08.06.2013 Views

RMDFK-FULDFK-2013

RMDFK-FULDFK-2013

RMDFK-FULDFK-2013

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi<br />

Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran Indonesia<br />

2012-<strong>2013</strong>


Ketua Umum Dewan Eksekutif Pusat <strong>FULDFK</strong> 2012-<strong>2013</strong><br />

Sekretaris Umum Dewan Eksekutif Pusat <strong>FULDFK</strong> 2012-<strong>2013</strong><br />

Kepala Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi Dewan Eksekutif Pusat<br />

<strong>FULDFK</strong> 2012-<strong>2013</strong><br />

Kepala Departemen Finansial Dewan Eksekutif Pusat <strong>FULDFK</strong> 2012-<strong>2013</strong><br />

Kepala Departemen Kajian Kedokteran Islam dan Advokasi Dewan Eksekutif Pusat<br />

<strong>FULDFK</strong> 2012-<strong>2013</strong><br />

ii


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,<br />

Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah mengkaruniakan nikmat<br />

yang berlimpah kepada hamba-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada suri tauladan<br />

umat manusia sepanjang masa Rasulullah SAW.<br />

Menyeru pada agama Allah adalah sebaik-baik pekerjaan sebagaimana firman Allah SWT:<br />

”Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,<br />

mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang<br />

yang menyerah diri?’" – QS. Fushilat 41:33<br />

Maka dalam melakukan kegiatan ini hendaknya para aktifis dakwah bersungguh-sungguh<br />

dengan mencurahkan tenaga dan pikiran terbaiknya. Sudah menjadi salah satu karakteristiknya,<br />

bahwa jalan dakwah itu panjang dan banyak tantangan. Untuk mengatasi hal ini maka metode<br />

dakwah yang efektif dan efisien pun perlu dikembangkan, terkhusus dalam lingkungan dakwah di<br />

kampus fakultas kedokeran. Alhamdulillah, saat ini hampir di seluruh fakultas kedokteran di<br />

Indonesia telah ada suatu lembaga dakwah fakultas kedokteran (LDFK) di dalamnya. Namun ternyata<br />

dalam keberjalanannya tetap banyak ditemui permasalahan dalam managemen lembaga dakwah<br />

fakultas kedokteran ini, hal ini terjadi baik pada pada LDFK yang relatif baru ataupun yang sudah<br />

cukup lama berdiri.<br />

<strong>FULDFK</strong> Indonesia dalam hal ini sebagai wadah LDFK se-Indonesia, merasa perlu untuk<br />

menyusun suatu Risalah Managemen Dakwah Fakultas Kedokteran (<strong>RMDFK</strong>) yang bisa dijadikan<br />

rujukan dan panduan dalam mengelola LDFK. Hal ini sejalan dengan Renstra <strong>FULDFK</strong> Indonesia yaitu<br />

”LDFK Berjaya 2017” , dimana diharapkan 80% LDFK berstatus sebagai LDFK Mandiri, karena jika<br />

LDFK tersebut berstrata mandiri berarti kegiatan syiar islam, kaderisasi dan dakwah islam pada<br />

umumnya berjalan dengan produktif, sehingga diharapkan semakin banyak nantinya lulusan fakultas<br />

kedokteran yang berafiliasi kepada islam dan siap mendukung dakwah baik di dalam maupun diluar<br />

profesi.<br />

Setelah digagas lebih dari 2 tahun yang lalu, akhirnya sebuah panduan komprehensif untuk<br />

manajemen dakwah di kampus fakultas kedokteran yaitu Risalah Managemen Dakwah Fakultas<br />

Kedokteran (<strong>RMDFK</strong>) selesai dibuat. Dalam pembuatannya dihimpun berbagai pemikiran dan<br />

pengalaman dari para kader dakwah terbaik yang telah mendalami dan membaktikan dirinya di<br />

medan dakwah fakultas kedokteran. Di dalamnya dijelaskan bagaimana cara memanagemen LDFK<br />

dari berbagaimacam aspek. LDFK hendaknya dapat dengan bijak menerapkan isi dari <strong>RMDFK</strong> sesuai<br />

dengan kondisi di masing-masing LDFK, karena kondisi satu LDFK dengan LDFK yang lainnya<br />

tentulah tidak sama seluruhnya. Sehingga semoga kita para aktifis dakwah di lingkungan kampus<br />

iii


fakultas kedokteran dapat menjadi aktifis dakwah yang Profesional, yaitu bagian dari umat yang siap<br />

memberikan bakti terbaik untuk dakwah, sebagaimana firman Allah SWT<br />

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,<br />

menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang<br />

yang beruntung.“ – QS. Ali Imran 3:104<br />

iv<br />

Surakarta, 25 Mei <strong>2013</strong><br />

Ketua Umum <strong>FULDFK</strong> Indonesia<br />

Yasjudan Rastrama Putra


Andri Adma Wijaya<br />

Khadijah Nur Al Firdausi<br />

Yasjudan Rastrama Putra<br />

Muhammad Haydar<br />

Reqgi First Trasia<br />

Yasjudan Rastrama Putra<br />

v


“ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang<br />

menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari<br />

segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha<br />

Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia<br />

mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”<br />

– QS. Al Alaq : 1-5<br />

S<br />

ejarah tentang kesekretariatan dan sekretaris sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW.<br />

Aktivitas baca tulis telah berkembang di kalangan kaum muslimin setelah Islam memasuki<br />

fase hijrah. Seperti disebutkan pada shirah nabawiyah, Rasulullah membangun suatu<br />

pemerintahan yang berlandaskan syariat Islam. Dalam menjalankan kepemerintahan ini sangat<br />

dibutuhkan suatu penopang yang kuat. Salah satu hal yang sangat penting sebagai penopang adalah<br />

sistem administrasi yang baik. Sistem administrasi dalam kepemerintahan Islam pada saat itu<br />

merupakan buah dari kepemimpinan Rasulullah yang menekankan pendidikan utamanya pada<br />

aktivitas baca tulis.<br />

Pada masa ini pula, lahirlah arsip pertama dalam tata pemerintah Islam, yaitu perjanjian yang<br />

kemudian dikenal dengan sebutan Piagam Madinah. Sejarah telah membuktikan bahwa tata<br />

administrasi dan kesekretariatan merupakan piranti yang sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan<br />

Islam. Bahkan Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 282 tentang bagaimana Umat Islam<br />

diperintahkan untuk benar-benar memperhatikan tentang pentingnya kesekretariatan.<br />

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk<br />

waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di<br />

antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya<br />

|


sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang<br />

yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa<br />

kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika<br />

yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri<br />

tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan<br />

persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada<br />

dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang<br />

kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah<br />

saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu<br />

jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang<br />

demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada<br />

tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu<br />

perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu,<br />

(jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah<br />

penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka<br />

sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah;<br />

Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” – QS. Al Baqarah ayat<br />

282<br />

Sesungguhnya Allah memerintahkan sesuatu, pasti memiliki manfaat dan hikmah di dalamnya.<br />

Sudah saatnya perjuangan Islam seperti yang dilakukan dalam Lembaga Dakwah Fakultas<br />

Kedokteran (LDFK) juga harus menerapkan sistem administrasi dan kesekretariatan yang rapi,<br />

lengkap, dan terorganisir dengan baik sesuai firman Allah dalam QS. Ash Shaff ayat 4.<br />

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang<br />

teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” – QS. Ash Shaff<br />

ayat 4<br />

DASAR ADMINISTRASI<br />

& KESEKRETARIATAN<br />

PENGELOLAAN SISTEM<br />

ADMINISTRASI<br />

ORGANISASI<br />

PENGELOLAAN FISIK<br />

SEKRETARIAT<br />

PENGELOLAAN<br />

SURAT<br />

SISTEM<br />

PENGARSIPAN<br />

PENGATURAN<br />

SEKRETARIAT<br />

INVENTARISASI<br />

|


Dalam suatu Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran (LDFK), kesekretariatan dan administrasi<br />

merupakan salah satu elemen yang sangat penting untuk menunjang kehidupan berorganisasi.<br />

