti kayu, limbah<br />

pembalakan, limbah perkebunan dan pertanian serta biomassa lainnya. Sampai saat ini untuk<br />

memenuhi kebutuhan bahan bakar sehari-hari dari ± 70% masyarakat Indonesia yang tinggal<br />

didaerah pedesaan masih menggunakan kayu bakar. Kayu bakar tersebut diperoleh dari berbagai<br />

tempat disekitarnya dimana tempat mereka tinggal seperti pekarangan rumah, kebun, kawasan<br />

hutan atau tanaman pertanian dan perkebunan. Di beberapa daerah di Indonesia masyarakatnya<br />

sudah ada yang menggunakan arang sebagai keperluan sehari-hari karena lebih panas dan tidak<br />

memerlukan tempat yang khusus<br />

Limbah-limbah seperti limbah pembalakan, limbah industri pengolahan kayu, dan limbah<br />

perkebunan/pertanian seperti tempurung kelapa, tempurung kemiri, sabut kelapa, batang dan<br />

bonggol jagung, batang dan kulit kacang tanah, jerami, sekam padi, dll dapat menjadi sumber<br />

energi dipedesaan. Nilai kalor bakar cukup tinggi yaitu bekisar 3000-5000 kal/gram, dan bila<br />

dimanfaatkan sebanyak 4 kg nilainnya kurang lebih sama dengan panas yang dihasilkan dari 1,3<br />

kg minyak bakar (minyak tanah). Pemakaian limbah sebagai bahan bakar ini masih<br />

menggunakan peralatan secara sederhana/tradisional yang mempunyai kelemahan dengan<br />

ditunjukan oleh sifat pembakaran yang kurang menguntungkan antara lain banyak timbul asap,<br />

abu, dan efesiensinya sangat rendah.<br />

Dengan keterbatasan sumber energi dipedesaan dan harga energi yang berasal dari posil<br />

cukup tinggi masyarakat cenderung memanpaatkan sumber energi dari kayu bakar meskipun<br />

terdapat beberapa kelemahan oleh karena itu perlu dilakukan pembaharuan dan modifikasi<br />

peralatan dan sumber energi seperti dengan memperluas tanaman hutan tanaman energi<br />

memperbaharui/memodifikasi alat penghasil energi, penyempurnaan bentuk bahan baku,<br />

perbaikan sistim pengangkutan dan penyimpanan, sehingga akan diperoleh bahan bakar yang<br />

telah dikembangkan dengan teknologi yang sederhana dan praktis seperti arang briket,<br />

penyempurnaan tungku pembakaran dengan menghasilkan energi panas yang tinggi.<br />

<strong>Arang</strong> merupakan suatu produk yang dihasilkan dari proses karbonisasi dari bahan yang<br />

mengandung karbon terutama biomass kayu. Produk ini utamanya banyak digunakan sebagai<br />

sumber energi. Proses pembuatan arang sesungguhnyah dapat dihasilkan berbagai arang yang<br />

mempunyai kegunaan berbeda misalnya arang biasa hasil dari pembakaran hanya dapat<br />

dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk menghasilkan panas. Sedangkan arang dengan<br />

memlalui proses pengaktifan fungsinya dapat berubah untuk kesehatan, pertanian, kecantikan,<br />

elektronik, dll.<br />

Indonesia telah lama diketahui sebagai produsen arang ekspor di pasar dunia, tercatat<br />

Indonesia termasuk nomor satu dari lima negara pengekspor arang terbesar di dunia yaitu China,<br />

Malaysia, Afrika Selatan dan Argentina. Tercatat tahun 2000, Indonesia mengekspor arang<br />

sebanyak 29.867.000 kg yang terdiri dari arang tempurung kelapa (15,96%), arang mangrove<br />

(22,31%) dan arang kayu (61,73%)


II. TEKNOLOGI PEMBUATAN<br />

A. Teknologi <strong>Pembuatan</strong> <strong>Arang</strong><br />

Berbagai cara dapat ditempuh untuk merubah bahan bakar tradisional menjadi bahan<br />

bakar konvesiona. Salah satu diantaranya adalah dengan cara menyempurnakan teknik<br />

peralatan pembakaran, misalnya menggunakan tungku bakar yang dapat meningkatkan<br />

efesiensi dan mutu pembakaran.cara lain dapat pula ditempuh dengan merubah sifat bahan<br />

bakar tersebut sehingga menjadi lebih praktis dalam pemakaian.<br />

1. <strong>Pembuatan</strong> arang dengan tungku drum hasil modifikasi.<br />

- Limbah pembalakan, sebetan dan potongan ujung dari limbah industry pengolahan kayu<br />

diarangkan dalam tungku drum hasil modifikasi yang terbuat dari drum bekas pakai<br />

