Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi<br />
Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran Indonesia<br />
2012-<strong>2013</strong>
Ketua Umum Dewan Eksekutif Pusat <strong>FULDFK</strong> 2012-<strong>2013</strong><br />
Sekretaris Umum Dewan Eksekutif Pusat <strong>FULDFK</strong> 2012-<strong>2013</strong><br />
Kepala Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi Dewan Eksekutif Pusat<br />
<strong>FULDFK</strong> 2012-<strong>2013</strong><br />
Kepala Departemen Finansial Dewan Eksekutif Pusat <strong>FULDFK</strong> 2012-<strong>2013</strong><br />
Kepala Departemen Kajian Kedokteran Islam dan Advokasi Dewan Eksekutif Pusat<br />
<strong>FULDFK</strong> 2012-<strong>2013</strong><br />
ii
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,<br />
Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah mengkaruniakan nikmat<br />
yang berlimpah kepada hamba-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada suri tauladan<br />
umat manusia sepanjang masa Rasulullah SAW.<br />
Menyeru pada agama Allah adalah sebaik-baik pekerjaan sebagaimana firman Allah SWT:<br />
”Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,<br />
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang<br />
yang menyerah diri?’" – QS. Fushilat 41:33<br />
Maka dalam melakukan kegiatan ini hendaknya para aktifis dakwah bersungguh-sungguh<br />
dengan mencurahkan tenaga dan pikiran terbaiknya. Sudah menjadi salah satu karakteristiknya,<br />
bahwa jalan dakwah itu panjang dan banyak tantangan. Untuk mengatasi hal ini maka metode<br />
dakwah yang efektif dan efisien pun perlu dikembangkan, terkhusus dalam lingkungan dakwah di<br />
kampus fakultas kedokeran. Alhamdulillah, saat ini hampir di seluruh fakultas kedokteran di<br />
Indonesia telah ada suatu lembaga dakwah fakultas kedokteran (LDFK) di dalamnya. Namun ternyata<br />
dalam keberjalanannya tetap banyak ditemui permasalahan dalam managemen lembaga dakwah<br />
fakultas kedokteran ini, hal ini terjadi baik pada pada LDFK yang relatif baru ataupun yang sudah<br />
cukup lama berdiri.<br />
<strong>FULDFK</strong> Indonesia dalam hal ini sebagai wadah LDFK se-Indonesia, merasa perlu untuk<br />
menyusun suatu Risalah Managemen Dakwah Fakultas Kedokteran (<strong>RMDFK</strong>) yang bisa dijadikan<br />
rujukan dan panduan dalam mengelola LDFK. Hal ini sejalan dengan Renstra <strong>FULDFK</strong> Indonesia yaitu<br />
”LDFK Berjaya 2017” , dimana diharapkan 80% LDFK berstatus sebagai LDFK Mandiri, karena jika<br />
LDFK tersebut berstrata mandiri berarti kegiatan syiar islam, kaderisasi dan dakwah islam pada<br />
umumnya berjalan dengan produktif, sehingga diharapkan semakin banyak nantinya lulusan fakultas<br />
kedokteran yang berafiliasi kepada islam dan siap mendukung dakwah baik di dalam maupun diluar<br />
profesi.<br />
Setelah digagas lebih dari 2 tahun yang lalu, akhirnya sebuah panduan komprehensif untuk<br />
manajemen dakwah di kampus fakultas kedokteran yaitu Risalah Managemen Dakwah Fakultas<br />
Kedokteran (<strong>RMDFK</strong>) selesai dibuat. Dalam pembuatannya dihimpun berbagai pemikiran dan<br />
pengalaman dari para kader dakwah terbaik yang telah mendalami dan membaktikan dirinya di<br />
medan dakwah fakultas kedokteran. Di dalamnya dijelaskan bagaimana cara memanagemen LDFK<br />
dari berbagaimacam aspek. LDFK hendaknya dapat dengan bijak menerapkan isi dari <strong>RMDFK</strong> sesuai<br />
dengan kondisi di masing-masing LDFK, karena kondisi satu LDFK dengan LDFK yang lainnya<br />
tentulah tidak sama seluruhnya. Sehingga semoga kita para aktifis dakwah di lingkungan kampus<br />
iii
fakultas kedokteran dapat menjadi aktifis dakwah yang Profesional, yaitu bagian dari umat yang siap<br />
memberikan bakti terbaik untuk dakwah, sebagaimana firman Allah SWT<br />
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,<br />
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang<br />
yang beruntung.“ – QS. Ali Imran 3:104<br />
iv<br />
Surakarta, 25 Mei <strong>2013</strong><br />
Ketua Umum <strong>FULDFK</strong> Indonesia<br />
Yasjudan Rastrama Putra
Andri Adma Wijaya<br />
Khadijah Nur Al Firdausi<br />
Yasjudan Rastrama Putra<br />
Muhammad Haydar<br />
Reqgi First Trasia<br />
Yasjudan Rastrama Putra<br />
v
“ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang<br />
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari<br />
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha<br />
Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia<br />
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”<br />
– QS. Al Alaq : 1-5<br />
S<br />
ejarah tentang kesekretariatan dan sekretaris sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW.<br />
Aktivitas baca tulis telah berkembang di kalangan kaum muslimin setelah Islam memasuki<br />
fase hijrah. Seperti disebutkan pada shirah nabawiyah, Rasulullah membangun suatu<br />
pemerintahan yang berlandaskan syariat Islam. Dalam menjalankan kepemerintahan ini sangat<br />
dibutuhkan suatu penopang yang kuat. Salah satu hal yang sangat penting sebagai penopang adalah<br />
sistem administrasi yang baik. Sistem administrasi dalam kepemerintahan Islam pada saat itu<br />
merupakan buah dari kepemimpinan Rasulullah yang menekankan pendidikan utamanya pada<br />
aktivitas baca tulis.<br />
Pada masa ini pula, lahirlah arsip pertama dalam tata pemerintah Islam, yaitu perjanjian yang<br />
kemudian dikenal dengan sebutan Piagam Madinah. Sejarah telah membuktikan bahwa tata<br />
administrasi dan kesekretariatan merupakan piranti yang sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan<br />
Islam. Bahkan Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 282 tentang bagaimana Umat Islam<br />
diperintahkan untuk benar-benar memperhatikan tentang pentingnya kesekretariatan.<br />
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk<br />
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di<br />
antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya<br />
|
sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang<br />
yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa<br />
kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika<br />
yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri<br />
tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan<br />
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada<br />
dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang<br />
kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah<br />
saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu<br />
jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang<br />
demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada<br />
tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu<br />
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu,<br />
(jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah<br />
penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka<br />
sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah;<br />
Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” – QS. Al Baqarah ayat<br />
282<br />
Sesungguhnya Allah memerintahkan sesuatu, pasti memiliki manfaat dan hikmah di dalamnya.<br />
Sudah saatnya perjuangan Islam seperti yang dilakukan dalam Lembaga Dakwah Fakultas<br />
Kedokteran (LDFK) juga harus menerapkan sistem administrasi dan kesekretariatan yang rapi,<br />
lengkap, dan terorganisir dengan baik sesuai firman Allah dalam QS. Ash Shaff ayat 4.<br />
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang<br />
teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” – QS. Ash Shaff<br />
ayat 4<br />
DASAR ADMINISTRASI<br />
& KESEKRETARIATAN<br />
PENGELOLAAN SISTEM<br />
ADMINISTRASI<br />
ORGANISASI<br />
PENGELOLAAN FISIK<br />
SEKRETARIAT<br />
PENGELOLAAN<br />
SURAT<br />
SISTEM<br />
PENGARSIPAN<br />
PENGATURAN<br />
SEKRETARIAT<br />
INVENTARISASI<br />
|
Dalam suatu Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran (LDFK), kesekretariatan dan administrasi<br />
merupakan salah satu elemen yang sangat penting untuk menunjang kehidupan berorganisasi.<br />
Secara garis besar Istilah administrasi memiliki makna membantu, melayani, atau memenuhi.<br />
Administrasi merupakan rangkaian kegiatan penataan melalui usaha kerjasama untuk mencapai<br />
tujuan tertentu. Sedangkan kesekretariatan dapat diartikan sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan<br />
penataan terhadap pekerjaan administrasi dan tugas-tugas bantuan lainnya dalam rangka menunjang<br />
kelancaran pencapaian tujuan organisasi. Administrasi Kesekretariatan dapat disebut juga dengan<br />
ketatausahaan. Tata Usaha berarti segenap rangkaian kegiatan menghimpun, mencatat, mengolah,<br />
mengendalikan, mengirim dan menyimpan informasi atau keterangan yang diperlukan dalam<br />
organisasi. Secara lebih khusus, kesekretariatan memiliki peran untuk pengelolaan administrasi,<br />
sistem manajemen pengarsipan data dan informasi, sampai bagaimana mengatur kerapian<br />
sekretariat sebagai ”rumah” bagi pengurus.<br />
Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran (LDFK) yang merupakan suatu organisasi sebagai ujung<br />
tombak perjuangan dakwah Islam di lingkungan mahasiswa Fakultas Kedokteran, tentu sangat<br />
memerlukan adanya sistem kesekretariatan yang baik. Dengan semakin berkembang dan<br />
bertambahnya usia LDFK, tentu semakin banyak pengalaman, data, informasi, dan catatan sejarah<br />
yang diperoleh. Sejalan dengan ini, maka peran kesekretariatan dan administrasi semakin dibutuhkan<br />
pula. Jangan sampai karena sistem administrasi kesekretariatan yang kurang baik, ketercapaian<br />
tersebut hilang dan harus memulai dari nol kembali.<br />
Dengan demikian dapat dipahami bahwa segala kegiatan yang diselenggarakan dalam<br />
administrasi kesekretariatan adalah berhubungan dengan rangkaian kegiatan penataan yang<br />
berfungsi sebagai unsur penunjang kelancaran untuk mencapai tujuan Lembaga Dakwah Fakuktas<br />
Kedokteran (LDFK). Keseluruhan fungsi utama ketatausahaan tersebut haruslah dilaksanakan dalam<br />
suatu sistem yang telah disepakati bersama dalam suatu organisasi. Hal ini disebabkan prioritas<br />
betapa pentingnya peranan administrasi kesekretariatan dalam fungsi sebagai sumber informasi dan<br />
gambaran pertanggungjawaban kelak. Hendaknya juga dalam prakteknya kehidupan nyata suatu<br />
LDFK, kegiatan penunjang ini dilaksanakan dengan menerapkan prinsip efisien, efektif, rasional dan<br />
produktif.<br />
Secara umum, ada dua fungsi kesekretariatan, yaitu Pengelolaan sistem administrasi organisasi<br />
dan Pengelolaan fisik sekretariat. Fungsi Pengelolaan sistem administrasi organisasi terdiri atas<br />
pengelolaan surat, baik yang masuk maupun pembuatan surat keluar internal dan eksternal<br />
organisasi. Disamping itu, manajemen pengarsipan data dan informasi organisasi juga merupakan<br />
aspek dasar dalam menjalankan fungsi Pengelolaan Administrasi.<br />
Sedangkan pada fungsi yang kedua, diharapkan pengelolaan sekretariat sebagai basecamp bagi<br />
pengurus dapat meningkatkani koordinasi dan silaturahim. Bagaimana kerapian dan kenyamanan<br />
sekretariat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi berjalannya fungsi organisasi karena akan<br />
mempengaruhi kinerja organisasi. Sekretariat pun berfungsi sebagai pusat administrasi, sehingga<br />
kinerja fungsi pengelolaan sistem administrasi organisasi dipengaruhi oleh bagaimana fungsi<br />
pengelolaan sekretariat ini berjalan. Fungsi pengelolaan system administrasi biasanya dijalankan oleh<br />
|
sekretaris, sedamgkan fungsi pengelolaan secretariat biasanya dijalankan oleh<br />
Biro/Divisi/Departemen Khusus kesekretariatan.<br />
Di dalam bab ini akan dijabarkan empat hal mendasar dan penting untuk LDFK yang<br />
berhubungan dengan kesekretariatan.<br />
Empat hal tersebut antara lain :<br />
- Pengelolaan surat di LDFK<br />
- Sistem pengarsipan data dan informasi LDFK<br />
- Pengaturan ruang kesekretariatan LDFK<br />
- Inventarisasi<br />
Sekretariat merupakan tempat kegiatan secara teratur, yang pada hakekatnya menjadi<br />
sentral (pusat) pengendalian organisasi, komunikasi, informasi organisasi, kegiatan administrasi,<br />
perencanaan kebijakan, serta penghubung dengan anggota. Sekretariat sebagai basecamp bagi<br />
pengurus diharapkan mampu menjadi piranti untuk meningkatkan koordinasi dan silaturahim serta<br />
bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Kerapian, kenyamanan, dan keteraturan sekretariat menjadi<br />
salah satu faktor yang mempengaruhi berjalannya fungsi sekretariat. Dengan adanya sekretariat<br />
yang baik diharapkan mampu mempengaruhi kinerja organisasi yang lebih baik pula.<br />
Sebuah LDFK sangat diharapkan memiliki tempat tersendiri sebagai basecamp atau sekretariat,<br />
yang berfungsi sebagai pusat administrasi serta tempat silaturahim, bekerja, dan berkoordinasi antar<br />
pengurus. Sekretariat formal juga memiliki peran tambahan yang menyokong eksistensi<br />
kelembagaan. Namun bagi LDFK yang belum memiliki sekretariat formal, bukanlah suatu masalah.<br />
Karena yang menjadi poin penting adalah bagaimana agar fungsi “basecamp” dari sebuah sekretariat<br />
bisa berjalan. Maka tidak mengapa ketika sebuah kontrakan, sebuah mihrab mushola/masjid, atau<br />
bahkan kosan seorang pengurus bisa menjadi sekretariat LDFK. Karena yang menjadi poin penting<br />
adalah berjalannya fungsi sebuah sekretariat<br />
Fungsi Sekretariat :<br />
- Menangani dan melayani fungsi perkantoran LDFK.<br />
- Melaksanakan administrasi LDFK.<br />
- Mengadakan dan melaksanakan persidangan/syuro rutin.<br />
- Mengorganisasikan tugas-tugas rutin dan insidental.<br />
- Mengorganisasikan pelaksanaan keputusan dan program.<br />
- Mengorganisasikan pendataan organisasi dan pelayanan informasi/ komunikasi organisasi.<br />
- Mengkoordinasi personalia.<br />
Agar sekretariat dapat berfungsi secara optimal, maka perlu dibuat pengaturan tentang<br />
sekretariat yang meliputi letak, ruangan, dan sumber daya manusia. Letak Sekretariat sebisa<br />
mangkin berada di tempat yang strategis, mudah dijangkau, dan dengan keadaan lingkungan yang<br />
kondusif. Ruangan sekretariat hendaknya diusahakan dapat menampung seluruh kegiatan<br />
|
administrasi dan lainnya. Untuk menjamin kelayakan ruangan sekretariat perlu diperhatikan halhal<br />
sebagai berikut :<br />
- Jumlah ruangan yang memadai<br />
- Kelengkapan peralatan<br />
- Kesehatan, kebersihan dan kerapian<br />
Beberapa peralatan yang dibutuhkan :<br />
- Meja + Kursi / Karpet<br />
- White board<br />
- Peralatan Kantor / Alat tulis<br />
- Mihrab<br />
- Lemari<br />
- Rak Buku<br />
- Komputer<br />
- Stempel,<br />
- Papan Pengumuman<br />
- Mading<br />
- Papan Nama LDFK<br />
- Alat-alat kebersihan (sapu, tempat sampah, dll)<br />
- Buku Organisasi LDFK<br />
- Arsip dan Dokumentasi LDFK<br />
- Barang-barang Inventaris LDFK lainnya<br />
Salah satu faktor penting dalam pengelolan sekretariat adalah tenaga pengelola. Sangat<br />
baik apabila setiap tingkatan Pimpinan memiliki sekretaris eksekutif yang secara khusus<br />
bertugas melaksanakan pelayanan administratif keseharian. Namun bila tidak memungkinkan,<br />
maka diatur pembagian tugas dalam pengelolaan kantor, semisal diatur piket.<br />
Hal yang pada umumnya dilakukan untuk pengelolaan fisik sekretariat antara lain adalah<br />
dengan membuat jadwal piket bersih-bersih, membereskan sekretariat untuk setiap pengurus per<br />
hari (reguler). Dan juga sebaiknya ada satu waktu untuk membersihkan sekretariat secara total yang<br />
dilakukan secara berjama’ah (insidental). Pembuatan aturan dalam penggunaan sekretariat dan<br />
barang-barang yang ada di dalam sekretariatan juga perlu diupayakan.<br />
Identitas organisasi merupakan tanda pengenal dasar atau ciri khusus dari suatu organisasi yang<br />
membedakannya dari organisasi lain. LFDK adalah wajah perwakilan Islam di Fakultas Kedokteran.<br />
Sudah barang tentu LDFK harus bisa meninggikan nama Islam yang pada hakikatnya memang mulia.<br />
LDFK menjadi salah satu elemen penyokong eksistensi suatu organisasi untuk mengharumkan nama<br />
islam, utamanya di Fakultas Kedokteran. Inilah mengapa identitas memiliki peran penting.<br />
Sekretariat sebagai basecamp pengurus adalah jantung atau center dalam memperkenalkan<br />
identitas LDFK, bahkan basecamp itu sendiri merupakan salah satu bentuk identitas adanya LDFK.<br />
Tugas kesekretariatan adalah bagaimana menggunakan identitas organisasi ke dalam perangkat-<br />
|
perangkat organisasi yang ada, seperti kop surat, stempel, bendera, papan nama kesekretariatan,<br />
stiker, benner, spanduk, proposal, LPJ, kartu nama, pin,kaos/seragam, dll<br />
Identitas organisasi divisualisasikan dengan sebuah logo/lambang. Yang perlu diperhatikan<br />
dalam pembuatan logo identitas organisasi dalam hal ini LDFK adalah sebagai berikut :<br />
- Mudah dikenal<br />
- Tidak terlalu rumit<br />
- Dibuat sejak awal<br />
- tidak berubah-ubah<br />
- Memiliki Standart<br />
Standarisasi pembuatan logo biasanya terkait dengan :<br />
- Bentuk logo, misalnya bulat, kotak, persegi panjang, elips, dll.<br />
- Ukuran standar logo, biasanya dalam bentuk perbandingan<br />
- Bentuk tulisan pada logo, misalnya Times New Roman, Cambria, dll<br />
- Warna logo, biasanya juga memiliki makna<br />
- Makna logo, makna yang sesuai dengan nilai, visi , dan tujuan organisasi.<br />
Inventaris organisasi adalah segala sesuatu yang dimiliki organisasi berupa harta kekayaan<br />
organisasi dalam hal ini adalah LDFK. Sedangkan Inventarisasi merupakan kegiatan pencatatan /<br />
pendaftaran harta kekayaan atau barang-barang milik organisasi yang diguanakan untuk<br />
kepentingan organisasi tersebut. Inventaris organisasi yang terdiri dari dua macam yaitu Inventaris<br />
Permanen dan inventaris Non-Permanen. Inventaris Permanen merupakan kekayaan organisasi yang<br />
dalam jangka relatif lama tidak mengalami perubahan, seperti gedung, lemari, white board, dan<br />
lainnya. Inventaris tidak permanen merupakan kekayaan organisasi yang dalam waktu singkat<br />
mengalami perubahan seperti kop surat, stiker, dll.<br />
Penyimpanan inventaris harus dilakukan dengan baik oleh personalia yang diberi amanah<br />
khusus sesuai dengan pembagian tugas. Penyimpanan harus dilaksanakan dan ditempatkan di<br />
sekretariat. Contoh kolom buku Inventaris sebagai berikut :<br />
No. Inventaris Nama Barang Bahan / Merk Asal Barang Jumlah Kondisi Barang<br />
Peminjaman inventaris dilayani dengan mengisi berita acara peminjaman atau mengisi pada<br />
buku khusus. Contoh kolom buku peminjaman sebagai berikut :<br />
No Peminjam Nama<br />
Barang<br />
No.Inventaris Tgl Pinjam Tgl Kembali Tanda Tangan<br />
|
Inventaris harus dipertanggungjawabkan kepada Ketua LDFK dan Musyawarah Besar anggota<br />
LDFK. Penelitian kebenaran inventarisasi dapat dilakukan oleh tim verifikasi.<br />
Hal lain yang perlu ada di dalam inventarisasi organisasi adalah Buku Organisasi. Buku<br />
organisasi biasanya digunakan sebagai penunjang kepentingan suatu organisasi. LDFK sebagai<br />
organisasi keislaman mahasiswa Fakultas Kedokteran tentu perlu menyusun tata buku organisasi ini<br />
dengan baik. Buku Organisasi yang biasa digunakan antara lain sebagai berikut :<br />
- Buku Tamu<br />
- Buku Agenda Surat<br />
- Buku Sidang / Notulen<br />
- Buku Presensi Kehadiran<br />
- Buku Surat<br />
- Buku Ekspedisi<br />
- Buku Inventaris<br />
- Buku Catatan Kegiatan<br />
- Buku Induk Pengurus<br />
- Buku Catan Kegiatan<br />
- Buku Komunikasi Internal<br />
- Buku Kas dan keuangan<br />
- Buku Standar Mutu Organisasi<br />
- Buku SOP dan Peraturan, dan lain lain<br />
Penataan Arsip atau Berkas adalah proses pengelolaan naskah-naskah atau dokumen yang<br />
dihasilkan dan diterima dalam bentuk apapun, baik dalam keadaan tungal ataupun berkelompok<br />
yang disusun berdasarkan kesamaan urusan, kesamaan masalah, atau kesamaan jenis. Tujuan<br />
menata berkas adalah agar arsip dapat disimpan, menjamin kerahasiaan dan keutuhan dokumen,<br />
serta mencegah hal-hal yang mungkin dapat merusak atau menghilangkan arsip.<br />
Arsip pada dasarnya merupakan segala dokumen yang menyangkut kepentingan organisasi<br />
yang disimpan secara sistematis, karena memiliki nilai manfaat yang sewaktu-waktu akan digunakan<br />
kembali. Sistem pengarsipan/penyimpanan data dan informasi harus dilakukan secara<br />
berkesinambungan selama LDFK masih terus berjalan. Pengarsipan yang kacau dapat menghambat<br />
kemajuan LDFK yang bersangkutan. Oleh karena itu, menjadi penting agar tata kearsipan dilakukan<br />
dengan baik.<br />
Enam fungsi dari arsip adalah sebagai berikut :<br />
- Administratif Value, untuk melancarkan tugas pengambilan keputusan.<br />
- Legal Value, sebagai alat bukti hukum.<br />
- Fiscal Value, sebagai bukti yang berkaitan dengan kegiatan keuangan.<br />
|
- Educational Value, untuk kepentingan pendidikan.<br />
- Reseach Value, sebagai sumber informasi data.<br />
- Documentary Value, merupakan nilai yang berhubungan dengan sejarah.<br />
Beberapa bentuk sistem tata penyimpanan arsip :<br />
- Sistem Abjad (Alphabetic Filing), suatu sistem penyusunan arsip berdasarkan urutan dari A-Z.<br />
- Sistem subjek (Subject Filing), suatu sistem penyusunan arsip berdasarkan permasalahan<br />
yang sering dihadapi, mungkin yang sesuai dengan program kerja, jenis data dan sebagainya.<br />
- Sistem tanggal (Cronological Filing); suatu sistem penyusunan arsip berdasarkan urutan<br />
tanggal dari datangnya surat/arsip.<br />
- Sistem nomor (Numerical Filing); suatu sistem penyusunan arsip berdasarkan susunan sesuai<br />
dengan nomor urut arsip.<br />
- Sistem Wilayah (Geographical Filing); suatu sistem penyusunan arsip beradasrkan wilayah<br />
kerja atau divisi/biro/departemen darimana dokumen berasal.<br />
Agar rawatan arsip dapat terjaga dengan baik maka perlu diperhatikan :<br />
- Tempat penyimpanan (map/lemari) arsip yang terbuat dari bagan yang baik dan awet (tahan).<br />
- Tempat penyimpanan terhindar dari bahan-bahan yang dapat merusak, seperti api, air,<br />
dan kelembaban.<br />
- Tempat penyimpanan dapat dijangkau dengan mudah.<br />
Bebarapa Dokumen yang penting disimpan/diarsipkan oleh LDFK, antara lain:<br />
- Arsip pendirian LDFK (AD/ART, bentuk dan struktur LDFK, job desk, dll.)<br />
- Sistem dan mekanisme standar LDFK.<br />
- Program kerja dan laporan pertanggungjawaban per periode kepengurusan.<br />
- Proposal dan laporan pertanggungjawaban per kegiatan/kepanitiaan.<br />
- Database pengurus/SDM.<br />
- Database pihak eksternal (lembaga, LDFK, donatur, dll.).<br />
- Administrasi sehari-hari (surat keluar/masuk, pengelolaan papan informasi/mading, catatan<br />
harian, dll)<br />
Beberapa hal yang penting dalam pengarsipan. Pengarsipan dokumen dalam bentuk hardcopy,<br />
sebisa mungkin dibikin atau di copy minimal 2 buah. Satu buah untuk dipinjam atau dipelajari,<br />
sedangkan satu lagi untuk arsip sejati. Sedangkan dokumen yang dalam bentuk softcopy sebaiknya<br />
disimpan dalam disket, CD, flashdisk, portable harddisk atau bentuk lainnya. Karena pengarsipan<br />
terkait erat dengan penyimpanan, maka kemudahan akses dan keamanan atas arsip perlu<br />
diperhatikan. Dokumen yang bersifat penting, rahasia, dan strategis disimpan pada fasilitas yang<br />
tertutup/terkunci yang hanya dapat diakses oleh bagian kesekretariatan dan pihak-pihak yang<br />
bersangkutan lainnya. Bila ada komputer, files harus menggunakan password atau sarana keamanan<br />
lainnya. Dokumen yang bersifat umum dan dibutuhkan sehari-hari, dapat ditempatkan pada fasilitas<br />
terbuka (accessable) dengan tetap dikontrol oleh bagian kesekretariatan agar tidak hilang dan tidak<br />
diubah. Setiap dokumen (terutama dokumen penting), baik dalam bentuk hardcopy ataupun<br />
softcopy, sebaiknya ada cadangannya/back up, sehingga bila hilang atau rusak, ada penggantinya.<br />
Untuk tujuan Kontrol terhadap pengarsipan, maka setiap akses terhadap dokumen organisasi<br />
sebaiknya diketahui oleh bagian kesekretariatan atau pengurus yang piket jaga setiap hari.<br />
Kelengkapan dokumen sebaiknya dicek secara periodik oleh bagian kesekretariatan, misalnya<br />
sebulan sekali. Termasuk di antaranya menindak pengurus yang menyalahi aturan kesekretariatan.<br />
|
Surat adalah media tertulis yang berasal dari satu pihak dan ditujukan kepada pihak lain yang<br />
berfungsi untuk menyampaikan informasi berita dan alat komunikasi. Surat merupakan faktor utama<br />
kesekretariatan guna memperlancar tercapainya tujuan organisasi. Umumnya surat dari suatu<br />
organisasi bersifat resmi. Oleh karena itu, surat harus dibuat dengan baik agar tidak terjadi bias<br />
komunikasi dan salah informasi yang dapat merubah pandangan berbagai pihak terhadap organisasi,<br />
dalam hal ini LDFK.<br />
Fungsi-fungsi dari surat adalah sebagai berikut :<br />
- Sebagai alat komunikasi tertulis.<br />
- Pedoman untuk bertindak dan mengambil keputusan.<br />
- Duta perwakilan dari suatu organisasi.<br />
- Sebagai indikator pengukur kegiatan organisasi<br />
- Dokumentasi tertulis dari suatu organisasi.<br />
Dalam realitas kehidupan suatu organisasi yang ingin memiliki administrasi kesekretariatan<br />
yang baik, maka diperlukan penerapan prinsip surat (7C), yaitu :<br />
- Completeness : Lengkap<br />
- Conciseness : Ringkas<br />
- Consideration : Pertimbangan<br />
- Concreteness : Konkrit<br />
- Clarity : Jelas<br />
- Courtesy : Sopan<br />
- Corectness : Benar<br />
Adapun prasyarat surat yang baik adalah sebagai berikut :<br />
- Jelas siapa yang dituju dan siapa pengirimnya.<br />
- Terang dan jelas apa maksud surat tersebut.<br />
- Kalimat dan bahasanya harus tepat, yaitu bahasa Indonesia yang baku, gaya bahasa yang<br />
lugas, tegas, sopan dan hormat.<br />
- Menyajikan fakta yang benar dan lengkap.<br />
- Tidak menggunakan singkatan-singkatan yang tidak lazim.<br />
- Tidak menggunakan kata-kata yang tidak lazim dan kurang dimengerti.<br />
- Singkat, sederhana dan efisien<br />
|
Surat yang dikeluarkan oleh LDFK merupakan surat resmi. Dikarenakan sifatnya yang resmi,<br />
dalam surat terdapat hubungan yang bersifat lugas dan seperlunya saja, serta langsung pada pokok<br />
pembicaraan atau permasalahan yang ingin disampaikan. Beberapa bagian-bagian dari surat akan<br />
dijelaskan sebagai berikut :<br />
Keterangan:<br />
|
Ada pula surat resmi yang memiliki susunan lain. Surat resmi bentuk tersebut menampilkan<br />
judul surat. Biasanya bentuk ini digunakan untuk Surat Keputusan, Surat Mandat, Surat Tugas, Surat<br />
Keterangan, dsb. Contoh bentuknya sebagai berikut :<br />
Keterangan:<br />
|
Surat resmi biasanya ditulis pada kertas yang memiliki kop surat yang disusun dengan lay-out<br />