Secara garis besar Istilah administrasi memiliki makna membantu, melayani, atau memenuhi.<br />

Administrasi merupakan rangkaian kegiatan penataan melalui usaha kerjasama untuk mencapai<br />

tujuan tertentu. Sedangkan kesekretariatan dapat diartikan sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan<br />

penataan terhadap pekerjaan administrasi dan tugas-tugas bantuan lainnya dalam rangka menunjang<br />

kelancaran pencapaian tujuan organisasi. Administrasi Kesekretariatan dapat disebut juga dengan<br />

ketatausahaan. Tata Usaha berarti segenap rangkaian kegiatan menghimpun, mencatat, mengolah,<br />

mengendalikan, mengirim dan menyimpan informasi atau keterangan yang diperlukan dalam<br />

organisasi. Secara lebih khusus, kesekretariatan memiliki peran untuk pengelolaan administrasi,<br />

sistem manajemen pengarsipan data dan informasi, sampai bagaimana mengatur kerapian<br />

sekretariat sebagai ”rumah” bagi pengurus.<br />

Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran (LDFK) yang merupakan suatu organisasi sebagai ujung<br />

tombak perjuangan dakwah Islam di lingkungan mahasiswa Fakultas Kedokteran, tentu sangat<br />

memerlukan adanya sistem kesekretariatan yang baik. Dengan semakin berkembang dan<br />

bertambahnya usia LDFK, tentu semakin banyak pengalaman, data, informasi, dan catatan sejarah<br />

yang diperoleh. Sejalan dengan ini, maka peran kesekretariatan dan administrasi semakin dibutuhkan<br />

pula. Jangan sampai karena sistem administrasi kesekretariatan yang kurang baik, ketercapaian<br />

tersebut hilang dan harus memulai dari nol kembali.<br />

Dengan demikian dapat dipahami bahwa segala kegiatan yang diselenggarakan dalam<br />

administrasi kesekretariatan adalah berhubungan dengan rangkaian kegiatan penataan yang<br />

berfungsi sebagai unsur penunjang kelancaran untuk mencapai tujuan Lembaga Dakwah Fakuktas<br />

Kedokteran (LDFK). Keseluruhan fungsi utama ketatausahaan tersebut haruslah dilaksanakan dalam<br />

suatu sistem yang telah disepakati bersama dalam suatu organisasi. Hal ini disebabkan prioritas<br />

betapa pentingnya peranan administrasi kesekretariatan dalam fungsi sebagai sumber informasi dan<br />

gambaran pertanggungjawaban kelak. Hendaknya juga dalam prakteknya kehidupan nyata suatu<br />

LDFK, kegiatan penunjang ini dilaksanakan dengan menerapkan prinsip efisien, efektif, rasional dan<br />

produktif.<br />

Secara umum, ada dua fungsi kesekretariatan, yaitu Pengelolaan sistem administrasi organisasi<br />

dan Pengelolaan fisik sekretariat. Fungsi Pengelolaan sistem administrasi organisasi terdiri atas<br />

pengelolaan surat, baik yang masuk maupun pembuatan surat keluar internal dan eksternal<br />

organisasi. Disamping itu, manajemen pengarsipan data dan informasi organisasi juga merupakan<br />

aspek dasar dalam menjalankan fungsi Pengelolaan Administrasi.<br />

Sedangkan pada fungsi yang kedua, diharapkan pengelolaan sekretariat sebagai basecamp bagi<br />

pengurus dapat meningkatkani koordinasi dan silaturahim. Bagaimana kerapian dan kenyamanan<br />

sekretariat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi berjalannya fungsi organisasi karena akan<br />

mempengaruhi kinerja organisasi. Sekretariat pun berfungsi sebagai pusat administrasi, sehingga<br />

kinerja fungsi pengelolaan sistem administrasi organisasi dipengaruhi oleh bagaimana fungsi<br />

pengelolaan sekretariat ini berjalan. Fungsi pengelolaan system administrasi biasanya dijalankan oleh<br />

|


sekretaris, sedamgkan fungsi pengelolaan secretariat biasanya dijalankan oleh<br />

Biro/Divisi/Departemen Khusus kesekretariatan.<br />

Di dalam bab ini akan dijabarkan empat hal mendasar dan penting untuk LDFK yang<br />

berhubungan dengan kesekretariatan.<br />

Empat hal tersebut antara lain :<br />

- Pengelolaan surat di LDFK<br />

- Sistem pengarsipan data dan informasi LDFK<br />

- Pengaturan ruang kesekretariatan LDFK<br />

- Inventarisasi<br />

Sekretariat merupakan tempat kegiatan secara teratur, yang pada hakekatnya menjadi<br />

sentral (pusat) pengendalian organisasi, komunikasi, informasi organisasi, kegiatan administrasi,<br />

perencanaan kebijakan, serta penghubung dengan anggota. Sekretariat sebagai basecamp bagi<br />

pengurus diharapkan mampu menjadi piranti untuk meningkatkan koordinasi dan silaturahim serta<br />

bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Kerapian, kenyamanan, dan keteraturan sekretariat menjadi<br />

salah satu faktor yang mempengaruhi berjalannya fungsi sekretariat. Dengan adanya sekretariat<br />

yang baik diharapkan mampu mempengaruhi kinerja organisasi yang lebih baik pula.<br />

Sebuah LDFK sangat diharapkan memiliki tempat tersendiri sebagai basecamp atau sekretariat,<br />

yang berfungsi sebagai pusat administrasi serta tempat silaturahim, bekerja, dan berkoordinasi antar<br />

pengurus. Sekretariat formal juga memiliki peran tambahan yang menyokong eksistensi<br />

kelembagaan. Namun bagi LDFK yang belum memiliki sekretariat formal, bukanlah suatu masalah.<br />

Karena yang menjadi poin penting adalah bagaimana agar fungsi “basecamp” dari sebuah sekretariat<br />

bisa berjalan. Maka tidak mengapa ketika sebuah kontrakan, sebuah mihrab mushola/masjid, atau<br />

bahkan kosan seorang pengurus bisa menjadi sekretariat LDFK. Karena yang menjadi poin penting<br />

adalah berjalannya fungsi sebuah sekretariat<br />

Fungsi Sekretariat :<br />

- Menangani dan melayani fungsi perkantoran LDFK.<br />

- Melaksanakan administrasi LDFK.<br />

- Mengadakan dan melaksanakan persidangan/syuro rutin.<br />

- Mengorganisasikan tugas-tugas rutin dan insidental.<br />

- Mengorganisasikan pelaksanaan keputusan dan program.<br />

- Mengorganisasikan pendataan organisasi dan pelayanan informasi/ komunikasi organisasi.<br />

- Mengkoordinasi personalia.<br />

Agar sekretariat dapat berfungsi secara optimal, maka perlu dibuat pengaturan tentang<br />

sekretariat yang meliputi letak, ruangan, dan sumber daya manusia. Letak Sekretariat sebisa<br />

mangkin berada di tempat yang strategis, mudah dijangkau, dan dengan keadaan lingkungan yang<br />

kondusif. Ruangan sekretariat hendaknya diusahakan dapat menampung seluruh kegiatan<br />

|


administrasi dan lainnya. Untuk menjamin kelayakan ruangan sekretariat perlu diperhatikan halhal<br />

sebagai berikut :<br />

- Jumlah ruangan yang memadai<br />

- Kelengkapan peralatan<br />

- Kesehatan, kebersihan dan kerapian<br />

Beberapa peralatan yang dibutuhkan :<br />

- Meja + Kursi / Karpet<br />

- White board<br />

- Peralatan Kantor / Alat tulis<br />

- Mihrab<br />

- Lemari<br />

- Rak Buku<br />

- Komputer<br />

- Stempel,<br />

- Papan Pengumuman<br />

- Mading<br />

- Papan Nama LDFK<br />

- Alat-alat kebersihan (sapu, tempat sampah, dll)<br />

- Buku Organisasi LDFK<br />

- Arsip dan Dokumentasi LDFK<br />

- Barang-barang Inventaris LDFK lainnya<br />

Salah satu faktor penting dalam pengelolan sekretariat adalah tenaga pengelola. Sangat<br />

baik apabila setiap tingkatan Pimpinan memiliki sekretaris eksekutif yang secara khusus<br />

bertugas melaksanakan pelayanan administratif keseharian. Namun bila tidak memungkinkan,<br />

maka diatur pembagian tugas dalam pengelolaan kantor, semisal diatur piket.<br />