(gambar1)<br />

- Tungku drum terdiri dari 4 bagian yaitu badan drum yang dibuka salah satu ujungnya,<br />

tutup kiln atas, cerobong asap dan lubang-lubang udara pada bagian bawah drum, yang<br />

berpungsi juga sebagai tempat pembakaran pertama.<br />

- Limbah industri pengolahan kayu dipotong-potong dengan ukuran panjang maksimum 20<br />

cm, lalu dimasukan kedalam tungku drum pada bagian atas dan ditata sedemikian rupa,<br />

kemudian dinyalakan dengan cara membakar bagian lubang udara dengan umpan bakar<br />

ranting-ranting ayu.<br />

- Sesudah bahan baku menyala dan diperkirakan tidak akan padan maka kiln ditutup dan<br />

cerobong asap dipasang.<br />

- Pengarangan dianggap selesai apabila asap yang keluar dari cerobong menipis dan<br />

berwarna kebiru-biruan. Selanjutnya tungku diturunkan sejajar dengan tanah dan<br />

cerobong asap ditutup dengan kertas atau kain yang sebelumnya dibasahi dengan air.<br />

Gambar 1. Proses pembuatan arang dengan tungku drum hasil modifikasi<br />

2. <strong>Pembuatan</strong> arang dengan tungku tradisional dimodifikasi<br />

<strong>Pembuatan</strong> arang secara sederhana dapat dilakukan dengan cara system timbun dengan<br />

tanah (cara tradisional yang dimodifikasi):<br />

- Tahap pertama pembuatan kotak tanah dengan ukuran 300x200 cm dengan kemiringan<br />

tanah 10 dengan kedalaman tanah bagian depan 50 cm dan bagian belakang 20 cm.<br />

- Dibagian tengah dibuat jalur berupa selokan yang berukuran 5x15 cm sebanyak tiga jalur<br />

arahnya memanjang terhadap kotak tanah.<br />

- Ketiga jalur tersebut saling berhubungan dibagian ujung kotak yang paling dangkal(bagian<br />

belakang), yang kemudian dihubungkan dengan sebuah cerobong asap yang fungsinya


untuk menyalurkan asap. Jalur tengah digunakan untuk tempat pembakaran awal<br />

sedangkan jalur bagian kiri dan kanan digunakan untuk sirkulasi udara.<br />

- Untuk penataan kayu bagian samping bawah kiri dan kanan terlebih dahulu dipasang kayu<br />

secara memanjang seukuran dengan panjang kotak tanah kayu bakar ditumpuk melebar<br />

terhadap panjang kotak tanah, diatur serapat mungkin agar tidak ada celah diantaranya.<br />

- Bagian pinggir tumpukan kayu semuanya dipasak dengan kayu untuk menahan dedaunan<br />

dan tanah yang akan ditimbunkan dibagian atas tumpukan kayu bakar yang akan dibuat<br />

arang.<br />

- Tahapan selanjutnya yaitu memasukan umpan bakar berupa ranting atau kayu bakar kering<br />

pada tempat pembakaran awal yang ada dibagian depan sejajar dengan jalur tengah dan<br />

pembakaran selanjutnya dinyalakan lalu dibiarkan sampai membara dan sampai terlihat<br />

asap keluar dari cerobong, kemudian lubang pembakaran dan lubang udara ditutup<br />

sebagian.<br />

- Pengarangan dianggap selesai apabila asap yang keluar dari cerobong sudah menipis dan<br />

berwarna kebiru-biruan. Semua lubang udara ditutup dan cerobong diangkat, kemudian<br />

dilakukan pendinginan selama 2 hari<br />

3. <strong>Pembuatan</strong> arang dari serbuk gergajian kayu dengan tungku semi kontinyu<br />

- Serbuk kayu gergajian diarangkan dalam tungku semi kontinyu yang terbuat dari logam<br />