yang menarik, tetapi harus tetap sesuai standar baku organisasi. Kepala surat terletak pada bagian<br />
atas kertas surat. Pada kepala surat dapat dicetak hal-hal yang merupakan identitas organisasi, yaitu :<br />
- Tulisan Nama Institusi dan LDFK<br />
Dalam kop surat, tipe huruf sebaiknya konsisten.<br />
- Logo / Lambang LDFK dan Institusi<br />
Umumnya Logo / Lambang organisasi terletak pada bagian kiri atau kanan atas kertas,<br />
disamping tulisan nama LDFK dan institusi.<br />
- Alamat sekretariat<br />
Biasanya dituliskan di bawah nama LDFK atau di bagian bawah kertas surat, termasuk<br />
mencantumkan nama kota, jalan, kode pos, nomor kontak (telp/hp), alamat email dll.<br />
Contoh:<br />
Melalui rangkaian kode nomor surat dapat diketahui jenis dan klasifikasi surat tanpa perlu<br />
membaca isinya. Penomoran surat umumnya bervariasi sesuai dengan kebijaksanaan organisasi atau<br />
kepanitiaan tersebut. Umumnya rangkaian nomor surat terdiri atas nomor urut, kode internal atau<br />
eksternal, bulan, dan tahun pembuatan surat. Tujuan pemberian nomor surat adalah :<br />
- Memudahkan pengarsipan surat.<br />
- Memudahkan perhitungan jumlah surat keluar atau masuk dalam periode tertentu.<br />
- Menunjukan sumber dalam kegiatan surat-menyurat dengan merujuk nomor surat yang<br />
dibalas atau ditindak lanjuti.<br />
Secara umum penomoran surat memiliki empat bagian utama :<br />
- Nomor Urut Surat<br />
- Kode Surat (Biasanya mencantumkan kode divisi/kepanitiaan, Nama LDFK dan Institusi, serta<br />
kode surat internal atau eksternal)<br />
- Bulan (Dalam Angka Romawi)<br />
- Tahun<br />
|
Adapun contoh penomoran surat adalah sebagai berikut :<br />
Hal atau Perihal berfungsi sebagai petunjuk tentang masalah pokok surat yang identik dengan<br />
judul. Surat yang biasanya ditulis dengan sistem judul, misalnya surat keputusan, surat perjanjian,<br />
surat perintah, dan surat penugasan. Ada juga surat yang ditulis baik dengan sistem judul maupun<br />
perihal, misalnya surat permohonan, surat undangan, dan surat edaran. Adapun beberapa ketentuan<br />
penulisan perihal, yaitu :<br />
- Perihal surat tidak boleh ditulis dengan huruf kapital karena huruf kapital hanya dipakai untuk<br />
judul surat. Juga berperan menjadi pembeda antara surat yang memiliki perihal dengan surat<br />
yang memiliki judul.<br />
- Pada akhir perihal tidak diberi tanda titik.<br />
- Bila kalimat perihal lebih dari satu baris, maka jarak pengetikan antar baris adalah satu spasi.<br />
Dokumen yang merupakan satu kesatuan dengan surat pengantarnya. Lampiran diletakkan di<br />
bagian kiri atas, dibawah nomor surat. Yang dicantumkan hanya jumlahnya (halaman atau<br />
eksemplar). Namun pada isi surat disampaikan juga bahwa surat tersebut ada lampirannya dan isi dari<br />
lampiran tersebut.<br />
<br />
Biasanya diawali dengan kata “Yth.” (Yang terhormat) atau bisanya LDFK menggunakan<br />
singkatan “Ykh.” (Yang Kami Hormati). Singkatan ini biasa dipakai jika surat ditujukan kepada<br />
seseorang yang dihormati atau jika surat ditujukan kepada seseorang dengan menuliskan nama<br />
jabatannya yang diikuti nama organisasi. Tetapi bila ditujukan kepada suatu organisasi tidak perlu<br />
|
dibubuhi Yth. Pada akhir setiap baris, termasuk baris terakhir yang berisi nama kota (daerah) tidak<br />
diberi tanda titik.<br />
Isi surat mencakup:<br />
- Pendahuluan (kalimat pembukaan isi surat wajib ditulis singkat dan jelas)<br />
- Isi pokok (uraian lugas sebagai inti isi surat)<br />
- Penutup (kalimat yang mengakhiri isi surat)<br />
Kaki surat mencakup:<br />
- Nama Jabatan Penandatangan.<br />
- Nama Terang Penandatangan, ditulis dengan cetak tebal dan digaris bawah, tanpa kurung<br />
buka dan tutup.<br />
- NIM (Nomor Induk Mahasiswa), seyogyanya diwajibkan keberadaannya sebagai identitas.<br />
- Cap (Stempel) Institusi atau Kepanitiaan<br />
- Tembusan, ditujukan pada pihak-pihak yang berwenang, memerlukan atau berhubungan<br />
dengan isi surat.<br />
Penulisan tanggal untuk surat resmi yang memakai kepala surat adalah tidak wajib diawali<br />
dengan nama kota, karena telah tercantum pada kepala surat. Penulisan tanggal, bulan dan tahun<br />
mutlak tidak boleh disingkat atau divariasikan, dan nama bulan tidak boleh diganti dengan angka.<br />
Tanggal surat biasanya ditempatkan pada kiri atas di bawah kepala surat. Pada bentuk lain, tanggal<br />
surat bisa ditempatkan sebelum tandatangan. Tanggal dapat ditulis dengan penanggalan Hijriah<br />
dan/atau dengan penanggalan masehi.<br />
Stempel atau cap merupakan bukti validitas/legalitas/keabsahan dari surat yang dikeluarkan<br />
LDFK. Stempel harus disimpan/tidak boleh dibawa keluar karena menyangkut nama suatu organisasi.<br />
Stempel hanya bisa digunakan atas persetujuan dari Ketua LDFK.<br />
Amplop surat umumnya juga mencantumkan Logo/Lambang LDFK, Tulisan Nama LDFK, dan<br />
Alamat LDFK. Desain Amplop Surat sebaiknya didesain senada dengan kop surat, dengan ukuran<br />
standar amplop.<br />
|
Penanganan surat adalah kegiatan pemrosesan surat yang dimulai dari penerimaan surat<br />
masuk, pengolahan atau penyelesaiannya sampai dengan surat tersebut disimpan sebagai arsip.<br />
Keterangan :<br />
- Penyortiran Surat<br />
Surat masuk setelah diterima oleh petugas penerima surat selanjutnya surat dipilah-pilah<br />
sesuai jenisnya, kemudian diklasifikasikan berdasarkan sifat penting atau tidaknya guna<br />
tujuan prioritas.<br />
- Pengaagendaan Surat<br />
Surat diserahkan pada sekretaris untuk dilakukan pencatatan atau pengagendaan guna<br />
mengetahui kapan surat diterima. Adapun contoh kolom Buku Agenda Surat Masuk adalah<br />
sebagai berikut :<br />
|
- Pendisposisisian Surat<br />
Surat dibaca pimpinan untuk didisposisikan. Dalam disposisi, pimpinan akan<br />
menginstruksikan bagaimana tindak lanjut terhadap surat tersebut yang biasanya dituliskan<br />
di bagian kiri bawah surat pada tempat yang kosong atau di bagian kiri atas sebelum salam<br />
pembuka surat.<br />
- Pendistribusian Surat<br />
Surat disalurkan kepada penerima surat / kepada siapa surat tersebut ditujukan, contoh<br />
kepada divisi, dll.<br />
- Penyimpanan / Pengarsipan Surat<br />
Selanjutnya surat diserahkan kepada Kesekretariatan untuk disimpan dan dicatat lagi dalam<br />
form arsip surat masuk. Adapun form arsip surat masuk adalah sebagai berikut :<br />
No<br />
.<br />
1.<br />
Tanggal Tanggal - No.<br />
Masuk<br />
Surat<br />
14 April <strong>2013</strong> 8 April <strong>2013</strong> –<br />
006/Syiar/<br />
LKI/FKUB/<br />
e/IV/<strong>2013</strong><br />
Pengirim Tujuan Perihal Ket.<br />
Dep. Syiar LKI<br />
FK UB<br />
Dep. Syiar<br />
LPIS FK<br />
UNISMA<br />
Undangan<br />
Silaturahim<br />
Departemen<br />
Syiar Se-Malang<br />
Raya<br />
|<br />
1 Lembar<br />
Lampiran<br />
susunan acara
Penanganan surat keluar dimulai dari perintah atau instruksi pembuatan surat sampai suratsurat<br />
tersebut dikirimkan dan penggandaannya disimpan.<br />
Keterangan :<br />
- Perintah Pembuatan Surat<br />
Pimpinan memberikan instruksi kepada sekretaris untuk membuat surat.<br />
- Pembuatan Konsep Surat<br />
Setelah menerima perintah, sekretaris membuat dan menyusun konsep surat sesuai dengan<br />
permintaan dan persetujuan pimpinan.<br />
- Penomoran dan Pencatatan Surat<br />
Setelah konsep surat disetujui, sekretaris melakukan penomoran dan pencatatan surat pada<br />
buku agenda surat keluar. Adapun contoh kolom Buku Agenda Surat Keluar adalah sebagai<br />
berikut :<br />
- Pengetikan Surat<br />
Konsep surat diserahkan pada bidang kesekretariatan untuk diketik<br />
- Pengecekan Surat<br />
Surat yang telah selesai diketik diserahkan pada sekretaris untuk dilakukan pengecekan<br />
kembali. Jika ada kesalahan, surat diserahkan kembali kepada kesekretariatan untuk<br />
diperbaiki<br />
- Penggandaan Surat<br />
Setelah dilakukan perbaikan, surat digandakan untuk kepentingan pegarsipan dan mungkin<br />
dibutuhkan untuk tembusan.<br />
|
- Penandatanganan Surat dan Stempel<br />
Surat yang telah siap akan diserahkan kepada pimpinan untuk ditandatangani.Kemudian<br />
pada sebelah kanan Tandatangan pimpinan diberi Cap / Stempel.<br />
- Pengiriman Surat<br />
Surat yang telah ditandatangani dilipat dan dimasukkan ke sampul dan diserahkan kepada<br />
ekspeditor untuk dicatat dalam buku ekspedisi dan selanjutnya dikirim. Adapun contoh kolom<br />
Buku Ekspedisi adalah sebagai berikut :<br />
- Penyimpanan / Pengarsipan Surat<br />
Surat diserahkan kepada kesekretariatan untuk disimpan dan dicatat dalam form arsip surat<br />
keluar. Adapun Form Arsip Surat Keluar adalah sebagai berikut :<br />
No. No. Surat<br />
Keluar<br />
1. 007/Humas/<br />
LPIS/FK-<br />
UNISMA/<br />
e/IV/<strong>2013</strong><br />
Tanggal<br />
Surat<br />
3 April<br />
<strong>2013</strong><br />
Dari Tujuan Perihal Ket.<br />
Dep.<br />
Humas<br />
LPIS FK<br />
UNISMA<br />
Bank<br />
Mandiri<br />
Syari’ah<br />
Permohonan<br />
Kerjasama<br />
1 buah<br />
sponsorship<br />
|
I<br />
zzah (kemuliaan) LDFK di mata massa FK bisa dinilai secara jelas dalam pelaksanaan kegiatankegiatan<br />
dakwahnya, baik itu berupa event insidental ataupun yang sudah menjadi rutinitas.<br />
Tentunya event-event tersebut akan terlaksana dengan baik, bila terdapat dukungan yang baik<br />
dari segi SDM dan finansial. Keterbatasan dana adalah ironi besar yang membatasi ruang gerak<br />
dakwah kita. Salah satu hal yang harus disadari oleh LDFK adalah bahwa kebutuhan akan dana<br />
adalah hal yang sangat vital dan tidak dapat dipandang remeh. Memang untuk berdakwah tak selalu<br />
memerlukan dana, akan tetapi kita sudah mafhum bahwa tanpa dana yang cukup “acara-acara”<br />
dakwah kita tidak berjalan secara optimal. Sebagai lembaga dakwah yang mengusung nama kampus<br />
di dalamnya, akan sangat naif kalau kemudian terlihat “tidak cerdas” dalam mengumpulkan dan<br />
meng’create’ dana.<br />
Pencarian dana yang dimaksud dalam bab ini lebih dititikberatkan pada departemen finansial<br />
sebagai bagian organisasi yang bersifat profit dengan beberapa tambahan yang sifatnya kepanitiaan<br />
(proyek). Pertama, ide dasar dalam proses pencarian dana. Kedua, orang atau badan yang<br />
bertanggungjawab dan memiliki wewenang dalam pencarian dana baik secara operasional ataupun<br />
konsep. Ketiga, jenis-jenis penggalangan dana, meliputi usaha mandiri, sponsorship, dan pencarian<br />
donasi.<br />
|
Aspek<br />
Pra-Mula Mula<br />
Level LDFK<br />
Madya Mandiri<br />
Sistem<br />
Belum memiliki Sistem<br />
Memiliki APBD<br />
Alur keuangan yang<br />
Keuangan sistem yang baku, keuangan<br />
(Anggaran Pendapatan telah terjadi selama<br />
karena pemasukan Memilki buku dan Belanja Dakwah) kepengurusan, pada<br />
hanya ditujukan catatan<br />
untuk satu<br />
pelaporannya telah<br />
untuk menutupi keuangan yang kepengurusan ke depan diaudit oleh suatu<br />
pengeluaran<br />
sudah baku dan (minimal 1 tahun). lembaga independen<br />
(berorientasi pada sederhana.<br />
demi tercapainya<br />
keseimbangan).<br />
akuntansibilitas dan<br />
transparansi<br />
keuangan.<br />
Pendanaan Pemasukan yang Sumber dana Sumber dana didapat Sudah memiliki<br />
didapat berasal dari didapat dari dari eksternal kampus sumber pendanaan<br />
dana perorangan, internal LDFK, seperti perusahaan- tepat yang sifatnya<br />
yaitu dari kader atau internal<br />
perusahaan,<br />
passive income, atau<br />
anggotanya sendiri. kampus, dan LSM, departemen- usaha mandiri yang<br />
Sunduquna juyubuna. swadaya dari departemen<br />
omsetnya relatif<br />
mantan<br />
pemerintah, yang<br />
besar (lebih dari<br />
anggota LDFK sifatnya bisa donatur cukup untuk<br />
tersebut<br />
ataupun sponsorship. membiayai<br />
(alumni).<br />
Ditambah ada<br />
usaha mandiri<br />
dalam lingkup<br />
LDFK.<br />
anggaran).<br />
Keberjalanan LDFK dalam segala aktivitas harus kita analogikan sebagai perusahaan atau<br />
lembaga profit yang memiliki pemasukan dan pengeluaran, dan dituntut adanya keseimbangan<br />
antara keduanya, bahkan diharapkan surplus dalam laporan neraca keuangannya, sehingga apapun<br />
level yang dicapai, hendaknya berorientasi pada neraca keuangan yang seimbang. Perusahaan<br />
bernama LDFK ini juga memiliki atasan, bawahan, dan mitra yang harus bisa diajak bekerja sama<br />
untuk mencapai tujuan LDFK. Oleh karena itu LDFK haruslah sangat kondusif dalam kerjanya.<br />
|
Ide ibarat bahan bakar yang menentukan berjalan atau tidaknya suatu kendaraan. Bagi<br />
departemen finansial, ide adalah hal vital yang harus terus digali dan didapatkan tanpa mengikuti<br />
suatu acuan tertentu semisal program kerja. Ide bisa didapatkan di mana saja, di jalan, kampus,<br />
masjid, koran-koran, majalah, relasi, dosen, kawan sejurusan, tukang-tukang di jalanan, bahkan pada<br />
daun-daun yang berjatuhan di tanah. Ide bisa saja merupakan mimpi, because the biggest inspiration<br />
is dream! Bermimpilah, bermimpilah yang besar, karena hal yang besar dimulai dari ide yang besar.<br />
Jadi langkah paling awal dari finansial adalah “buka mata buka telinga”, cobalah cari ide sebanyakbanyaknya<br />
untuk kemudian dituangkan dalam bentuk program kerja. Bila sedang berada di tengah<br />
kepengurusan, jangan ragu untuk mengambil suatu terobosan baru, demi tercapainya tujuan yang<br />
ditetapkan di awal.<br />
Keadaan atau peristiwa Peluang Usaha LDFK<br />
Penerimaan mahasiswa baru - Mengkoordinir adik-adik mahasiswa<br />
Praktikum anatomi<br />
baru untuk dibuatkan jaket angkatan<br />
dan jas laboratorium.<br />
- Penjualan DVD e-book atau kumpulan<br />
bahan kuliah dan soal.<br />
- Penjualan merchandise beridentitas FK<br />
seperti pin, stiker, dan sejenisnya.<br />
- Penjualan Handscoon<br />
Siswa SMA - Mengadakan try out Ujian Nasional<br />
- Mengadakan olimpiade biologi<br />
Skill Lab dan tutorial<br />
kedokteran tingkat SMA<br />
- Menjadi distributor penjualan peralatan<br />
kedokteran dan handbook<br />
Berkumpulnya masyarakat<br />
di alun-alun kota atau kajian<br />
- Memberikan jasa pemeriksaan tandatanda<br />
vital dan pemeriksaan sederhana<br />
lain, seperti Indeks Massa Tubuh,<br />
Golongan Darah, Kadar Glukosa Darah,<br />
dan sejenisnya.<br />
Kelima contoh di atas merupakan secuil dari seabrek contoh yang dapat dicari dari sekeliling<br />
kita. Hanya melihat dari masalah yang kerap terjadi di sekitar kita. Departemen finansial haruslah<br />
update dengan kebutuhan pasar, mampu secara jeli menangkap peluang yang ada dan segera<br />
bertindak untuk merebut peluang itu. Aktif, kreatif dan inovatif!!<br />
Siapa saja yang berwenang di dalam pelaksanaan fungsi keuangan?<br />
- Operasional LDFK<br />
Secara operasional LDFK, departemen finansial paling bertanggungjawab atas berjalannya<br />
LDFK. Namun tidak menutup kemungkinan adanya peran departemen lain. Misalnya dalam<br />
hal menutupi kebutuhan suatu departemen non finansial, maka bisa jadi departemen tersebut<br />
|
punya program yang profit oriented dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan internal. Saat<br />
menjalankan program dengan profit oriented, pengurus dituntut untuk sabar, ulet, istiqomah,<br />
dan berusaha maksimal. Program profit oriented dengan laba sekecil apapun tidak boleh<br />
dipandang sebelah mata, karena tetap akan memberikan sumbangan dana untuk dakwah,<br />
namun akan lebih efektif bila program membutuhkan SDM yang sedikit, namun laba yang<br />
didapatkan bisa maksimal.<br />
- Kepanitiaan dalam LDFK<br />
Dalam hal kepanitiaan LDFK, bidang yang paling bertanggungjawab adalah seksi dana usaha.<br />
Bidang ini dituntut untuk serius mengejar target untuk memenuhi kebutuhan operasional<br />
pelaksanaan kegiatan kepanitiaan. Seksi dana usaha dibantu oleh Badan Pengurus Harian<br />
(BPH) yang bertugas menyupervisi dan membantu secara aktif.<br />
Ada yang perlu LDFK sadari bersama sebelum masuk ke dalam jenis penggalangan dana, bahwa<br />
semua tujuan di bawah ini adalah tidak hanya untuk menggalang dana. Akan tetapi juga dapat<br />
digunakan untuk memupuk jiwa kewirausahaan bagi anggota LDFK.<br />
Ada beberapa bentuk pelaksanaannya, di antaranya:<br />
No Jenis Deskripsi Contoh Kegiatan Tahapan Kerja<br />
1 Usaha<br />
mandiri<br />
2 Sponsorship<br />
kegiatan<br />
Usaha mandiri haruslah<br />
usaha yang senantiasa<br />
bersifat kontinu, kreatif dan<br />
memberikan penghasilan<br />
yang sifatnya tetap bagi<br />
pemasukan LDFK. Usaha<br />
mandiri ini merupakan<br />
pemasok keuangan utama<br />
bagi<br />
LDFK. Usaha mandiri ini<br />
bisa berjangka panjang,<br />
atau bahkan hanya dalam<br />
rentang waktu yang<br />
pendek.<br />
Sesungguhnya setiap<br />
perusahaan membutuhkan<br />
pasar untuk mereka bidik<br />
sebagai konsumen. Selain<br />
itu mereka juga<br />
memerlukan citra baik<br />
yang akan meningkatkan<br />
kualitas<br />
produk mereka di pasar<br />
atau di benak konsumen.<br />
Oleh karena itu, mereka<br />
memerlukan medium<br />
untuk memastikan<br />
Menjual jasa Event<br />
Organizing, seperti<br />
menjadi EO sekaligus tim<br />
medis untuk acara sirkum<br />
sisi, pengobatan massal,<br />
bakti sosial, dll.<br />
Selain itu, juga dapat<br />
membuka kios penjualan<br />
majalah, buku, usaha<br />
privat atau bimbingan<br />
belajar, jasa fotokopi,<br />
dan marchendise kreatif,<br />
kartu nama, kaos,<br />
kalender LDFK, LDFK<br />
album memori,<br />
membuat jaket<br />
angkatan, membuat<br />
Jaket LDFK, dll.<br />
Yang perlu iperhatikan<br />
berikutnya adalah bahwa<br />
sponsorship tidak selalu<br />
ekuivalen dengan uang.<br />
Bisa jadi<br />
bentuknya adalah natura<br />
(misalnya produk<br />
mereka), atau bentuk<br />
tawaran promosi lain<br />
yang bisa disepakati<br />
(mereka<br />
membantu proses<br />
publikasi acara kita), dan<br />
|<br />
1. Pengumpulan informasi<br />
(dengan melihat peluang<br />
dan lain sebagainya).<br />
Brainstorming.<br />
2. Realisasi dengan<br />
membuat business plan.<br />
3. Mencari modal, baik<br />
lewat investor maupun<br />
sponsorship.<br />
4. Memulai usaha dengan<br />
professional<br />
amanah.<br />
dan<br />
5. Membuat<br />
laporan<br />
evaluasi dan<br />
pertanggungjawaban<br />
yang rutin secara periodi<br />
(khususnya laporan<br />
keuangan-bulanan).<br />
1. Pembuatan proposal<br />
sponsorship dari even<br />
yang kita adakan lengkap<br />
dengan penawaran<br />
kontrapretasi yang bisa<br />
didapatkan oleh<br />
perusahaan atau<br />
lembaga (selanjutnya<br />
disebut mitra) yang akan<br />
LDFK tuju untuk menjalin<br />
kerjasama. Pastikan<br />
kontrapretasi yang LDFK<br />
tawarkan sudah pantas
informasi keberadaan<br />
dan kualitas produknya<br />
sampai di benak<br />
konsumen. Ketika target<br />
mereka adalah kampus,<br />
maka medium yang<br />
menjadi perpanjangan<br />
tangan mereka adalah<br />
lembaga intra kampus. Di<br />
sini LDFK bisa mengajukan<br />
diri untuk bersanding<br />
sebagai mitra yang<br />
membantu perusahaan<br />
dalam<br />
hubungan yang saling<br />
membantu dan saling<br />
menguntungkan.<br />
Keuntungan saling<br />
menguntungkan ada dalam<br />
bentuk kerjasama<br />
pemasaran yang bernama<br />
sponsorship, dimana<br />
sebuah perusahaan<br />
menjadi sponsor , dan<br />
LDFK menjadi pihak yang<br />
memfasilitasi. Yang<br />
menjadi masalah<br />
adalah proses<br />
mengusahakan<br />
sponsorship, mengingat<br />
belum ada<br />
kesepahaman antara dua<br />
pihak bahwa mereka saling<br />
membutuhkan.<br />
Untuk itulah perlu proses<br />
perkenalan<br />
melalui jaringan dan lain<br />
sebagainya.<br />
Namun ada alat pembuka<br />
yang<br />
menjadi senjata, yakni<br />
proposal.<br />
lain-lain. Dan perlu<br />
diingat, LDFK tidak<br />
hanya bisa mengajukan<br />
pengajuan terhadap<br />
perusahaan yang bersifat<br />
profit, tapi LDFK juga<br />
bisa memanfaatkan<br />
perusahaan-perusahaan,<br />
lembaga sosial, atau<br />
lembaga-lembaga<br />
lainnya yang sifatnya<br />
non-profit.<br />
|<br />
harganya dengan apa<br />
yang nantinya<br />
perusahaan atau<br />
lembaga berikan.Winwin<br />
solution!<br />
2. List-list mitra yang akan<br />
LDFK tuju. Lengkap<br />
dengan contact personnya,<br />
jabatannya dan<br />
alamat mitra tersebut.<br />
3. Buatlah janji dengan<br />
contact person yang<br />
akan LDFK tuju, tentunya<br />
setelah dihubungi<br />
terlebih dahulu. Janji<br />
bertemu ini sangat<br />
penting karena pada<br />
pertemuan empat mata<br />
inilah LDFK bisa<br />
berbicara langsung<br />
menyampaikan maksud<br />
dan tujuan LDFK.<br />
4. Bila dirasa sudah cukup,<br />
LDFK melakukan<br />
penawaran, penjelasan<br />
dari acara yang LDFK<br />
tawarkan, dan penjelasan<br />
tentang konsep<br />
kerjasama yang akan<br />
dilakukan dengan mitra,<br />
jangan ragu untuk mulai<br />
bernegosiasi. Kalau<br />
perlu, tanyakan saja,<br />
“Kira-kira bentuk<br />
kerjasama apa yang bisa<br />
perusahaan Bapak/ibu<br />
berikan dalam<br />
mendukung acara<br />
kami?”, jika ternyata tak<br />
ada satupun tawaran<br />
yang disetujui dari<br />
kontrapetasi awal yang<br />
tertulis dalam proposal<br />
yang kita ajukan.<br />
Cobalah bersifat<br />
fleksibel, dengan<br />
mempertimbangkan<br />
tawaran-tawaran<br />
langsung dari<br />
perusahaan atau<br />
lembaga tersebut.<br />
5. Bila kesepakatan<br />
kerjasama telah didapat,<br />
jangan lupa langsung<br />
tuangkan dalam bentuk<br />
kontrak kerjasama atau<br />
perjanjian kerjasama
3 Penjaringan<br />
Donasi<br />
Sudah menjadi kebutuhan<br />
dari setiap lembaga untuk<br />
menjalin hubungan dengan<br />
lembaga lain atau<br />
perseorangan. Hal ini<br />
dikarenakan sebuah<br />
lembaga tidak bisa berdiri<br />
dan bekerja sendiri. Apalagi<br />
dalam sebuah Lembaga<br />
Dakwah Fakultas<br />
Kedokteran sudah menjadi<br />
kewajiban untuk<br />
membangun hubungan<br />
dengan lembaga atau<br />
Penjaringan donasi dari<br />
panitia sendiri, teman<br />
kuliah, teman dari<br />
lembaga dakwah lain,<br />
orang tua mahasiswa,<br />
dosen-dosen, rektorat,<br />
lembaga intra kampus,<br />
alumni-alumni, tokohtokoh<br />
penting, lembagalembaga<br />
sosial, dll.<br />
Penjaringan donasi ini<br />
bisa dilakukan atas<br />
nama individu ke individu<br />
atau dari lembaga ke<br />
|<br />
yang tertulis. Ini adalah<br />
cara LDFK bekerja<br />
profesional. Dan LDFK<br />
harus teliti dan seksama<br />
terhadap apa-apa yang<br />
tertulis dalam kontrak<br />
tersebut. Karena LDFK<br />
dan mitra harus<br />
menepati dan<br />
melaksanakan isi dari<br />
kontrak tersebut.<br />
6. Bila tak ditemukan<br />
kesepakatan, atau<br />
dengan kata lain, mitra<br />
yang LDFK tuju belum<br />
bersedia untuk bekerja<br />
sama, jangan lupa<br />
ucapkan terima kasih<br />
atas kesempatan yang<br />
diberikan, dan jaga<br />
database-nya, mungkin<br />
suatu saat ketika LDFK<br />
akan melakukan even<br />
lagi, database tersebut<br />
bisa digunakan.<br />
7. Bila kegiatan telah<br />
selesai, kemudian LDFK<br />
dan mitra telah selesai<br />
melakukan kerjasama,<br />
maka jangan lupa untuk<br />
memberikan laporan<br />
even tersebut atau LPJnya<br />
kepada pihak mitra<br />
tersebut.<br />
8. Untuk penjagaan<br />
hubungan kerjasama,<br />
jangan lupa dijaga<br />
silaturahimnya antara<br />
LDFK dengan mitra<br />
tersebut untuk<br />
mempermudah<br />
kerjasama-kerjasama<br />
berikutnya.<br />
Secara Tidak terstruktur<br />
Bisa dilakukan secara<br />
spontan yakni melalui<br />
kunjungan silaturahim<br />
langsung dari individu (wakil<br />
LDFK) ke individu (pihak<br />
donasi).<br />
Secara Terstrukutur<br />
- Pengumpulan data<br />
alumni donatur dari<br />
berbagai sumber<br />
(rektorat, LDFK<br />
- sendiri, jaringan yang
Tips – Trik Pembuatan Proposal<br />
masyarakat sekitarnya. Hal<br />
ini bisa dimanfaatkan untuk<br />
kepentingan dakwah LDFK<br />
dalam berbagai bidang.<br />
Penjaringan donasi yang<br />
memanfaatkan jaringan<br />
bisa menjadi solusi dari<br />
penggalangan dana di<br />
LDFK, selain untuk<br />
mempererat tali<br />
silaturahim.<br />
lembaga.<br />
Bentuknya bisa melalui<br />
silaturahim langsung<br />
atau kunjungan.<br />
|<br />
ada, dan lain-lain).<br />
- Pembuatan proposal<br />
yang berisi kegiatan<br />
LDFK selama satu tahun<br />
ke<br />
- depan.<br />
- Penyeleksian data,<br />
penyaringan melalui<br />
konfirmasi pada donatur.<br />
- Pengambilan keputusan.<br />
- Pengalokasian dana yang<br />
telah terkumpul.<br />
- Pembuatan LPJ dan<br />
progress report atas<br />
penggunaan data<br />
tersebut.<br />
- Penyampaian LPJ dan<br />
progress report kepada<br />
donatur.<br />
Proposal merupakan senjata yang vital bagi proses pengajuan sponsorship. Jadi akan dijelaskan<br />
mengenai proposal. Bagaimana proposal bisa menjadi alat perkenalan sekaligus menghasilkan<br />
“sesuatu”? Proposal yang bagus tidak harus mahal, namun setidaknya memiliki beberapa ciri<br />
mendasar:<br />
Tampilan luar<br />
- Menarik (eye catching), dilihat dari warna, design, ukuran, pemilihan jenis kertas dan cara<br />
menjilid serta tidak ‘norak’.<br />
- Bisa dipahami pada pandangan pertama, terutama terkait dengan judul utama acara atau<br />
kegiatan dan pelaksananya (perguruan tinggi).<br />
Tampilan dalam<br />
- Menarik (eye catching), dilihat dari design dalam, pemilihan font dan pemilihan jenis kertas.<br />
Jangan sampai tidak jelas dan tidak enak dilihat.<br />
- Bisa dipahami dalam waktu singkat (pastikan dalam waktu kurang dari 5 menit, pembaca<br />
proposal bisa memahami content acara, termasuk kontrapretasi.<br />
Teknik dan trik negosiasi dan presentasi sederhana<br />
Proses menjual proposal<br />
- Mendapatkan referensi<br />
- Orang-orang yang saya kenal.<br />
- Pendekatan<br />
- Telepon untuk mendapatkan pertemuan.<br />
- Professional sales presentation
- Ice breaking.am me-list mitra yang<br />
- Sell your self.<br />
- Sell your LDFK.<br />
- Create and sell the needs.<br />
- Get customer commitment.<br />
- Design and present proposal.<br />
- Close the sales.<br />
- Get refferal leads.<br />
- Proses administrasi.<br />
- Application proposal.<br />
- Mengucapkan ‘selamat’.<br />
- Menerangkan kembali program.<br />
- Meminta referensi.<br />
- Menjaga hubungan.<br />
Professional Sales Presentation: bagaimana kita berhadapan dengan calon sponsor kita dengan<br />
menjual proposal secara profesional.<br />
Ice Breaking<br />
- Ucapkan salam yang bersifat positif!<br />
- Jabat tangan calon klien kita dengan hangat!<br />
- Berikan kartu nama Anda!<br />
- Berikan sedikit pujian kepada calon klien Anda!<br />
Sell your self<br />
- Buatlah penampilan anda meyakinkan (pastikan dari ujung kepala sampai dengan ujung<br />
sepatu terlihat profesional).<br />
- Persiapkan seluruh ‘sales tool’ dengan lengkap!<br />
- Jaga eye contact, body language, dan intonasi suara Anda!<br />
Sell your LDFK<br />