Hal yang pada umumnya dilakukan untuk pengelolaan fisik sekretariat antara lain adalah<br />

dengan membuat jadwal piket bersih-bersih, membereskan sekretariat untuk setiap pengurus per<br />

hari (reguler). Dan juga sebaiknya ada satu waktu untuk membersihkan sekretariat secara total yang<br />

dilakukan secara berjama’ah (insidental). Pembuatan aturan dalam penggunaan sekretariat dan<br />

barang-barang yang ada di dalam sekretariatan juga perlu diupayakan.<br />

Identitas organisasi merupakan tanda pengenal dasar atau ciri khusus dari suatu organisasi yang<br />

membedakannya dari organisasi lain. LFDK adalah wajah perwakilan Islam di Fakultas Kedokteran.<br />

Sudah barang tentu LDFK harus bisa meninggikan nama Islam yang pada hakikatnya memang mulia.<br />

LDFK menjadi salah satu elemen penyokong eksistensi suatu organisasi untuk mengharumkan nama<br />

islam, utamanya di Fakultas Kedokteran. Inilah mengapa identitas memiliki peran penting.<br />

Sekretariat sebagai basecamp pengurus adalah jantung atau center dalam memperkenalkan<br />

identitas LDFK, bahkan basecamp itu sendiri merupakan salah satu bentuk identitas adanya LDFK.<br />

Tugas kesekretariatan adalah bagaimana menggunakan identitas organisasi ke dalam perangkat-<br />

|


perangkat organisasi yang ada, seperti kop surat, stempel, bendera, papan nama kesekretariatan,<br />

stiker, benner, spanduk, proposal, LPJ, kartu nama, pin,kaos/seragam, dll<br />

Identitas organisasi divisualisasikan dengan sebuah logo/lambang. Yang perlu diperhatikan<br />

dalam pembuatan logo identitas organisasi dalam hal ini LDFK adalah sebagai berikut :<br />

- Mudah dikenal<br />

- Tidak terlalu rumit<br />

- Dibuat sejak awal<br />

- tidak berubah-ubah<br />

- Memiliki Standart<br />

Standarisasi pembuatan logo biasanya terkait dengan :<br />

- Bentuk logo, misalnya bulat, kotak, persegi panjang, elips, dll.<br />

- Ukuran standar logo, biasanya dalam bentuk perbandingan<br />

- Bentuk tulisan pada logo, misalnya Times New Roman, Cambria, dll<br />

- Warna logo, biasanya juga memiliki makna<br />

- Makna logo, makna yang sesuai dengan nilai, visi , dan tujuan organisasi.<br />

Inventaris organisasi adalah segala sesuatu yang dimiliki organisasi berupa harta kekayaan<br />

organisasi dalam hal ini adalah LDFK. Sedangkan Inventarisasi merupakan kegiatan pencatatan /<br />

pendaftaran harta kekayaan atau barang-barang milik organisasi yang diguanakan untuk<br />

kepentingan organisasi tersebut. Inventaris organisasi yang terdiri dari dua macam yaitu Inventaris<br />

Permanen dan inventaris Non-Permanen. Inventaris Permanen merupakan kekayaan organisasi yang<br />

dalam jangka relatif lama tidak mengalami perubahan, seperti gedung, lemari, white board, dan<br />

lainnya. Inventaris tidak permanen merupakan kekayaan organisasi yang dalam waktu singkat<br />

mengalami perubahan seperti kop surat, stiker, dll.<br />

Penyimpanan inventaris harus dilakukan dengan baik oleh personalia yang diberi amanah<br />

khusus sesuai dengan pembagian tugas. Penyimpanan harus dilaksanakan dan ditempatkan di<br />

sekretariat. Contoh kolom buku Inventaris sebagai berikut :<br />

No. Inventaris Nama Barang Bahan / Merk Asal Barang Jumlah Kondisi Barang<br />

Peminjaman inventaris dilayani dengan mengisi berita acara peminjaman atau mengisi pada<br />

buku khusus. Contoh kolom buku peminjaman sebagai berikut :<br />

No Peminjam Nama<br />

Barang<br />

No.Inventaris Tgl Pinjam Tgl Kembali Tanda Tangan<br />

|


Inventaris harus dipertanggungjawabkan kepada Ketua LDFK dan Musyawarah Besar anggota<br />

LDFK. Penelitian kebenaran inventarisasi dapat dilakukan oleh tim verifikasi.<br />

Hal lain yang perlu ada di dalam inventarisasi organisasi adalah Buku Organisasi. Buku<br />

organisasi biasanya digunakan sebagai penunjang kepentingan suatu organisasi. LDFK sebagai<br />

organisasi keislaman mahasiswa Fakultas Kedokteran tentu perlu menyusun tata buku organisasi ini<br />

dengan baik. Buku Organisasi yang biasa digunakan antara lain sebagai berikut :<br />

- Buku Tamu<br />

- Buku Agenda Surat<br />

- Buku Sidang / Notulen<br />

- Buku Presensi Kehadiran<br />

- Buku Surat<br />

- Buku Ekspedisi<br />

- Buku Inventaris<br />

- Buku Catatan Kegiatan<br />

- Buku Induk Pengurus<br />

- Buku Catan Kegiatan<br />

- Buku Komunikasi Internal<br />

- Buku Kas dan keuangan<br />

- Buku Standar Mutu Organisasi<br />

- Buku SOP dan Peraturan, dan lain lain<br />

Penataan Arsip atau Berkas adalah proses pengelolaan naskah-naskah atau dokumen yang<br />

dihasilkan dan diterima dalam bentuk apapun, baik dalam keadaan tungal ataupun berkelompok<br />

yang disusun berdasarkan kesamaan urusan, kesamaan masalah, atau kesamaan jenis. Tujuan<br />

menata berkas adalah agar arsip dapat disimpan, menjamin kerahasiaan dan keutuhan dokumen,<br />

serta mencegah hal-hal yang mungkin dapat merusak atau menghilangkan arsip.<br />

Arsip pada dasarnya merupakan segala dokumen yang menyangkut kepentingan organisasi<br />

yang disimpan secara sistematis, karena memiliki nilai manfaat yang sewaktu-waktu akan digunakan<br />

kembali. Sistem pengarsipan/penyimpanan data dan informasi harus dilakukan secara<br />

berkesinambungan selama LDFK masih terus berjalan. Pengarsipan yang kacau dapat menghambat<br />

kemajuan LDFK yang bersangkutan. Oleh karena itu, menjadi penting agar tata kearsipan dilakukan<br />

dengan baik.<br />

Enam fungsi dari arsip adalah sebagai berikut :<br />

- Administratif Value, untuk melancarkan tugas pengambilan keputusan.<br />

- Legal Value, sebagai alat bukti hukum.<br />

- Fiscal Value, sebagai bukti yang berkaitan dengan kegiatan keuangan.<br />

|


- Educational Value, untuk kepentingan pendidikan.<br />

- Reseach Value, sebagai sumber informasi data.<br />

- Documentary Value, merupakan nilai yang berhubungan dengan sejarah.<br />

Beberapa bentuk sistem tata penyimpanan arsip :<br />

- Sistem Abjad (Alphabetic Filing), suatu sistem penyusunan arsip berdasarkan urutan dari A-Z.<br />

- Sistem subjek (Subject Filing), suatu sistem penyusunan arsip berdasarkan permasalahan<br />

yang sering dihadapi, mungkin yang sesuai dengan program kerja, jenis data dan sebagainya.<br />