- Serbuk kayu gergajian dimasukan ke dalam tungku yang bagian bawahnya dilengkapi<br />

dengan rak yang terbuat dari besi behel ukuran 10 dan 12 mm yang berbentuk persegi<br />

panjang.<br />

- Proses pengarangan dilakukan di bagian bawah tungku dengan cara mengaduk serbuk yang<br />

turun pada bagian atasnya.<br />

- <strong>Arang</strong> yang dihasilkan dimatikan dengan cara melewatkan arang membara kedalam bak<br />

yang berisi air.<br />

- Dalam satu hari kerja (8 Jam kerja) dapat diarangkan sebanyak 500-1000 kg serbuk<br />

gergajian kayu kering udara.<br />

Gambar 3. Alat dan proses pembuatan arang dari serbuk gergajian<br />

dengan tungku semi kontinyu dan produknya<br />

4. Pengarangan serbuk gergajian kayu dengan tungku model bak (datar) skala industri<br />

- Serbuk kayu gergajian diarangkan dengan tungku yang terbuat dari bata merah yang<br />

dilengkapi dengan sirkulasi udara, cerobong asap dan ruang penarik asap.<br />

- Pada Tahap pertama diberi amparan ranting-ranting kayu kering 2-3,5 cm kemudian serbuk<br />

kayu gergajian ditaburkan ke dalam bak secara merata dengan ketebalan 5 – 10 cm.


- Pada bagian depan tungku dibuat lobang untuk pembakaran awal sebanyak 6 buah dengan<br />

10 cm, kemudian diberi minyak tanah secukupnya dan dibakar sampai membara dan<br />

keluar asap dari cerobong asap.<br />

- Untuk membantu menarik asap kecerobong pada bagian bawah cerobong dipanaskan<br />

dengan cara dibakar dan selanjutnya dilakukan penambahan serbuk gergajian kayu jika<br />

sudah terlihat warna serbuk menjadi hitam kecoklatan setiap 2 jam sekali.<br />

Gambar 4 Pengarangan serbuk gergajian kayu dengan tungku model bak<br />

Tabel kualitas arang dari limbah kayu<br />

No Jenis limbah<br />

1 Limbah pembalakan hutan tanaman produksi<br />

dari kayu campuran (tungku drum)<br />

2 Limbah pembalakan hutan tanaman produksi<br />

dari kayu puspa (tungku drum)<br />

3 Limbah pembalakan hutan tanaman produksi<br />

dari kayu jati (tungku kubah)<br />

4 Limbah sebetan kayu, potongan ujung dan<br />

limbah pada pembuatan komponen meubel<br />

kayu campuran (tungku tradisional<br />

air abu<br />

Kadar (%)<br />

Zat<br />

terbang<br />

karbon<br />

Nilai kalor<br />

(kal/g)<br />

Rendemen<br />

rata-rata<br />

(%)<br />

6,53 2,64 19,56 77,80 6621 26,50<br />

4,01 2,94 17,31 79,77 6925 25,42<br />

4,06 3,75 8,64 87,61 6805 28,35<br />

5,21 3,42 16,56 84,81 6651 27,73<br />

5 Serbuk gergajian kayu campuran (tungku) 15,85 18,57 19,82 68,29 - 26,15<br />

6 Serbuk gergajian dari kayu campuran (tungku<br />

bak)<br />

2,71 1,19 22,25 75,70 - -<br />

7 Standar Nasional Indonesia (SNI) 6 4 30 - - -<br />

B. Teknologi <strong>Pembuatan</strong> Briket <strong>Arang</strong><br />

Briket arang merupakan bahan bakar alternatif yang terbuat dari hasil proses pembakaran<br />

bahan yang memiliki ukuran/ diameter kecil (ranting, serbuk, serpih, sebetan, tempurung<br />

kelapa, tempurung kemiri dll). Limbah dari pengarangan yang berupa bongkah arang yang<br />

berukuran kecil atau serbuk dapat diubah menjadi bentuk briket arang yang akan dapat<br />

memperbaiki sifat fisiknya terutama kerapatan, kebersihan dan ketahanan tekan serta<br />

memperlambat kecepatan pembakaran sehingga bentuk produk tersebut akan mempunyai<br />

ukuran yang sama dan lebih disenangi konsumen.<br />

Mengubahan komponen kimia kayu menjadi bentuk karbon (arang) ternyata dapat<br />