- Ceritakan mengenai latar belakang LDFK dengan baik, jelas dan ringkas!<br />
- Jelaskan kredibilitas LDFK Anda!<br />
- Jelaskan dengan detil kalau ada prestasi yang pernah dicapai LDFK!<br />
Create and sell the needs<br />
- Ceritakan mengenai program yang anda miliki!<br />
- Jelaskan benefit yang akan mereka dapatkan ketika mereka mengikuti program atau proposal<br />
yang kita tawarkan!<br />
Get customer commitment<br />
- Dengarkan pendapat calon klien Anda!<br />
- Jangan berdebat apabila calon klien Anda mengutarakan pendapatnya!<br />
- Tanyakan program atau kerjasama model apa yang dia inginkan!<br />
- Dapatkan komitmen!<br />
Design and Present Proposal<br />
|
- Jelaskan program pada proposal sesuai dengan yang dibutuhkan/dimengerti klien!<br />
- Tanyakan pendapatnya mengenai proposal penawaran yang kita ajukan kepadanya!<br />
Close the Sales<br />
- Dapatkan data lengkap mengenai calon klien (untuk kepentingan administrasi)!<br />
- Usahakan sudah disiapkan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK), ketika sudah deal.<br />
- Insya Allah dapat pembayaran pertama.<br />
Get refferal leads.<br />
|
D<br />
alam Islam, istilah pendidikan disebut dengan tarbiyah. Menurut ilmu bahasa, tarbiyah<br />
berasal dari tiga pengertian kata -robbaba-robba-yurobbii- yang artinya memperbaiki sesuatu<br />
dan meluruskannya. Sedang arti tarbiyah secara istilah adalah menyampaikan sesuatu untuk<br />
mencapai kesempurnaan, dimana bentuk penyampaiannya satu dengan yang lain berbeda sesuai<br />
dengan tujuan pembentukannya. Tujuan itu ditentukan melalui persiapan yang sesuai dengan batas<br />
kemampuan untuk mencapai kesempurnaan. Tarbiyah merupakan sesuatu yang dilakukan secara<br />
bertahap dan sedikit demi sedikit oleh seorang pendidik, selain itu juga dilakukan secara<br />
berkesinambungan – maksudnya tahapan-tahapannya sejalan dengan kehidupan, tidak berhenti<br />
pada batas tertentu, terhitung dari buaian sampai liang lahad.<br />
Dalam pembahasan kali ini maka yang dimaksud tarbiyah itu adalah tarbiyah dalam lembaga<br />
dakwah kampus yang lebih simpelnya biasa disebut dengan kaderisasi. Manusia pada asalnya lahir di<br />
dunia tanpa sehelai benangpun dan juga tanpa ilmu. Kemudian seiring berjalannya waktu, ia mulai<br />
bisa melakukan berbagai macam hal, mulai dari berjalan, berlari, bersepeda, membaca bahkan<br />
samapai menghasilkan pemikirna revolusioner yang membawa pada perbaikkan ataupun kerusakkan,<br />
hal ini tidak mungkin tercapai kecuali dengan ilmu. Dalam berdakwah di lingkup fakultas kedokteran,<br />
ilmu dasar yang jelas harus dikuasai selain tsaqofah diniyyah adalah ilmu tentang bagaimana<br />
membuat dakwah itu terus berlangsung secara berkesinambungan, disaat peran dan pengaruhnya<br />
semakin membesar. Dan hal ini tidak akan mungkin tercapai jika kita tidak mau mengusahakannya<br />
Allah SWT berfirman :<br />
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka<br />
mengubah keadaan dirinya…” – QS. Ar-Ra’du : 11<br />
|
Dalam berdakwah, peran da’i memegang peranan yang sangat penting, karena darinya lah ilmu<br />
disebarkan, darinyalah akhlaq mulia dicontohkan, oleh sebab itu proses pencetakkan da’i-da’i<br />
unggulan harus terus berlangsung, Allah SWT berfirman:<br />
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya,<br />
maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan<br />
mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin,<br />
yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak<br />
takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada<br />
siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha<br />
Mengetahui.” – QS. Al Maidah : 54<br />
Salah satu ciri orang yang dicintai Allah SWT adalah yang berjuang di jalan-Nya dengan barisan<br />
yang teratur lagi kokoh.<br />
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang<br />
teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” – QS. Ash<br />
Shaff : 4<br />
Allah pun juga memerintahkan kepada kita untuk mempersiapkan dengan persiapan yang<br />
matang untuk menghadapi musuh-musuh Allah, dan penyiapan da’I yang unggul tentu sangat<br />
diperlukan untuk keberlangsungan dakwah<br />
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan<br />
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu<br />
menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu<br />
tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan<br />
pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan<br />
dianiaya (dirugikan).” – QS. Al Anfal : 60<br />
Komponen utama untuk yang melandasi suatu umat adalah konsep/manhaj/risalah yang<br />
menjadi dasar dari kehidupan umat tersebut. Dan mereka yang senantiasa mengajarkan dan<br />
menghidupkan manhaj ini adalah para kader-kader atau pemimpin-pemimpinnya, dimana kebaikankebaikan<br />
yang berserakan pada orang-orang ammah (umum) terkumpul dalam dirinya. Ketiga, basis<br />
massa yang mengikuti pemimpin-pemimpinnya, dan keempat adalah unsur waktu. Jadi, keberjalanan<br />
suatu umat bisa dijelaskan sebagai berikut. Para kader atau pemimpin datang dengan membawa<br />
suatu risalah tertentu dan kemudian mereka membina orang-orang di sekitarnya sehingga<br />
terbentuklah suatu basis massa pendukung risalah tersebut. Lantas umat tersebut berjalan dengan<br />
risalah tersebut selama rentang waktu tertentu.<br />
Saat umat tersebut mulai meninggalkan risalah yang semula menjadi landasan hidupnya dan<br />
berganti menjadi risalah yang lain, maka dapat dikatakan mereka sudah menjadi umat yang lain.<br />
Konsep ke-umat-an tersebut dapat diterjemahkan dalam ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu<br />
masyarakat kampus. Tentunya skenario yang kita inginkan adalah begini, seorang atau sekelompok<br />
orang kader dakwah kampus membawa konsep Islam dan membina orang-orang di sekitarnya<br />
|
sehingga terbentuklah sebuah komunitas yang shalih yang semakin berkembang dan kemudian<br />
menjelma menjadi kehidupan kampus yang didasarkan pada konsep dan nilai-nilai Islam.<br />
Dengan kata lain, kita ingin membangun masyarakat kampus yang islami, dimana Islam tegak di<br />
dalamnya dan Al-Qur’an hidup di dalamnya. Pentahapan dalam dakwah adalah sunnatullah. Dalam<br />
hal ini pun perlu diperhatikan tahapan-tahapan dalam membangun masyarakat kampus.<br />
Tahapan-tahapan tersebut adalah:<br />
1. Membangun basis kader<br />
Tahap ini adalah tahap pembinaan para pemimpin, para kader yang ke depannya akan<br />
menjadi penggerak dakwah. Yang perlu dicermati adalah bahwa membina kader berbeda<br />
dengan membina masyarakat pada umumnya. Membina kader tidak cukup dengan hanya<br />
ta’lim, tabligh, training, dan seminar. Membina kader haruslah melalui medan amal yang<br />
nyata, menghadapkannya pada realitas. Pembinaannya bersifat intensif, memperhatikan<br />
seluruh aspek kehidupannya, untuk memenuhi standarstandar kepribadian seorang<br />
pemimpin. Karena itulah waktunya bisa panjang. Inilah yang disebut kaderisasi dan inilah<br />
yang akan dibahas secara lebih mendalam pada bagian berikutnya.<br />
Biasanya tidak sembarang orang bisa digembleng menjadi kader, ada seseorang yang<br />
terlihat meyakinkan, namun ketika mulai dilatih menjadi kader yang baik, sedikit demi sedikit<br />
mulai luntur keistiqomahannya. Maka untuk membangun basis kader dalam dakwah kampus<br />
fakultas kedokteran dapat dilakukan dengan cara melakukkan open recruitment menjadi<br />
pengurus LDFK secara terbuka, untuk kemudian dilihat bagaimana perkembangan kader<br />
tersebut, dilakukkan penilaian mana yang istiqomah, si A lebih cocok dengan bidang apa,<br />
untuk kemudian dilakukkan pendidikkan dan pembekalan lanjutan yang bisa dengan<br />
diikutkan pelatihan yang digelar oleh <strong>FULDFK</strong> (MMLC), BEM, ataupun yang lainnya. Hal<br />
prinsip dalam penggemblengan kader adalah kita harus meyakini bahwa semua orang<br />
mempunyai potensi menjadi “dasyat”, jadi tidak boleh membedakan seorang calon kader<br />
dengan seorang yang lainnya. Pembedaan perlakukan baru boleh diberikkan jika calon kader<br />
sudah melewati beberapa waktu untuk menunaikan amanahnya, bagi orang-orang yang<br />
menunaikan amanah dengan baik maka akan sangat layak jika hendak diberikan tindakkan<br />
khusus untuk mengembangkan potensinya (misal diikutkan pelatihan MMLC).<br />
2. Membangun basis massa<br />
Prinsip dari pembangunan basis masa adalah kader dan aktifis LDFK tidak boleh bersifat<br />
eksklusif, berbaur namun tidak bercamppur, yaitu tidak bisa berbaur dengan masyarakat luas,<br />
serta ia bisa memberikan kontribusi positif bagi terbentukknya masyarakat islam di kampus<br />
fakultas kedokteran. Jika hal ini kader atau aktifis bersifat eksklusif maka tidak ada bedanya<br />
apakah ia adalah aktifis yang menguasai banyak ilmu atau yang kadang-kadang saja menjadi<br />
aktifis, karena jika tidak mau terjun diluar lingkungan dakwah, maka llingkungan dakwah itu<br />
tidak akan berkembang. Membina massa relatif lebih sederhana daripada membina kader.<br />
Ada dua poin penting yang harus dilakukan pada tahap ini. Yang pertama adalah memberikan<br />
kemanfaatan kepada massa kampus. Inilah yang membuat aktivitas syi’ar harus banyak<br />
mengandung unsur pelayanan. Contoh hal ini adalah memberikan leaflet, majalah atau sms<br />
tausyiah secara gratis kepada seluruh mahasiswa muslim.<br />
Kedua, berusaha menokoh di kalangan massa kampus. Hal ini dikarenakan masyarakat<br />
umumnya akan mengikuti orang-orang yang dianggapnya tokoh. Ini menuntut seorang kader<br />
|
agar memiliki standar pengetahuan, ruhiyah, dan kepribadian lainnya yang mencukupi<br />
sehingga ia layak menokoh. Dengan kata lain, seorang kader akan menjadi magnet bagi<br />
orang-orang di sekitarnya. Apa lagi kultur akademis di fakultas kedokteran sangat kental,<br />
sehingga orang-orang yang dianggap “encer otaknya” relatif lebih memiliki pengaruh dari<br />
pada yang biasa-biasa saja. -Yang juga perlu diperhatikan adalah perlunya menjalin hubungan<br />
dengan dekanat dan karyawan di fakultas, ada beberapa macam cara yang bisa ditempuh,<br />
misal dengan secara rutin memberikan selebaran atau pamflet tausyiah, dan pada beberapa<br />
kondisi minta orang-orang dari dekanat atau karyawan menjadi pengisi materi atau kajian,<br />
insyaAllah hal ini akan menjadikan kerikatan dan kecintaan hati dengan dakwah.<br />
3. Membangun basis institusi<br />
Inilah tahap dimana dakwah kampus fakultas kedokteran sudah resmi dan diakui. Hal ini<br />
bisa ditunjukkan dengan adanya surat keputusan dekan, atau bisa juga dengan surat<br />
keputusan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) jika LDFK berada di bawah BEM. Pada<br />
hakikatnya, bentuk institusi itu hanyalah sarana untuk mencapai tujuan dakwah yang tidak<br />
berubah baik sebelum ataupun sesudah dakwah kampus melembaga. Dengan melembaga,<br />
dakwah kampus akan memperoleh beberapa manfaat. Di antaranya adalah kekuatan legalitas<br />
dan formalitas, mempercepat penyampaian syi’ar-syi’ar Islam, dan mempermudah dalam<br />
menjalankan programprogram dakwah.<br />
Selain itu juga bisa melakukkan intervensi kepada sistem. Perlu diingat bahwa dengan<br />
memperbaiki sistem akan mengekalkan kebaikkan, karena selama sistem itu masih ada<br />
selama itu pula kebaikkannya masih terlaksana. Hal ini bisa dicapai dengan melakukkan<br />
lobbying pada dekanat, semisal untuk mengesahkan hari wajib berjilbab dan berkoko untuk<br />
mahasiswa yang beragama islam, atau semisal menginisiasi dibangunnya mushalla atau<br />
masjid fakultas.<br />
4. Membangun kampus secara keseluruhan dengan konsep Islam<br />
Inilah tahapan dimana yang menjadi target adalah terwarnainya seluruh elemen kampus<br />
– baik itu mahasiswa, staf pengajar, karyawan, semua warga kampus – dengan fikrah Islam.<br />
Hal ini tidak akan terwujud jika tidak dilakukkan dakwah islam dari bagian terkecil dari<br />
kampus itu, yaitu masing-masing diri kita.<br />
Secara umum, proses kaderisasi dapat dibagi ke dalam dua tahapan besar. Yang pertama<br />
adalah proses merekrut orang. Inilah proses dimana seorang da’i berburu bakat. Dia mencari potensipotensi<br />
kebaikan yang tersebar di masyarakat, lalu kemudian dia memasukkannya ke dalam barisan<br />
dakwah. Yang kedua, setelah itu, adalah proses membina orang-orang tersebu, agar dapat<br />
memastikan tetap abadinya kereta dakwah. Proses membina adalah proses berinteraksi dengan<br />
fitrah manusia (tabiat dan semua unsur yang menyertainya) sehingga terjadi rekonstruksi kepribadian<br />
pada diri orang yang dibina.<br />
Seperti disebutkan sebelumnya, membina kader atau pemimpin itu tidak dapat dilakukan hanya<br />
lewat pengajian, ta’lim, dan seminar-seminar umum. Dibutuhkan perangkat-perangkat yang lebih<br />
khusus karena yang akan dibangun adalah kepribadian orang yang dibina secara integral. Selain itu,<br />
membina kader haruslah melalui alam realitas. Tidak cukup mengajarkan kejujuran, misalnya, hanya<br />
|
dengan ta’lim. Karena tekanan-tekanan alam realitaslah yang paling baik mendidik jiwa seseorang.<br />
Inilah sebabnya tadribul amal menjadi sangat penting dan harus dipandang sebagai bagian yang<br />
integral dari proses pembinaan. Sebelum berlanjut, mari kita maknai kembali fase-fase dakwah kita.<br />
Kita ulas kembali secara singkat fase-fase tersebut.<br />
1. Fase Tabligh dan Ta’lim<br />
Fase ini adalah fase pengenalan, penyebaran fikrah. Yang menjadi fokus amal adalah<br />
mengubah yang tadinya bodoh menjadi tahu (dari jahiliyah kepada ma’rifah)<br />
2. Fase Takwin<br />
Fase ini adalah fase pembentukan, penyeleksian, dan latihan beramal. Yang menjadi<br />
fokus adalah mengubah yang tadinya tahu menjadi terstruktur pengetahuannya dan mulai<br />
berlatih melakukan amal-amal Islam yang nyata.<br />
3. Fase Tandzhim<br />
Fase ini adalah fase pengorganisasian, penyusunan pasukan, dan pemobilisasi- an<br />
potensi untuk tujuan dakwah.<br />
4. Fase Tanfidz<br />
Fase ini adalah fase pelaksanaan kerja dawah yang khusus. Terdapat relasi yang kuat<br />
antara fase-fase dakwah dengan amal-amal kaderisasi. -Dengan memaknai fase-fase dakwah<br />
di atas, amal-amal kaderisasi dapat dibuat menjadi alur sebagaimana berikut.<br />
5. Rekruitmen<br />
Proses inilah yang menjadi tahapan pertama dalam dua tahapan besar kaderisasi. Proses<br />
ini berkaitan erat dengan fase tabligh dan ta’lim pada fase dakwah.<br />
6. Pembentukan<br />
Proses ini dan seterusnya merupakan tahapan ke dua dari dua tahapan besar kaderisasi.<br />
Proses ini berkaitan dengan fase takwin dalam fase dakwah.<br />
7. Menyediakan ladang amal<br />
Proses ini dan setelahnya memiliki relasi yang kuat dengan fase tandzhim pada fase<br />
dakwah.<br />
8. Monitoring<br />
Melakukan penilaian dan pengawasan yang wajar terhadap kader yang telah disediakan<br />
lading amal baginya. Misalnya bagaimana kontribusinya dalam ladang amalnya. Contoh<br />
bagaimana kinerjanya dalam kepanitiaan yang mengadakan kajian.<br />
Untuk lebih memperdalam pembahasan tiap-tiap poin di atas, akan dijelaskan masing-masing<br />
poin secara terpisah.<br />
Sebelum membahas lebih jauh, akan ditegaskan dahulu bahwa dalam bab ini, pengertian kader<br />
berbeda dengan pengertian pengurus. Yang dimaksud dengan kader adalah mereka yang mengikuti<br />
alur kaderisasi LDFK. Yang dimaksud dengan pengurus adalah mereka yang menjalankan kerja-kerja<br />
dakwah secara formal dan terkoordinasi dalam struktur LDFK sesuai dengan job description yang<br />
diberikan. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud rekruitmen adalah rekruitmen kader.<br />
|
Proses rekruitmen adalah proses menarik masuk seseorang ke dalam barisan dakwah untuk<br />
kemudian dibina dan menjadi sumber daya penggerak dakwah. Dengan kata lain kita merekrut<br />
seseorang menjadi kader LDFK untuk kemudian dibina dan akan bersama-sama beramal dakwah<br />
melalui LDFK. Ini berarti proses rekruitmen dapat dikatakan sebagai penyeleksian/penyaringan SDM<br />
yang siap dibentuk. Dalam proses merekrut ini, perlu dicermati pula siapa yang akan direkrut. Orang<br />
tersebut haruslah memenuhi dua syarat, yaitu berpotensi untuk mengubah diri dan mengubah orang<br />
lain. Hal ini perlu karena kita melihat pada kemanfaatan untuk dakwah secara umum. Dengan<br />
merekrut orang-orang yang memenuhi dua kriteria di atas, dakwah akan mengalami percepatan yang<br />
jauh lebih pesat daripada kita merekrut orang yang sulit mengubah orang lain apalagi jika orang<br />
tersebut sulit diubah kepribadiannya.<br />
Karena itulah, pada hakikatnya, objek perekrutan itu harus dicari. Tidak bisa hanya dengan<br />
menunggu. Kita harus mencari orang-orang yang memiliki bakat pemimpin, orang-orang yang<br />
simpati dengan Islam di kampus. Inilah implementasi hadits Rasulullah SAW : “Manusia itu seperti<br />
barang tambang, yang terbaik di masa jahiliyah terbaik juga dalam Islam”. Masih ingatlah kita<br />
bagaimana Rasulullah SAW berdoa : “Ya Allah, jadikanlah salah satu dari dua Umar ini sebagai kunci<br />
kemenangan Islam” ketika berdoa kepada Allah SWT agar salah satu di antara dua Umar (Umar bin<br />
Khaththab ra. dan Abu Jahal) masuk ke dalam barisan kaum Muslimin. Kedua orang ini merupakan<br />
tokoh pemimpin di masa jahiliyah. Kemudian Allah SWT mengabulkan doa Rasul-Nya dengan<br />
masuknya Umar bin Khaththab ra. Dan terbukti ketika Umar masuk Islam, dakwah Islam mengalami<br />
percepatan yang luar biasa.<br />
Metode yang umumnya digunakan oleh LDFK untuk merekrut kader adalah dengan membuka<br />
pendaftaran calon kader LDFK atau mengadakan ta’lim-ta’lim umum atau even-even syi’ar lainnya<br />
(program-program yang sifatnya pengenalan nilai-nilai Islam) dan kemudian merekrut orang-orang<br />
yang hadir untuk menjadi kader LDFK. Ini tidak salah karena proses seperti ini sama dengan<br />
menyeleksi unsur-unsur di masyarakat kampus yang mempunyai kecenderungan lebih besar kepada<br />
Islam dan unsur-unsur yang simpati dengan Islam. Dengan kata lain begini, orang yang sejak awal<br />
sudah simpati dengan Islam atau yang setelah mengikuti program syi’ar muncul rasa simpatinya<br />
terhadap Islam, itulah yang akan kita rekrut. Misalnya setelah seseorang mengikuti Seminar<br />
kedokteran islam, dia mulai mengetahui bahwa islam adalah agama yang kaffah dan berminat untuk<br />
memperdalah islam dan mempelajari kebesaran-kebesaran Allah yang dapat diungkap oleh ilmu<br />
kedokteran. Maka orang-orang seperti ini kita rekrut dan kita bina agar pengetahuannya berkembang<br />
menjadi pola pikir dan amalnya produktif untuk dakwah.<br />
Sebagaimana telah dikatakan, hal tersebut di atas tidaklah salah. Namun, sebenarnya tidak<br />
cukup. Perlu juga dipikirkan bagaimana para kader ini dapat melihat potensi-potensi di sekitarnya.<br />
Misalnya potesi kepemimpinan, pemikiran, keprofesian dan akademik, atau olah raga. Karena orangorang<br />
yang memiliki puncak-puncak potensi inilah yang nanti akan menjadi tokoh-tokoh di<br />
masyarakat kampus.<br />
Karena itulah kapasitas internal kader menjadi penting. Daya rekrut LDFK bergantung pada<br />
daya rekrut setiap kadernya, dan daya rekrut setiap kadernya bergantung pada kapasitas internal<br />
dirinya. Masih ingatlah kita bagaimana proses masuk Islamnya Rukanah. Dia hanya mau masuk Islam<br />
jika Rasulullah mengalahkannya bergulat. Dan ternyata Rasulullah lebih kuat. Atau bagaimana masuk<br />
|
Islamnya Umar. Ini mengindikasikan bahwa untuk merekrut orang kuat harus dilakukan oleh orangorang<br />
yang sama kuatnya atau lebih kuat.<br />
Antara Kualitas dan Kuantitas<br />
Rekruitmen yang dilakukkan LDFK pada dasarnya untuk memnuhi dua hal, yaitu kuantitas dan<br />
kualitas. Kuantitas penting untuk menjamin terpenuhinya job sharing sedang kualitas menjamin<br />
terlaksanya tugas sesuai dengan yang diharapkan. Pada kenyataannya, fungsi rekruitmen yang<br />
dilakukan LDFK tidak hanya berorientasi pada pemenuhan basis kader (baca: kualitas), tetapi juga<br />
memiliki fungsi pemenuhan barisan pendukung dakwah atau simpatisan dakwah (baca: kuantitas).<br />
Dalam proses rekruitmen LDFK, ada dua hal yang perlu diperhatikan terkait dengan kedua fungsi di<br />
atas, yaitu: (1) Peran LDFK sebagai sarana dakwah umum yang harus menggulirkan proyek-proyek<br />
dakwah secara profesional, artinya LDFK memerlukan kader yang secara kualifikasi siap menanggung<br />
beban dakwah, dan (2) Peran LDFK sebagai sarana pemenuhan barisan pendukung/simpatisan<br />
dakwah. Dapatlah kita gambarkan peta masyarakat muslim seperti di bawah ini.<br />
Untuk melaksanakan peran pertamanya dengan baik, LDFK sebagai organisasi dakwah sangat<br />
membutuhkan calon-calon kader yang memiliki standar kompetensi tertentu sebagaimana telah<br />
ditetapkan sebelumnya oleh tim formatur LDFK setelah suksesi. Mereka diharapkan telah memiliki<br />
pengalaman untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, memiliki pemahaman Islam yang baik,<br />
mengenali medan, dan telah teruji komitmennya sehingga bisa dikategorikan sebagai SDM siap pakai<br />
(kader inti). SDM seperti inilah yang diharapkan menjadi motor penggerak aktivitas dakwah LDFK<br />
yang berperan mewarnai kampus dengan nilai-nilai Islam. SDM ini pula yang diharapkan dapat<br />
menjadi role of model bagi kader atau pengurus yang lain. Kader-kader inti ini sudah tinggi secara<br />
jenjang kederisasi dan biasanya menempati posisi yang strategis dalam struktur LDFK (top atau<br />
middle manager). Untuk melaksanakan peran keduanya dengan baik, LDFK sebagai organisasi<br />
dakwah diharapkan dapat merekut sebanyak mungkin mahasiswa/i muslim di kampus untuk<br />
bergabung bersama mengembangkan dan mengaktualisasi diri dalam bingkai dakwah Islam. Siapa<br />
pun, selama dia merupakan mahasiswa di kampus, yang memiliki motivasi untuk memperbaiki,<br />
mengembangkan, mengaktualisasi diri serta berdakwah/beramal islami di kampus, adalah caloncalon<br />
SDM yang potensial. Standar kompetensi tidak diberlakukan secara ketat untuk calon-calon<br />
SDM ini. Justru diharapkan melalui keikutsertaan dalam aktivitas dakwah LDFK dan interaksinya<br />
dalam lingkungan yang kondusif itulah maka SDM-SDM ini akan memiliki kesempatan yang sangat<br />
luas untuk transformasi diri ke arah yang lebih islami.<br />
Untuk memenuhi kedua fungsi tadi, dapat disiasati melalui penjenjangan kader. Jadi pembinaan<br />
dan penyeleksian berdasarkan kompetensi yang ketat tidak diterapkan pada semua tingkatan<br />
kaderisasi. Jadi tidak semua kader menjalankan fungsi kader sebenarnya, ada beberapa tingkatan<br />
yang sebenarnya merupakan simpatisan. Ini tidak menjadi masalah karena LDFK merupakan<br />
lembaga aktivitas yang sifatnya umum (wajihah ‘amal ‘aam). Namun, jangan sampai kita tejebak<br />
pada penyempitan makna simpatisan sekedar yang mendaftarkan diri pada LDFK saja. Kita harus<br />
mengklasifikasikannya berdasarkan tingkatan interaksi antara seseorang dengan LDFK/Islam.<br />
Yang termasuk simpatisan adalah mereka yang:<br />
1. Mengikuti program-program dakwah yang dilakukan LDFK.<br />
|
2. Mendukung Islam dan dakwah. Baik itu dalam hal finansial, tenaga, ataupun pemikiran.<br />
Karena itu orang yang kritis dan banyak menyampaikan kritik yang membangun terhadap<br />
LDFK harus kita pandang sebagai aset dan diposisikan sebagai orang yang peduli.<br />
3. Orang-orang yang hanif kepribadiannya.<br />
Untuk memenuhi kebutuhan kader, LDFK dapat menjalankan dua mekanisme<br />
rekruitmen. Yaitu (1) masif dan (2) personal. Yang dimaksud dengan mekanisme rekruitmen<br />
masif adalah adalah rekruitmen terbuka bagi seluruh mahasiswa muslim di kampus. Dapat<br />
juga berupa rekruitmen sebagai follow-up kegiatankegiatan syi’ar, dll. Sedangkan yang<br />
dimaksud rekruitmen personal adalah rekruitmen yang dilakukan secara langsung oleh<br />
formatur LDFK dan pengelola SDM LDFK, atau bahkan oleh kader-kader LDFK terhadap<br />
individu-individu tertentu yang dianggap memiliki kecenderungan kepada Islam dan memiliki<br />
potensi yang besar untuk dakwah. Perekrutan secara personal ini dapat diikuti oleh proses<br />
pembinaan saja atau pun sekaligus menempatkannya pada struktur LDFK jika dirasa perlu dan<br />
standar kepribadian dan kompetensinya telah terpenuhi.<br />
Salah satu parameter berhasilnya kaderisasi adalah terbentuknya kaderkader dengan<br />
kapasitas yang ditargetkan secara konkret. Untuk itu, demi terciptanya LDFK yang mandiri,<br />
profesional, dan regeneratif maka perlahan-lahan setiap LDFK diharapkan mampu<br />
menghasilkan kader-kader inti secara mandiri melalui alur kaderisasi yang dijalankannya.<br />
LDFK harus mampu berperan sebagai “kawah candradimuka” yang dapat mentransformasi<br />
individu-individu yang pada awalnya belum memiliki kompetensi apa-apa menjadi individuindividu<br />
yang memiliki kompetensi keislaman yang tinggi, profesional, intelek, dan siap<br />
melakukan amal da’awi. Di situlah letak pentingnya alur kaderisasi berjenjang dalam sebuah<br />
LDFK. Jadi dapat kita lihat di sini bahwa kaderisasi tahap-tahap awal berorientasi pada<br />
kuantitas untuk membangun barisan pendukung dakwah. Namun, dalam proses setelahnya,<br />
pentahapan kaderisasi haruslah berorientasi pada kualitas kader-kadernya.<br />
Teknis : Langkah-langkah Rekruitmen Massif<br />
Dalam melakukan rekruitmen masif, secara teknis dapat mengikuti prosedur-prosedur berikut.<br />
Sosialisasi LDFK<br />
Tujuan:<br />
- Mengenalkan LDFK kepada seluruh civitas akademika kampus.<br />
- Menarik minat seluruh civitas akademika kampus khususnya mahasiswa/i muslim/ah untuk<br />
bergabung dengan LDFK. -Hal ini bisa dilakukkan sejak maru pertama kali datang ke kampus<br />
untuk melakukkan registrasi. Dari LDFK ada tim khusus untuk melakukkan “sambut maru”,<br />
yang bertugas mengenalkan mereka pada LDFK, bisa dengan pembagian leaflet,<br />
menawarkan untuk pencarian kos, atau mungkin juga bisa dengan memberikan mereka<br />
souvenir sederhana namun akan tetep diingat, seperti stiker pembatas buku dll.<br />
Publikasi rekruitmen<br />
Tujuannya adalah memberikan informasi kepada seluruh civitas akademika kampus bahwa<br />
LDFK mengadakan rekruitmen untuk seluruh civitas akademika kampus.<br />
Penyebaran dan pengembalian formulir rekruitmen dan isian biodata calon kader<br />
Tujuan:<br />
|
- Mengumpulkan data awal calon kader.<br />
- Mengenali karakteristik calon kader (biodata singkat, pengalaman organisasi, motivasi<br />
bergabung dengan LDFK, keterampilan khusus yang dimiliki, pilihan aktivitas yang diminati).<br />
Pengolahan data calon kader<br />
Tujuan:<br />
- Mendapatkan gambaran umum tentang karakteristik calon kader LDFK.<br />
- Mendapatkan database calon kader.<br />
Wawancara calon kader<br />
Tujuan:<br />
- Mengenali calon-calon pengurus secara baik dan lebih mendalam (pemahaman keislamannya,<br />