- Sistem tanggal (Cronological Filing); suatu sistem penyusunan arsip berdasarkan urutan<br />

tanggal dari datangnya surat/arsip.<br />

- Sistem nomor (Numerical Filing); suatu sistem penyusunan arsip berdasarkan susunan sesuai<br />

dengan nomor urut arsip.<br />

- Sistem Wilayah (Geographical Filing); suatu sistem penyusunan arsip beradasrkan wilayah<br />

kerja atau divisi/biro/departemen darimana dokumen berasal.<br />

Agar rawatan arsip dapat terjaga dengan baik maka perlu diperhatikan :<br />

- Tempat penyimpanan (map/lemari) arsip yang terbuat dari bagan yang baik dan awet (tahan).<br />

- Tempat penyimpanan terhindar dari bahan-bahan yang dapat merusak, seperti api, air,<br />

dan kelembaban.<br />

- Tempat penyimpanan dapat dijangkau dengan mudah.<br />

Bebarapa Dokumen yang penting disimpan/diarsipkan oleh LDFK, antara lain:<br />

- Arsip pendirian LDFK (AD/ART, bentuk dan struktur LDFK, job desk, dll.)<br />

- Sistem dan mekanisme standar LDFK.<br />

- Program kerja dan laporan pertanggungjawaban per periode kepengurusan.<br />

- Proposal dan laporan pertanggungjawaban per kegiatan/kepanitiaan.<br />

- Database pengurus/SDM.<br />

- Database pihak eksternal (lembaga, LDFK, donatur, dll.).<br />

- Administrasi sehari-hari (surat keluar/masuk, pengelolaan papan informasi/mading, catatan<br />

harian, dll)<br />

Beberapa hal yang penting dalam pengarsipan. Pengarsipan dokumen dalam bentuk hardcopy,<br />

sebisa mungkin dibikin atau di copy minimal 2 buah. Satu buah untuk dipinjam atau dipelajari,<br />

sedangkan satu lagi untuk arsip sejati. Sedangkan dokumen yang dalam bentuk softcopy sebaiknya<br />

disimpan dalam disket, CD, flashdisk, portable harddisk atau bentuk lainnya. Karena pengarsipan<br />

terkait erat dengan penyimpanan, maka kemudahan akses dan keamanan atas arsip perlu<br />

diperhatikan. Dokumen yang bersifat penting, rahasia, dan strategis disimpan pada fasilitas yang<br />

tertutup/terkunci yang hanya dapat diakses oleh bagian kesekretariatan dan pihak-pihak yang<br />

bersangkutan lainnya. Bila ada komputer, files harus menggunakan password atau sarana keamanan<br />

lainnya. Dokumen yang bersifat umum dan dibutuhkan sehari-hari, dapat ditempatkan pada fasilitas<br />

terbuka (accessable) dengan tetap dikontrol oleh bagian kesekretariatan agar tidak hilang dan tidak<br />

diubah. Setiap dokumen (terutama dokumen penting), baik dalam bentuk hardcopy ataupun<br />

softcopy, sebaiknya ada cadangannya/back up, sehingga bila hilang atau rusak, ada penggantinya.<br />

Untuk tujuan Kontrol terhadap pengarsipan, maka setiap akses terhadap dokumen organisasi<br />

sebaiknya diketahui oleh bagian kesekretariatan atau pengurus yang piket jaga setiap hari.<br />

Kelengkapan dokumen sebaiknya dicek secara periodik oleh bagian kesekretariatan, misalnya<br />

sebulan sekali. Termasuk di antaranya menindak pengurus yang menyalahi aturan kesekretariatan.<br />

|


Surat adalah media tertulis yang berasal dari satu pihak dan ditujukan kepada pihak lain yang<br />

berfungsi untuk menyampaikan informasi berita dan alat komunikasi. Surat merupakan faktor utama<br />

kesekretariatan guna memperlancar tercapainya tujuan organisasi. Umumnya surat dari suatu<br />

organisasi bersifat resmi. Oleh karena itu, surat harus dibuat dengan baik agar tidak terjadi bias<br />

komunikasi dan salah informasi yang dapat merubah pandangan berbagai pihak terhadap organisasi,<br />

dalam hal ini LDFK.<br />

Fungsi-fungsi dari surat adalah sebagai berikut :<br />

- Sebagai alat komunikasi tertulis.<br />

- Pedoman untuk bertindak dan mengambil keputusan.<br />

- Duta perwakilan dari suatu organisasi.<br />

- Sebagai indikator pengukur kegiatan organisasi<br />

- Dokumentasi tertulis dari suatu organisasi.<br />

Dalam realitas kehidupan suatu organisasi yang ingin memiliki administrasi kesekretariatan<br />

yang baik, maka diperlukan penerapan prinsip surat (7C), yaitu :<br />

- Completeness : Lengkap<br />

- Conciseness : Ringkas<br />

- Consideration : Pertimbangan<br />

- Concreteness : Konkrit<br />

- Clarity : Jelas<br />

- Courtesy : Sopan<br />

- Corectness : Benar<br />

Adapun prasyarat surat yang baik adalah sebagai berikut :<br />

- Jelas siapa yang dituju dan siapa pengirimnya.<br />

- Terang dan jelas apa maksud surat tersebut.<br />

- Kalimat dan bahasanya harus tepat, yaitu bahasa Indonesia yang baku, gaya bahasa yang<br />

lugas, tegas, sopan dan hormat.<br />

- Menyajikan fakta yang benar dan lengkap.<br />

- Tidak menggunakan singkatan-singkatan yang tidak lazim.<br />

- Tidak menggunakan kata-kata yang tidak lazim dan kurang dimengerti.<br />

- Singkat, sederhana dan efisien<br />

|


Surat yang dikeluarkan oleh LDFK merupakan surat resmi. Dikarenakan sifatnya yang resmi,<br />

dalam surat terdapat hubungan yang bersifat lugas dan seperlunya saja, serta langsung pada pokok<br />

pembicaraan atau permasalahan yang ingin disampaikan. Beberapa bagian-bagian dari surat akan<br />

dijelaskan sebagai berikut :<br />

Keterangan:<br />

|


Ada pula surat resmi yang memiliki susunan lain. Surat resmi bentuk tersebut menampilkan<br />

judul surat. Biasanya bentuk ini digunakan untuk Surat Keputusan, Surat Mandat, Surat Tugas, Surat<br />

Keterangan, dsb. Contoh bentuknya sebagai berikut :<br />

Keterangan:<br />

|


Surat resmi biasanya ditulis pada kertas yang memiliki kop surat yang disusun dengan lay-out<br />

yang menarik, tetapi harus tetap sesuai standar baku organisasi. Kepala surat terletak pada bagian<br />

atas kertas surat. Pada kepala surat dapat dicetak hal-hal yang merupakan identitas organisasi, yaitu :<br />

- Tulisan Nama Institusi dan LDFK<br />

Dalam kop surat, tipe huruf sebaiknya konsisten.<br />

- Logo / Lambang LDFK dan Institusi<br />

Umumnya Logo / Lambang organisasi terletak pada bagian kiri atau kanan atas kertas,<br />

disamping tulisan nama LDFK dan institusi.<br />

- Alamat sekretariat<br />

Biasanya dituliskan di bawah nama LDFK atau di bagian bawah kertas surat, termasuk<br />

mencantumkan nama kota, jalan, kode pos, nomor kontak (telp/hp), alamat email dll.<br />

Contoh:<br />

Melalui rangkaian kode nomor surat dapat diketahui jenis dan klasifikasi surat tanpa perlu<br />

membaca isinya. Penomoran surat umumnya bervariasi sesuai dengan kebijaksanaan organisasi atau<br />

kepanitiaan tersebut. Umumnya rangkaian nomor surat terdiri atas nomor urut, kode internal atau<br />

eksternal, bulan, dan tahun pembuatan surat. Tujuan pemberian nomor surat adalah :<br />

- Memudahkan pengarsipan surat.<br />

- Memudahkan perhitungan jumlah surat keluar atau masuk dalam periode tertentu.<br />