memperbaiki nilai pembakarannya ditinjau dari nilai kalor bakar, mutu pembakaran dan<br />

kebersihan. Sifat pembakaran arang lebih menguntungkan dibandingkan dengan asalnya,<br />

antara lain nilai kalor bakar lebih tinggi (6000-7000 kkal/kg) serta asap dan kotoran tersisa


lebih sedikit perubahan kayu menjadi arang akan lebih luas penggunaannya sebagai bahan<br />

bakar untuk rumah tangga dan industri.<br />

Teknologi pembuatan briket arang sudah dilakukan di PUSTEKOLAH dengan<br />

menggunakan sistem kempa hidroaulik secara manual dan semi manual. Proses pembuatan<br />

briket arang terdiri dari 4 tahap pengerjaan yaitu: pembuatan serbuk dan pengayakan,<br />

pencampuran serbuk arang dengan zat pengikat, pengeringan dan pengemasan.<br />

Proses pembuatan briket arang adalah sbb:<br />

- Pengarangan (Limbah pembalakan, limbah sebetan dan potongan ujung, serbuk gergaji)<br />

dengan kadar air 15 – 30%<br />

- <strong>Arang</strong> yang berukuran kecil (tidak laku dijual), digiling kemudian diayak hingga didapat<br />

serbuk arang berukuran 20-60 mesh.<br />

- <strong>Arang</strong> serbuk dicampur dengan perekat kanji tapioka (2,5-5% berdasarkan berat) kemudian<br />

diaduk sampai rata.<br />

- Dimasukan kedalam lubang cetakan briket dan dikempa.<br />

- Briket arang yang masih basah dikeringkan dalam open pada suhu 60c selama 24 jam, atau<br />

dapat dilakukan dengan cara dijemur dibawah panas matahari selama 2-3 hari.<br />

A B<br />

Gambar 5. Mesin briket kempa manual (A) dan lubang pencetak briket arang kontinyu (B)<br />

C. <strong>Pembuatan</strong> <strong>Arang</strong> Aktif<br />

<strong>Arang</strong> aktif dapat dibuat dari semua bahan yang mengandung karbon, baik itu bahan<br />

yang berasal dari bahan organic maupun dari bahan non organic seperti tulang, resin, kayu<br />

serbuk gergaji, sekam padi, gambut, batu bara, tempurung kelapa dan tempurung biji-bijian<br />

lainnya (Pari, 1995). Ada dua macam cara pembuatan arang aktif yaitu dengan bahan baku arang<br />

dan bahan baku aslinya.<br />

Tahapan kerja pembuatan arang aktif sbb:<br />

1. <strong>Pembuatan</strong> granular<br />

<strong>Arang</strong> yang dihasilkan dari proses pengarangan dibuat menjadi bentuk granural dengan<br />

ukuran sebesar krikil (Ø 2-3 cm) dengan menggunakan alat pemukul. Untuk serbuk gergaji<br />

tidak memerlukan penghalusan ukuran partikel, kegiatan memperkecil bentuk arang adalah<br />

untuk memperbesar bidang kontak antara bahan baku dengan bahan pengaktif.<br />

2. Perendaman dalam bahan kimia<br />

<strong>Arang</strong> atau bahan baku lain dimasukan kedalam bak yang didalamnya sudah merisi larutan<br />

kimia seperti: ZnCl2, CaCl2 , Mg Cl2, NaOH,H3PO4dalam konsentrasi yang berbeda-beda


tergantung dari jenis bahan. Lama perendaman sekitar 12-24 jam dan kemudian ditiriskan<br />

dengan meletakan ditempat terbuka sambil sesekali dibalikan sampai air permukaan hilang.<br />

Untuk menghemat larutan kimia dapat juga dengan melakukan meletakan bahan di atas<br />

saringan yang bagian atasnya dilapisi kacanyamuk, sehingga larutan sisa dapat digunakan<br />

kembali dengan menambah larutan baru.<br />

3. Pengaktipan dengan uap air panas<br />

Butiran arang yang selesai ditiriskan dimasukan ke dalam ruangan pengaktif melalui pintu,<br />

kemudian pintu ditutup dan dibagian luar ditahan dengan bata merah. Setelah suhu ruang<br />

pengaktif mencapai 900 o C selanjutnya diberi uap panas ± 36 jam sampai suhu terus<br />

meningkat hingga mencapai 1100 o C. Apabila suhu menjadi turun, penyemprotan uap<br />

dihentikan sampai suhu meningkat kembali. Pemberian uap secara periodic setiap selang 15-<br />