harapan-harapannya terhadap LDFK, motivasinya, pilihan aktivitas yang diminatinya kelak<br />
jika bergabung dengan LDFK, tingkat komitmennya dengan dakwah, pengalaman<br />
organisasinya, gaya kerjanya, tingkat pengetahuannya terhadap amanah yang akan<br />
dijalankannya, konsep diri dan manajemen pribadinya).<br />
- Memasukkan kader ke dalam kelompok-kelompok pembinaan yang sesuai.<br />
Publikasi pengurus<br />
Tujuannya adalah menginformasikan kader-kader LDFK baru yang akan menjalani alur<br />
kaderisasi kepada civitas akademika kampus. Hal-hal penting yang perlu digali dari calon kader pada<br />
saat proses rekruitmen, setidaknya adalah:<br />
- Data diri calon kader (nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, alamat tempat tinggal,<br />
nomor kontak, fakultas/jurusan, angkatan, motto hidup, dll.).<br />
- Riwayat pendidikan.<br />
- Pengalaman organisasi.<br />
- Keterampilan khusus yang dimiliki.<br />
- Pilihan aktivitas yang diminati.<br />
- Motivasi bergabung dengan LDFK.<br />
- Tujuannya bergabung dengan LDFK.<br />
- Tingkat pemahaman keislamannya secara umum.<br />
Inti dari pengenalan secara mendalam terhadap calon kader adalah mengetahui potensi, tipe<br />
kepribadian, pemahaman dan pola pikirnya sehingga kita dapat menentukan cara terbaik dalam<br />
membinanya. Misalnya, ketika akan dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok usrah, maka<br />
dengan mengenal calon kader secara mendalam kita dapat menentukan siapa naqib yang tepat<br />
untuknya dan mengumpulkannya dengan teman-temannya yang setaraf kadar pemahaman<br />
keislamannya. Beberapa bagian dalam proses rekruitmen yang terkait dengan sistem kaderisasi LDFK<br />
(berarti harus dibicarakan di awal kepengurusan jika LDFK yang bersangkutan belum memiliki sistem<br />
kaderisasi yang baku) antara lain:<br />
- Waktu pelaksanaan rekruitmen dan frekuensi rekruitmen dalam satu periode kepengurusan.<br />
- Sasaran dari rekruitmen tersebut (umum, siapapun asal berstatus mahasiswa dan beragama<br />
Islam, atau ada kriteria khusus lainnya, seperti berasal dari angkatan tertentu, memiliki<br />
standar kompetensi tertentu, dan sebagainya).<br />
- Mekanisme teknis pelaksanaannya.<br />
- Pelaksana rekruitmen (apakah hanya pengelola SDM, hanya tim formatur, atau keduanya?)<br />
|
Setelah dilakukkan proses rekruitmen, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah<br />
pengenalan, agar para raw recruit yang ammah ini dapat memahami tugas dan fungsi yang akan<br />
diembannya adalah tugas dakwah yang memerlukkan persiapan diri. Pengenalan pertama yang harus<br />
dilakukan adalah perkenalan dengan dakwah. Pada tahap awal calon kader dijelaskan tentang<br />
karakteristik dakwah yang jalannya panjang, sedikit pendukungnya, banyak rintangannya, namun<br />
besar balasannya. Hal ini ditujukan agar mereka tidak mengambang dengan tugas yang akan mereka<br />
emban, sehingga setiap tugas memiliki ruh dan tujuan rabbani.<br />
Hal kedua yang perlu disampaikan adalah peraturan-peraturan standar, seperti antar kader<br />
ikhwan akhwat harus saling menjaga diri, dikenalkan dengan adab-adabnya. Peraturan yang bisa<br />
mendatangkan hukuman harus juga dikenalkan sebelumnya, misal saat syuro’ harus datang tepat<br />
waktu, atau jika tidak akan mendapat iqob, kapan seorang kader bisa diberhentikan, dan hal-hal yang<br />
semacam dengan ini. Setelah mereka memahami kedua hal ini kemudian dikenalkan dengan sistem<br />
dan struktur yang ada, misal dalam LDFK ada beberapa bidang atau departemen, yang dipimpin oleh<br />
kepala bidang dengan tugasnya masing-masing.<br />
Dan yang penting lagi adalah dikenalkan tentang statusnya sebagai kader ini menunjukkan<br />
bahwa ia adalah subyek dan obyek pembinaan keislaman yang utama. Kemudian apa tujuan<br />
pembinaan ini? Hal ini bisa dijawab dengan 10 muwashafat sebagai berikut:<br />
1. Salimul ‘aqidah (aqidah yang selamat)<br />
2. Shahihul ‘ibadah (ibadah yang benar)<br />
3. Matinul khuluq (akhlaq yang tegar)<br />
4. Qadirun ‘alal kasbi (mampu bekerja)<br />
5. Mutsaqaful fikr (berwawasan luas)<br />
6. Qawwiyul jism (fisik yang kuat)<br />
7. Mujahidun li nafsi (etos kerja yang tinggi)<br />
8. Munazhzham fi syu’unihi (tertata urusannya)<br />
9. Haritsun ‘ala waqtihi (menjaga waktunya)<br />
10. Nafi’ul li ghairihi (bermanfaat bagi yang lainnya)<br />
Setelah melalui proses rekruitmen kader, maka yang harus diperhatikan berikutnya adalah<br />
bahwa kader adalah obyek dakwah yang utama, karena diharapkan mereka nanti akan menjadi<br />
penerus estafet perjuangan dakwah. Dalam hal tingkatan ini, kualitas jauh lebih penting dari<br />
kuantitias. Namun hal itu tidak bisa terjadi begitu saja, melainkan harus ada upaya yang tersistem<br />
dan berkelanjutan. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:<br />
|
1. Usrah/mentoring<br />
Usrah secara bahasa berarti baju perisai yang melindungi, istri atau keluarga, jamaah<br />
yang diikat oleh kepentingan yang sama, kelompok. Maka definisi usrah adalah sarana<br />
pembinaan yang menghimpun semua makna di atas. Dia berfungsi sebagai pelindung karena<br />
di sana terdapat komunitas yang saling mengingatkan, berfungsi sebagai keluarga karena di<br />
sanalah ditanamkan dan dipraktekkannya nilai-nilai ukhuwah islamiyah, dengan dilandasi<br />
tujuan dan kepentingan yang sama, yaitu membina diri, dalam format dinamika kelompok<br />
dengan jumlah anggota maksimal 12 orang. -Usrah ini merupakan perangkat yang paling<br />
utama, karena di sinilah nilai-nilai pembinaan dapat disampaikan secara lengkap dan praktis.<br />
Selain itu, dengan metode ini, pembinaan dapat dilakukan secara intensif. Dalam istilah lain<br />
usrah dapat dinamakan mentoring, halaqah, asistensi, smart circle, dsb.<br />
Sasaran<br />
Sarana pembinaan dasar-dasar aqidah, akhlaq, ibadah, dan tsaqafah.<br />
Menanamkan nilai-nilai ukhuwah dan membiasakan beramal jama’i.<br />
Sarana aktualisasi diri dalam merealisasikan nilai Islam.<br />
Unsur usrah<br />
Unsur minimal dalam pelaksanaan usrah adalah adanya seorang naqib/mentor dan para<br />
peserta. Naqib adalah seseorang yang berfungsi sebagai penanggung jawab usrah dan<br />
memiliki peran membina para peserta.<br />
Untuk menarik minat kader maka pertama-tama topic usrah bisa diambilkan tentang<br />
kedokteran islam. Misal bagaimana pandangan islam tentang euthanasia, aborsi,<br />
transplantasi organ dan lain sebagainnya, karena para mahasiswa baru biasanya cenderung<br />
antusias untuk mempejari hal-hal yang berhubungan dengan kedoktaran. Setelah terbentuk<br />
ikatan antara mentor dan menti, maka materi dapat lebih diarahkan tentang urusan agama<br />
dan dakwah. Sebelumnya menti harus di informed consent bahwa dalam usrah mereka dapat<br />
saling berdiskusi baik tentang masalah agama atau yang lainnya, mengeluarkan pendapat,<br />
dan rahasia mereka dijaga, serta yang penting mereka tetap diingatkan bahwa mengikuti<br />
kajian keislaman tetap sangat diperlukan untuk tercapainya pemahaman islam yang<br />
mendalam. Materi-materi dasar seperti aqidah, fiqih ibadah yang wajib, hendaknya<br />
disampaikan terlebih dahulu, agar menti memiliki dasar sebelum membahas tentang fiqih<br />
dakwah dan haroki.<br />
2. Seminar, dialog, dan pelatihan<br />
Seminar adalah sarana pembinaan berupa pertemuan dengan lebih dari satu pembicara<br />
pakar untuk membahas permasalahan tertentu. Dialog adalah sarana pembinaan berupa<br />
pertemuan dengan satu atau lebih tokoh untuk mengkaji dan mendiskusikan permasalahan<br />
tertentu. Pelatihan adalah sarana pembinaan berupa penajaman atau pembekalan akan<br />
keahlian/skill tertentu.<br />
Sasaran<br />
Memperluas wawasan.<br />
Meningkatkan keterampilan-keterampilan tertentu.<br />
Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan sistematis.<br />
|
<strong>FULDFK</strong> maupun LDFK-LDFK biasanya memiliki seminar, pelatihan, maupun talkshow<br />
yang sifatnya tahunan. Maka kader dapat didelegasikan untuk mengikutinya, tentunya yang<br />
disesuikan dengan karakteristiknya. Misalnya ia berkarakter pemimpin, maka akan sangat<br />
tepat sekali jika didelegasikan untuk mengikuti pelatihan di MMLC, kalau ia tertarik dengan<br />
kedokteran islam maka bisa diberangkatkan untuk menghadiri Antibiotic. Yang perlu<br />
diperhatikan, karena kegiatan pendelegasian memerlukan dana, jika menggunakan dana<br />
LDFK maka kalau bisa dilakukan seleksi delegasi untuk mencegah terjadinya kecemburuan,<br />
serta yang penting kader yang diberangkatkan sebagai delegasi harus memberikan<br />
kemanfaatkan untuk kader yang berada di kampus, misalnya dengan menuliskan hasil<br />
kegiatannya untuk dipublikasikan di bulletin LDFK, melakukan presentasi tentang materi<br />
yang didapat serta beberapa hal lainnya. Jika dilingkungan sekitar kampus ada kegiatan<br />
pelatihan atau seminar, maka kader juga dapat dikirim untuk menjadi delegasi ke sana,<br />
karena relatif lebih murah, biasanya juga tetap bermanfaat, misal acara LKMM Fakultas,<br />
pelatihan pembuatan sms gate way dan lain sebagainya.<br />
3. Rihlah<br />
Rihlah adalah sarana pembinaan yang dilaksanakan secara kolektif dan lebih tercurah<br />
pada aspek fisik. Dalam pelaksanaannya, peserta diberi keleluasaan untuk begerak dengan<br />
iklim yang bebas dengan ruang gerak yang luas untuk menerapkan nilai-nilai islami di<br />
kehidupan nyata.<br />
Kedudukan rihlah di antara sarana pembinaan yang lain sangatlah penting untuk<br />
menciptakan suasana ukhuwah islamiyah dan kedisiplinan secara fisik.<br />
Sasaran<br />
Mempraktekkan nilai-nilai Islam, seperti mempererat ukhuwah sesama peserta yang<br />
lain, dll.<br />
Mendalami pengenalan terhadap peserta yang lain.<br />
Menanamkan suatu nilai penting dalam Islam seperti komitmen, disiplin, bersungguhsungguh,<br />
kecintaan, dan itsar.<br />
Mendapatkan kebugaran, menghilangkan kejenuhan, dan memperbaharui semangat.<br />
Melatih untuk bekerja sama, disiplin, dan kesiapan meanggung beban.<br />
Untuk acara rihlah bisa dipilih daerah pegunungan yang sejuk atau pantai yang memiliki<br />
medan yang menantang, persiapan segala sarana harus dimatangkan, karena segala sesuatu<br />
bisa terjadi saat rihlah. Dalam kegiatan ini aktifitas fisik lebih diutamakan, misal kader dapat<br />
diminta untuk memainkan game yang berisi hikmah tentang pentingnya teamwork,<br />
leadership, disiplin dan lain sebagainya. Yang menjadi masalah untuk rihlah adalah<br />
menentukan waktu yang tepat, karena biasanya mahasiswa fakultas kedokteran memiliki<br />
agenda yang padat, sedangkan jika sudah masuk jadwal libur maka banyak yang pulang<br />
kampung, untuk mengatasi hal ini diperlukan kejelian.<br />
4. Mabit<br />
Mabit adalah sarana pembinaan ruhiyah dengan menginap bersama dan menghidupkan<br />
malam dengan ibadah.<br />
|
Sasaran<br />
Menguatkan hubungan kepada Allah SWT dan kecintaan kepada Rasulullah SAW baik<br />
secara fikri, ruhi, maupun amali.<br />
Terteladaninya pola hidup Rsulullah SAW dan salafush shalih.<br />
Membiasakan ibadah pada malam hari<br />
Mabit adalah salah satu agenda pembinaan yang dapat mencharge ruhiah, karena<br />
peserta dikondisikan dalam kondisi yang kondusif untuk beribadah maupun menerima<br />
berbagai materi. Pembuatan acara mabit bisa dibuat fleksibel ataupun protokoler. Fleksibel<br />
maksudnya tidak perlu ada rundown acara, mc dan hal-hal yang sifatnya protokoler lainnya.<br />
Yang perlu diperhatikan dalam mabit, terutama yang pesertanya ikhwan dan akhwat, adalah<br />
menjaga hubungan dan komunikasi agar tidak berlebihan, karena hal ini sangat rentan<br />
menjadi fitnah. Hal ini bisa dilakukan dengan mengadakan area khusus ikhwan dan area<br />
khusus akhwat, pembatasan jam malam, adanya petugas yang mengawasi, serta jika bisa<br />
tempat menginapnya berjauhan.<br />
Acara mabit bisa diawali dengan kajian, kemudian dilanjutkan dengan tilawah quran,<br />
tidur terlebih dahulu, dan pada waktu 1/3 malam panitia membangunkan peserta untuk<br />
menunaikan qiyamul lail. Setelah shalat subuh bisa diisi dengnan renungan atau beberapa<br />
materi lagi, dan pagi harinya bisa diisi dengan riyadhoh (olahraga) bersama dengan ikhwan<br />
dan akhwat terpisah tentunya. Tantangan lain untuk mabit kurang lebih sama dengan rihlah<br />
yaitu pengaturan jadwal harus tepat, jika memungkinkan, buatlah komitmen bersama untuk<br />
menentukan jadwalnya, sehingga diharapkan adakan banyak kader yang bisa mengikutinya.<br />
5. Daurah<br />
Daurah adalah sarana intensif untuk membekali peserta dengan metode dan<br />
pengalaman penting untuk mengembangkan keahlian, menambah pengetahuan yang<br />
sifatnya khusus dan medalam yang sulit disampaikan melalui usrah atau ta’lim-ta’lim umum.<br />
Sasaran<br />
Meningkatkan pengetahuan untuk memenuhi muwashofat atau membekali kader<br />
dalam berdakwah di medan dakwah masing-masing.<br />
Mengarahkan pada meningkatnya produktivitas amal peserta dalam dakwah dan<br />
pembinaan.<br />
Menambah efektivitas dan efisiensi pencapaian muwashofat.<br />
Untuk materi-materi yang memang memerlukan keintensifan dalam penyampaiannya<br />
maka daurah bisa dijadikan sebagai sarananya, secara sekilah daurah memang mirip dengan<br />
training, bedanya dalam daurah lebih banyak transfer ilmu dari pada melibatkan keaktifan<br />
peserta. Dalam daurah diangkat satu topik yang dianggap penting, kemudian didatangkan<br />
para ahli di bidangnya sehingga bisa terjadi transfer ilmu. Contohnya adalah daurah qiyadah<br />
yang ditujukan untuk para pimpinan atau bisa juga calon pimpinan lembaga-lembaga<br />
kampus. Di sana selain disampaikan materi tentang kepemimpinan juga disampaikan tentang<br />
hal-hal yang berhubungan dengan managemen organisasi seperti kadersasi, kesekretariatan,<br />
humas, jaringan, kebendaharaan, fund rising, dll.<br />
|
6. Ta’lim<br />
Ta’lim merupakan sarana pembinaan berupa proses transfer ilmu dari ustadz/pembicara<br />
kepada peserta. Ta’lim merupakan sarana pembinaan yang sifatnya lebih umum.<br />
Sasaran<br />
Meningkatnya kesenangan peserta dalam mempelajari Islam.<br />
Tersampaikannya materi-materi umum tentang Islam.<br />
Meningkatnya interaksi dan silaturahim antar peserta.<br />
Setiap LDFK, tidak bisa disebut telah berdiri kecuali jika sudah memiliki takllim rutin.<br />
Taklim merupakan kegiatan syiar yang sangat penting, karena disanalah terjadi proses<br />
belajar-mengajar ilmu agama. Yang perlu diingat wawasan keilmuan kader itu bermacammacam,<br />
maka tetap penting untuk mengajarkan hal-hal dasar dalam agama terlebih dahulu<br />
yaitu, aqidah, ibadah dan akhlaq. Dalam proses wawancara pada saat perekrutan hendaknya<br />
sudah dibuat komitmen bahwa kader harus senantiasa meningkatkan pemahaman<br />
keislamannya secara terus menerus. Pembuatan absensi pada kegiatan ta’lim bisa menjadi<br />
salah satu solusi untuk memantau keaktifan kader.<br />
Kader yang kurang aktif harus didekati kemudian ditanyakan sedang ada apa, atau<br />
mungkin sekarang ia telah aktif pada kegiatan ta’lim yang lain. Perlu kita ingat bahwa kita<br />
tidak bisa mengklaim bahwa ta’lim yang kita miliki adalah yang paling benar. Sehingga jika<br />
ada kader yang rajin mengikuti ta’lim dengan ustadz yang lain sepanjang beliau juga termasuk<br />
ahlus sunah wal jama’ah dan tidak mengajarkan materi yang membahayakan, maka<br />
biarkanlah. Semoga dengannya ia dapat memberi warna yang lebih untuk LDFK.<br />
7. Camping/Mukhayyam<br />
Mukhayyam adalah sarana pembinaan jasadiyah melalui latihan fisik dan simulasi<br />
ketaatan untuk membekali peserta dengan nilai-nilai jundiyah.<br />
Sasaran<br />
Membiasakan peserta hidup di alam terbuka dengan sarana dan prasarana sederhana.<br />
Menumbuhkan ketaatan kepada pemimpin.<br />
Meningkatkan kedisiplinan.<br />
Membiasakan peserta hidup dalam suasana islami yang komprehensif dan universal.<br />
Dalam pelaksanaan mukhayyam biasanya dipilih daerah pegungungan dengan medan<br />
yang lumayan terjal. Disana kader dilakukan pelatihan fisik, misalnya dengan napak tilas<br />
melintasi daerah pegungungan. Hal yang perlu diperhatikan disini adalah sangat rentan<br />
terjadinya cidera pada kader maka persiapan pertolonga pertama harus senantiasa ada.<br />
Kegiatannya bisa diselipkan games-games kepemimpinan, kemudian penanaman nilai disiplin<br />
bisa dilakukan dengan pembuatan jadwal yang harus ditepati dan jika melanggar akan ada<br />
iqob yang diberikan.<br />
Penyediaan ladang beramal melalui LDFK bagi para kadernya merupakan bagian yang integral<br />
dari proses pembinaan itu sendiri. Melalui proses inilah idealitas-idealitas yang dibangun lewat usrah,<br />
|
daurah, ta’lim dipertemukan pada realitasnya di kehidupan nyata. Pada saat inilah LDFK mulai<br />
memberikan ruang-ruang beramal bagi para kadernya, yang juga berarti para kader mulai disusun<br />
barisannya, distrukturisasi bangunannya, ditempatkan pada posisi-posisi tertentu dalam struktur<br />
LDFK. Mulai sekarang kita akan menggunakan istilah pengurus yang artinya adalah SDM yang<br />
menjalankan kerja-kerja dakwah secara formal dan terkoordinasi dalam struktur LDFK sesuai dengan<br />
job description yang diberikan. LDFK pada umumnya merekrut pengurus dari kader-kadernya sendiri.<br />
Namun, ada pula LDFK yang memperbolehkan merekrut pengurus dari selain kadernya.<br />
Di samping itu, ada pula LDFK yang tidak membedakan antara kader dan pengurus. Hal ini tidak<br />
menjadi masalah karena implementasi di lapangan memungkinkan banyak penyesuaian. LDFK pada<br />
umumnya menyediakan ladang beramal di dalam strukturnya sendiri. Namun, tidak menutup<br />
kemungkinan ladang amal tersebut berada di luar struktur LDFK. Misalnya di Badan<br />
Eksekutif/Legislatif Mahasiswa, unit-unit kegiatan mahasiswa, dll. Untuk menjalankan misi dakwah di<br />
sana, terutama jika memang LDFK tersebut merupakan pengelola dakwah kampus secara<br />
keseluruhan, dengan berbagai lini/ranah dakwah yang ada. Dalam kaitannya dengan penyusunan<br />
SDM ke dalam struktur, maka diperlukan manajemen yang baik sehingga segala sumber daya dapat<br />
dioptimalkan dan menghasilkan amal yang produktif.<br />
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengorganisasian SDM<br />
1. Penempatan<br />
Proses penempatan mirip dengan proses rekrutmen dalam hal memfirasati seseorang.<br />
Dalam hal ini, kita memfirasati seseorang kira-kira dia tepatnya ditempatkan di mana. Dalam<br />
melakukan penempatan, ada dua poin penting yang harus diperhatikan. Pertama adalah<br />
pelaksanaan kaidah “right man in right place”, artinya seseorang harus ditempatkan pada<br />
posisi yang tepat sesuai minat, kecenderungan, bakat, kapabilitasnya.<br />
Yang kedua adalah LDFK harus dapat menyediakan ladang amal sesuai dengan jumlah<br />
dan kapasitas internal kader-kadernya. Jumlah SDM yang ditempatkan pada suatu posisi<br />
(misal suatu departemen/divisi) tidak boleh melebihi kapasitas/kuota departemen/divisi<br />
tersebut. Dengan kata lain, jumlah orang yang “dipekerjakan” untuk suatu tugas tidak boleh<br />
terlalu banyak karena nanti akan membuat beberapa orang “menganggur” tidak kebagian<br />
“pekerjaan”. Ini akan berakibat buruk bagi tim secara keseluruhan karena “sisa kelebihan”<br />
tersebut akan menjadi beban bagi tim. Namun, dapat juga dibalik, jika jumlah kader banyak,<br />
perluas ladang amalnya.<br />
Sebelum membahas lebih jauh tentang hal ini, akan disepakati dulu beberapa istilah<br />
terkait dengan penjenjangan kepengurusan (jenjang karir) berikut ini.<br />
Top management/manager<br />
Yang dimaksud dengan top-manager di sini adalah pengurus inti/formatur dan<br />
BPH (ketua, sekretaris, bendahara, ketua-ketua departemen). Merekalah yang berperan<br />
dalam penentuan kebijakan-kebijakan strategis LDFK.<br />
Middle management/manager<br />
Yang dimaksud middle-manager adalah para staf yang memimpin eksekusi<br />
program-program dakwah di lapangan.<br />
|
Low management/manager<br />
Yang dimaksud dengan low-manager adalah mereka yang mengeksekusi programprogram<br />
dakwah pada tataran teknis. Yang termasuk pada tataran ini adalah maganger,<br />
tim kerja, dan yang lainnya yang sejenis dengan itu.<br />
Mekanisme Penempatan Pengurus pada Level Top-Management<br />
Tim formatur atau pengurus inti biasanya ditetapkan oleh mejelis syuro LDFK pada saat<br />
suksesi dengan pertimbangan-pertimbangan yang banyak dan kompleks. Jumlah formatur ini<br />
sedikit dan merupakan tim yang dimanahi langsung oleh majelis syuro untuk menjalankan<br />
kepengurusan LDFK. Penunjukan tim formatur ini sangat bergantung kepada mekanisme<br />
syuro masing-masing LDFK. Namun, secara umum hal-hal yang penting diperhatikan dalam<br />
penunjukan tim formatur adalah:<br />
Kondisi akademik (apakah sudah lulus tingkat pertama, sedang menjalani sanksi, atau<br />
sedang memiliki kasus akademik, dll.).<br />
Track record dalam kepengurusan sebelumnya.<br />
Tingkatan kaderisasinya di LDFK.<br />
Tingkat kesehatan program pembinaan keislamannya.<br />
Standar ma’nawiyahnya, akhlaknya, ibadahnya, fisiknya yang tercermin dalam<br />
muwashofat kaderisasi.<br />
Lain-lain.<br />
Untuk melakukan penempatan pengurus di BPH, perlu diperhatikan dua hal. Yang<br />
pertama adalah kualifikasi kapasitas seseorang berdasarkan jenjang kaderisasi LDFK.<br />
Misalnya, kualifikasi untuk menjadi koordinator suatu departemen adalah minimal sudah<br />
menyelesaikan proses kaderiasi hingga jenjang kesekian. Yang kedua adalah kualifikasi<br />
kompetensi seseorang untuk menjalankan amanahnya pada posisi tertentu. Ini dapat<br />
dilakukan melalui penelusuran potensi, penelusuran track record dalam kepengurusan,<br />
rekomendasi koordinator departemen kepengurusan sebelumnya, dsb. Penempatan pada<br />
level ini dapat dilakukan secara tertutup atau terbuka. Secara tertutup maksudnya tim<br />
formatur melakukan “hunting” SDM yang menurut mereka cocok dan layak menempati posisi<br />
tertentu secara personal. Penempatan secara terbuka maksudnya adalah membuka<br />
pendaftaran terbuka kepada kader yang nantinya para pendaftar ini akan diseleksi oleh tim<br />
formatur.<br />
Mekanisme Penempatan Pengurus pada Level Middle-Management<br />
Menghitung kapasitas/kuota setiap departemen/divisi<br />
Pertama-tama haruslah dihitung berapa jumlah SDM optimal yang diperlukan<br />
uuntuk menjalankan fungsi sebuah departemen/divisi. Hal ini memerlukan pemahaman<br />
yang cukup dalam tentang fungsi dan job description dari suatu divisi/departemen.<br />
Karena itu sebaiknya pengelola SDM banyak melibatkan tataran middle-manager yang<br />
nantinya akan menjadi mas’ul/koordinator departemen/divisi.<br />
Menentukan requirement calon pengurus<br />
Untuk level ini, penentuan requirement biasanya tidak ketat. Pada umumnya, yang<br />
menjadi syarat untuk level ini hanyalah tingkatan/jenjang kaderisasi.<br />
|
Penggalian motivasi, minat, kemampuan, dan potensi pengurus<br />
Sebelum melakukan penempatan pengurus, biro PSDM harus terlebih dahulu<br />
mengenali motivasi, minat, kemampuan, dan potensi yang dimiliki oleh pengurus.<br />
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas<br />
tertentu. Minat adalah perasaan yang menyatakan bahwa sebuah aktivitas berharga<br />
atau berarti bagi seorang individu. Kemampuan adalah daya yang dimiliki seseorang<br />
untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu.<br />
Potensi adalah nilai dan karakter positif yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan<br />
tertentu. Adanya sinergi dari komponen-komponen di atas (motivasi yang tinggi yang tidak<br />
semata bersumber pada kepentingan pribadi namun bersumber pada kesadaran<br />
penghambaan diri kepada Allah SWT, minat yang sesuai dengan aktivitas pekerjaan yang<br />
dilakukan dan kemampuan yang cukup dan terus-menerus diperbaiki) akan menghasilkan<br />
SDM yang tangguh dan siap menghadapi segala macam tantangan yang akan dihadapi di<br />
medan dakwah. Satu hal yang perlu dipahami oleh pengelola SDM, keempat komponen di<br />
atas bukanlah merupakan sebuah entitas yang statis namun senantiasa berubah dari waktu ke<br />
waktu sehingga harus terus menerus dijaga dan ditingkatkan kualitasnya.<br />
Dari ketiga komponen tersebut, motivasi merupakan komponen yang memegang<br />
peranan terpenting. Namun, ada satu hal lagi yang penting untuk diperhatikan, bahkan<br />
biasanya menjadi faktor yang paling menentukan keberjalanan suatu divisi/departemen, yaitu<br />
kecocokan antara calon staf dengan mas’ulnya secara subjektif, atau tingkat kenyamanan<br />
mas’ul bekerja dengan calon stafnya begitu juga sebaliknya. Karena itulah –yang paling baik<br />
untuk menentukan apakah seseorang akan ditempatkan di suatu departemen/divisi atau<br />
tidak– adalah mas’ul/koordinator dari departemen/divisi yang bersangkutan. Penggalian<br />
motivasi, minat, kemampuan, dan potensi pengurus dapat dilakukan melalui:<br />
Wawancara terhadap calon pengurus.<br />
Pengisian biodata pengurus yang disertakan bersama formulir pendaftaran.<br />
Pengisian kuesioner-kuesioner penggalian minat, kemampuan, dan potensi yang dapat<br />
dikembangkan sendiri oleh pengelola SDM LDFK.<br />
Pengolahan dan penyimpanan data<br />
Seluruh data hasil wawancara, biodata, maupun kuesioner-kuesioner dikumpulkan,<br />
diklasifikasi, dan disimpan dengan baik sebagai arsip baik dalam bentuk softcopy<br />
maupun hardcopy.<br />
Melakukan penempatan pengurus<br />
Dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan organisasi (kriteria standar calon<br />
pengurus untuk biro/departemen tertentu) dan kebutuhan individu (motivasi, minat,<br />
kemampuan, dan potensi).<br />
Mengingat penempatan pengurus merupakan salah satu aktivitas yang sangat vital,<br />
sebaiknya aktivitas tersebut tidak hanya dilakukan oleh biro PSDM saja, namun juga<br />
melibatkan pihak BPH dan koordinator biro/departemen yang lain sebagai pihak yang<br />
paling mengetahui kebutuhan organisasi.<br />
|
Mekanisme Penempatan Pengurus pada Level Low-Management<br />
Mekanisme penempatan pada tataran ini tidak jauh berbeda dengan mekanisme<br />
penempatan pada tataran middle-management. Hanya saja persyaratan-persyaratannya<br />
dibuat longgar. Ada satu hal yang penting diperhatikan terkait penentuan kuota<br />
departemen/divisi, yaitu penentuan nilai kuota tersebut selain mempertimbangkan besarnya<br />
pekerjaan departemen/divisi tersebut, juga mempertimbangkan jumlah middle-manager<br />
yang sehat (aktif dan menjalankan amanahnya dengan baik). Hal ini penting karena yang<br />
“menghandle” tataran low-management adalah para middle-manager. Semakin banyak<br />
middle-manager yang sehat secara aktivitas, semakin besar kuota bagi lowmanager. Berikut<br />
ini merupakan contoh penjenjangan pengurus LDFK dan relasinya dengan penjenjangan<br />
kadernya.<br />
Gambar Penjenjangan pengurus dan kader<br />
Keterangan: Penguin = Pengurus Inti<br />