- Menunjukan sumber dalam kegiatan surat-menyurat dengan merujuk nomor surat yang<br />

dibalas atau ditindak lanjuti.<br />

Secara umum penomoran surat memiliki empat bagian utama :<br />

- Nomor Urut Surat<br />

- Kode Surat (Biasanya mencantumkan kode divisi/kepanitiaan, Nama LDFK dan Institusi, serta<br />

kode surat internal atau eksternal)<br />

- Bulan (Dalam Angka Romawi)<br />

- Tahun<br />

|


Adapun contoh penomoran surat adalah sebagai berikut :<br />

Hal atau Perihal berfungsi sebagai petunjuk tentang masalah pokok surat yang identik dengan<br />

judul. Surat yang biasanya ditulis dengan sistem judul, misalnya surat keputusan, surat perjanjian,<br />

surat perintah, dan surat penugasan. Ada juga surat yang ditulis baik dengan sistem judul maupun<br />

perihal, misalnya surat permohonan, surat undangan, dan surat edaran. Adapun beberapa ketentuan<br />

penulisan perihal, yaitu :<br />

- Perihal surat tidak boleh ditulis dengan huruf kapital karena huruf kapital hanya dipakai untuk<br />

judul surat. Juga berperan menjadi pembeda antara surat yang memiliki perihal dengan surat<br />

yang memiliki judul.<br />

- Pada akhir perihal tidak diberi tanda titik.<br />

- Bila kalimat perihal lebih dari satu baris, maka jarak pengetikan antar baris adalah satu spasi.<br />

Dokumen yang merupakan satu kesatuan dengan surat pengantarnya. Lampiran diletakkan di<br />

bagian kiri atas, dibawah nomor surat. Yang dicantumkan hanya jumlahnya (halaman atau<br />

eksemplar). Namun pada isi surat disampaikan juga bahwa surat tersebut ada lampirannya dan isi dari<br />

lampiran tersebut.<br />

<br />

Biasanya diawali dengan kata “Yth.” (Yang terhormat) atau bisanya LDFK menggunakan<br />

singkatan “Ykh.” (Yang Kami Hormati). Singkatan ini biasa dipakai jika surat ditujukan kepada<br />

seseorang yang dihormati atau jika surat ditujukan kepada seseorang dengan menuliskan nama<br />

jabatannya yang diikuti nama organisasi. Tetapi bila ditujukan kepada suatu organisasi tidak perlu<br />

|


dibubuhi Yth. Pada akhir setiap baris, termasuk baris terakhir yang berisi nama kota (daerah) tidak<br />

diberi tanda titik.<br />

Isi surat mencakup:<br />

- Pendahuluan (kalimat pembukaan isi surat wajib ditulis singkat dan jelas)<br />

- Isi pokok (uraian lugas sebagai inti isi surat)<br />

- Penutup (kalimat yang mengakhiri isi surat)<br />

Kaki surat mencakup:<br />

- Nama Jabatan Penandatangan.<br />

- Nama Terang Penandatangan, ditulis dengan cetak tebal dan digaris bawah, tanpa kurung<br />

buka dan tutup.<br />

- NIM (Nomor Induk Mahasiswa), seyogyanya diwajibkan keberadaannya sebagai identitas.<br />

- Cap (Stempel) Institusi atau Kepanitiaan<br />

- Tembusan, ditujukan pada pihak-pihak yang berwenang, memerlukan atau berhubungan<br />

dengan isi surat.<br />

Penulisan tanggal untuk surat resmi yang memakai kepala surat adalah tidak wajib diawali<br />

dengan nama kota, karena telah tercantum pada kepala surat. Penulisan tanggal, bulan dan tahun<br />

mutlak tidak boleh disingkat atau divariasikan, dan nama bulan tidak boleh diganti dengan angka.<br />

Tanggal surat biasanya ditempatkan pada kiri atas di bawah kepala surat. Pada bentuk lain, tanggal<br />

surat bisa ditempatkan sebelum tandatangan. Tanggal dapat ditulis dengan penanggalan Hijriah<br />

dan/atau dengan penanggalan masehi.<br />

Stempel atau cap merupakan bukti validitas/legalitas/keabsahan dari surat yang dikeluarkan<br />

LDFK. Stempel harus disimpan/tidak boleh dibawa keluar karena menyangkut nama suatu organisasi.<br />

Stempel hanya bisa digunakan atas persetujuan dari Ketua LDFK.<br />

Amplop surat umumnya juga mencantumkan Logo/Lambang LDFK, Tulisan Nama LDFK, dan<br />

Alamat LDFK. Desain Amplop Surat sebaiknya didesain senada dengan kop surat, dengan ukuran<br />

standar amplop.<br />

|


Penanganan surat adalah kegiatan pemrosesan surat yang dimulai dari penerimaan surat<br />

masuk, pengolahan atau penyelesaiannya sampai dengan surat tersebut disimpan sebagai arsip.<br />

Keterangan :<br />

- Penyortiran Surat<br />

Surat masuk setelah diterima oleh petugas penerima surat selanjutnya surat dipilah-pilah<br />

sesuai jenisnya, kemudian diklasifikasikan berdasarkan sifat penting atau tidaknya guna<br />

tujuan prioritas.<br />

- Pengaagendaan Surat<br />

Surat diserahkan pada sekretaris untuk dilakukan pencatatan atau pengagendaan guna<br />

mengetahui kapan surat diterima. Adapun contoh kolom Buku Agenda Surat Masuk adalah<br />

sebagai berikut :<br />

|


- Pendisposisisian Surat<br />

Surat dibaca pimpinan untuk didisposisikan. Dalam disposisi, pimpinan akan<br />

menginstruksikan bagaimana tindak lanjut terhadap surat tersebut yang biasanya dituliskan<br />

di bagian kiri bawah surat pada tempat yang kosong atau di bagian kiri atas sebelum salam<br />

pembuka surat.<br />

- Pendistribusian Surat<br />

Surat disalurkan kepada penerima surat / kepada siapa surat tersebut ditujukan, contoh<br />

kepada divisi, dll.<br />

- Penyimpanan / Pengarsipan Surat<br />

Selanjutnya surat diserahkan kepada Kesekretariatan untuk disimpan dan dicatat lagi dalam<br />

form arsip surat masuk. Adapun form arsip surat masuk adalah sebagai berikut :<br />

No<br />

.<br />

1.<br />

Tanggal Tanggal - No.<br />

Masuk<br />

Surat<br />

14 April <strong>2013</strong> 8 April <strong>2013</strong> –<br />

006/Syiar/<br />

LKI/FKUB/<br />

e/IV/<strong>2013</strong><br />

Pengirim Tujuan Perihal Ket.<br />

Dep. Syiar LKI<br />

FK UB<br />

Dep. Syiar<br />

LPIS FK<br />

UNISMA<br />

Undangan<br />

Silaturahim<br />

Departemen<br />

Syiar Se-Malang<br />

Raya<br />

|<br />

1 Lembar<br />

Lampiran<br />

susunan acara


Penanganan surat keluar dimulai dari perintah atau instruksi pembuatan surat sampai suratsurat<br />

tersebut dikirimkan dan penggandaannya disimpan.<br />

Keterangan :<br />

- Perintah Pembuatan Surat<br />

Pimpinan memberikan instruksi kepada sekretaris untuk membuat surat.<br />

- Pembuatan Konsep Surat<br />

Setelah menerima perintah, sekretaris membuat dan menyusun konsep surat sesuai dengan<br />

permintaan dan persetujuan pimpinan.<br />

- Penomoran dan Pencatatan Surat<br />

Setelah konsep surat disetujui, sekretaris melakukan penomoran dan pencatatan surat pada<br />

buku agenda surat keluar. Adapun contoh kolom Buku Agenda Surat Keluar adalah sebagai<br />

berikut :<br />

- Pengetikan Surat<br />

Konsep surat diserahkan pada bidang kesekretariatan untuk diketik<br />

- Pengecekan Surat<br />

Surat yang telah selesai diketik diserahkan pada sekretaris untuk dilakukan pengecekan<br />

kembali. Jika ada kesalahan, surat diserahkan kembali kepada kesekretariatan untuk<br />

diperbaiki<br />

- Penggandaan Surat<br />

Setelah dilakukan perbaikan, surat digandakan untuk kepentingan pegarsipan dan mungkin<br />

dibutuhkan untuk tembusan.<br />

|


- Penandatanganan Surat dan Stempel<br />

Surat yang telah siap akan diserahkan kepada pimpinan untuk ditandatangani.Kemudian<br />

pada sebelah kanan Tandatangan pimpinan diberi Cap / Stempel.<br />

- Pengiriman Surat<br />

Surat yang telah ditandatangani dilipat dan dimasukkan ke sampul dan diserahkan kepada<br />

ekspeditor untuk dicatat dalam buku ekspedisi dan selanjutnya dikirim. Adapun contoh kolom<br />