20 menit agar suhu ruangan tetap konstan. Setelah penyemprotan selesai, pemanasan masih<br />

terus dilakukan selama 12 jam untuk mengeringkan bahan dan kemudian dikeluarkan dari<br />

tanur sambil langsung disemprot air agar tidak terbakar. Waktu yang dibutuhkan untuk<br />

pengaktipan adalah 48-50 jam.<br />

4. Pengemasan<br />

<strong>Arang</strong> aktif yang sudah kering dikemas dikemas dalam karung plastic yang terlindung dari<br />

udara masuk. Pengemasan dalam ukuran besar dapat menggunakan karung plastic pada<br />

bagian dalamnya dilapisi lagi dengan lembaran plastic.<br />

5. Kualitas arang aktif<br />

Berdasarkan Standat Industri Indonesia kualitas arang aktif harus dapat memenuhi syarat sbb:<br />

Uraian Syarat kualitas<br />

Butiran Serbuk<br />

Bagian yang hilang pada pemanasan 950oC (%) Maks. 15 Maks.25<br />

Kadar air % Maks.4,5 Maks.15<br />

Kadar Abu % Maks.2,5 Maks.10<br />

Bagian yang tidak mengarang 0. 0.<br />

Daya serap terhadap 12 (mg/g) Min 750. Min 750.<br />

Karbon aktif murni (%) Min 80. Min 65.<br />

Daya serap terhadap bezana (%) Min 25. -.<br />

Daya serapp terhadap biru metilen (mg/g) Min 60. Min 120.<br />

Berat jenis curah (g/ml) 0,45-0,55 0,30-0,35<br />

Lolos mesh 325 (5) - Min 90<br />

Jarak mesh (%) 90 -<br />

Kekerasan (%) 80 -<br />

D. Kelebihan dan manfaat <strong>Arang</strong><br />

1. <strong>Arang</strong> Biasa:<br />

a Sebagai bahan bakar pengganti Minyak dan kayu bakar<br />

b Praktis, mudah dan murah untuk diperoleh<br />

c Mudah dipindah-pindah<br />

d Memiliki daya bakar yang lebih baik dibanding kayu bakar


2. <strong>Arang</strong> Briket:<br />

a. Bersih dan tidak berdebu.<br />

b. Mengeluarkan sedikit asap dan tidak berdebu.<br />

c. Abu sisa pembakaran kecil.<br />

d. Menghasilkan kalor panas yang tinggi dan konstan.<br />

e. Menyala terus tanpa dikipas<br />

f. Ramah lingkungan<br />

g. Bahan baku briket arang melimpah.<br />

3. <strong>Arang</strong> Aktif:<br />

a. Dapat berfungsi sebagai filter<br />

b. Dapat mengurangi zat beracun<br />

c. Dapat menyerap emisi gas formaldehida dari formalin<br />

d. Dapat menetralisir dari keracunan<br />

e. Dapat mengurangi pengaruh pembekuan cahaya<br />

f. Dapat meningkatkan presentase pertumbuhan tanaman (semai, anakan)<br />

g. Dapat digunakan sebagai pengawet bahan pangan<br />

i. Dapat dibuat menjadi sabun, cat tembok, pakan ternak, norit<br />

E. Nano Karbon<br />

Nilai tambah yang paling besar dari pemanfaatan limbah kehutanan dan perkebunan ini<br />

adalah pembuatan nano karbon untuk keperluan industri outomotive, elektronik, pesawat ruang<br />

angkasa, biosensor dan kedokteran. Pada prinsipnya arang yang dibuat masuarakat dapat diolah<br />

lebih lanjut dengan memanaskan kembali arang tersebut sampai suhu 800 0 C untuk mendapatkan<br />

karbon dengan kemurnian tinggi yang selajutnya di aliri arus plasma dengan teknologi Spark<br />