2. Orientasi<br />
Orientasi adalah proses sosialisasi pengurus baru dengan LDFK. Orientasi dapat pula<br />
dimaknai sebagai proses pembekalan bagi pengurus baru, baik dari segi pemahaman,<br />
wawasan, maupun ruhi, dalam menjalankan tugas dakwahnya di LDFK. Orientasi bisa<br />
dilakukan dengan melakukan syuro’ perdana di tempat yang menyenangkan, misal sambil<br />
berlibur di kebun the sambil dijelaskan tentang hakikat dan teknis tugas yang akan dijalani<br />
oleh pengurus. Selain itu juga bisa pada kesempatan ketika pengurus melakukan kesalahan<br />
karena ketidak pahamannya maka, pada kondisi seperti ini bisa dilakukan teguran halus dan<br />
kemudian dijelaskan kemabali pada pengurus baru bagaimana seharusnya tindakan yang<br />
benar.<br />
Tujuan dari orientasi pada umumnya adalah:<br />
Meningkatkan motivasi (khususnya yang bersifat ma’nawi) dan kebanggan pengurus<br />
serta memberikan kesan pertama yang baik tentang LDFK kepada pengurus baru.<br />
Memberikan pemahaman kepada pengurus baru tentang visi, misi, nilai, target,<br />
norma, core competence, dan budaya kerja LDFK. Dengan kata lain, pengurus baru<br />
harus dapat melihat dengan jelas arah gerak LDFK ini mau ke mana dan bagaimana<br />
cara untuk sampai ke sana.<br />
Memahamkan pengurus baru dengan tandzhim/struktur organisasi dan tugas serta<br />
fungsi setiap lini yang dimiliki oleh LDFK secara umum maupun mengenalkan<br />
pengurus dengan biro/departemen tertentu yang akan menjadi tempatnya beramal<br />
secara khusus. Termasuk pula mengenalkan dengan orang-orang yang menempati<br />
|
posisi-posisi di struktur, baik yang berada pada tataran top-managemen, middlemanagement,<br />
maupun lowmanagement.<br />
Mengenalkan dan memahamkan para pengurus baru tenang kondisi medan<br />
dakwahnya (ma’rifatul maydan). Ini penting sehingga aktivis LDFK dapat memetakan<br />
kekuatan-kekuatan yang ada di kampus, simpul-simpul massa di kampus, tantangan<br />
dan hambatan yang akan ditemui, dan sebagainya. Sehingga diharapkan nantinya<br />
LDFK dapat bergerak dengan langkah-langkah yang strategis.<br />
Memahamkan pengurus baru akan fiqhud da’wah, sehingga nantinya mereka dapat<br />
berinteraksi dengan objek dakwah secara bijak serta terhindar dari fenomena istiknaf<br />
(menjauhi masyarakat/eksklusif).<br />
Merekatkan kembali ukhuwah dan menumbuhkan sense of in-group (team building).<br />
Sasaran dari proses orientasi adalah seluruh pengurus LDFK. Orientasi dapat dilakukan<br />
dalam dua tahap. Tahap pertama adalah orientasi umum dan tahap kedua adalah orientasi<br />
khusus.<br />
Orientasi umum biasanya dilakukan dalam satu waktu, diikuti oleh seluruh pengurus<br />
dengan tujuan sebagaimana yang telah disebutkan di atas dan biasanya dilakukan oleh BPH,<br />
pengelola SDM, dan semua koordinator departemen/divisi LDFK. Orientasi khusus adalah<br />
orientasi khusus yang dilakukan per biro/departemen/divisi, dengan waktu yang relatif<br />
fleksibel, dengan diikuti oleh anggota departemen/biro/divisi yang bersangkutan. Orientasi<br />
khusus memiliki tujuan yang lebih spesifik, terbatas pada ruang lingkup divisinya. Pelaksana<br />
orientasi khusus ini biasanya adalah masing-masing coordinator departemen/divisi. Materimateri<br />
yang dapat disampaikan pada saat orientasi umum adalah sebagai berikut.<br />
Motivasi ma’nawi.<br />
Urgensi dakwah kampus.<br />
Sejarah singkat LDFK dan perananperanannya.<br />
Visi misi jangka panjang dan pendek.<br />
Target umum LDFK dalam satu periode kepengurusan.<br />
Nilai-nilai, norma, dan budaya kerja LDFK.<br />
Struktur organisasi dan deskripsi singkat masing-masing lini dalam organisasi<br />
beserta orang-orang yang menempati posisi tersebut.<br />
Kondisi realitas kampus.<br />
Fasilitas-fasilitas yang dimiliki organisasi, dll.<br />
Sebaiknya materi-materi di atas disampaikan dalam format acara yang menarik, ringkas,<br />
dinamis dan berisi. Bentuk-bentuk acara tersebut dapat berupa slide show, pemutaran film,<br />
diskusi, dialog tokoh, happening art, games, simulasi, out bond, penugasan dan dinamika<br />
kelompok, dsb.<br />
Materi-materi yang dapat disampaikan pada saat orientasi khusus adalah sebagai<br />
berikut:<br />
Motivasi ma’nawi.<br />
Peran dan fungsi biro/departemen/divisi berdasarkan visi dan misi LDFK.<br />
Arahan target pencapaian biro/departemen pada periode kepengurusan ini.<br />
Perumusan visi misi biro/departemen/divisi secara bersama-sama.<br />
|
Perumusan ground rules, budaya kerja biro/departemen/divisi.<br />
Pewarisan semangat dan pengalaman.<br />
Pengenalan individual secara lebih mendalam dan pernyataan visi misi pribadi.<br />
3. Pemberdayaan<br />
Yang dimaksud pemberdayaan adalah mengerahkan potensi sumber daya yang ada<br />
untuk kepentingan dakwah. Kemampuan LDFK untuk dapat memberdayakan seluruh SDM di<br />
dalamnya merupakan syarat keberhasilannya. Walaupun SDM yang dimiliki LDFK sangat<br />
banyak, jika tidak mampu memberdayakan seluruh SDMnya secara optimal, maka tidak akan<br />
mempunyai pengaruh sama sekali bahkan langkahnya pun akan sangat terbatas.<br />
Sebaliknya, ada LDFK yang SDMnya hanya puluhan bahkan belasan, namun benarbenar<br />
dapat memberdayakan seluruh SDMnya secara optimal, maka LDFK tersebut akan<br />
memiliki pengaruh dan vitalitas yang besar di dalam masyarakat kampus.<br />
Ada beberapa poin yang sangat menentukan keberhasilan LDFK dalam memberdayakan<br />
kader-kadernya. Berikut ini adalah poin-poin yang terkait dengan proses-proses kaderisasi<br />
yang dibahas sebelumnya.<br />
Proses pembentukan/pembinaan dan pembekalan yang matang. Karena<br />
keikutsertaan seseorang di LDFK haruslah dilandasi pemahaman dan kesadaran yang<br />
utuh. Jika tidak, maka ia hanya akan menjadi “zombie-zombie” yang tidak tahu<br />
alasan dan arah aktivitasnya.<br />
Memahami semua anggotanya dengan benar, mengetahui potensi yang dimiliki,<br />
kecenderungan mereka, sisi positif dan negatifnya, dll. Dengan mengetahui semua<br />
ini, akan sangat membantu untuk menentukan tugas dan tanggung jawab masingmasing<br />
individu dan menempatkan pada posisi yang tepat, sehingga membuahkan<br />
hasil yang memuaskan.<br />
Berikut ini adalah poin-poin yang terkait dengan proses pemberdayaan secara khusus<br />
dan tidak terlalu terkait dengan proses-proses kaderisasi yang dibahas sebelumnya.<br />
Mengerahkan seluruh anggota, dan bukan sebagian saja, atau hanya orang-orang<br />
yang berprestasi saja. Pemanfaatan semua personil, meskipun dalam masalah yang<br />
paling sederhana, bagaimanapun akan melipatgandakan hasil. Selain itu, akan<br />
menghindarkan LDFK dari fitnah yang ditimbulkan oleh para “penganggur” atau<br />
orang-orang yang tidak memiliki tugas dan peran dalam dakwah. Para penganggur<br />
ini walaupun mungkin di LDFK dianggap sudah tidak ada, namun dalam pandangan<br />
awam ia tetap bagian dari LDFK, jadi ketika ia melakukan hal-hal yang tidak syar’i<br />
(pacaran, suka menelantarkan amanah,dll) maka LDFK juga akan tercatut namanya.<br />
Penugasan kader/pengurus LDFK harus dilakukan secara kolektif dan bukan indiviual.<br />
Hal ini dikarenakan jika tugas dakwah diserahkan pada seseorang secara individu dan<br />
bukan kolektif, maka akan rawan terjadi kesalahan dan penyimpangan karena akan<br />
sangat terpengaruh pada persepsi dan pemahamannya sendiri. Selain itu, akan<br />
memungkinkan timbulnya rasa ghurur dan berbangga diri. Karena ia merasa bahwa<br />
posisinya tidak bisa digantikan oleh siapa pun, bahkan mungkin juga akan merasa<br />
bahwa dakwah sangat membutuhkannya bukan dia yang membtuhkan dakwah<br />
|
Contoh jika LDFK memiliki pos kesehatan, maka tugaskanlah satu tim khusus untuk<br />
mengurusnya, dengan tetap ada 1 koordinator timnya. . Jadi penugasan secara<br />
kolektif berfungsi juga menjaga orang-orang yang ditugaskan dalam sebuah<br />
komunitas yang dapat saling mengingatkan.<br />
4. Pengembangan<br />
Pengembangan pengurus bertujuan meningkatkan kinerja individu dalam organisasi<br />
melalui peningkatan keterampilan. Keterampilan dalam hal ini maknanya luas, dapat berupa<br />
softskill seperti kepemimpinan, manajerial, teamwork, dll. dan dapat pula berupa hardskill,<br />
misalnya kemampuan administrasi dan pengolahan data untuk sekretaris, kemampuan desain<br />
grafis untuk staf media dan publikasi, dll. Metode pengembangan pengurus yang umum<br />
digunakan adalah dengan pelatihan/training. Satu hal yang perlu dipahami, khususnya oleh<br />
pengelola SDM LDFK, tidak semua permasalahan yang berkenaan dengan buruknya kinerja<br />
pengurus dapat diselesaikan dengan pelatihan. Apabila pengelola SDM melihat adanya<br />
penurunan kinerja pengurus, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan<br />
diagnosa terhadap penyebab penurunan tersebut. Hal-hal yang dapat menjadi sebab<br />
menurunnya kinerja pengurus antara lain:<br />
Hilangnya motivasi pengurus karena harapan atau tujuan pribadinya di awal ternyata<br />
tidak terpenuhi setelah bergabung dengan LDFK sehingga menyebabkan terjadinya<br />
disorientasi.<br />
Visi, misi, target, budaya kerja organisasi tidak terinternalisasi dengan baik.<br />
Pengurus ditempatkan tanpa mempertimbangkan minat dan kemampuannya.<br />
Tidak ada prosedur kerja yang baku sehingga kerja menjadi tidak terarah.<br />
Kepemimpinan yang tidak efektif.<br />
Suasana kerja yang miskin masukan ruhiyah dan kering nuansa ukhuwah (terlalu<br />
berorientasi kerja).<br />
Tidak ada pengakuan terhadap keberadaan individu pengurus maupun terhadap hasil<br />
kerjanya.<br />
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam melaksanakan tugasnya.<br />
Teknis : Tahap-tahap membuat pelatihan:<br />
a. Menentukan kebutuhan pelatihan Caranya:<br />
Bertanya kepada pengurus tentang kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan<br />
tugas-tugas mereka.<br />
Bertanya kepada koordinator biro/departemen tentang kesulitan yang dihadapi<br />
pengurus (ada/tidaknya kesenjangan antara actual performance dengan ideal<br />
performance).<br />
Memberikan evaluasi langsung kepada pengurus (baik lisan maupun tulisan) untuk<br />
mengetahui actual performance-nya.<br />
Bertanya kepada orang di luar organisasi.<br />
Analisa terhadap penilaian kinerja pengurus.<br />
Merujuk kepada parameter karakteristik yang harus dimiliki pengurus berdasarkan<br />
alur kederisasi.<br />
|
. Menentukan tujuan pelatihan<br />
Meliputi:<br />
Hasil umum apa saja yang yang ingin dicapai dari pelatihan yang dilakukan.<br />
Contoh: peningkatan kreativitas pengurus LDFK.<br />
Perilaku apa yang ingin ditingkatkan dari pengurus.<br />
Contoh: Meningkatnya ide-ide kreatif yang dikemukakan pengurus dalam rapatrapat.<br />
Pengetahuan apa yang diperlukan untuk dapat menghasilkan perilaku tersebut.<br />
Contoh: Pengetahuan tentang kreativitas, bagaimana cara meningkatkan<br />
kreativitas, hal-hal yang menghambat kreativitas, latihanlatihan yang dapat<br />
menghambat kreativitas, dsb.<br />
c. Menentukan isi materi pelatihan<br />
Contoh:<br />
Pelatihan keterampilan komunikasi dan organisasi. Materinya:<br />
Definisi komunikasi<br />
Jenis-jenis komunikasi dan masing-masing kegunaannya<br />
Komunikasi dalam organisasi<br />
Tips dan trik komunikasi efektif<br />
Hambatan-hambatan dalam komunikasi<br />
dll.<br />
d. Menentukan metode pelatihan yang tepat<br />
e. Menentukan jadwal pelatihan yang tepat<br />
f. Menentukan fasilitas (tempat pelaksanaan):<br />
Indoor/outdoor<br />
Kenyamanan<br />
Meja-kursi<br />
Kebersihan<br />
Pencahayaan<br />
Sirkulasi udara<br />
dsb.<br />
g. Menentukan instruktur yang tepat. Beberapa karakter umum yang harus dimiliki:<br />
Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas tentang materi yang akan<br />
disampaikan<br />
Mempunyai keinginan yang kuat untuk berbagi pengalaman<br />
Memiliki kemampuan komunikasi dan menguasai audience yang baik<br />
Berorientasi pada peserta (memahami kebutuhan peserta)<br />
Memilih dan mempersiapkan alat bantu, contohnya: LCD projector, flipchart, OHP,<br />
papan tulis, hand out, dsb.<br />
|
h. Melaksanakan pelatihan<br />
Buatlah petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pelatihan<br />
Tentukan berapa panitia yang dibutuhkan dan deskripsi kerja mereka<br />
Pengaturan waktu<br />
Konsumsi<br />
Biaya<br />
dsb.<br />
i. Mengevaluasi pelatihan<br />
Mintalah peserta pelatihan untuk melakukan evaluasi terhadap:<br />
Pelatih<br />
Materi<br />
Fasilitas (alat bantu dan tempat pelaksanaan pelatihan)<br />
Jalannya acara pelatihan<br />
Pengelola SDM LDFK tidak diharuskan untuk mengadakan sendiri setiap pelatihan<br />
yang dibutuhkan pengurus. Mengingat pada saat ini begitu banyak lembaga-lembaga<br />
pelatihan profesional yang dapat diajak bekerja sama. Apabila kondisi memungkinkan<br />
(cukup tersedia dana untuk menyewa pelatih profesional) dan pengurus sangat<br />
membutuhkan pelatihan tersebut, serta pihak pengelola SDM tidak memiliki kapabilitas<br />
untuk melaksanakan pelatihan tersebut, maka pengelola SDM LDFK dapat bekerja sama<br />
dengan lembaga pelatihan atau pelatih profesional.<br />
Apabila pengelola SDM bekerjasama dengan lembaga pelatihan atau pelatih<br />
secara individual, maka beberapa hal yang perlu dilakukan hanyalah menentukan<br />
kebutuhan, menentukan tujuan pelatihan, dan kemudian mendiskusikannya dengan<br />
lembaga pelatihan atau pelatih yang dianggap kompeten untuk mengisi pelatihan<br />
tersebut.<br />
Monitoring dalam sebuah organisasi termasuk di dalamnya LDFK, merupakan suatu elemen<br />
yang penting untuk menjamin seluruh sistem berjalan sesuai rencana sehingga dapat mencapai<br />
tujuan-tujuannya. Setidaknya ada tiga hal yang harus dimonitor/dipantau terkait dengan manajemen<br />
SDM. Pertama, distribusi amanah pengurus. Kedua, kinerja pengurus. Dan ketiga, ma’nawiyah<br />
pengurus.<br />
1. Monitoring distribusi amanah pengurus<br />
Tujuan dari monitoring distribusi amanah pengurus adalah untuk menjamin tugas-tugas<br />
dakwah diberikan secara merata kepada seluruh pengurus sesuai kapasitasnya masingmasing.<br />
Jangan sampai ada sekelompok orang yang tugastugas menumpuk padanya,<br />
sementara di sisi lain ada juga orang-orang yang tidak mendapat tugas. Distribusi amanah<br />
yang tidak merata akan membuat seorang kader cepat futur dan merasa kesepian, merasa<br />
ditinggalkan oleh teman-temannya dalam menjalankan amanah dakwah. Di sisi lain, orang<br />
yang tidak mendapat amanah atau terlalu ringan akan berkurang sense in-group-nya, karena<br />
merasa tidak memiliki peran yang signifikan di dalam timnya. Hal ini akan membawa dampak<br />
negatif bagi LDFK secara keseluruhan. Yang paling efektif dalam menjalankan proses ini<br />
|
adalah superordinat langsung dari pengurus (koordinator kepada staf, BPH kepada<br />
koordinator).<br />
2. Monitoring kinerja pengurus<br />
Monitoring kinerja pengurus dalam sebuah organisasi memiliki beberapa tujuan penting,<br />
antara lain:<br />
Memantau grafik kinerja pengurus secara berkala.<br />
Memberikan feedback kepada pengurus tentang kinerjanya berdasarkan hasil penilaian<br />
tersebut sehingga diharapkan dapat terjadi peningkatan.<br />
Mengidentifikasi kebutuhan training dan pengembangan.<br />
Meningkatkan motivasi pengurus.<br />
Dasar dalam memberikan reward kepada pengurus yang berprestasi.<br />
Monitor terhadap kinerja individu biasanya dilakukan terhadap tiga hal:<br />
Hasil kerja akhir<br />
Contoh: Bagi staf media, misalnya, evaluasi kinerjanya dilakukan seberapa baik buletin<br />
yang dihasilkan, bagaimana keberjalanannya, frekuensinya, distribusi dan<br />
pemasarannya, dll.<br />
Proses<br />
Contoh: Ketua biro/departemen bidang X memimpin rapat secara efektif, melakukan<br />
perencanaan dengan baik sebelum bekerja, memenuhi komitmen terhadap waktu,<br />
komunikasi dalam tim berjalan lancar, dsb.<br />
Trait individu<br />
Contoh: Dapat dipercaya, kooperatif, disiplin, dsb. Siapa yang dapat memonitor kinerja<br />
individu?<br />
Superordinat langsung dari pengurus (koordinator kepada staf, BPH kepada<br />
koordinator).<br />
Rekan kerja (sesama staf, sesama koordinator, sesama BPH).<br />
Diri sendiri.<br />
Subordinat langsung (staf kepada koordinator, koordinator kepada BPH, staf<br />
kepada BPH).<br />
Metode evaluasi tertulis yang dapat dilakukan oleh pengelola SDM LDFK dalam memonitor<br />
kinerja pengurus antara lain:<br />
Esai tertulis. Merupakan metode paling sederhana dimana evaluator diminta untuk<br />
menuliskan secara deskriptif kekuatan, kelemahan kinerja yang lalu, beserta potensi dan<br />
saran perbaikan ke depannya<br />
Melakukan evaluasi secara kuantitatif, mendetil, dan per rentang waktu yang singkat.<br />
Semua parameter dibuat sedemikian sehingga dapat dikuantifikasi. Penilaian dilakukan<br />
dengan cara:<br />
Menentukan tindakan apa saja yang harus dilakukan staf,<br />
Menentukan kuota minimal tindakan,<br />
Menentukan target keberhasilan,<br />
Menghitung jumlah tindakan yang dilakukan, dan<br />
Menghitung jumlah tindakan yang produktif.<br />
|
Contoh:<br />
Beberapa orang staf LDFK ditugaskan untuk merekrut mahasiswa baru secara<br />
fardhiyah untuk menjadi kader LDFK. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah<br />
menentukan tindakan apa saja yang harus dilakukan oleh staf. Misalkan hanya satu,<br />
yaitu menjelaskan profil singkat LDFK secara personal dan kemudian mengajaknya<br />
bergabung. Ini disebut direct selling dan kita singkat DS. Setelah itu, kita harus<br />
menentukan kuota minimal tindakan per hari. Misalnya setiap satu orang staf harus<br />
melakukan DS kepada 10 orang mahasiswa baru per hari. Selanjutnya, kita targetkan<br />
dari 10 DS yang dilakukan, minimal terekrut 1 orang kader baru. Setelah menentukan<br />
batasan dan target, kita evaluasi keberjalanannya. Misalnya ada kader yang dari ratarata<br />
10 DS yang dilakukan per hari, berhasil merekrut 5 orang. Ini berarti prestasinya<br />
di atas rata-rata. Orang seperti ini harus dibuatkan standard operating procedure<br />
(SOP)-nya agar staf yang lain dapat belajar darinya.<br />
Dengan begitu, rata-rata keberhasilan seluruh tim akan meningkat. Jika ada<br />
staf yang memenuhi kuota tindakan tetapi rendah dari sisi produktivitas (misalnya<br />
dari rata-rata 10 DS yang dia lakukan tidak berhasil merekrut satu orangpun), maka<br />
orang ini harus diberi pelatihan secara khusus (misalnya training komunikasi efektif,<br />
dsb.). Jika ada staf yang ratarata jumlah tindakannya tidak mencapai kuota minimal,<br />
maka harus ditelusuri lebih lanjut apa penyebabnya dan diselesaikan<br />
permasalahannya. Evaluasi dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, misal per<br />
hari, dengan menggunakan tabel yang dapat dilihat semua anggota tim. Tujuannya<br />
agar mekanisme kontrol itu datang dari setiap anggota tim, tidak hanya pimpinannya<br />
saja. Berikut ini merupakan salah satu contoh tabel.<br />
Mekanisme reward and punishment sangat baik diterapkan sesuai keperluan<br />
untuk memotivasi staf menjalankan tugasnya dengan baik.<br />
Monitoring ma’nawiyah pengurus<br />
Buruknya kualitas ma’nawiyah pengurus dapat menurunkan kinerja dakwah<br />
LDFK dan mejauhkannya dari keberkahan Allah SWT. Yang dimaksud di sini adalah<br />
lemahnya keterlibatan jiwa dan pemaknaan aktivitas sebagai aktivitas yang memiliki<br />
visi dakwah. Suasana kerja yang miskin ruhiyah dan kering nuansa ukhuwah dapat<br />
menjadi penyebab hal di atas.<br />
Untuk menjaga ma’nawiyah pengurus dapat dilakukan dengan beberapa cara,<br />
antara lain:<br />
Membudayakan saling menasehati dan mengingatkan<br />
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu<br />
bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” – QS. Adz Dzaariyat : 55<br />
|
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orangorang yang<br />
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati<br />
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” – QS. Al ‘Ashr :<br />
2-3<br />
Mengontrol amalan ibadah harian pengurus<br />
Yang perlu dipahami di sini adalah, bahwa ibadah merupakan sarana<br />
penghambaan kita kepada Allah SWT. Jadi tidak cukup kita hanya bepikir<br />
kuantitas, tanpa memperhatikan kualitas pemaknaan ibadah-ibadah kita.<br />
Mengentalkan nuansa ukhuwah yang dilandasi oleh keimanan kepada Allah SWT.<br />
Dapat pula dilakukan kegiatan-kegiatan rekreasi secara rutin.<br />
Menerapkan sunnah-sunnah Rasulullah SAW dalam beraktivitas.<br />
Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana poin-poin penting untuk memenuhi kebutuhan akan<br />
kuantitias dan kualitas mentor/murabbi yang nantinya akan bertugas untuk menghandle salah satu<br />
pilar kaderisasi dan tarbiyah yang penting yaitu halaqoh. Dalam bab ini memang sengaja tidak<br />
dijelaskan tentang profil murabbi ideal, karena sudah banyak tulisan tentang hal ini.<br />
Pada prinsipnya kaderisasi mentor/murabbi dibagi menjadi 3 poin. Pertama<br />
kaderisasi/penjagaan untuk mentor itu sendiri yang sifatnya kontinyu atau bahasa lainnya pembinaan<br />
“mentoring untuk mentor” , yang kedua kaderisasi insidental yang bertujuan untuk menambah<br />
tsaqofah, softskill, ukhuwah, dll seperti halnya dauroh mentor atau madrasah mentor, dan yang<br />
ketiga ialah kaderisasi dalam bentuk regenerasi mentor baru (mentor berguna untuk mencetak<br />
mentor baru dari mentenya sendiri). Untuk mengatasi permasalahan kaderisasi jawaban utamanya<br />
ialah mentoring, jadi mentor/murabbi harus mengikuti mentoring/halaqah entah diisi oleh bapakbapak<br />
pembina atau oleh alumni LDFK yang tujuannya untuk saling mengingatkan antar sesama<br />
mentor, menambah tsaqofah mentor, menjalin ukhuwah, menjaga mentor agar tetap semangat dan<br />
berada dalam jalur kurikulum mentoring. Sebisa mungkin ini dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum<br />
mentoring dimulai, atau bisa juga di launching saat pelantikkan mentor/murabbi dengan bahasa yang<br />
lebih halus “pendampingan mentor” sebagai follow up dari program mentoring. Logikanya, jika<br />
mentor di LDFK persemester sekitar 50 ikhwan dan 60 akhwat, itu artinya kita hanya butuh 5 ikhwan<br />
pendamping mentor ikhwan dan 6 akhwat pendamping mentor akhwat. Ini merupakan hal baru dan<br />
butuh dikonsep lebih detail lagi terutama kurikulumnya.<br />
Poin yang kedua, sebuah kendala utama disetiap kali mengadakan kegiatan pembinaan mentor<br />
seperti Madrasah Mentor/Dauroh mentor adalah “kehadiran peserta”. Inilah mindset utama panitia<br />
pelaksana, bagaimana caranya bisa mendatangkan semua mentor ke Dauroh Mentor?. Ingat! Mentor<br />
tertarik hadir bukan karena makanan yang banyak, berlebih, ada snack, dsb. Tapi mereka akan hadir<br />
jika ada komunikasi yang intens dalam rangka publikasi kegiatan (sms), pembicara-pembicara yang<br />
mumpuni dalam bidangnya, pembicara terkenal, atau bisa dipancing dengan souvenir. Biasanya<br />
pengeluaran terbesar ada pada konsumsi, panitia daurah mentor harus bisa meminimalisir biaya<br />
konsumsi dan dialihkan ke yang lain yang lebih bermanfaat dan bisa menarik perhatian mentor.<br />
Misal: mendatangkan pembicara terkenal Satria Hadi Lubis, Salim A Fillah, Ust. Sholeh Drehem, Kang<br />
Abik, dll. Atau dengan memberi Souvenir pin gantungan kunci, stiker, buku, pulpen, dll. Selama ini<br />
yang terjadi di lapangan ialah konsumsi yang di pesan bermacam-macam (nasi dan snack) dan dalam<br />
jumlah yang sangat banyak, padahal mentor yang hadir tidak seberapa, sampai 50% saja sudah<br />
bersyukur.<br />
Pertanyaan besar bagi seluruh mentor, berapa persen mente yang bisa terekrut jadi mentor?<br />
Terutama dari satu kelompok saja. Inilah agenda ketiga yang harus kita terapkan, bahwa mentor<br />
|
harus mencetak mentor penerusnya (dari mente kelompok mentoring) minimal satu saja. Dengan<br />
seperti itu, maka minimal semester depan jumlah mentornya sama dengan jumlah mentor semester<br />
sebelumnya atau bahkan bisa lebih jika satu mentor mencetak dua mentor baru. Solusi termudah<br />
ialah memahamkan kepada seluruh mentor (lewat salah satu materi di Daurah Mentor) tentang<br />
pentingnya kaderisasi berbasis pembinaan (tarbiyah), atau bisa lewat penekanan info via SMS,<br />
misalkan setiap 2 pekan mentor di ingatkan untuk melirik, memantau, dan menyiapkan mentenya<br />
untuk menjadi mentor (dengan memperhatikan kualitas mentor dalam hal tsaqofah, tilawah, softskill<br />
bicara). Atau bisa dengan memfasilitasi mente dengan sebuah kegiatan pembinaan, yang diikuti oleh<br />
mente dari berbagai kelompok, yang diadakan diakhir pekan mentoring yang bertujuan untuk<br />
memberi motivasi dan semangat mente untuk menjadi mentor dengan peserta mente yang<br />
didelegasikan oleh mentornya. Detailnya, Saat posisi sebagai mente, di dua pertemuan terakhir<br />
diadakan kegiatan khusus selama sehari untuk membekali mente (rekomendasi dari mentor) menjadi<br />
calon mentor dengan materi pentingnya berdakwah, karakter mahasiswa muslim sejati, gampangnya<br />
jadi mentor, muslim no apatis.<br />
|
|<br />
"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa<br />
mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka<br />
sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati."<br />
– Q S. Al Hajj : 32<br />
D<br />
akwah kampus merupakan amal jama’i yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat<br />
kampus yang menjunjung tinggi nilai dan norma Islam sebagai pedoman hidup. Dengan<br />
adanya dakwah kampus, diharapkan masyarakat kampus akan terus menerus terwarnai<br />
dengan Islam dan mempertahankannya sehingga tercipta identitas masyarakat kampus yang Islami.<br />
Dakwah sebagai sebuah upaya ajakan yang kontinyu tentu harus memperhatikan prinsip-prinsip<br />
penting sehingga tujuannya bisa dicapai. Dakwah adalah salah satu wujud aktivitas komunikasi,<br />
dimana komunikasi selalu melibatkan adanya Sender sebagai pengirim pesan, Message sebagai isi<br />
pesan, Channel dan Protocol sebagai media dan tata cara penyampaian pesan, Receiver sebagai<br />
penerima pesan, dan Feedback yaitu respon yang diberikan oleh Receiver.<br />
Dakwah adalah komunikasi, inilah prinsipnya. Sebagai komunikasi yang memiliki tujuan yang<br />
jelas, dakwah haruslah dilaksanakan dengan tata cara yang baik, dan benar. Di dalam dakwah<br />
kampus Fakultas Kedokteran (FK), peran yang paling banyak diambil oleh Lembaga Dakwah Fakultas<br />
Kedokteran (LDFK) adalah Sender. Namun demikian, LDFK memang tak selalu mengambil peran<br />
Sender, karena dalam kondisi tertentu LDFK juga memainkan perannya sebagai Receiver - walaupun<br />
dalam bab ini memang tidak dibahas mendalam mengenai peran LDFK sebagai Receiver.<br />
Peran LDFK sebagai Sender dapat kita lihat dalam banyak kegiatan, misalnya adalah<br />
penyelenggaraan seminar, kajian rutin, majalah, mading, website, group, atau bahkan SMS taushiyah.