Buku Ekspedisi adalah sebagai berikut :<br />

- Penyimpanan / Pengarsipan Surat<br />

Surat diserahkan kepada kesekretariatan untuk disimpan dan dicatat dalam form arsip surat<br />

keluar. Adapun Form Arsip Surat Keluar adalah sebagai berikut :<br />

No. No. Surat<br />

Keluar<br />

1. 007/Humas/<br />

LPIS/FK-<br />

UNISMA/<br />

e/IV/<strong>2013</strong><br />

Tanggal<br />

Surat<br />

3 April<br />

<strong>2013</strong><br />

Dari Tujuan Perihal Ket.<br />

Dep.<br />

Humas<br />

LPIS FK<br />

UNISMA<br />

Bank<br />

Mandiri<br />

Syari’ah<br />

Permohonan<br />

Kerjasama<br />

1 buah<br />

sponsorship<br />

|


I<br />

zzah (kemuliaan) LDFK di mata massa FK bisa dinilai secara jelas dalam pelaksanaan kegiatankegiatan<br />

dakwahnya, baik itu berupa event insidental ataupun yang sudah menjadi rutinitas.<br />

Tentunya event-event tersebut akan terlaksana dengan baik, bila terdapat dukungan yang baik<br />

dari segi SDM dan finansial. Keterbatasan dana adalah ironi besar yang membatasi ruang gerak<br />

dakwah kita. Salah satu hal yang harus disadari oleh LDFK adalah bahwa kebutuhan akan dana<br />

adalah hal yang sangat vital dan tidak dapat dipandang remeh. Memang untuk berdakwah tak selalu<br />

memerlukan dana, akan tetapi kita sudah mafhum bahwa tanpa dana yang cukup “acara-acara”<br />

dakwah kita tidak berjalan secara optimal. Sebagai lembaga dakwah yang mengusung nama kampus<br />

di dalamnya, akan sangat naif kalau kemudian terlihat “tidak cerdas” dalam mengumpulkan dan<br />

meng’create’ dana.<br />

Pencarian dana yang dimaksud dalam bab ini lebih dititikberatkan pada departemen finansial<br />

sebagai bagian organisasi yang bersifat profit dengan beberapa tambahan yang sifatnya kepanitiaan<br />

(proyek). Pertama, ide dasar dalam proses pencarian dana. Kedua, orang atau badan yang<br />

bertanggungjawab dan memiliki wewenang dalam pencarian dana baik secara operasional ataupun<br />

konsep. Ketiga, jenis-jenis penggalangan dana, meliputi usaha mandiri, sponsorship, dan pencarian<br />

donasi.<br />

|


Aspek<br />

Pra-Mula Mula<br />

Level LDFK<br />

Madya Mandiri<br />

Sistem<br />

Belum memiliki Sistem<br />

Memiliki APBD<br />

Alur keuangan yang<br />

Keuangan sistem yang baku, keuangan<br />

(Anggaran Pendapatan telah terjadi selama<br />

karena pemasukan Memilki buku dan Belanja Dakwah) kepengurusan, pada<br />

hanya ditujukan catatan<br />

untuk satu<br />

pelaporannya telah<br />

untuk menutupi keuangan yang kepengurusan ke depan diaudit oleh suatu<br />

pengeluaran<br />

sudah baku dan (minimal 1 tahun). lembaga independen<br />

(berorientasi pada sederhana.<br />

demi tercapainya<br />

keseimbangan).<br />

akuntansibilitas dan<br />

transparansi<br />

keuangan.<br />

Pendanaan Pemasukan yang Sumber dana Sumber dana didapat Sudah memiliki<br />

didapat berasal dari didapat dari dari eksternal kampus sumber pendanaan<br />

dana perorangan, internal LDFK, seperti perusahaan- tepat yang sifatnya<br />

yaitu dari kader atau internal<br />

perusahaan,<br />

passive income, atau<br />

anggotanya sendiri. kampus, dan LSM, departemen- usaha mandiri yang<br />

Sunduquna juyubuna. swadaya dari departemen<br />

omsetnya relatif<br />

mantan<br />

pemerintah, yang<br />

besar (lebih dari<br />

anggota LDFK sifatnya bisa donatur cukup untuk<br />

tersebut<br />

ataupun sponsorship. membiayai<br />

(alumni).<br />

Ditambah ada<br />

usaha mandiri<br />

dalam lingkup<br />

LDFK.<br />

anggaran).<br />

Keberjalanan LDFK dalam segala aktivitas harus kita analogikan sebagai perusahaan atau<br />

lembaga profit yang memiliki pemasukan dan pengeluaran, dan dituntut adanya keseimbangan<br />

antara keduanya, bahkan diharapkan surplus dalam laporan neraca keuangannya, sehingga apapun<br />

level yang dicapai, hendaknya berorientasi pada neraca keuangan yang seimbang. Perusahaan<br />

bernama LDFK ini juga memiliki atasan, bawahan, dan mitra yang harus bisa diajak bekerja sama<br />

untuk mencapai tujuan LDFK. Oleh karena itu LDFK haruslah sangat kondusif dalam kerjanya.<br />

|


Ide ibarat bahan bakar yang menentukan berjalan atau tidaknya suatu kendaraan. Bagi<br />

departemen finansial, ide adalah hal vital yang harus terus digali dan didapatkan tanpa mengikuti<br />

suatu acuan tertentu semisal program kerja. Ide bisa didapatkan di mana saja, di jalan, kampus,<br />

masjid, koran-koran, majalah, relasi, dosen, kawan sejurusan, tukang-tukang di jalanan, bahkan pada<br />

daun-daun yang berjatuhan di tanah. Ide bisa saja merupakan mimpi, because the biggest inspiration<br />

is dream! Bermimpilah, bermimpilah yang besar, karena hal yang besar dimulai dari ide yang besar.<br />

Jadi langkah paling awal dari finansial adalah “buka mata buka telinga”, cobalah cari ide sebanyakbanyaknya<br />

untuk kemudian dituangkan dalam bentuk program kerja. Bila sedang berada di tengah<br />

kepengurusan, jangan ragu untuk mengambil suatu terobosan baru, demi tercapainya tujuan yang<br />

ditetapkan di awal.<br />

Keadaan atau peristiwa Peluang Usaha LDFK<br />

Penerimaan mahasiswa baru - Mengkoordinir adik-adik mahasiswa<br />

Praktikum anatomi<br />

baru untuk dibuatkan jaket angkatan<br />

dan jas laboratorium.<br />

- Penjualan DVD e-book atau kumpulan<br />

bahan kuliah dan soal.<br />

- Penjualan merchandise beridentitas FK<br />

seperti pin, stiker, dan sejenisnya.<br />

- Penjualan Handscoon<br />

Siswa SMA - Mengadakan try out Ujian Nasional<br />

- Mengadakan olimpiade biologi<br />

Skill Lab dan tutorial<br />

kedokteran tingkat SMA<br />

- Menjadi distributor penjualan peralatan<br />

kedokteran dan handbook<br />

Berkumpulnya masyarakat<br />

di alun-alun kota atau kajian<br />

- Memberikan jasa pemeriksaan tandatanda<br />

vital dan pemeriksaan sederhana<br />

lain, seperti Indeks Massa Tubuh,<br />

Golongan Darah, Kadar Glukosa Darah,<br />

dan sejenisnya.<br />

Kelima contoh di atas merupakan secuil dari seabrek contoh yang dapat dicari dari sekeliling<br />

kita. Hanya melihat dari masalah yang kerap terjadi di sekitar kita. Departemen finansial haruslah<br />

update dengan kebutuhan pasar, mampu secara jeli menangkap peluang yang ada dan segera<br />

bertindak untuk merebut peluang itu. Aktif, kreatif dan inovatif!!<br />

Siapa saja yang berwenang di dalam pelaksanaan fungsi keuangan?<br />

- Operasional LDFK<br />

Secara operasional LDFK, departemen finansial paling bertanggungjawab atas berjalannya<br />