Plasma Sintering (SPS) pada suhu 900-1500 0 C. Hasil penelitian sementera menunjukkan arang<br />

yang disintering pada suhu 900 o C dan 1300 o C, menunjukkan derajat kristalinitasnya meningkat<br />

dari 15,42% menjadi 72,04% dan 79,18%. Hal ini menunjukkan adanya perubahan struktur dari<br />

atom karbon yang semula bersifat amorf atau strukturnya tidak beraturan menjadi pola struktur<br />

yang teratur dengan nilai tahanan sebesar 1,2 Ω.. Nanao karbon ini dapat digunakan sebagai<br />

bahan baku untuk membuat biosensor, batere HP, elektroda, dll<br />

Gambar 6. Tungku arang aktif dan sintering


III. KESIMPULAN<br />

Tungku untuk proses pembuatan arang tergantung dari bahan baku yang digunakan.<br />

Tungku drum hasil modifikasi digunakan untuk pembuatan arang dari ranting, tempurung<br />

(kelapa, sawi, kemiri) dan limbah industry pengolahan kayu ( sebetan, potongan ujung, serutan).<br />

Tungku semi kontunyu dan tungku bak (datar)_ digunakan untuk pembuatan arang dari serbuk<br />

gergajian kayu. Sedangkan tungku tradisional yang dimodifikasi dapat digunakan untuk<br />

pembuatan arang dari limbah pembalakan. Penggunaan tungku tersebut sangat ramah lingkungan<br />

karena asap yang terjadi dikondensasikan menjadi asap cair. Briket arang dapat dibuat dengan<br />

cara kempa manual dan extruder . Cara kempa manual dapat dikembangkan untuk industry<br />

briket arang skala kecil, sedang cara extruder untuk industri briket arang skala menengah<br />

<strong>Arang</strong> aktif adalah arang yang sudah diproses lebih lanjut sehingga pori-porinya lebih<br />

terbuka dan permukaannya lebih bertambah besar namun memiliki kadar karbon dan keaktifan<br />

yang berpariasi tergantung pada saat aktifasi dan lamanya waktu aktifasi yang diberikan pada<br />

saat pengaktifan. <strong>Arang</strong> aktif dapat digunakan untuk penjernihan air, norit, sabun, cat tembok,<br />

kertas karbon untuk pengawet bahan pangan. Nano karbon dapat dibuat dari arang pada suhu<br />

1300 0 C sehingga konduktivitasnya tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan biosensor, bater<br />

HP dan elektroda<br />

IV. PENUTUP<br />

Hasil penelitian tersebut tidak akan berarti tanpa disebarluaskan kepada masyarakat<br />

pengguna. Untuk hal ini perlu dilakukan serangkaian ujicoba, maupun alih teknologi kepada<br />

masyarakat dengan tujuan selain untuk mempertanggung jawabkan hasil penelitian kepada<br />

masyarakat yang telah membiaya kegiatan penelitian ini melalui penerimaan pajak yang<br />

disetorkan kepada negara juga untuk memberikan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi yang<br />

pada akhirnya masyarakat dapat membuat dan mengolah sendiri bahan-bahan yang belum<br />

termanfaatkan, minimal untuk kebutuhan sendiri.<br />

Hasil sosialisasi baik pada penyuluh maupun kelompok tani telah menghantarkan mereka<br />

menjadi juara tingkat nasional dalam hala aplikasi arang kompos pada lahan gerhan dan cuka<br />

kayu.<br />

BAHAN BACAAN<br />

1. Hendra, Dj. 2007. Teknologi tepat guna pembuatan arang, briket dan tungku hemat energi.<br />

Puslitbang Hasil Hutan. Bogor<br />

2. Sudrajat dan S. Soleh. Petunjuk teknis pembuatan arang aktif. Puslitbang hasil Hutan dan<br />

Sosek klehutanan, Bogor.<br />

3. Standar Nasional Indonesia. 1995. <strong>Arang</strong> aktif teknis. SNI 06-3730-1995. <strong>Badan</strong><br />

Standardisasi Nasional Indonesia, Jakarta.<br />

4. BPS. 2002. Statistik perdagang dalam dan luar negeri. Jakarta


GELAR TEKNOLOGI TEPAT GUNA<br />

Semarang, 2 Oktober 2012<br />

TEKNOLOGI PEMBUATAN ARANG, BRIKET ARANG DAN ARANG<br />

AKTIF SERTA PEMANFAATANNYA<br />

Oleh:<br />

Gustan Pari, Mahfudin & Jajuli<br />

KEMENTERIAN KEHUTANAN<br />

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!