Dan tentu saja, sebagai penyelenggara dakwah yang baik, LDFK sang Sender tidak bisa mengabaikan<br />
berbagai hal penting yang menentukan tercapainya tujuan dakwah. Sebagai Sender di dalam dakwah,<br />
LDFK harus memperhatikan hal berikut ini:<br />
- Siapa saja yang termasuk dalam Receiver?<br />
- Apa saja Message yang harus disampaikan agar tujuan dakwah tercapai?<br />
- Apa saja Channel dan Protocol untuk menyampaikan Message kepada Receiver?<br />
- Apa Feedback yang diharapkan?<br />
Receiver utama dari LDFK adalah masyarakat kampus FK - dan ini adalah definisi minimal dari<br />
“Receiver dakwah LDFK”. Kenapa demikian? Karena dengan terciptanya kampus FK yang Islami akan<br />
menjadikan dakwah kampus bertahan dan berkembang dengan baik. Setelah definisi minimal dari<br />
Receiver dakwah kampus ini tertangani, LDFK bisa mengembangkan jangkauan dakwahnya ke<br />
segmen yang lebih luas dimana Receiver berikutnya adalah masyarakat, kemudian LDFK di universitas<br />
yang lain, dan yang terakhir adalah sistem.<br />
Untuk bisa bertahan hidup, LDFK harus mempertahankan keharmonisan antara LDFK dengan<br />
Receiver, terutama adalah masyarakat kampus. Ketika LDFK bisa mendapat dukungan dari pihak<br />
kampus, maka gerak dakwah LDFK akan makin kuat dan berani. Dukungan finansial, adanya<br />
pengarahan, dan fasilitas dari kampus merupakan salah satu pendukung utama dari dakwah kampus.<br />
Dengan adanya hal-hal tersebut, LDFK bisa terus berkembang dan berkembang, sampai akhirnya<br />
bisa mencapai tujuan utamanya. Selain pihak kampus, pendukung utama dari dakwah kampus adalah<br />
mahasiswa. Mahasiswa sebagai sumber daya yang menggerakkan dakwah kampus sangatlah penting<br />
untuk diperhatikan. Sistem kaderisasi yang baik untuk menciptakan sumber daya yang berkualitas<br />
merupakan salah satu wujud proses dakwah yang diharapkan. Di dalam sistem kaderisasi, LDFK<br />
sebagai Sender akan menyampaikan Message kepada mahasiswa sebagai Receiver, sehingga<br />
kemudian mahasiswa akhirnya memberikan Feedback dalam wujud kontribusi usaha dan pemikiran<br />
kepada dakwah kampus yang diselenggarakan oleh LDFK. Syarat munculnya sumber daya yang baik<br />
adalah dakwah yang baik pula.<br />
Sedangkan di tingkat masyarakat, peran dakwah LDFK adalah untuk membentuk identitas yang<br />
baik terhadap adanya aktivitas mahasiswa di dalam LDFK. Memberikan bukti-bukti yang nyata<br />
terlihat bahwa LDFK sangatlah bermanfaat bagi masyarakat, misalnya adalah penyelenggaraan<br />
seminar-seminar, kajian-kajian di daerah-daerah binaan, pengasuhan Taman Pendidikan Al-Quran<br />
bagi anak-anak, dan lain sebagainya. Dengan adanya opini publik yang baik terhadap LDFK, maka<br />
masyarakat pun menjadi sadar akan pentingnya keberadaan LDFK, sehingga proses penyampaian<br />
Message dari LDFK kepada masyarakat pun jadi lebih mudah.<br />
Di tingkat antar LDFK, dakwah yang perlu dilakukan adalah apa yang kita sebut sebagai tolongmenolong<br />
dan berlomba-lomba di dalam kebaikan. Adanya agenda forum silaturahmi antar LDFK,<br />
misalnya, sangat membantu LDFK-LDFK untuk bisa mengevaluasi program kerja dakwah mereka dan<br />
membenahi kekurangannya. Bahkan lebih dari itu, hal ini nantinya bisa menciptakan inovasi-inovasi<br />
cemerlang bagi dakwah kampus, terutama di Fakultas Kedokteran. Kesadaran akan pentingnya<br />
pengembangan dan perbaikan diri dengan cara belajar ke LDFK yang lain adalah kunci utamanya.<br />
Dari LDFK untuk LDFK.<br />
Dan yang terakhir, di tingkat sistem. Sistem yang dimaksud di dalam konteks dakwah profesi<br />
kedokteran adalah negara dan sistem kesehatannya. LDFK sebagai salah satu pengisi shaf terdepan<br />
|
di dalam dakwah profesi kedokteran harus menyadari bahwa pengekalan dakwah profesi kedokteran<br />
hanya bisa dilakukan dengan mempropagandakannya sebagai sebuah sistem yang disahkan oleh<br />
negara dan diakui oleh masyarakat. Tanpa adanya pengekalan ini, maka dakwah profesi kedokteran<br />
hanya akan terdengar sebagai sebuah wacana publik saja, tanpa ada kekuatan dan konsekuensi<br />
hukum yang menaunginya. Dan inilah puncak dari dakwah profesi kedokteran, yaitu terciptanya<br />
sistem kesehatan negara yang selaras dengan nilai dan norma yang berdasarkan syariat Islam.<br />
Setelah mengetahui siapa saja Receiver dakwah kampus kedokteran, hal berikutnya adalah<br />
mengetahui Message yang harus disampaikan. Message di dalam dakwah profesi kedokteran hanya<br />
bisa tercapai dengan adanya pendalaman mengenai tsaqafah diniyah yang kontinyu di dalam LDFK.<br />
Untuk bisa menyampaikan Message dakwah Islam, LDFK harus mengenali Islam itu sendiri. Dan inilah<br />
inti aktivitas utama di dalam LDFK, yaitu kajian tsaqafah diniyah. Tanpa adanya kajian rutin di dalam<br />
LDFK, maka LDFK bisa dikatakan hanya sama saja dengan organisasi kampus lainnya yang bergerak<br />
di dalam masalah selain dakwah.<br />
Kemudian, hal yang perlu diketahui adalah Channel dan Protocol dakwah. Channel mengacu<br />
kepada media penyampaian Message, sedangkan Protocol mengacu kepada mekanisme<br />
penyampaiannya. Channel dakwah sangatlah banyak. Lalu bagaimana memilihnya? Pemilihan<br />
Channel dakwah harus memperhatikan Receiver, dan prinsip Marketing di dalam dakwah itu sendiri.<br />
Pertama, LDFK harus mengetahui siapakah Receiver. Kedua, mengetahui kebutuhan dan keinginan<br />
Receiver. Ketiga, menentukan Message yang memenuhi kebutuhan dan keinginan Receiver. Keempat,<br />
menentukan Channel yang memiliki daya tarik yang kuat. Contoh, LDFK ingin mengadakan kajian<br />
umum untuk kampus FK mengenai pandangan Islam terhadap rokok. Receivernya adalah mahasiswa<br />
dan pihak fakultas. Nah, apa Channel yang harus dipilih? Pertama, LDFK memilih pembicara dari<br />
pihak fakultas sendiri. Kebetulan salah satu jajaran dekan adalah orang yang memiliki tsaqafah<br />
diniyah yang baik. Dengan demikian, diharapkan Receiver bisa mengagendakan acara ini sebagai<br />
sebuah acara yang harus dihadiri. Kedua, LDFK memilih ruang sidang fakultas sebagai tempat<br />
pelaksanaan acara. Dengan demikian, diharapkan Receiver dari pihak fakultas maupun pihak<br />
mahasiswa tetap menganggap bahwa acara ini layak dihadiri. Setelah menentukan Channel yang<br />
sesuai, saatnya menentukan Protocol penyampaian pesan. Misalnya adalah menentukan bagaimana<br />
mekanisme penyampaian materi, apakah dengan talk show, seminar, atau diskusi. Setelah<br />
menentukan Channel dan Protocol, langkah berikutnya adalah pelaksanaan acara. Sederhana bukan?<br />
Setelah itu, hal yang harus diperhatikan adalah Feedback yang diharapkan. Identitas Sender, isi<br />
Message, jenis Channel dan Protocol, dan Receiver sangat menentukan seperti apa Feedback yang<br />
nantinya muncul. Jika komposisi dari Sender – Message – Channel dan Protocol – Receiver tepat, maka<br />
Feedback yang muncul pun akan sesuai dengan yang diharapkan pula, insya Allah. Namun jika<br />
komposisinya sudah tidak tepat, maka kemungkinan munculnya Feedback yang sesuai dengan<br />
harapan pun semakin kecil.<br />
Dengan memahami konsep dakwah sebagai sebuah diorama komunikasi, harapannya LDFK<br />
bisa menyusun gerakan dakwah yang lebih rapi, strategis, efektif, dan efisien. Dengan demikian,<br />
diharapkan Syiar LDFK akan berfungsi dengan baik dan mampu mengantarkan dakwah LDFK<br />
mencapai tujuannya.<br />
|
Dapat kita lihat bahwa sebagian besar dakwah LDFK melibatkan departemen Syiar. Sebagai<br />
departemen utama yang memegang proses dakwah sebagai sebuah komunikasi kolosal, departemen<br />
Syiar menjadi penentu apakah tujuan dakwah nantinya bisa tercapai atau tidak. Pengelolaan Syiar<br />
yang baik adalah kuncinya. Tanpa pengelolaan yang baik, maka kemungkinan tujuan dakwah LDFK<br />
bisa dicapai pun menjadi kecil.<br />
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Syiar adalah sebuah sebuah diorama proses<br />
komunikasi. Tanpa pengelolaan yang baik, maka Syiar yang baik pun sulit untuk dicapai. Di dalam<br />
bab ini akan dibahas mengenai seluk beluk Syiar beserta agenda-agenda Syiar. Namun perlu<br />
dipahami bahwa pembahasan yang akan dijelaskan mengenai agenda-agenda Syiar adalah agenda<br />
Syiar sebagai media untuk mencapai tujuan dakwah profesi kedokteran, bukan hanya sebagai acara<br />
untuk ajang mencari dana. Berikut ini adalah pembahasan mengenai bagaimana cara agar Syiar yang<br />
baik bisa dicapai:<br />
- Analisis objek dan kebutuhan<br />
Untuk bisa menganalisis objek dan kebutuhan Syiar LDFK, langkah pertama yang harus<br />
dilakukan adalah melihat program kerja tahun sebelumnya atau program kerja dari LDFK<br />
lainnya kemudian mengevaluasinya. Dengan melihat hal-hal itu, departemen Syiar bisa<br />
menentukan objek dan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi LDFK di kepengurusan saat itu.<br />
Kondisi LDFK yang dimaksud mencakup jumlah pengurus, jumlah anggaran yang disetujui<br />
oleh keuangan fakultas, dan rekomendasi, rencana serta strategi yang diusulkan oleh<br />
kepengurusan sebelumnya kepada kepengurusan saat ini.<br />
- Trilogi LDFK – SC – OC<br />
Di dalam penyelenggaraan acara-acara Syiar, hal yang perlu diperhatikan juga adalah<br />
konsep acara dan pelaksana acara. LDFK adalah iron stock untuk Steering Committe (SC) dan<br />
Organizer Committee (OC) bagi acara-acara Syiar. Di dalam LDFK perlu dipahamkan bahwa<br />
setiap pengurus harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari setiap penyelenggaraan<br />
acara-acara Syiar. Dengan demikian, perekrutan SC dan OC pun juga menjadi lebih mudah.<br />
SC adalah orang-orang yang bekerja sebagai konseptor acara, SC adalah pembuat blue print<br />
acara. Menentukan latar belakang, tujuan, manfaat, dan indikator ketercapaian acara. Selain<br />
itu SC juga menentukan mengenai komposisi OC suatu acara beserta arahan kerjanya.<br />
Setelah blue print dari acara yang ingin diselenggarakan itu selesai dibuat, barulah kemudian<br />
OC sebagai eksekutor acara mengambil peran teknis di dalam pelaksanaan acara.<br />
SC bisa diambil dari alumni dan pengurus yang memiliki pengalaman di dalam acara<br />
yang akan diselenggarakan, serta ketua umum LDFK dan kepala departemen Syiar sendiri.<br />
Sedangkan OC bisa diambil dari semua pengurus yang ada. Blue print yang disusun oleh SC<br />
tidak harus disusun dari nol, tapi bisa disusun berdasarkan referensi dari kepengurusan<br />
sebelumnya dan dari LDFK lainnya. Yang termasuk di dalam blue print acara adalah:<br />
Latar belakang, tujuan, manfaat, dan indikator keberhasilan acara.<br />
Susunan kepanitiaan (komposisi OC)<br />
SOP acara<br />
- Manajemen kepanitiaan<br />
Setelah blue print siap dieksekusi, langkah berikutnya bagi SC adalah melakukan<br />
pengarahan, pembimbingan, dan pemantauan terhadap OC. Di awal, dilakukan pengarahan<br />
oleh SC kepada OC mengenai arahan kerja OC. Setelah itu, OC akan membuat timeline<br />
pelaksanaan acara, dan SC akan melakukan pembimbingan intensif untuk masing-masing<br />
divisi di dalam OC. Dengan adanya pembimbingan, diharapkan SC mampu mengelola<br />
|
gerakan OC sehingga tidak lepas dari blue print dan time line acara. Yang terakhir, adalah<br />
pemantuan kontinyu terhadap OC. Pemantauan kontinyu akan memudahkan SC dalam<br />
mendeteksi adanya masalah di dalam persiapan dan pelaksanaan acara.<br />
- Manajemen agenda regional – nasional – internasional<br />
Kelas acara akan menentukan komposisi SC dan OC yang dibutuhkan. Komposisi SC dan<br />
OC untuk acara tingkat regional berbeda tingkat nasional, pun antara nasional dengan<br />
internasional. Hal penting yang harus dilakukan adalah penyelarasan antara kebutuhan<br />
penyelenggaraan acara dengan komposisi OC. Misalnya, acara tingkat nasional akan<br />
membutuhkan keberadaan divisi Liaison Officer (LO) untuk menjamu delegasi-delegasi,<br />
sedangkan acara regional belum tentu membutuhkan keberadaan LO. Acara tingkat<br />
internasional membutuhkan keberadaan divisi Sponsorship yang harus memperhatikan<br />
profesionalitas yang baik, dan lain sebagainya.<br />
- SOP kepanitiaan<br />
Standard Operational Procedure (SOP) adalah kaidah-kaidah pelaksanaan acara yang<br />
merupakan bagian dari blue print acara. SOP berfungsi sebagai pemandu OC untuk bisa<br />
mempersiapkan dan melaksanakan acara sesuai time line dan supaya tujuan acara bisa<br />
dicapai. SOP harus mendefinisikan arahan kerja masing-masing divisi di dalam OC. Dengan<br />
demikian OC bisa melaksanakan arahan kerjanya sesuai time line yang disepakati. Selain itu<br />
SOP juga harus memberikan referensi time line yang diambil dari SOP di kepengurusan<br />
sebelumnya.<br />
- Grand Design Syiar<br />
Komposisi SC yang direkomendasikan:<br />
Ketua Umum LDFK<br />
Kepala departemen Syiar<br />
Staf ahli acara<br />
Alumni ahli acara<br />
Komposisi OC yang disarankan:<br />
Ketua Panitia<br />
Sekretaris<br />
Bendahara I dan Bendahara II<br />
Divisi Kesekretariatan<br />
Divisi Sponsorship<br />
Divisi Konsumsi<br />
Divisi Acara<br />
Divisi Publikasi dan Dokumentasi<br />
Divisi Pemateri dan Pembicara<br />
Divisi Liaison Officer (LO)<br />
Divisi Transportasi dan Akomodasi<br />
Divisi Humas dan Perijinan<br />
Divisi Perlengkapan dan Dekorasi<br />
Syiar Universal adalah syiar yang memilih Receiver dari kalangan masyarakat umum. Urgensi<br />
Syiar Universal adalah untuk menciptakan identitas LDFK terhadap publik, membentuk opini publik,<br />
dan menciptakan publik yang mendukung gerak dakwah LDFK. Identitas LDFK terhadap publik yang<br />
harus dibentuk adalah pengenalan LDFK terhadap publik dan pengakuan publik akan manfaat dari<br />
keberadaan LDFK. Setelah hal itu tercapai, maka LDFK dapat mengarahkan publik dengan opini-opini<br />
yang diwacanakan oleh LDFK mengenai suatu isu, dengan demikian diharapkan publik akan<br />
|
menjadikan LDFK sebagai referensi yang diakui dalam menilai suatu isu. Dan yang terakhir, adalah<br />
terciptanya publik yang mendukung gerak dakwah LDFK. Dukungan ini bisa berbentuk dukungan<br />
nonfisik (misalnya rasa simpati), dukungan perijinan, dukungan finansial, dukungan keamanan, dan<br />
lain sebagainya. Dengan publik yang mendukung LDFK, maka diharapkan kinerja dakwah LDFK bisa<br />
pun berjalan dengan lebih baik.<br />
Lingkup kerja dari Syiar Universal adalah masyarakat, baik masyarakat lokal, nasional, ataupun<br />
internasional. Dengan demikian, handicap dari Syiar Universal memang sangat beragam, tergantung<br />
dari jenis Receiver-nya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa analisis Receiver di dalam Syiar<br />
Universal sangatlah penting.<br />
Di dalam Syiar Universal, tema yang dipilih sebagai Message haruslah memenuhi kebutuhan dan<br />
keinginan Receiver. Pilihan utama dalam menyusun tema di dalam Syiar Universal adalah dengan cara<br />
mengambil tema umum yang dibahas dalam ranah kedokteran dan Islam. Hal pertama yang harus<br />
dilakukan adalah menentukan tema umum yang merupakan topik yang sedang booming di kalangan<br />
Receiver. Misalnya, LDFK ingin mengadakan seminar yang Receiver-nya adalah siswa SMA, tema yang<br />
dipilih adalah masalah pacaran. Kedua, menentukan tinjauan kedokteran dan tinjauan Islam yang<br />
sesuai dengan tema dan memiliki daya tarik yang kuat. Misalnya, LDFK kemudian memilih tinjauan<br />
kedokteran kejiwaan dan fiqih pergaulan dalam membahas tema ini.<br />
Setelah menentukan tema, langkah berikutnya adalah memilih Channel dan Protocol yang<br />
sesuai. Di dalam Syiar Universal, biasanya digunakan seminar, simposium, dan workshop sebagai<br />
Channel. Setelah dipilih Channel yang sesuai, langkah berikutnya adalah menentukan Protocol, yaitu<br />
memilih metode penyampaiannya, hal ini biasanya ditentukan oleh divisi Pemateri dan Pembicara.<br />
Tentu saja, sebagai salah satu pengisi shaf terdepan di dalam dakwah profesi kedokteran,<br />
sebagian besar agenda Syiar LDFK adalah agenda-agenda yang termasuk di dalam Syiar Akademi<br />
dan Profesi. Syiar Akademi dan Profesi adalah metode syiar yang mengintegrasikan kajian Islam<br />
dengan hal-hal yang berbau akademik atau profesi dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Dengan<br />
adanya Syiar jenis ini diharapkan LDFK bisa ikut menggerakkan masyarakat akademika FK dan<br />
profesi kedokteran dalam mendukung upaya untuk mencapai tujuan dakwah profesi kedokteran.<br />
Lingkup kerja Syiar Akademi dan Profesi adalah mahasiswa FK, dokter muda, dokter, dokter<br />
spesialis, dan tenaga kesehatan. Feedback yang diharapkan adalah adanya sikap yang mendukung<br />
upaya untuk mencapai tujuan dakwah profesi kedokteran.<br />
Syiar Akademi tidak melulu hanya membahas masalah akademik saja. Perlu kita sadari bahwa<br />
salah satu tujuan Syiar Akademi adalah menciptakan simpatisan-simpatisan yang bisa membantu<br />
atau bahkan berkontribusi dalam dakwah LDFK. Agenda Syiar Akademi utama yang harus<br />
diselengggarakan LDFK adalah kajian rutin, yang memiliki kurikulum yang baik. Dengan demikian<br />
LDFK bisa memperkirakan pencapaian tsaqafah diniyah pengurus dari waktu kewaktu. Kurikulum ini<br />
harus mencakup tsaqafah diniyah secara umum, dan kedokteran Islam sebagai salah satu core<br />
competence pengurus LDFK. Adanya Kurikulum Kedokteran Islam (KKI) diharapkan bisa menjadikan<br />
seminimalnya pengurus LDFK memahami tentang Kedokteran Islam, dan tinjauan Islam terhadap<br />
|
kesehatan dan sistem kesehatan. Dengan demikian LDFK diharapkan diakui oleh masyarakat<br />
akademika FK sebagai referensi untuk meninjau suatu masalah kedokteran dari sisi kedokteran<br />
Islam.<br />
Sedangkan pada Syiar Profesi, target utamanya adalah menciptakan masyarakat profesi<br />
kedokteran yang menjalankan tugas profesinya selaras dengan nilai dan norma Islam. Untuk Syiar<br />
jenis ini, bahan kajian yang direkomendasikan adalah tema-tema kesehatan atau sistem kesehatan.<br />
Tinjauan yang dipilih haruslah memperhatikan prinsip keilmiahan. Kemudian diperlukan pula tinjauan<br />
Islam yang sesuai, dan ilmiah.<br />
Jenis acara yang biasa dipilih untuk jenis Syiar Akademi adalah kajian, seminar lokal, diskusi, dan<br />
workshop. Sedangkan untuk Syiar Profesi adalah simposium dan workshop.<br />
Syiar Media memiliki berbagai Channel untuk bisa dipilih. Pemilihan Channel di dalam Syiar<br />
Media cukup dengan melihat seberapa banyak Receiver yang memperhatikan Channel yang akan<br />
dipilih dan seberapa kuat perhatiannya. Contoh mudahnya, saat LDFK ingin melakukan dakwah di<br />
dunia internet, mana yang harus dipilih sebagai Channel, apakah media sosial atau blog? Nah, tinggal<br />
melihat perilaku Receiver terhadap Channel, kan?<br />
Lalu kenapa harus ada Syiar Media?<br />
Adanya Syiar Media diharapkan dapat memanfaatkan perilaku Receiver – dalam hal ini adalah<br />
intensitas dan frekuensi perhatian Receiver terhadap suatu Channel yang bisa dipilih. Misalnya, saat di<br />
ruang kuliah, departemen Syiar bisa mengedarkan sebuah buku tulis, yang di dalamnya mahasiswa<br />
bisa menulis pertanyaan-pertanyaan tentang masalah agama. Kemudian, setelah pertanyaan itu<br />
terkumpul, pertanyaan itu dikaji dan ditanyakan kepada ahlinya (misalkan Ustadz atau Ustadzah),<br />
dan jawaban pertannyaan tadi ditempelkan di mading mushalla atau mading kampus. Mudah kan?<br />
Contoh lain adalah memanfaatkan perilaku mahasiswa yang aktif di dalam media sosial seperti<br />
twitter. Akun twitter LDFK atau departemen Syiar bisa saja memberikan tweets yang menarik bagi<br />
mahasiswa FK. Pastikan memilih tweets yang isinya menarik, dan tidak terlalu mengkritis. Dengan<br />
bahasa yang mudah diserap, bersahabat, dan mengena. Dan lain sebagainya.<br />
Selain memiliki pilihan Channel yang sangat banyak, Syiar Media juga memiliki jenis Receiver<br />
yang sangat beragam. Yang harus diperhatikan adalah seberapa besar intensitas dan frekuensi<br />
perhatian Receiver terhadap Channel dan Message yang dipilih.<br />
Program kerja yang dipilih di dalam Syiar Media antara lain:<br />
- SMS Taushiyah<br />
- Mading<br />
- Majalah<br />
- Buletin (flyers)<br />
- Akun media sosial<br />
- Blog<br />
- Website resmi<br />
- Dan lain lain<br />
|
Syiar Kemasjidan yang diupayakan oleh departemen Syiar LDFK adalah Syiar yang bertujuan<br />
untuk memakmurkan masjid dan memperkuat masjid sebagai basis kekuatan umat Islam. Adanya<br />
Syiar Kemasjidan oleh LDFK diharapkan bisa menjadi salah satu pilar utama di dalam menegakkan<br />
dakwah secara umum. Banyaknya masjid yang belum terberdaya dengan baik merupakan salah satu<br />
penyebab lemahnya kekuatan dan kesatuan umat Islam. Peran LDFK di dalam Syiar Kemasjidan bisa<br />
berupa pembinaan masjid, pengadaan masjid sebagai Taman Pendidikan Al Qur’an, pengadaan<br />
kajian rutin mingguan untuk ibu-ibu sekitar atau bapak-bapak, dan acara-acara hari raya.<br />
Syiar Kemuslimahan merupakan salah satu ranah Syiar yang memerlukan perhatian khusus.<br />
Syiar Kemuslimahan menjadi perhatian khusus dikarenakan sebagian besar kepentingan<br />
kemuslimahan hanya bisa ditangani oleh para muslimah sendiri. Selain itu Syiar Kemuslimahan<br />
mengambil peranan yang tidak bisa dilaksanakan oleh Syiar secara umum. Perlu dita pahami bahwa<br />
adanya Syiar Kemuslimahan sangatlah penting untuk mendidik dan membimbing muslimah,<br />
khususnya di FK. Beberapa tujuan utama Syiar Kemuslimahan adalah untuk meningkatkan tsaqafah<br />
diniyah muslimah, menciptakan masyarakat muslimah yang baik, dan mempersiapkan muslimah<br />
untuk kelak bisa menjadi basis utama dalam pendidikan anak-anak Islam.<br />
Lingkup kerja Syiar Kemuslimahan sangatlah banyak. Jenis Channel dan Protocol yang beragam<br />
merupakan keuntungan bagi Syiar Kemuslimahan. Agenda-agenda Syiar Kemuslimahan bisa<br />
dilaksanakan dalam bentuk seminar kemuslimahan, workshop, talk show, diskusi kelompok kecil, dan<br />
lain sebagainya.<br />
Syiar Kemuslimahan tidak hanya bergerak di ranah Syiar saja. Syiar Kemuslimahan juga harus<br />
terintegrasi dengan tarbiyah dan manajemen kepengurusan. Untuk itu, Syiar Kemuslimahan harus<br />
memiliki blue print dan SOP yang baik yang mendefinisikan bagaimana Syiar Kemuslimahan itu<br />
dilaksanakan dan bagaimana ia terintegrasi dengan komponen yang lain, dengan demikian<br />
harapannya Syiar Kemuslimahan mampu berfungsi dengan baik dan mencapai tujuannya. Di dalam<br />
Syiar Kemuslimahan juga disarankan terdapat Kurikulum Kemuslimahan, yang di dalamnya terdapat<br />
core competence bagi seorang muslimah yang terlibat di dalam dakwah profesi kedokteran. Dengan<br />
demikian LDFK bisa memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Syiar Kemuslimahan.<br />
Hampir sama dengan Syiar Universal, Syiar Sosial dan Kemasyarakatan memiliki jenis Receiver<br />
yang hampir sama, yaitu masyarakat. Hanya saja, di dalam Syiar Sosial dan Kemasyarakatan Receiver<br />
yang diutamakan adalah masyarakat sekitar kampus. Syiar Sosial dan Kemasyarakatan bisa<br />
terintegrasi dengan Syiar Kemasjidan. Tujuan utama dari Syiar Sosial dan Kemasyarakatan adalah<br />
memberikan manfaat sosial kepada masyarakat sekitar, memberikan pembinaan-pembinaan<br />
keagamaan kepada masyarakat sekitar, dan menciptakan masyarakat sekitar yang Islami.<br />
|
Lingkup kerja untuk Syiar jenis ini juga sangat banyak. Syiar jenis ini juga memiliki banyak<br />
Channel dan Protocol yang bisa dipilih. Untuk tahap pendekatan dengan sosial dan masyarakat bisa<br />
dimulai dengan acara-acara kemasyarakatan seperti pengobatan gratis, kerja bakti kampung,<br />
penyuluhan kesehatan, dan lain-lain. Kemudian, langkah berikutnya adalah melaksanakan Syiar<br />
Masjid. Setelah itu, LDFK bisa untuk memulai agenda-agenda Syiar yang lebih mengkerucut kepada<br />
pembinaan dan peningkatan tsaqafah diniyah masyarakat.<br />
|
Parameter<br />
Parameter<br />
Aspek Level LDK<br />
Fokus dan Lingkup Agenda<br />
Sumber Daya Manusia<br />
Fokus Agenda Penguatan<br />
Kader Inti<br />
Lingkup Agenda Dakwah<br />
Kultural<br />
Kuantitas Kader Terdapat<br />
Inisiator<br />
Kompetensi Kader Islamiyah<br />
Da'iyah<br />
pra-Mula Mula Madya Mandiri<br />
Fungsi Da'awi Optimalisasi<br />
Fungsi Da'awi<br />
Dakwah<br />
Struktural<br />
Syarat Cukup<br />
Lembaga<br />
Formal<br />
Islamiyah<br />
Da'iyah<br />
Basis<br />
Mahasiswa<br />
Sebaran Kader<br />
setiap Fakultas<br />
Ketokohan<br />
Kampus<br />
Ranah Amal<br />
Siyasi & Fanni<br />
Basis Civitas<br />
Akademika<br />
Sebaran Kader<br />
setiap Lini<br />
Kepemimpinan<br />
Kampus<br />
|
Parameter<br />
Parameter<br />
Parameter<br />
Parameter<br />
Perangkat Organisasi<br />
Kesekretariatan<br />
Struktur Informal<br />
Terstruktur<br />
Pedoman Dakwah<br />
dan Organisasi<br />
Sarana dan<br />
Prasarana<br />
Da'awi (Syi'ar dan Kaderisasi)<br />
Eksternal Lembaga<br />
Al-Quran dan<br />
Sunnah<br />
Formal<br />
Sederhana<br />
Belum Ada Sekretariat<br />
Informal<br />
Pengarsipan Belum Ada Pendataan<br />
Administrasi<br />
Kaderisasi Pembentukkan<br />
Kader Inti<br />
Syi'ar Kultural dan<br />
Fardhiyah<br />
Struktur<br />
Fungsi Da'awi<br />
Struktur dalam<br />
Struktur<br />
AD/ART GBHD Rencana<br />
Strategis<br />
Kaderisasi<br />
Kualitas<br />
Sekretariat<br />
Resmi<br />
Dokumentasi<br />
Arsip<br />
Kaderisasi<br />
Kuantitas<br />
|<br />
Sarana Memadai<br />
Sistem<br />
Pengarsipan<br />
Spesialisasi<br />
Kaderisasi<br />
Struktural Syi'ar Basis Opinion Leader<br />
Eksistensi Lembaga Belum Ada Skala Kampus Lingkungan<br />
Sekitar<br />
Jaringan Birokrat Kampus Alumni, LDK,<br />
Internal Kampus<br />
Jaringan<br />
Regional<br />
Elemen DK<br />
Skala Daerah<br />
Jaringan<br />
Nasional
Parameter<br />
Keuangan dan Pendanaan<br />
Sistem Keuangan Belum Ada Sistem<br />
Keuangan<br />
Sederhana<br />
Sumber Dana Sunduqu<br />
Juyubuna<br />
(Balance)<br />
Swadaya<br />
Internal<br />
(Surplus)<br />
Sistem<br />
Keuangan Rinci<br />
Eksternal<br />
(Surplus)<br />
|<br />
Akuntabel dan<br />
Transparan<br />
Passive Income<br />
(FF)<br />
Puji syukur kahadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya. Sholawat dan<br />
salam semoga tetap terlimpahcurahkan kepada Rosulullah SAW, keluarga, para sahabat dan para<br />
penegak risalah dakwah hingga akhir zaman.<br />
Dalam rangka memperbaiki pendataan LDFK yang menjadi anggota <strong>FULDFK</strong>, maka kami selaku<br />
pengurus Dewan Eksekutif Pusat (DEP) <strong>FULDFK</strong> membuat formulir ini untuk kelengkapan data<br />
keanggotaan. Formulir ini akan berlaku sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh LDFK untuk menjadi<br />
anggota <strong>FULDFK</strong>. Data ini juga akan digunakan oleh departemen terkait sebagai bahan<br />
pertimbangan untuk pengklasifikasian status LDFK dan juga sebagai bahan pertimbangan untuk<br />
pendampingan. Kami sangat berharap data-data yang kami peroleh akan dapat bermanfaat bagi<br />
kelangsungan dakwah kita bersama.<br />
Oleh karena itu kami memohon kepada pihak yang mengisi formulir ini untuk mengisi dengan<br />
sebaik-baiknya dan sejelas-jelasnya. Demikian atas perhatiaannya kami ucapkan jazakumullah<br />
khoiron katsiiron.<br />
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokaatuh<br />
Diisi,<br />
Pada hari / tanggal :<br />
Nama pengisi :<br />
Jabatan :<br />
*Formulir ini diisi oleh ketua LDFK atau pihak yang diberi kuasa oleh ketua LDFK bersangkutan<br />
Tandatangan<br />
( )
QUESIONER PROFIL LEMBAGA DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN<br />
I. IDENTITAS LEMBAGA DAKWAH FAKULTAS<br />
1) Nama LDFK :<br />
2) Nama Universitas :<br />
3) Alamat LDFK :<br />
a. Kode pos :<br />
b. Telepon/Fax. :<br />
c. Email :<br />
d. Homepage/Website :<br />
4) Kabupaten/Kota :<br />
5) Provinsi :<br />
6) Pulau :<br />
7) Tahun berdiri :<br />
CONTACT PERSON<br />
Nama :<br />
Alamat :<br />
Amanah/Jabatan :<br />
No Kontak :<br />
Email :<br />
Homepage/Website :<br />
II. EKSISTENSI LEMBAGA<br />
8) Apakah LDFK Anda sudah diakui secara syah oleh pihak birokrasi kampus ditingkat<br />