LDFK. Namun tidak menutup kemungkinan adanya peran departemen lain. Misalnya dalam<br />

hal menutupi kebutuhan suatu departemen non finansial, maka bisa jadi departemen tersebut<br />

|


punya program yang profit oriented dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan internal. Saat<br />

menjalankan program dengan profit oriented, pengurus dituntut untuk sabar, ulet, istiqomah,<br />

dan berusaha maksimal. Program profit oriented dengan laba sekecil apapun tidak boleh<br />

dipandang sebelah mata, karena tetap akan memberikan sumbangan dana untuk dakwah,<br />

namun akan lebih efektif bila program membutuhkan SDM yang sedikit, namun laba yang<br />

didapatkan bisa maksimal.<br />

- Kepanitiaan dalam LDFK<br />

Dalam hal kepanitiaan LDFK, bidang yang paling bertanggungjawab adalah seksi dana usaha.<br />

Bidang ini dituntut untuk serius mengejar target untuk memenuhi kebutuhan operasional<br />

pelaksanaan kegiatan kepanitiaan. Seksi dana usaha dibantu oleh Badan Pengurus Harian<br />

(BPH) yang bertugas menyupervisi dan membantu secara aktif.<br />

Ada yang perlu LDFK sadari bersama sebelum masuk ke dalam jenis penggalangan dana, bahwa<br />

semua tujuan di bawah ini adalah tidak hanya untuk menggalang dana. Akan tetapi juga dapat<br />