Fakultas/Universitas ?<br />
□Sudah □Belum<br />
Keterangan:<br />
9) Bagaimana hubungan LDFK Anda dengan pihak birokrasi kampus?<br />
□Baik □Cukup □Kurang<br />
Keterangan:<br />
10) Bagaimana tingkat kemudahan LDFK Anda dalam memperoleh dana dari pihak birokrasi<br />
kampus?<br />
□Mudah □Cukup □Kurang<br />
Keterangan:<br />
11) Bagaimana tingkat kemudahan LDFK Anda dalam menggunakan fasilitas-fasilitas yang<br />
dimiliki pihak birokrasi kampus?<br />
□Mudah □Cukup □Kurang<br />
Keterangan:<br />
12) Bagaimana partisipasi dosen terhadap kegiatan LDFK Anda?<br />
□Baik □Cukup □Kurang<br />
Keterangan:<br />
13) Bagaimana partisipasi mahasiswa terhadap kegiatan LDFK Anda?<br />
□Baik □Cukup □Kurang<br />
Keterangan:<br />
|
III. SARANA DAN PRASARANA<br />
14) Apakah LDFK Anda sudah memiliki sekretariat tetap?<br />
□Sudah □Belum<br />
15) Fasilitas apa saja yang dimiliki LDK Anda? (boleh diisi lebih dari 1)<br />
□Komputer (jumlah… buah) □Faximile<br />
□Ruang rapat □Internet<br />
□Telepon □Ruang pertemuan<br />
□Lainnya, sebutkan…<br />
IV. JARINGAN<br />
16) Apakah Anda mempunyai hubungan jaringan dengan organisasi intrafakultas yang mampu<br />
membantu Anda dalam mencapai tujuan organisasi?<br />
□Sudah (sebutkan:…………………) □Belum<br />
17) Jika ya, bagaimana kualitas hubungannya?<br />
□Baik □Cukup □Kurang<br />
Keterangan:<br />
18) Apakah ada program kerja Anda yang dikerjakan bersama-sama melalui konsolidasi<br />
bersama elemen intra fakultas lainnya?<br />
□Ada □Tidak<br />
19) Jika ada, sebutkan contoh program kerja tersebut!<br />
Contoh: Khitana masal<br />
……………………………………………….<br />
20) Apakah ada program kerja Anda yang kerjakan bersama-sama melalui konsolidasi bersama<br />
elemen dakwah antar fakultas/kampus?<br />
□Ada □Tidak<br />
21) Jika ada, sebutkan contoh program kerja tersebut!<br />
…………………………………………….<br />
V. ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ( AD / ART )<br />
22) Apakah LDFK Anda sudah memililki AD/ART?<br />
□Sudah □Belum<br />
23) Jika belum, apa alasannya?<br />
………………………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
VI. STRUKTUR<br />
24) Apakah LDFK Anda sudah memiliki struktur organisasi yang jelas?<br />
□Sudah □Belum<br />
25) Jika belum, apa alasannya?<br />
………………………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
VII. KADERISASI<br />
26) Apakah LDFK anda sudah memiliki alur kaderisasi yang tersusun dalam waktu tertentu?<br />
□Sudah □Belum<br />
27) Jika belum, apa alasannya?<br />
|
……………………………………………………………..<br />
……………………………………………………………..<br />
28) apakah LDFK anda sudah memiliki pelatihan-pelatihan manajemen mahasiswa?<br />
□Sudah → Lanjut ke 29<br />
□Belum → Lanjut ke 30<br />
29) Apakah pelatihan manajemen yang dilakukan LDFK anda mempunyai konsep yang<br />
sistematis?<br />
□Ya □Tidak<br />
30) Apakah untuk mengikuti suatu pelatihan manageman yang dilakukan LDFK Anda<br />
diperlukan syarat harus menempuh pelatihan manajeman pada tahap sebelumnya?<br />
□Ya □Tidak<br />
31) Apakah LDFK Anda memiliki program untuk membina kualitas keislaman dari mahasiswa<br />
muslim?<br />
□Sudah □Belum<br />
Jika belum, apa alasannya?<br />
………………………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
32) Untuk membina kualitas keislaman dari mahasiswa muslim, menurut Anda materi apa yang<br />
paling bagus untuk diberikan?<br />
a. …………………………………………………………<br />
b. …………………………………………………………<br />
c. …………………………………………………………<br />
d. …………………………………………………………<br />
e. …………………………………………………………<br />
BILA LDFK ANDA MEMILIKI PROGRAM UNTUK MEMBINA KUALITAS KEISLAMAN DARI<br />
MAHASISWA MUSLIM<br />
33) Apa bentuk program untuk pembinaan keislaman tersebut? (boleh diisi lebih dari 1)<br />
□Dauroh (training Islam)<br />
□Kajian-kajian umum<br />
□Lainnya<br />
Sebutkan……………………………………………<br />
34) Bagaimana respon mahasiswa terhadap program yang LDF anda berikan?<br />
…………………………………………………………….<br />
……………………………………………………………<br />
35) Apakah Anda mempunya program mentoring (kajian keIslaman berbentuk kelompok<br />
dengan dipandu mentor)?<br />
□Sudah □Belum<br />
36) Jika belum, apa alasannya?<br />
……………………………………………………………<br />
……………………………………………………………<br />
……………………………………………………………<br />
37) Apakah program mentoring tersebut sudah diakui oleh pihak birokrasi kampus?<br />
□Sudah → Lanjut ke 37<br />
|
□Belum → Lanjut ke 39<br />
38) Apakah program mentoring tersebut dikelola secara khusus oleh bidang atau departemen<br />
tertentu?<br />
□Ya □Tidak<br />
39) Sebutkan bidang atau departemen yang mengelola mentoring tersebut!<br />
BILA LDFK ANDA TIDAK MEMILIKI PROGRAM MENTORING<br />
40) Apakah ada rencana untuk mengelola program mentoring?<br />
□Ya □Tidak<br />
Apa alasan/kendala sehingga LDFK anda tidak memiliki program mentoring?<br />
Sebutkan,……………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
VIII. SYIAR<br />
41) Apakah ada program yang dibuat untuk mahasiswa secara umum?<br />
□Ya □Tidak<br />
Apa alasan/kendala sehingga LDFK anda tidak memiliki program syiar?<br />
Sebutkan,……………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
42) Sebutkan program syiar apa saja yang dilakukan oleh LDFK anda? (skala<br />
nasional/wilayah/universitas/fakultas)<br />
………………………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
Bagaimana respon mahasiswa terhadap program syiar yang LDF anda berikan?<br />
………………………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
43) Apakah program yang dilaksanakan sudah terorganisasikan dengan baik?<br />
□Baik □Cukup □Kurang<br />
IX. KOMPETENSI<br />
44) Apakah LDFK Anda sudah memiliki kegiatan yang sesuai dengan kompetensi keilmuan di<br />
fakultas Anda?<br />
□ Sudah □ Belum<br />
Jika sudah, bentuknya seperti apa?<br />
□ Insidental dan belum terorganisasi dengan baik<br />
□ Masih meminta bantuan dari luar untuk pengadaannya<br />
□ Sudah ada bidang khusus di LDFK yang menangani<br />
45) Jika sudah ada bidang khusus yang menangani, seperti apakah bentuknya? (contoh : Tim<br />
Bantuan Medis, Kajian Kedokteran Islam, dll). Tolong dijelaskan secara singkat !<br />
………………………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
|
43) Apakah LDFK Anda memiliki afiliasi dengan organisasi kedokteran lainnya? (baik yang<br />
bersifat ke-Islaman seperti BSMI, Mer-C maupun yang lainnya). Tolong sebutkan !<br />
………………………………………………………………<br />
………………………………………………………………<br />
X. POLA PERGANTIAN KEPENGURUSAN<br />
46) Apakah LDFK Anda telah memiliki alur pergantian kepengurusan yang jelas?<br />
□Sudah □Belum<br />
47) Berapa jumlah pengurus yang resmi tercatat dalam kepengurusan?<br />
48) Berapa persen dari jumlah total pengurus resmi tersebut yang aktif?<br />
XI. PERMASALAHAN UMUM DAN PRIORITAS AKTIVITAS LDFK<br />
49) Apakah kendala utama yang dialami LDFK Anda dalam pergerakan dakwahnya ?<br />
50) Sebutkan hal mendesak dan penting yang LDFK Anda butuhkan saat ini !<br />
51) Dari aktivitas di bawah ini isilah sesuai bobot prioritas aktivitas yang ada di LDFK Anda<br />
dengan melingkari angkanya.<br />
KETERANGAN : sangat prioritas sangat tidak prioritas<br />
1 2 3 4 5 6<br />
a. Membuat konsep dan jenjang alur kaderisasi<br />
1 2 3 4 5 6<br />
b. Membuat pola rekruitmen yang baik dan sistematis<br />
1 2 3 4 5 6<br />
c. Memperjuangkan status legal formal LDK<br />
1 2 3 4 5 6<br />
d. Memperbanyak pengurus<br />
1 2 3 4 5 6<br />
e. Mengadakan aktivitas dakwah yang bervariatif<br />
1 2 3 4 5 6<br />
f. Memperluas jaringan eksternal kampus<br />
1 2 3 4 5 6<br />
g. Mengusahakan sekretariat tetap<br />
1 2 3 4 5 6<br />
h. Mengusahakan sarana komunikasi<br />
1 2 3 4 5 6<br />
i. Peningkatan kualitas pemahaman dan keislaman pengurus<br />
1 2 3 4 5 6<br />
j. Melibatkan birokrat kampus ke dalam kegiatan LDFK<br />
1 2 3 4 5 6<br />
44) Pada periode kepengurusan saat ini LDFK Anda sedang mengkonsentrasikan pada apa?<br />
NB : Harap di lampirkan :<br />
a. Sejarah singkat LDFK anda<br />
|
1. Belum memiliki LDFK<br />
b. Alur kaderisasi (jika ada, mulai dari perekrutan-pengurus-pengurus inti-pasca<br />
pengurus)<br />
c. Struktur LDFK dan Job Description<br />
d. Program kerja LDFK<br />
e. SK legalitas LDFK (jika ada )<br />
f. SK legalitas Mentoring ( jika ada )<br />
Parameter Level LDFK<br />
Kader Ada kader<br />
penggerak<br />
Objek Dakwah Tidak ada yang<br />
mau diajak<br />
Program Belum ada<br />
program<br />
Dukungan dari<br />
civitas<br />
2. Sudah memiliki LDFK<br />
Parameter<br />
Tidak ada<br />
dukungan<br />
I II III<br />
Ada kader penggerak Sudah ada forum kader<br />
Ada yang berminat Ada yang berminat dan ke<br />
depannya bersedia menjadi<br />
pengurus<br />
Program insidental, tapi<br />
tidak tetap<br />
Ada dukungan dari dosen<br />
non- birokrat<br />
Level LDFK<br />
Sudah ada program tetap<br />
Ada dukungan dari birokrat<br />
Pemula Madya Mandiri<br />
Lingkup Kerja Personal Antar Personal (tim) Tim dan jaringan<br />
Fokus Kegiatan Penguatan kader inti 1. Menambah jumlah<br />
kader<br />
2. Syi’ar<br />
Eksistensi lembaga<br />
(Basis sosial yang<br />
mendukung da’wah<br />
LDK)<br />
Kader inti LDK Kader inti dan beberapa<br />
segmen mahasiswa<br />
(pendukung, simpatisan)<br />
|<br />
1. Inovasi untuk syi’ar dan<br />
program-program LDK<br />
2. Ekspansi da’wah<br />
(perluasan jaringan &<br />
lahan da’wah)<br />
Kader inti dan hampir semua<br />
segmen civitas akademika<br />
(mahasiswa, dosen, birokrat<br />
kampus)
Kuantitas kader Kuantitas : sejumlah<br />
kader inti<br />
Sarana&prasarana 1. Belum memiliki<br />
sekretariat tetap<br />
2. Fasilitas terbatas<br />
Jaringan 1. Intra kampus :<br />
belum ada atau<br />
sudah ada tetapi<br />
kualitasnya belum<br />
baik<br />
2. Ekstra kampus :<br />
belum ada<br />
Kuantitas : sejumlah<br />
kader inti dan<br />
mahasiswa muslim dari<br />
segmen pendukung<br />
da’wah<br />
1. Sudah memiliki<br />
sekretariat tetap<br />
2. Fasilitas terbatas<br />
1. Intra kampus :<br />
sudah ada<br />
2. Ekstra kampus :<br />
sudah ada namun<br />
kualitasnya belum<br />
baik<br />
Struktur Masih sederhana Cukup jelas Jelas<br />
Kaderisasi Belum memiliki alur<br />
kaderisasi yang jelas<br />
Core Competence Ada, namun belum<br />
terkoordinasi dengan<br />
baik<br />
Telah memiliki alur<br />
kaderisasi, namun<br />
belum sistematis dan<br />
belum stabil<br />
Ada dan sudah dikelola<br />
oleh bidang tersendiri<br />
|<br />
Kuantitas : sejumlah kader<br />
inti dan mahasiswamuslim<br />
dari segmen pendukung<br />
da’wah<br />
1. Sudah memiliki<br />
sekretariat tetap<br />
2. Fasilitas memadai<br />
1. Intra kampus : sudah<br />
ada<br />
2. Ekstra kampus : sudah<br />
ada, kualitasnya baik<br />
Telah memiliki alur<br />
kaderisasi yang jelas,<br />
sistematis dan stabil<br />
Ada dan sudah dikelola oleh<br />
bidang tersendiri serta<br />
sudah mampu untuk bekerja<br />
sama dengan pihak luar atau<br />
sudah menjadi ciri khas dari<br />
lembaga itu.<br />
Dakwah kampus merupakan sarana yang mutlak diperlukan saat ini, dimana tantangan di dunia<br />
kampus memerlukan punggawa-punggawa dakwah yang berilmu, tangguh, dan progresif. Namun,<br />
seperti yang dikatakan oleh sayyidina Ali r.a. kebenaran yang tidak terkoordinir akan dikalahkan oleh<br />
kejahatan yang terkoordinir maka pengorganisasian yang teratur dari Lembaga Dakwah Fakultas<br />
Kedokteran (LDFK) yang notabenenya merupakan organisasi formal dalam bidang dakwah FK juga<br />
mutlak diperlukan.<br />
Untuk mencapai impian <strong>FULDFK</strong> mengembangkan kedokteran Islam di Indonesia,<br />
diperlukanlah targetan jelas tentang kaderisasi di setiap LDFK se-Indonesia. Oleh karena itu,<br />
diperlukan Standar Mutu Kader (SMK) bersama dengan mengacu kepada SMK yang diterapkan<br />
Universitas Gadjah Mada. Latar belakang dibentuknya SMK bersama ini adalah adanya keberagaman<br />
mutu kader dimana muncul stigma bahwa kader SKI lebih ditekankan pada kompetensi dinniyah
sedangkan skill organisasi (profesionalisme lembaga) dirasakan masih kurang. Di sisi lain, Lembaga<br />
Dakwah terkenal dengan skill organisasi yang cukup mumpuni di samping kompetensi dinniyah yang<br />
juga baik. Muatan dalam alur kaderisasi masing-masing SKI pun masih cukup beragam. Ada yang<br />
sudah baik, namun ada juga yang sepertinya butuh pembenahan lagi. Di samping itu, jumlah kader<br />
yang tidak sebanding dengan banyaknya amanah dakwah di lapangan menjadi tantangan tersendiri<br />
di bidang kaderisasi masing-masing lembaga.<br />
Oleh karena itu, dengan adanya SMK ini diharapkan adanya sutau sistem kaderisasi yang efektif<br />
di tataran fakultas kedokteran se-Indonesia. Yang dimaksud efektif di sini adalah kondisi dimana<br />
setiap SKI memiliki suatu jalur kaderisasi yang baku dan mutu kader yang terstandardisasi. Namun,<br />
usaha-usaha ini dalam pelaksanaannya tetap menyesuaikan kultur dari masing-masing universitas /<br />
wilayah.<br />
Semoga dengan SMK ini menjadi salah satu jalan mewujudkan setiap LDFK di Indonesia yang<br />
memiliki peranan sentral dalam membentuk universitasnya diridhoi Allah SWT. Ini semua mustahil<br />
dapat terwujud kecuali dengan adanya kerja nyata bersama (amal jama’i) dari semua elemen yang<br />
peduli terhadap dakwah FK.<br />
Dibentuknya SMK memiliki beberapa tujuan yaitu:<br />
1. Adanya standar/target/acuan yang jelas seorang kader dakwah Fakultas Kedokteran dalam<br />
berproses menjadi da’i;<br />
2. Membentuk kader-kader dakwah yang nantinya siap diterjunkan ke lahan-lahan dakwah<br />
kedokteran seluruh Indonesia;<br />
3. Meminimalisir kesenjangan yang amat jauh antar kualitas seorang kader dengan kader<br />
lainnya; disuatu daerah dengan daerah lainnya; disuatu Universitas dengan Universitas<br />
lainnya.<br />
4. Membantu pengembangan kualitas kader yang akan berpengaruh pada kualitas kerja dakwah<br />
di Fakultas Kedokteran masing-masing.<br />
Terdapat lima penjenjangan dalam setiap kader LDFK, yaitu:<br />
1. Mahasiswa muslim, merupakan objek dakwah utama LDFK<br />
2. Anggota Muda, merupakan setiap mahasiswa muslim yang mendaftar sebagai anggota LDFK<br />
dan diamanahkan pada program-program yang dilaksanakan LDFK<br />
3. Kader Guna (Anggota I), merupakan setiap kader muda LDFK yang telah mengikuti dan<br />
dinyatakan lulus Latihan Kepemimpinan I dan kemudian diamanahkan sebagai staff LDFK<br />
4. Kader Karya (Anggota II), merupakan setiap kader guna (anggota I) LDFK yang telah<br />
mengikuti dan dinyatakan lulus Latihan Kepemimpinan II dan kemudian akan diproyeksikan<br />
sebagai staff ahli maupun pengurus harian (PH) LDFK<br />
5. Kader Strategis (Anggota III), merupakan setiap kader karya (anggota II) LDFK yang telah<br />
mengikuti dan dinyatakan lulus Latihan Kepemimpinan III dan kemudian akan diproyeksikan<br />
sebagai pengurus harian (PH) maupun mas’ul (ketua) LDFK<br />
|
Dalam perjalanan untuk menuju perjenjangan tersebut terdapat lima hal atau kegiatan yang<br />
harus dilakukan, yaitu:<br />
1. Rekrutmen<br />
Rekrutmen merupakan metode perekrutan terhadap mahasiswa muslim sebagai calon<br />
anggota baru LDFK sebagai sarana untuk melanjutkan estafet perjuangan LDFK yang<br />
dilakukan baik secara terbuka (open recruitment) maupun secara tertutup (close recruitment).<br />
2. Latihan Kepemimpinan I<br />
Latihan Kepemimpinan I merupakan latihan kepemimpinan formal yang ditujukan bagi<br />
anggota anggota muda LDFK dengan muatan dan alur muatan sebagai berikut:<br />
Kons<br />
ep<br />
Diri<br />
Amal<br />
Jama’i<br />
Wawas<br />
an<br />
ke-LDFK-<br />
3. Latihan Kepemimpinan II<br />
Latihan Kepemimpinan II merupakan latihan kepemimpinan formal yang ditujukan bagi<br />
anggota anggota I LDFK dengan muatan dan alur muatan sebagai berikut:<br />
Analisis Sirah<br />
Nabi<br />
Problem<br />
atika<br />
Umat<br />
Konse<br />
p<br />
4. Latihan Kepemimpinan III<br />
Latihan Kepemimpinan III merupakan latihan kepemimpinan formal yang ditujukan bagi<br />
anggota anggota II LDFK dengan muatan dan alur muatan sebagai berikut:<br />
Konsep<br />
Tauhid<br />
Analisis<br />
sosial<br />
Problemat<br />
ika Global<br />
Umat<br />
Desain<br />
Kegiatan<br />
Perancang<br />
an Renstra<br />
Lembaga<br />
Sinergisit<br />
as<br />
Dakwah<br />
5. Penjagaan dan Pembinaan<br />
Penjagaan dan pembinaan merupakan kegiatan yang dilakukan semenjak anggota LDFK<br />
mendaftarkan dirinya hingga pasca lembaga. Kedua hal ini dilakukan untuk mencapai standar<br />
mutu kader (SMK) dengan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi LDFK.<br />
Namun, ada stadardisasi minimum dalam muatan penjagaan dan pembinaan, yaitu:<br />
- Penjagaan dan pembinaan 1<br />
Materi dasar Islam (Aqidah, Ibadah)<br />
Training jasadiah<br />
Materi akhlaq<br />
- Penjagaan dan pembinaan 2<br />
Fiqh dakwah<br />
Dakwah thulabiy<br />
Dakwah Core Competence<br />
|
- Penjagaan dan pembinaan 3<br />
Leadership<br />
Manajemen konflik<br />
Ideologi, pemikiran Islam, Islam sesat, dan non Islam<br />
Agar proses kaderisasi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dibutuhkanlah beberapa<br />
perangkat/ sarana penjagaanaan dan pembinaan antara lain:<br />
1. Internal LDFK<br />
- Struktur yang bertanggung jawab atas berjalannya kaderisasi LDFK, misal Biro Khusus<br />
Kaderisasi atau departemen PSDM.<br />
- Semua pengurus LDFK untuk menjalankan kaderisasi kolektif LDFK<br />
- Konsep Sistem Kaderisasi LDFK dan <strong>FULDFK</strong> serta semua produk turunannya<br />
- Semua perangkat hukum lain untuk menunjang proses kaderisasi ldfk, misal AD/ART<br />
- Program kerja LDFK<br />
2. Eksternal<br />
- Kepanitiaan<br />
- Acara kaderisasi LDFK & <strong>FULDFK</strong><br />
- Pembinaan LDFK yang mengundang anggota LDFK lain<br />
- Halaqah lembaga<br />
- Mantuba/ tugas baca<br />
- Kajian diluar LDFK<br />
Kajian manhaj<br />
Kajian Rutin di masjid/ pesantren terdekat<br />
Dsb<br />
|
U<br />
ntuk mewujudkan kader dan pengurus yang memenuhi kriteria muwashshafat memang akan<br />
selalu menemui banyak tantangan. Agar ke 10 muwashafat itu dapat melekat pada kader<br />
dan pengurus memang harus ada komitmen dan tindakkan nyata baik dari LDFK maupun<br />
dari diri kader sendiri. Sekuat apapun LDFK berusaha namun jika kader tidak mau menginternalkan<br />
nilai-nilai muwashshafat ini maka hasilnya juga tidak akan bisa maksimal. Sebelum<br />
mengejawantahkan Muwashshafat maka kita perlu tahu dulu komponen-komponen muwashshafat.<br />
No Muwashshafat Kader Muda Kader Madya Kader Purna<br />
1. Salimul ‘aqidah<br />
(‘aqidah yang<br />
bersih)<br />
a. Memahami<br />
hakikat ilmu<br />
tauhid<br />
b. Selalu<br />
meluruskan niat<br />
dalam<br />
melakukan<br />
sesuatu<br />
c. Menjaga diri<br />
dari<br />
kemusyikan<br />
(tidak<br />
berhubungan<br />
dengan<br />
jin dan hal-hal<br />
lain yang<br />
berhubungan<br />
dengan<br />
kemusyrikan)<br />
d. Mengingat<br />
a. Point Kader<br />
Muda<br />
b. Senantiasa<br />
bertaqarrub dengan<br />
Allah<br />
c. Merasakan<br />
ma’iyyatullah<br />
d. Dzikrullah di<br />
setiap waktu dan<br />
keadaan<br />
e. Memahami<br />
urgensi amal jama’i<br />
f. Mengetahui<br />
pergerakan<br />
organisasiorganisasi<br />
yang memusuhi<br />
Islam<br />
g. Memahami dan<br />
meyakini qadha dan<br />
qadar<br />
a. Point Kader<br />
Madya<br />
|
2. Shahihul ‘ibadah<br />
(ibadah yang<br />
benar)<br />
adanya hari<br />
kiamat<br />
e. Mengenal<br />
Allah<br />
f. Mengenal<br />
Rasul<br />
g. Mengenal Al<br />
Qur’an<br />
h. Mengenal<br />
hakikat<br />
Manusia<br />
i. Memahami<br />
ma’na<br />
syahadatain<br />
j. Mengenal<br />
Dinul Islam<br />
k. Tidak ikut<br />
merayakan<br />
hari-hari besar<br />
agama lain dan<br />
acara-acara<br />
yang<br />
menjauhkan diri<br />
dari Allah SWT<br />
a.<br />
Melaksanakan<br />
shalat 5 waktu<br />
dan shaum<br />
Ramadhan<br />
b.<br />
Melaksanakan<br />
shalat<br />
berjama’ah min.<br />
2x / hari<br />
c.<br />
Melaksanakan<br />
tilawah 10 hal /<br />
hari<br />
d.<br />
Melaksanakan<br />
shalat sunnat<br />
rawatib 3x / hari<br />
e.<br />
Melaksanakan<br />
shalat QL min.<br />
1x / pekan<br />
f. Memiliki<br />
hapalan Qur’an<br />
min. surat Adh<br />
Dhuha- An Nas<br />
g.<br />
Melaksanakan<br />
shaum sunnat<br />
min. 3x / bulan<br />
h. Membaca Al<br />
Ma’tsuraat min.<br />
2x / pekan<br />
h. Senantiasa<br />
berhusnudzon<br />
(berprasangka<br />
baik)<br />
a. Point kader muda<br />
b. Membuat resume<br />
buku “tazkiyyatun<br />
nafs”<br />
c. Shalat<br />
berjama’ah (di<br />
masjid): 4 kali/hari<br />
untuk ikhwan<br />
d. Tilawah Al Qur’an<br />
20 hal (1 juz)/hari<br />
e. Shalat sunnah<br />
rawatib 4 kali/hari<br />
f. Qiyamullail: 3<br />
kali/pekan<br />
g. Al Ma’tsurat: 5<br />
kali/pekan<br />
h. Menjaga hafalan<br />
Al Qur’an: 20 hal (1<br />
juz)<br />
i. Mengikuti Tatsqif<br />
min. 1x / bulan<br />
j. Menjaga hafalan<br />
hadits Arba’in: 5<br />
buah<br />
a. Point Kader<br />
Madya<br />
b. Tilawah Al<br />
Qur’an dengan<br />
bacaan yang<br />
baik (tahsin): 1,5<br />
juz/hari<br />
c. Shalat sunnah<br />
rawatib 5 kali/hari<br />
d. Qiyamullail: 6<br />
kali/pekan<br />
e. Al Ma’tsurat: 7<br />
kali/pekan<br />
f. Menjaga<br />
hafalan Al Qur’an:<br />
40 hal (2<br />
juz)<br />
g. Tiap 1 pekan<br />
sekali melakukan<br />
tadabbur<br />
Al Qur’an<br />
h. Menjaga<br />
hafalan hadits<br />
Arba’in: 10<br />
buah<br />
i. Menjaga hafalan<br />
hadits Riyadhus<br />
Shalihin: 20 buah<br />
j. Mengikuti<br />
Tatsqif min. 2x /<br />
bulan<br />
k. Shalat<br />
berjama’ah (di<br />
|
3. Matinul khuluq<br />
(akhlak yang tegar)<br />
4. Qadirun ‘alal kasbi<br />
(kemampuan<br />
berpenghasilan)<br />
i. Melaksanakan<br />
shalat Dhuha<br />
min. 1x / pekan<br />
a. Tidak dusta<br />
b. Memenuhi<br />
janji<br />
c. Menjaga<br />
adab pergaulan<br />
Islami<br />
d. Menjalin<br />
hubungan yang<br />
baik dengan<br />
lingkungan<br />
e. Menyayangi<br />
yang muda dan<br />
menghormati<br />
yang tua<br />
f. Menjaga adab<br />
makan dan<br />
minum sesuai<br />
dengan sunnah<br />
g. Tidak<br />
berkhalwat<br />
dengan yang<br />
bukan mahram<br />
h. Tidak<br />
pacaran<br />
i. Mengenal<br />
karakter temanteman<br />
sekelompoknya<br />
(usroh<br />
Gamais)<br />
j. Tidak<br />
takabbur<br />
k. Tidak ghibah<br />
l. Berani<br />
mengemukakan<br />
pendapat<br />
m. Rapih dalam<br />
berpakaian<br />
n. Birul<br />
Walidain<br />
a. Memiliki<br />
rekening pada<br />
Bank syari’ah<br />
b. Menjauhi<br />
sumber<br />
penghasilan<br />
yang haram<br />
seperti judi,<br />
lotere, togel,<br />
dsb.<br />
c. Menabung<br />
meskipun<br />
sedikit setiap<br />
bulan<br />
a. Point Kader<br />
Muda<br />
b. Berani<br />
memimpin majelis<br />
c. Memiliki Ruhul<br />
Istijabah (semangat<br />
menyambut tugas<br />
da’wah) yang baik<br />
d. Ihsanul ‘amal<br />
(ihsan dalam<br />
beramal)<br />
e. Memilki contact<br />
person (jaringan) di<br />
lingkungan aktivitas<br />
da’wah dan kuliah<br />
f. Menjadi teladan<br />
bagi level di<br />
bawahnya<br />
g. Menjadi pionir<br />
kebaikan<br />
h. Mengobati virus<br />
hati<br />
i. Menjaga<br />
keamniyahan<br />
da’wah<br />
j. Menundukkan<br />
pandangan<br />
k. Memahami<br />
ma’na qiyadah wal<br />
jundiyah<br />
l. Mengetahui adabadab<br />
majelis<br />
m. Mengaplikasikan<br />
rukun-rukun<br />
ukhuwah<br />
a. Point Kader<br />
Muda<br />
b. Membaca buku<br />
kewirausahaan<br />
c. Membayar zakat<br />
d. Infaq setiap hari<br />
masjid): 5<br />
kali/hari untuk<br />
ikhwan<br />
a. Point Kader<br />
Madya<br />
b. Memiliki<br />
contact person<br />
(jaringan) di<br />
lingkungan<br />
aktivitas da’wah<br />
dan kuliah,<br />
serta memilki<br />
kepercayaan<br />
c. Tidak<br />
panik/tenang<br />
ketika<br />
menghadapi<br />
masalah yang<br />
besar<br />
a. Point Kader<br />
Madya<br />
b. Memiliki<br />
maisyah<br />
|
5. Mutsaqqaful fikri<br />
(pikiran yang<br />
intelek)<br />
d.<br />
Membiasakan<br />
berinfaq tiap<br />
pekan<br />
a. Mampu<br />
berkomunikasi<br />
dengan baik<br />
b. Memahami<br />
hukum-hukum<br />
Thaharah<br />
c. Memahami<br />
hukum-hukum<br />
Shalat<br />
d. Memahami<br />
hukum-hukum<br />
Shaum<br />
e. Memahami<br />
hukum-hukum<br />
Zakat<br />
f. Memahami<br />
urgensi da’wah<br />
g. Memahami<br />
syumuliyatul<br />
Islam<br />
h. Mengetahui<br />
kisah Rasul dan<br />
Sahabat secara<br />
umum<br />
i. Mengetahui<br />
perangkapperangkap<br />
musuh-musuh<br />
Islam<br />
j. Mengetahui<br />
ke-Gamais-an<br />
(visi misi,<br />
struktur, job<br />
desc<br />
tiap dept)<br />
k. Mengenal<br />
seluruh Kadept<br />
dan Korwat<br />
LDFK<br />
l. Mengenal 50<br />
orang kader<br />
muda<br />
m. Memahami<br />
bagaimana<br />
harus bersikap<br />
terhadap non<br />
Muslim<br />
n.<br />
Membiasakan<br />
diri berfikir<br />
positif<br />
o. Memahami<br />
urgensi<br />
a. Point Kader<br />
Muda<br />
b. Ma’rifatul<br />
Maydan Kampus<br />
c. Memiliki<br />
wawasan yang baik<br />
tentang ke-<br />
Islaman, ke-<br />
Indonesiaan dan<br />
kemahasiswaan<br />
d. Memahami<br />
fungsi Gamais<br />
e. Mengenal 50<br />
Kader Madya<br />
Gamais<br />
f. Mengetahui<br />
organisasorganisasi<br />
terselubung yang<br />
memusuhi Islam<br />
g. Memahami fiqh<br />
da’wah dan fiqh<br />
prioritas<br />
h. Berusaha<br />
membiasakan diri<br />
mencurahkan<br />
ide tiap pekan<br />
i. Berusaha<br />
membiasakan diri<br />
membaca<br />
buku di luar<br />
spesialisasinya<br />
j. Memilki<br />
perpustakaan<br />
pribadi sekecil<br />
apapun<br />
Point Kader<br />
Madya<br />
b. Memiliki visi<br />
dan strategi hidup<br />
beserta<br />
perencanaan 10<br />
tahun ke depan<br />
c. Mampu<br />
melakukan<br />
perencanaan<br />
strategis<br />
d. Cepat dan tepat<br />
dalam mengambil<br />
keputusan<br />
e. Memilki<br />
wawasan yang<br />
baik tentang<br />
berbagai gerakan<br />
ideologi dan<br />
sejarah<br />
gerakan Islam di<br />
dunia dan di<br />
Indonesia<br />
f. Memahami<br />
prinsip syuro<br />
dalam amal<br />
jama’i<br />
g. Menguasai<br />
teknik komunikasi<br />
efektif<br />
h.<br />
Terbiasa/berusaha<br />
membiasakan diri<br />
mencurahkan ide<br />
tiap hari<br />
i. Mampu<br />
mengaitkan isi<br />
antar bacaan<br />
j. Mampu berpikir<br />
secara logis dan<br />
terstruktur<br />
dengan baik<br />
k. Mengkuti<br />
perkembanagn<br />
politik<br />
kontemporer<br />
l. Memiliki<br />
kemampuan<br />
untuk<br />
menganalisis<br />
masalah dan<br />
menjadi<br />
problem solver<br />
|
6. Qawiyyul jism (fisik<br />
yang kuat)<br />
7. Mujahidun li<br />
Nafsihi<br />
bersungguhsungguh<br />
Terhadap dirinya)<br />
menuntut ilmu<br />
(kuliah)<br />
p. Memahami<br />
urgensi<br />
tarbiyyah<br />
q. Mengikuti<br />
perkembangan<br />
berita terkini<br />
a. Berolahraga:<br />
½ jam/pekan<br />
b. Tidak<br />
merokok<br />
c. Tidak<br />
mengkonsumsi<br />
minuman keras<br />
dan Narkoba<br />
d. Bangun<br />
paling lambat<br />
ketika adzan<br />
shubuh<br />
a.<br />
Mengkonsumsi<br />
makanan dan<br />
minuman yang<br />
halal dan<br />
thoyib<br />
b. Menjauhi<br />
media informasi<br />
porno<br />
c. Tidak malas<br />
kuliah<br />
d. Menjauhi<br />
tempat maksiat<br />
e. Menjauhi seni<br />
yang tidak<br />
Islami<br />
f. Berusaha<br />
untuk<br />
senantiasa<br />
memperbaiki<br />
diri<br />
a. Point Kader<br />
Muda<br />
b. Tidak begadang<br />
untuk hal yang siasia<br />
c. Olahraga: 1<br />
jam/pekan<br />
d. Bangun sebelum<br />
adzan shubuh<br />
e. Tidak tidur<br />
setelah shubuh dan<br />
setelah ashar<br />
a. Point Kader<br />
Muda<br />
b. Tidak berlebihan<br />
dalam hal yang<br />
mubah<br />
c. Berusaha menjadi<br />
pendengar yang<br />
baik<br />
d. Tidak putus asa<br />
dalam menghadapi<br />
suatu<br />
masalah<br />
e. Menjauhi hiburan<br />
yang bersifat<br />
jahiliyah<br />
dan membuat kita<br />
menjauh dari Allah<br />
f. Mengurangi<br />
bacaan yang tidak<br />
bermanfaat<br />
g. Berhijab dengan<br />
baik<br />
h. Memiliki jiwa<br />
rabbani<br />
i. Pantang<br />
mengeluh<br />
j. Siap menjadi<br />
naqieb (pementor)<br />
k. Memprioritaskan<br />
kegiatan<br />
pembinaan<br />
l. Berkomitmen<br />
terhadap ibadahibadah<br />
m. Memahami<br />
fiqh ikhtilaf<br />
n. Mengenal<br />
anggota-anggota<br />
deptnya<br />
(termasuk kader<br />
muda dan kader<br />
madya)<br />
o. Mengenal<br />
selurh kader<br />
purna<br />
a. Point Kader<br />
Madya<br />
b. Memeriksakan<br />
kesehatan secara<br />
rutin<br />
a. Point Kader<br />
Madya<br />
b. Memerangi<br />
dorongan hawa<br />
nafsu<br />
c. Selalu<br />
menyertakan niat<br />
jihad<br />
d. Menyesuaikan<br />
kata dan<br />
perbuatan<br />
e. Sabar<br />
f. Memenuhi janji<br />
g. Komitmen<br />
terhadap<br />
kesepakatan<br />
bersama<br />
h. Memilki citacita/keinginan<br />
untuk syahid<br />
i. Berani<br />
menegakkan<br />
amar ma’ruf dan<br />
nahi munkar<br />
|
8. Munazhzham fi<br />
syu’unihi (teratur<br />
dalam<br />
urusanurusannya)<br />
9. Haritsun ‘ala<br />
waqtihi (efisien<br />
menjaga waktu)<br />
10. Nafi’un li ghairihi<br />
(bermanfaat bagi<br />
orang lain) Nafi’un li<br />
ghairihi<br />
(bermanfaat bagi<br />
orang lain)<br />
a. Mengikuti<br />
min. 1<br />
kepanitiaan di<br />
Gamais<br />
b. Berusaha<br />
tepat waktu<br />
dalam segala<br />
hal<br />
c.<br />
Merencanakan<br />
aktivitas harian<br />
d. Memenuhi<br />
batas kehadiran<br />
minimal, di<br />
setiap kuliah<br />
a. Bangun tidur<br />
max saat adzan<br />
shubuh<br />
b. Menyediakan<br />
waktu untuk<br />
menambah<br />
keilmuan /<br />
wawasan<br />
minimal 15<br />
menit/hari<br />
c. Belajar materi<br />
perkuliahan: 1<br />
jam/hari<br />
a. Menjaga<br />
hubungan dan<br />
komunikasi<br />
yang baik<br />
dengan<br />
orang tua<br />
b. Menunaikan<br />
beberapa dari<br />
hak muslim atas<br />
saudaranya:<br />
salam,<br />
harian<br />
m. Bersemangat<br />
dalam berfastabiqul<br />
khairat<br />
a. Point Kader<br />
Muda<br />
b. Memilki catatan<br />
aktivitas<br />
c. Membaca buku<br />
mengenai<br />
manajemen,<br />
harokiyah, dan<br />
tanzhim<br />
d. Mengikuti<br />
tambahan<br />
kepanitiaan (di<br />
dalam / di luar<br />
Gamais)<br />
a. Bangun sebelum<br />
adzan Shubuh<br />
b. Memilki agenda<br />
perencanaan per<br />
hari<br />
c. Membiasakan<br />
mencari informasi<br />
terkini<br />
tiap hari<br />
d. Mengisi waktu<br />
dengan hal yang<br />
bermanfaat dalam<br />
berbagai hal<br />
e. Membiasakan<br />
tidak tidur setelah<br />
shubuh<br />
dan setelah ashar<br />
f. Mengalokasikan<br />
waktu untuk<br />
membaca<br />
buku keIslaman<br />
min. 30 menit / hari<br />
a. Point Kader<br />
Muda<br />
b. Pernah mengisi<br />
ta’lim / taujih min.<br />
1x<br />
c. Wajib memiliki<br />
min. 1 kelompok<br />
mentoring<br />
d. Mengunjungi<br />
tempat tinggal<br />
pengurus<br />
a. Point Kader<br />
Madya<br />
b. Menjadikan<br />
shalat sebagai<br />
penata waktu<br />
c. Disiplin dalam<br />
segala hal<br />
d. Mampu<br />
menerapkan<br />
manajemen rapat<br />
dengan baik<br />
e. Menyediakan<br />
waktu khusus<br />
minimal 30<br />
menit per hari<br />
untuk<br />
memutaba’ah<br />
Gamais<br />
a. Point Kader<br />
Madya (kecuali<br />
point f)<br />
b. Membaca buku<br />
Islami minimal 1<br />
jam per<br />
hari<br />
c. Memilki<br />
perencanaan diri<br />
jangka<br />
panjang dan<br />
menengah<br />
d.<br />
Hiburan/relaksasi<br />
dengan murattal<br />
e. Mempersingkat<br />
semua urusan<br />
(tidak<br />
bertele-tele)<br />
f. Tidak<br />
berlebihan dalam<br />
tidur (5 - 6 jam)<br />
a. Point Kader<br />
Madya (kecuali<br />
point d,e,f)<br />
b. Memilki jiwa<br />
pelayanan<br />
c. Membiasakan<br />
memberikan<br />
penghargaan<br />
kepada staf<br />
minimal setiap<br />
selesai acara<br />
|
Level Kader Muda<br />
mendoakan<br />
saat bersin,<br />
memenuhi<br />
undangan,<br />
ta'ziyah,<br />
menjenguk<br />
yang sakit dll.<br />
c. Menjaga<br />
hubungan baik<br />
dengan teman<br />
d. Mengunjungi<br />
tempat tinggal<br />
penguus<br />
Gamais min. 3<br />
orang<br />
Gamais min. 10<br />
orang (di luar kader<br />
muda)<br />
d. Mampu mengup<br />
grade anggota<br />
deptnya<br />
e. Dapat<br />
memberikan<br />
taujih dan<br />
muhassabah<br />
f. Menjadikan fiqh<br />
da’wah sebagai<br />
landasan<br />
amal/operasional<br />
g. Pernah mengisi<br />
ta’lim / taujih min.<br />
1x /<br />
bulan<br />
h. Wajib memiliki<br />
min. 1 kelompok<br />
halaqoh<br />
i. Mengunjungi<br />
tempat tinggal<br />
pengurus<br />
Gamais min. 10<br />
orang (di luar<br />
kader<br />
muda dan madya)<br />
No. Materi Muwashshafat<br />
(Output)<br />
Arahan Umum Referensi Metode<br />
1 Ma’rifatullah 1d 1. Memahami bahwa 1. Allah, Sa’id Ta’lim,<br />
jalan mengenal Allah Hawwa<br />
baca/bedah<br />
adalah melalui ayat- 2. Adanya Allah, buku<br />
ayat- <br />
Yusuf Qardhawi<br />
Nya<br />
3. Kitab tauhid,<br />
2. Mengerti sifat- Syaikh<br />
sifat pribadi manusia Muhammad<br />
yang menjadi<br />
penghambat<br />
dari mengenal Allah<br />
3. Mengerti dalil-dalil<br />
yang diaplikasikan<br />
untuk<br />
mengenal/menyedari<br />
eksistensi Allah<br />
4. Termotivasi untuk<br />
men-tauhid-kan<br />
Allah karena<br />
menyadari<br />
kebesaran Allah<br />
At Tamimi<br />
2. Tauhid dan 1a,c,e 1. Memahami konsep 1. Pengantar Ta’lim,<br />
fenomena<br />
tauhid rububiyyah, Studi Aqidah baca/bedah<br />
|
kemusyrikan asma’ wa shifat,<br />
mulkiyah,<br />
dan uluhiyah serta<br />
aplikasinya dalam<br />
kehidupan seharihari<br />
sesuai<br />
dengan manhaj<br />
salafush shalih<br />
2. Termotivasi untuk<br />
melaksanakan sikap<br />
yang menjadi<br />
tuntutan<br />
utama empat tauhid<br />
tersebut<br />
3. Mengetahui ragam<br />
fenomena<br />
kemusyrikan yang<br />
terjadi di tengah<br />
masyarakat dan<br />
termotivasi untuk<br />
merubahnya<br />
3. Ikhlas 1b 1. Memahami<br />
hakikat ikhlas,<br />
kriteria keikhlasan,<br />
urgensi ikhlas dalam<br />
setiap amal<br />
4. Ma’rifatur<br />
rasul<br />
1d 1. Memahami bahwa<br />
fitrah manusia<br />
memerluakn<br />
keyakinan tentang<br />
eksistensi Sang<br />
Pencipta, beribadah<br />
kepadanya, dan<br />
memiliki<br />
kehidupan yang<br />
benar<br />
2. Memahami bahwa<br />
petunjuk Rasul satusatunya<br />
jalan untuk<br />
itu<br />
3. Memahami definisi<br />
rasul dan dapat<br />
menjelaskan<br />
fungsinya secara<br />
umum<br />
4. Termotivasi untuk<br />
membaca dan<br />
mengkaji sunnah<br />
serta<br />
mempelajari<br />
perjalanan hidup dan<br />
da’wah Rasulullah<br />
saw.<br />
Islam,<br />
Dr. Ibrahim<br />
Muhammad bin<br />
Abdullah Al<br />
Buraikan<br />
2. Iman, Rukun,<br />
hakikat, dan<br />
yang<br />
Mmbatalkannya,<br />
D. Muhammad<br />
Nu’aim Yasin<br />
3. Syahadatain<br />
dan Fenomena<br />
Kekufuran, Sa’id<br />
Hawwa<br />
4. Tauhidullah<br />
dan Fenomena<br />
Kemusyrikan,<br />
Dr. Yusuf<br />
Qardhawi<br />
5. Aqidah,<br />
Landasan<br />
Membangun<br />
Ummat, Dr.<br />
Abdullah Azzam<br />
Niyat dan Ikhlas,<br />
Dr. Yusuf<br />
Qardhawi<br />
1. Ar Rasul, Sa’id<br />
Hawwa<br />
2. Sirah<br />
Nabawiyah,<br />
Shafiyurrahman<br />
Al Mubarakfuri<br />
3. Sirah<br />
Nabawiyah, Dr.<br />
Muhammad<br />
Sa’id Ramadhan<br />
Al<br />
Buthi<br />
4. Manhaj<br />
Haraki, Munir<br />
Muhammad Al<br />
Ghadban<br />
5. Syarak<br />
Tsalatsatul<br />
Ushul<br />
Ma’rifatur Rasul,<br />
Muhammad<br />
bin Shalih Al<br />
Utsaimin<br />
buku<br />
Taujih<br />
|
5. Al Islam 1d, 5e<br />
5. Termotivasi untuk<br />
menepaki jalan yang<br />
telah dirintis oleh<br />
para<br />
Rasul, yaitu jalan<br />
da’wah<br />
6. Menjadikan<br />
rasulullah sebagai<br />
qudwah dan uswah<br />
hasanah dalan<br />
hidup dan kehidupan<br />
1. Memahami bahwa<br />
islam adalah tunduk<br />
kepada wahyu Allah<br />
yang<br />
diturunkan kepada<br />
para Nabi sebagai<br />
aturan (hukum) yang<br />
merupakan jalan<br />
lurus menuju<br />
keselamatan dunia<br />
dan akhirat<br />
2. Meyakini bahwa<br />
Islam adalah<br />
pedoman hidup dari<br />
Allah Yang<br />
Mahatinggi dan tidak<br />
ada kerendahan di<br />
dalamnya<br />
3. Memahami<br />
karakterstik Dinul<br />
Islam yang menjadi<br />
ciri khas<br />
penampilannya<br />
sepanjang sejarah<br />
6. Universalitas<br />
dan hakikat<br />
ibadah<br />
2i 1. Memahami<br />
definisi, hakikat<br />
ibadah, badah yang<br />
diterima<br />
7. Fiqh sunnah 2a,b,d,e,h,k, 5c 1. Memahami<br />
kaifiyat ibadah wajib:<br />
thaharah, shalat,<br />
shaum, dll.<br />
2. ihsanul ‘amal<br />
8. Bahaya nifaq 3a,b Memahami karakter<br />
munafiq dan<br />
menghindari dari<br />
sikap nifaq<br />
9. Adab<br />
keseharian<br />
3c,d,e,f,g,h,<br />
10a,b<br />
1. Memahami adabadab<br />
keseharian<br />
dalam Islam:<br />
pergaulan, makan,<br />
minum, dll.<br />
10. Ghazwul fikri 5g,i, 7a,b,d,e 1. Memahami<br />
pengertian ghazwul<br />
fikri dan bahaya yang<br />
mengancam<br />
1. Pengantar<br />
Kajian islam,<br />
Yusuf<br />
Qardhawi<br />
2. Karakteristik<br />
Konsepsi Islam,<br />
Sayyid Quthb<br />
3. Al Islam, Sa’id<br />
Hawwa<br />
4. Prinsip-Prinsip<br />
Islam, Abul A’la<br />
Al<br />
Maududi<br />
5. Prinsip-Prinsip<br />
Islam untuk<br />
Kehidupan,<br />
Abdullah Al<br />
Muslih,<br />
Salah Asy Syawi<br />
1. Fiqh Sunnah,<br />
Sayyid Sabiq<br />
2. Riyadush<br />
Shalihin, Imam<br />
Nawawi<br />
1. Fiqh Sunnah,<br />
Sayyid Sabiq<br />
2. Riyadush<br />
Shalihin, Imam<br />
Nawawi<br />
1. Pengantar<br />
Memahami<br />
Ghazwul<br />
Fikri, Abu Ridha<br />
Bedah<br />
buku<br />
Taujih<br />
Beletin,<br />
baca buku<br />
Taujih<br />
Buletin<br />
Bedah/baca<br />
buku<br />
|
11. Hak sesama<br />
muslim<br />
kaum muslimin<br />
2. Memahami<br />
tahapan dan sarana<br />
ghazwul fikri<br />
sepanjang sejarah<br />
ummat Islam<br />
3. Menyadari dan<br />
mewaspadai bahaya<br />
ghazwul fikri<br />
terhadap diri,<br />
keluarga, dan<br />
masyarakat<br />
4. Termotivasi untuk<br />
meninggalkan segala<br />
bentuk kehidupan<br />
jahiliyah<br />
10d 1. Memahami dan<br />
mampu menerapkan<br />
hak-hak sesama<br />
muslim<br />
12. Ta’rif da’wah 1. Memahami<br />
keutaman seorang<br />
da’i<br />
2. Mengetahui<br />
wajibnya berda’wah<br />
13. Peran<br />
pemuda<br />
dalam<br />
kebangkitan<br />
Islam<br />
14. Urgensi<br />
tarbiyyah<br />
5d,k,n 1. Mengetahui<br />
karakter seirang<br />
pemuda<br />
2. Memahami peran<br />
pemuda dalam<br />
kebangkitan ummat<br />
Islam<br />
3. Mengetahui<br />
bahwa pengibar<br />
peradaban dan<br />
ideologi adalah para<br />
pemuda<br />
4. Termotivasi untuk<br />
tidak menyianyiakan<br />
masa muda<br />
5m 1. Memahami<br />
keterpurukan kondisi<br />
ummat saat ini<br />
2. Memahami<br />
urgensi tarbiyah<br />
Islamiyah untuk<br />
membentuk generasi<br />
Islami, masyarakat<br />
muslim ideal, dan<br />
peradaban<br />
kemanusiaan<br />
yang tinggi<br />
3. Memahami<br />
karakteristik, tujuan,<br />
dan bidan-bidang<br />
2. Ghazwul Fikri,<br />
Marzuq<br />
3. Jahiliyyah<br />
Abad 21,<br />
Muhammad<br />
Quthb<br />
4. Invasi<br />
Pemkiran<br />
1. Jalan Da’wah,<br />
Musthafa<br />
Masyhur<br />
2. Untungnya<br />
Menjadi Seorang<br />
Da’i, Abdullah<br />
Nashih Ulwan<br />
1. Urgensi<br />
Tarbiyah dalam<br />
Islam,<br />
Abu Ridha<br />
2. Tarbiyah<br />
Menjawab<br />
Tantangan<br />
Taujih,<br />
penugasan<br />
Bedah/baca<br />
buku<br />
Taujih,<br />
diskusi<br />
|
15. Tahsin 2c,f,g<br />
tarbiyah<br />
Islamiyah<br />
1. Mengetahui<br />
hukum-hukum<br />
dalam mebaca Al<br />
Qur’an<br />
2. Dapat membaca<br />
Al Qur’an dengan<br />
tartil<br />
3. Termotivasi untuk<br />
berinteraksi dengan<br />
Al Qur’an setap saat<br />
Skill<br />
Managerial,dll<br />
16 AMT dan<br />
konsep diri<br />
17. Manajemen<br />
aktivitas<br />
5j,o, 7e, 8a 1. Mengenal diri,<br />
termotivasi untuk<br />
memperbaiki diri<br />
7, 8 1. Mengetahui<br />
prioritas aktivitas<br />
dan dapat mengatur<br />
semua<br />
aktivitas dengan<br />
seimbang<br />
18 Belajar efektif 5a,k,o, 8a,b,d, 9c 1. Memahami<br />
urgensi belajar<br />
dengan cara yang<br />
efektif dan efesien<br />
2. Mampu belajar<br />
dengan pengaturan<br />
waktu yang efektif<br />
antara<br />
berbagai aktivitas<br />
19 Proposal,<br />
surat,<br />
perizinan,<br />
dan<br />
publikasi<br />
20. Manajemen<br />
anggaran<br />
pribadi<br />
21. Komunikasi<br />
efektif<br />
22. Da’wah<br />
akademis<br />
Skill 1. Terampil dalam<br />
membuat proposal<br />
kegatan, suratmenyurat,<br />
perizinan, dan<br />
publikasi efektif<br />
4a,b,c,d, 10c 1. Mampu mengelola<br />
dan memanfaatkan<br />
sumber keuangan<br />
5a,b 1. Mampu<br />
menyampaikan<br />
gagasan secara lisan<br />
dan tulisan yang<br />
efektif<br />
2. Mengetahui etika<br />
berkomunikasi<br />
1. Memahami<br />
integralitas aktivitas<br />
da’wah di mana pun<br />
dan kapan<br />
pun<br />
2. Mampu<br />
menginternalisasikan<br />
aktivitas akademik<br />
sebagai bagian<br />
1. Kajian Ilmu<br />
Tajwid, Abdul<br />
Aziz<br />
Abdur Ra’uf<br />
1. First Think<br />
First, Stephen<br />
Covey<br />
2. Seven Habits,<br />
Stephen Covey<br />
1. Quantum<br />
Learnin<br />
2. Accelerated<br />
Learning<br />
Pelatihan<br />
Pelatihan<br />
Pelatihan<br />
Pelatihan<br />
Pelatihan<br />
|
dari da’wah<br />
23. Ke LDFK an 5h,l 1. Mengetahui visi<br />
dan misi LDFK<br />
2. Mengetahui<br />
arahan dan garis<br />
perjuangan<br />
organisasi<br />
Level Kader Madya<br />
No. Materi Muwashshafat<br />
(Output)<br />
1 Syahadatain – 1b,c 1. Memahami bahwa<br />
al wala’ wal<br />
syahadatain adalah<br />
bara’<br />
dasar seluruh ajaran<br />
Islam<br />
2. Menyadari bahwa<br />
laa ilaaha illallaah<br />
mengandung<br />
konsekuensi<br />
menolak segala<br />
sembahan selain Allah<br />
3. Menyadari bahwa<br />
memberikan loyalitas<br />
kepada Allah dan<br />
Rasul<br />
dengan beribadah<br />
yang ikhlas kepada<br />
Allah serta ittiba’<br />
sunnah<br />
adalah wajib<br />
2. Komitmen<br />
terhadap Islam<br />
3. Tazkiyyatun<br />
nafs<br />
Arahan Umum Referensi Metode<br />
1, 7d, 9a,d,e 1. Memahami<br />
beberapa hal yang<br />
harus di-Islam-kan<br />
sebagai bukti<br />
komitmen<br />
2. Memahami al wala’<br />
wal bara’<br />
5g 1. Memahami<br />
pengertian da’wah<br />
sesuai dengan yang<br />
difahami oleh<br />
salafus shalih<br />
2. Memahami<br />
karakteristik da’wah<br />
Islamiyah<br />
3. Memahami<br />
marhaliyah (tahapan)<br />
da’wah dan ahdaf<br />
(tujuan<br />
1. Al Wala’<br />
wal Bara’,<br />
Loyalitas<br />
Muslim<br />
terhadap<br />
Islam,<br />
Muhammad<br />
bin Sa’id bin<br />
Salim<br />
Al Qahthani<br />
2. Pengantar<br />
Studi Aqidah<br />
Islam,<br />
Dr. Ibrahim<br />
Muhammad<br />
bin<br />
Abdullah Al<br />
Buraikan<br />
3.<br />
Syahadatain<br />
dan<br />
Fenomena<br />
Kemusyrikan,<br />
Sa’id Hawwa<br />
1. Komitmen<br />
terhadap<br />
harakah<br />
Islamiyah,<br />
Fathi Yakan<br />
1. Jalan<br />
Da’wah,<br />
Musthafa<br />
Msyhur<br />
2. Fiqh<br />
Da’wah,<br />
Jum’ah Abdul<br />
‘Aziz<br />
3. Dasardasar<br />
Da’wah,<br />
Abdul<br />
Ta’lim,<br />
bedah<br />
buku,<br />
diskusi<br />
Ta’lim<br />
Bedah<br />
buku,<br />
kajian<br />
tematis<br />
|
antara) yang dicapai di<br />
setiap marhalah<br />
4. Memahami<br />
pentingnya melakukan<br />
perencanaan da’wah<br />
5. Mengetahui<br />
karakteristik seorang<br />
da’i dan termotovasi<br />
untuk<br />
mengimplementasikan<br />
dalam dirinya<br />
4. Fiqh da’wah I 5g 1. Memahami<br />
pengertian da’wah<br />
sesuai dengan yang<br />
difahami oleh<br />
salafus shalih<br />
2. Memahami<br />
karakteristik da’wah<br />
Islamiyah<br />
3. Memahami<br />
marhaliyah (tahapan)<br />
da’wah dan ahdaf<br />
(tujuan<br />
antara) yang dicapai di<br />
setiap marhalah<br />
4. Memahami<br />
pentingnya melakukan<br />
perencanaan da’wah<br />
5. Mengetahui<br />
karakteristik seorang<br />
da’i dan termotovasi<br />
untuk<br />
mengimplementasikan<br />
dalam dirinya<br />
5. Amal jama’i 5d 1. Menyadari fitrah<br />
manusia untuk ber-<br />
‘amal jama’i<br />
2. Memahami urgensi<br />
‘amal jama’i dalam<br />
merealisasikan sasaran<br />
Islam<br />
3. Memahami syarat,<br />
unsur, dan sarana<br />
‘amal jama’i<br />
4. Termotivasi untuk<br />
terlibat dalam salahsatu<br />
‘amal jama’i<br />
da’wah<br />
6. Gerakan<br />
pemikiran dunia<br />
I<br />
7. Da’wah<br />
fardiyah<br />
5h 1. Perbandingan<br />
ideologi Islam versus<br />
non-Islam<br />
3b,j,k, 10b,d 1. Mengetahui<br />
pengertian da’wah<br />
fardiyah dan<br />
kaistimewaannya<br />
Karim Zaidan<br />
4. Sosok Da’i<br />
Militan,<br />
Abdullah<br />
Nshih ‘Ulwan<br />
5. Da’i Militan<br />
Menghadang<br />
Tantangan,<br />
Fathi Yakan<br />
6. Fiqh<br />
Da’wah,<br />
Sayyd Quthb<br />
1. Jalan<br />
Da’wah,<br />
Musthafa<br />
Msyhur<br />
2. Fiqh<br />
Da’wah,<br />
Jum’ah Abdul<br />
‘Aziz<br />
3. Dasardasar<br />
Da’wah,<br />
Abdul<br />
Karim Zaidan<br />
4. Sosok Da’i<br />
Militan,<br />
Abdullah<br />
Nshih ‘Ulwan<br />
5. Da’i Militan<br />
Menghadang<br />
Tantangan,<br />
Fathi Yakan<br />
6. Fiqh<br />
Da’wah,<br />
Sayyd Quthb<br />
1. Amal<br />
Jama’i,<br />
Musthafa<br />
Masyhur<br />
1. Da’wah<br />
Fardiyah, Ali<br />
Abdul<br />
Halim<br />
Bedah<br />
buku,<br />
kajian<br />
tematis<br />
Bedah<br />
buku<br />
Pelatihan,<br />
penugasan<br />
|
8. Qudwah<br />
hasanah<br />
3c,d,f,g,h,i,l,<br />
5e,h, 10b<br />
2. Memahami sasaran<br />
dan sarana da’wah<br />
fardiyah<br />
3. Memahami syarat<br />
dan adab da’wah<br />
fardiyah<br />
4. Memahami tahapan<br />
da’wah fardiyah<br />
9. Fiqh prioritas 3e, 5g, 7e,f,g 1. Memahami urgensi<br />
memahami fiqh<br />
prioritas<br />
2. Memahami<br />
prioritas-prioritas<br />
dalam setiap segi<br />
kehidupan<br />
10. Kemahasiswaan 5b,c 1. Mengetahui kondisi<br />
kontemporer dunia<br />
kemahasiswaan<br />
2. Mampu memetakan<br />
kecenderungan<br />
elemen-elemen<br />
kemahasiswaan<br />
3. Mampu<br />
menawarkan solusi<br />
praktis terhadap<br />
problematika<br />
kemahasiswaan<br />
11. Tahfizh 2h 1. Memiliki hafalan Al<br />
Qur’an yang memadai<br />
2. Konsisten menjaga<br />
hafalan yang telah<br />
dimiliki<br />
Skill,<br />
Manajerial, dll<br />
12. Permberdayaan<br />
tim<br />
13. Komunikasi<br />
empatik<br />
14. Manajemen<br />
proyek<br />
3k, 10c,d,e 1. Memahami<br />
bagaimana bekerja<br />
dalam tim<br />
2. Memahami seni<br />
memaksimalkan<br />
potensi tim<br />
5f, 7c 1. Memahami prisipprinsip<br />
komunikasi<br />
empatik<br />
2. Dapat melakukan<br />
komunikasi empatik<br />
8b, 9b 1. Mengetahui hal-hal<br />
yang diperlukan untuk<br />
suksesnya proyek kerja<br />
2. Dapat mengelola<br />
potensi<br />
Mahmud<br />
2. Da’wah<br />
Fardiyah,<br />
Musthafa<br />
Masyhur<br />
1. Qudwah di<br />
Jalan<br />
Da’wah,<br />
Musthafa<br />
Masyhur<br />
1. Fiqh<br />
Prioritas,<br />
Yusuf<br />
Qardhawi<br />
2. Prioritas<br />
Gerakan<br />
Islam, Yusuf<br />
Qardhawi<br />
1. Menjadi<br />
Hafizh<br />
Qur’an<br />
Da’iyah,<br />
Abdul Aziz<br />
Abdur Ra’uf<br />
Bedah<br />
buku<br />
Ta’lim<br />
Diskusi,<br />
penugasan<br />
Pelathan,<br />
penugasan<br />
Pelathan,<br />
penugasan<br />
Pelathan,<br />
penugasan<br />
|
15. Manajemen<br />
forum<br />
3. Dapat mengatasi<br />
berbagai persoalan<br />
dalam proyek<br />
8c,e 1. Mengetahui cara<br />
memimpin forum yang<br />
efektif<br />
2. Dapat mengatasi<br />
kesulitan dalam forum<br />
16 Lobbying 3k 1. Mengetahui prinsip<br />
lobbying<br />
2. Memahami manfaat<br />
lobbying<br />
3. Dapat melakukan<br />
lobbying dengan<br />
efektif<br />
Level Kader Paripurna<br />
No. Materi Muwashshafat<br />
(Output)<br />
1 Terapi mental 3, 8, 9 1. Mengetahui penyakit-<br />
aktivis da’wah<br />
penyakit yang dapat<br />
merusak amal<br />
2. Dapat<br />
mengidentifikasi<br />
penyebab timbulnya<br />
penyakit tersbut<br />
3. Mengetahui terapi<br />
bagi penyakit tersebut<br />
4. Termotivasi untuk<br />
senantiasa ikhlas, teguh<br />
dalam da’wah, dan<br />
ihsandalam beramal<br />
2. Urgensi<br />
1d 1. Mengetahui urgensi<br />
pergerakan Islam<br />
gerakan Islam untuk<br />
mempertahankan<br />
eksistensi ummat dan<br />
mengembalikan<br />
kejayaan Islam<br />
2. Mengetahui ciri<br />
harakah Islamiyah dulu<br />
dan masa depan<br />
3. Qadha dan qadr 1e 1. Memahami konsep<br />
qadha dan qadar sesuai<br />
dengan pemahaman<br />
salafush shalih<br />
4. Ma’iyyatullah 1a,b,c, 2a, 10d 1. Menyadari adanya<br />
pengawasan dan<br />
Pelathan,<br />
penugasan<br />
Pelathan,<br />
penugasan<br />
Arahan Umum Referensi Metode<br />
1. Terapi<br />
Mental<br />
Aktivis<br />
Harakah,<br />
Sayyid<br />
Muhammad<br />
Nuh<br />
2.<br />
Tazkiyatun<br />
Nafs, Sa’id<br />
Hawwa<br />
1. Urgensi<br />
Harakah<br />
Islamiyah,<br />
Yusuf<br />
Qardhawi<br />
1. Jawaban<br />
Tuntas<br />
Masalah<br />
Takdir,<br />
Abdullah<br />
Nashih<br />
‘Ulwan<br />
2. Takdir,<br />
Ibnul<br />
Qwayyim Al<br />
Jauziyah<br />
1. Tarbiyah<br />
Ruhiyah,<br />
Taujih<br />
Ta’lim,<br />
bedah<br />
buku<br />
Ta’lim<br />
Taujih<br />
|
5. Analisis perang<br />
Badar dan Uhud<br />
6. Sistem kaderisasi<br />
Rasulullah<br />
kesertaan Allah dalam<br />
setiap<br />
aktivitas kehidupan<br />
2. Termotivasi untuk<br />
berniat dan beramal<br />
secara ihsan berdasarkan<br />
keyakinan adanya<br />
kesertaan dan<br />
pengawasan Allah.<br />
7 1. Menumbuh suburkan<br />
semangat berjihad<br />
2. Mengetahui hal-hal<br />
penting seputar<br />
peperangan besar<br />
Rasulullah<br />
dan dapat mengambil<br />
ibrahnya.<br />
10 1. Mengetahui strategi<br />
Rasulullah dalam<br />
membentuk kader inti<br />
da’wah<br />
2. Memahami fase-fase<br />
da’wah Rasulullah dan<br />
karakteristiknya.<br />
7. Fiqh ikhtilaf 5m 1. Memahami prinsip2<br />
dalam berdiskusi dan<br />
berbeda pendapat<br />
dalam Islam<br />
2. Memahami wajibnya<br />
persatuan dan tercelanya<br />
perpecahan<br />
3. Memahami bahwa<br />
perbedaan pendapat<br />
dalam hal furu adalah<br />
kemestian dan harus<br />
disikapi dengan<br />
bijaksana<br />
8. Syuro’ dan<br />
pengambilan<br />
keputusan<br />
5f, 7g 1. Memahami landasan<br />
syar’i syuro’<br />
2. Memahami unsurunsur,<br />
adab dalam syuro’<br />
3. Memahami syaratsyarat<br />
keputusan yang<br />
dibuat dalam syuro’<br />
dan konsekuensinya<br />
4. Termotivasi untuk<br />
Abdullah<br />
Nashih<br />
‘ulwan<br />
1. analisis<br />
perang<br />
badar dan<br />
uhud<br />
2. Ar-Rasul,<br />
Sa’id Hawa<br />
3. Sirah<br />
Nabawiyah,<br />
Shafiyyur<br />
Rahman Al-<br />
Mubarakfury<br />
4. Sirah<br />
Nabawiyah,<br />
Dr.<br />
Muhammad<br />
Sa’id<br />
Ramadhan<br />
Al-<br />
Buty<br />
1. Manhaj<br />
Haraki<br />
dalam Sirah<br />
Nabawiyah,<br />
Munir<br />
Ghodban<br />
1. Etika<br />
Berdiskusi,<br />
WAMY<br />
2. Fiqhul<br />
Ikhtilat,<br />
Yusuf<br />
Qardhawy<br />
Bedah<br />
buku,<br />
diskusi<br />
Ta’lim<br />
Tugas<br />
baca<br />
Ta’lim<br />
|
9. Fiqh da’wah II 10e<br />
menjadikan syuro’<br />
sebagai kunci dalam<br />
pengambilan keputusan<br />
9. Fiqh da’wah II 10e 1.<br />
Memahami kaidah<br />
da’wah<br />
1. Memahami kaidah<br />
da’wah yang diambil dari<br />
ushul fiqh<br />
2. Mampu<br />
mengimplementasikan<br />
prinsip dan kaidah<br />
tersebut<br />
dalam ruang lingkup<br />
da’wah kampus<br />
10. Keutamaan<br />
beramal<br />
11. Gerakan<br />
pemikiran dunia<br />
II<br />
Skill,<br />
Manajerial, dll<br />
12. Manajemen<br />
konflik<br />
14. Entrepreneurship<br />
dalam Islam<br />
15. Perencanaan<br />
strategis<br />
2 1. Memahami<br />
keutamaan2 ibadah<br />
kepada Allah<br />
2. Termotivasi untuk<br />
melaksanakan ibadah2<br />
utama sehari2<br />
3. Berusaha untuk<br />
meningkatkan kualitas<br />
ibadah<br />
5e 1. Memahami perang<br />
pemikiran yang sedang<br />
terjadi<br />
2. Dapat menyikapi<br />
perang pemikiran<br />
dengan baik<br />
3. Dapat terlibat<br />
memberikan sumbangan<br />
pemikiran<br />
3m, 5l Memahami penyebab<br />
timbulnya konflik dan<br />
dapat<br />
mencegah/mengatasinya<br />
4 Memahami definisi<br />
enterpreunership,<br />
enterpreunership<br />
menurut<br />
Islam<br />
5b,d,e 1. Dapat melakukan<br />
analisis masalah<br />
organisasi<br />
2. Mampu membuat<br />
rencana strategis untuk<br />
mengatasi masalah<br />
16 Teknik berpikir 5h,i,j 1. Dapat melakukan<br />
analasisi masalah<br />
dengan berpikir secara<br />
sistematis<br />
2. mempelajari teknikteknik<br />
pemecahan<br />
masalah<br />
Fiqh Da’wah<br />
Pasal 4,<br />
Jum’ah<br />
Amin<br />
Abdul Aziz<br />
Riyadush<br />
sholihin,<br />
Imana An-<br />
Nawamy<br />
Tugas<br />
baca<br />
Tugas<br />
baca<br />
Tugas<br />
Baca<br />
Pelatihan<br />
Kuliah<br />
umum<br />
Pelatihan<br />
Pelatihan<br />
|
Kurikulum Kaderisasi Tambahan (Optional)<br />
No. Materi Muwashshafat<br />
(Output)<br />
Arahan Umum Referensi Metode<br />
1 Ma’rifatul 3 1. Memahami<br />
insan<br />
hakikat<br />
manusia, asal<br />
kejadiannya dan<br />
kedudukan<br />
dirinya sebagai<br />
manusia<br />
2. Menyadari<br />
sifat2 umum<br />
dirinya sebagai<br />
manusia dan<br />
memahaminya<br />
sebagai buah<br />
potensi baik<br />
maupun buruk<br />
(fujur<br />
dan taqwa)<br />
3. Memahami<br />
fungsi dasar<br />
penciptaannya,<br />
sebagai hamba<br />
Allah dan<br />
kholifah fil ardh,<br />
untuk kemudian<br />
menjalankannya<br />
sebagai satu<br />
kesatuan<br />
2. Fiqh tafakkur 1. Menyadari 1. Fiqh<br />
bahwa Islam itu Tafakkur,<br />
membebaskan Malik Badri<br />
akal pikiran, 2. Deep<br />
menganjurkan Thinking,<br />
untuk<br />
Harun Yahya<br />
mengadakan 3. Mencari ilmu<br />
penelitian<br />
dengan<br />
tehadap alam, metode<br />
mengangkat<br />
derajat ilmu dan<br />
para ulama, dan<br />
menyambut<br />
kehadiran<br />
sesuatu yang<br />
baik dan<br />
bermanfaat. “<br />
hikmah adalah<br />
barang hilang<br />
milik orang<br />
beriman,<br />
salafush Shalih<br />
|
3. Fiqh<br />
muwazzanat<br />
4. Karakteristik<br />
generasi<br />
terbaik<br />
5. Syakhshiyyah<br />
islamiyyah<br />
dimanapun<br />
didapatkannya<br />
ia<br />
adalah orang<br />
yang paling<br />
berhak<br />
atasnya.”<br />
2. Memelihara<br />
akal dari<br />
hipotesa dan<br />
taklid kepada<br />
suatu teori<br />
tanpa<br />
argumentasi<br />
3. Tidak<br />
terpengaruh<br />
oleh kondisi<br />
psikologis.<br />
Artinya ia harus<br />
komoitmen<br />
kepada sikap<br />
adil dan<br />
obyektif dalam<br />
menentukan<br />
keputusan,<br />
dalam kondisi<br />
apa pun.<br />
1. Dapat<br />
menentukan<br />
pilihan terbaik<br />
dari berbagai<br />
maslahat<br />
3,7,10 1. Mengetahui<br />
karakteristik<br />
generasi terbaik<br />
2. Memahami<br />
sarana2 untuk<br />
mewujudkan<br />
generasi terbaik<br />
3. Termotivasi<br />
untuk<br />
membentuk<br />
diri, keluarga,<br />
lingkungan<br />
mendekati<br />
karakteristik<br />
generasi terbaik<br />
3 1. Memahami<br />
karakter<br />
akhakul karimah<br />
2. Termotivasi<br />
untuk<br />
senantiasa<br />
menghiasi<br />
dirinya dengan<br />
kepribadian<br />
yang Islami<br />
Fiqh<br />
Muwazzanat,<br />
Syeikh Dr.<br />
Yusuf<br />
Qardhawi<br />
1. Karakteristik<br />
60 sahabat<br />
Rasulullah<br />
SAW, Khalid<br />
Muh,<br />
Khalid<br />
2. Petunjuk<br />
Jalan, Sayyid<br />
Qutb<br />
3. Pesan untuk<br />
Pemuda Islam,<br />
Abdullah<br />
Nashih Ulwan<br />
1. Riyadush<br />
Sholihin, Imam<br />
An-<br />
Nawawy<br />
2. Apakah<br />
Anda<br />
Berkepribadian<br />
Islam<br />
|
6. Iman 1 Memahami<br />
definisi, hakikat,<br />
faktor penyubur<br />
iman<br />
7. Leadership 10 Memahami<br />
definisi<br />
kepemimpinan,<br />
kriteria<br />
pemimpin yang<br />
baik<br />
Tiga Landasan<br />
Utama, Syeikh<br />
Utsaimin<br />
Aqidah Ahlus<br />
Sunah wal<br />
Jama’ah, Kitab<br />
Tauhid, Syeikh<br />
Abdul Wahab<br />
Al Qiyadah<br />
Wal Jundiyah,<br />
Mustafa<br />
Mansyur<br />
|