digunakan untuk memupuk jiwa kewirausahaan bagi anggota LDFK.<br />

Ada beberapa bentuk pelaksanaannya, di antaranya:<br />

No Jenis Deskripsi Contoh Kegiatan Tahapan Kerja<br />

1 Usaha<br />

mandiri<br />

2 Sponsorship<br />

kegiatan<br />

Usaha mandiri haruslah<br />

usaha yang senantiasa<br />

bersifat kontinu, kreatif dan<br />

memberikan penghasilan<br />

yang sifatnya tetap bagi<br />

pemasukan LDFK. Usaha<br />

mandiri ini merupakan<br />

pemasok keuangan utama<br />

bagi<br />

LDFK. Usaha mandiri ini<br />

bisa berjangka panjang,<br />

atau bahkan hanya dalam<br />

rentang waktu yang<br />

pendek.<br />

Sesungguhnya setiap<br />

perusahaan membutuhkan<br />

pasar untuk mereka bidik<br />

sebagai konsumen. Selain<br />

itu mereka juga<br />

memerlukan citra baik<br />

yang akan meningkatkan<br />

kualitas<br />

produk mereka di pasar<br />

atau di benak konsumen.<br />

Oleh karena itu, mereka<br />

memerlukan medium<br />

untuk memastikan<br />

Menjual jasa Event<br />

Organizing, seperti<br />

menjadi EO sekaligus tim<br />

medis untuk acara sirkum<br />

sisi, pengobatan massal,<br />

bakti sosial, dll.<br />

Selain itu, juga dapat<br />

membuka kios penjualan<br />

majalah, buku, usaha<br />

privat atau bimbingan<br />

belajar, jasa fotokopi,<br />

dan marchendise kreatif,<br />

kartu nama, kaos,<br />

kalender LDFK, LDFK<br />

album memori,<br />

membuat jaket<br />

angkatan, membuat<br />

Jaket LDFK, dll.<br />

Yang perlu iperhatikan<br />

berikutnya adalah bahwa<br />

sponsorship tidak selalu<br />

ekuivalen dengan uang.<br />

Bisa jadi<br />

bentuknya adalah natura<br />

(misalnya produk<br />

mereka), atau bentuk<br />

tawaran promosi lain<br />

yang bisa disepakati<br />

(mereka<br />

membantu proses<br />

publikasi acara kita), dan<br />

|<br />

1. Pengumpulan informasi<br />

(dengan melihat peluang<br />

dan lain sebagainya).<br />

Brainstorming.<br />

2. Realisasi dengan<br />

membuat business plan.<br />

3. Mencari modal, baik<br />

lewat investor maupun<br />

sponsorship.<br />

4. Memulai usaha dengan<br />

professional<br />

amanah.<br />

dan<br />

5. Membuat<br />

laporan<br />

evaluasi dan<br />

pertanggungjawaban<br />

yang rutin secara periodi<br />

(khususnya laporan<br />

keuangan-bulanan).<br />

1. Pembuatan proposal<br />

sponsorship dari even<br />

yang kita adakan lengkap<br />

dengan penawaran<br />

kontrapretasi yang bisa<br />

didapatkan oleh<br />

perusahaan atau<br />

lembaga (selanjutnya<br />

disebut mitra) yang akan<br />

LDFK tuju untuk menjalin<br />

kerjasama. Pastikan<br />

kontrapretasi yang LDFK<br />

tawarkan sudah pantas


informasi keberadaan<br />

dan kualitas produknya<br />

sampai di benak<br />

konsumen. Ketika target<br />

mereka adalah kampus,<br />

maka medium yang<br />

menjadi perpanjangan<br />

tangan mereka adalah<br />

lembaga intra kampus. Di<br />

sini LDFK bisa mengajukan<br />

diri untuk bersanding<br />

sebagai mitra yang<br />

membantu perusahaan<br />

dalam<br />

hubungan yang saling<br />

membantu dan saling<br />

menguntungkan.<br />

Keuntungan saling<br />

menguntungkan ada dalam<br />

bentuk kerjasama<br />

pemasaran yang bernama<br />

sponsorship, dimana<br />

sebuah perusahaan<br />

menjadi sponsor , dan<br />

LDFK menjadi pihak yang<br />

memfasilitasi. Yang<br />

menjadi masalah<br />

adalah proses<br />

mengusahakan<br />

sponsorship, mengingat<br />

belum ada<br />

kesepahaman antara dua<br />

pihak bahwa mereka saling<br />

membutuhkan.<br />

Untuk itulah perlu proses<br />

perkenalan<br />

melalui jaringan dan lain<br />

sebagainya.<br />

Namun ada alat pembuka<br />

yang<br />

menjadi senjata, yakni<br />

proposal.<br />

lain-lain. Dan perlu<br />

diingat, LDFK tidak<br />

hanya bisa mengajukan<br />

pengajuan terhadap<br />

perusahaan yang bersifat<br />

profit, tapi LDFK juga<br />

bisa memanfaatkan<br />

perusahaan-perusahaan,<br />

lembaga sosial, atau<br />

lembaga-lembaga<br />

lainnya yang sifatnya<br />

non-profit.<br />

|<br />

harganya dengan apa<br />

yang nantinya<br />

perusahaan atau<br />

lembaga berikan.Winwin<br />

solution!<br />

2. List-list mitra yang akan<br />

LDFK tuju. Lengkap<br />

dengan contact personnya,<br />

jabatannya dan<br />

alamat mitra tersebut.<br />

3. Buatlah janji dengan<br />

contact person yang<br />

akan LDFK tuju, tentunya<br />

setelah dihubungi<br />

terlebih dahulu. Janji<br />

bertemu ini sangat<br />

penting karena pada<br />

pertemuan empat mata<br />

inilah LDFK bisa<br />

berbicara langsung<br />

menyampaikan maksud<br />

dan tujuan LDFK.<br />

4. Bila dirasa sudah cukup,<br />

LDFK melakukan<br />

penawaran, penjelasan<br />

dari acara yang LDFK<br />

tawarkan, dan penjelasan<br />

tentang konsep<br />

kerjasama yang akan<br />

dilakukan dengan mitra,<br />

jangan ragu untuk mulai<br />

bernegosiasi. Kalau<br />

perlu, tanyakan saja,<br />

“Kira-kira bentuk<br />

kerjasama apa yang bisa<br />

perusahaan Bapak/ibu<br />

berikan dalam<br />

mendukung acara<br />

kami?”, jika ternyata tak<br />

ada satupun tawaran<br />

yang disetujui dari<br />

kontrapetasi awal yang<br />

tertulis dalam proposal<br />

yang kita ajukan.<br />

Cobalah bersifat<br />

fleksibel, dengan<br />

mempertimbangkan<br />

tawaran-tawaran<br />

langsung dari<br />

perusahaan atau<br />

lembaga tersebut.<br />

5. Bila kesepakatan<br />

kerjasama telah didapat,<br />

jangan lupa langsung<br />

tuangkan dalam bentuk<br />

kontrak kerjasama atau<br />

perjanjian kerjasama


3 Penjaringan<br />

Donasi<br />

Sudah menjadi kebutuhan<br />

dari setiap lembaga untuk<br />

menjalin hubungan dengan<br />

lembaga lain atau<br />

perseorangan. Hal ini<br />

dikarenakan sebuah<br />

lembaga tidak bisa berdiri<br />

dan bekerja sendiri. Apalagi<br />

dalam sebuah Lembaga<br />

Dakwah Fakultas<br />

Kedokteran sudah menjadi<br />

kewajiban untuk<br />

membangun hubungan<br />

dengan lembaga atau<br />

Penjaringan donasi dari<br />

panitia sendiri, teman<br />

kuliah, teman dari<br />

lembaga dakwah lain,<br />

orang tua mahasiswa,<br />

dosen-dosen, rektorat,<br />

lembaga intra kampus,<br />

alumni-alumni, tokohtokoh<br />

penting, lembagalembaga<br />

sosial, dll.<br />

Penjaringan donasi ini<br />

bisa dilakukan atas<br />

nama individu ke individu<br />

atau dari lembaga ke<br />

|<br />

yang tertulis. Ini adalah<br />

cara LDFK bekerja<br />

profesional. Dan LDFK<br />

harus teliti dan seksama<br />

terhadap apa-apa yang<br />

tertulis dalam kontrak<br />

tersebut. Karena LDFK<br />

dan mitra harus<br />

menepati dan<br />

melaksanakan isi dari<br />

kontrak tersebut.<br />

6. Bila tak ditemukan<br />

kesepakatan, atau<br />

dengan kata lain, mitra<br />

yang LDFK tuju belum<br />

bersedia untuk bekerja<br />

sama, jangan lupa<br />

ucapkan terima kasih<br />

atas kesempatan yang<br />

diberikan, dan jaga<br />

database-nya, mungkin<br />

suatu saat ketika LDFK<br />

akan melakukan even<br />

lagi, database tersebut<br />

bisa digunakan.<br />

7. Bila kegiatan telah<br />

selesai, kemudian LDFK<br />

dan mitra telah selesai<br />

melakukan kerjasama,<br />

maka jangan lupa untuk<br />

memberikan laporan<br />

even tersebut atau LPJnya<br />

kepada pihak mitra<br />

tersebut.<br />

8. Untuk penjagaan<br />

hubungan kerjasama,<br />

jangan lupa dijaga<br />

silaturahimnya antara<br />

LDFK dengan mitra<br />

tersebut untuk<br />

mempermudah<br />

kerjasama-kerjasama<br />

berikutnya.<br />

Secara Tidak terstruktur<br />

Bisa dilakukan secara<br />

spontan yakni melalui<br />

kunjungan silaturahim<br />

langsung dari individu (wakil<br />

LDFK) ke individu (pihak<br />

donasi).<br />

Secara Terstrukutur<br />

- Pengumpulan data<br />

alumni donatur dari<br />

berbagai sumber<br />

(rektorat, LDFK<br />

- sendiri, jaringan yang


Tips – Trik Pembuatan Proposal<br />

masyarakat sekitarnya. Hal<br />

ini bisa dimanfaatkan untuk<br />

kepentingan dakwah LDFK<br />

dalam berbagai bidang.<br />

Penjaringan donasi yang<br />

memanfaatkan jaringan<br />

bisa menjadi solusi dari<br />

penggalangan dana di<br />

LDFK, selain untuk<br />

mempererat tali<br />

silaturahim.<br />

lembaga.<br />

Bentuknya bisa melalui<br />

silaturahim langsung<br />

atau kunjungan.<br />

|<br />

ada, dan lain-lain).<br />

- Pembuatan proposal<br />

yang berisi kegiatan<br />

LDFK selama satu tahun<br />

ke<br />

- depan.<br />

- Penyeleksian data,<br />

penyaringan melalui<br />

konfirmasi pada donatur.<br />

- Pengambilan keputusan.<br />

- Pengalokasian dana yang<br />

telah terkumpul.<br />

- Pembuatan LPJ dan<br />

progress report atas<br />

penggunaan data<br />

tersebut.<br />

- Penyampaian LPJ dan<br />

progress report kepada<br />

donatur.<br />

Proposal merupakan senjata yang vital bagi proses pengajuan sponsorship. Jadi akan dijelaskan<br />

mengenai proposal. Bagaimana proposal bisa menjadi alat perkenalan sekaligus menghasilkan<br />

“sesuatu”? Proposal yang bagus tidak harus mahal, namun setidaknya memiliki beberapa ciri<br />

mendasar:<br />

Tampilan luar<br />

- Menarik (eye catching), dilihat dari warna, design, ukuran, pemilihan jenis kertas dan cara<br />

menjilid serta tidak ‘norak’.<br />

- Bisa dipahami pada pandangan pertama, terutama terkait dengan judul utama acara atau<br />

kegiatan dan pelaksananya (perguruan tinggi).<br />

Tampilan dalam<br />

- Menarik (eye catching), dilihat dari design dalam, pemilihan font dan pemilihan jenis kertas.<br />

Jangan sampai tidak jelas dan tidak enak dilihat.<br />

- Bisa dipahami dalam waktu singkat (pastikan dalam waktu kurang dari 5 menit, pembaca<br />

proposal bisa memahami content acara, termasuk kontrapretasi.<br />

Teknik dan trik negosiasi dan presentasi sederhana<br />

Proses menjual proposal<br />

- Mendapatkan referensi<br />

- Orang-orang yang saya kenal.<br />

- Pendekatan<br />

- Telepon untuk mendapatkan pertemuan.<br />

- Professional sales presentation


- Ice breaking.am me-list mitra yang<br />

- Sell your self.<br />

- Sell your LDFK.<br />

- Create and sell the needs.<br />

- Get customer commitment.<br />

- Design and present proposal.<br />

- Close the sales.<br />

- Get refferal leads.<br />

- Proses administrasi.<br />

- Application proposal.<br />

- Mengucapkan ‘selamat’.<br />

- Menerangkan kembali program.<br />

- Meminta referensi.<br />

- Menjaga hubungan.<br />

Professional Sales Presentation: bagaimana kita berhadapan dengan calon sponsor kita dengan<br />

menjual proposal secara profesional.<br />

Ice Breaking<br />

- Ucapkan salam yang bersifat positif!<br />

- Jabat tangan calon klien kita dengan hangat!<br />

- Berikan kartu nama Anda!<br />

- Berikan sedikit pujian kepada calon klien Anda!<br />

Sell your self<br />

- Buatlah penampilan anda meyakinkan (pastikan dari ujung kepala sampai dengan ujung<br />

sepatu terlihat profesional).<br />

- Persiapkan seluruh ‘sales tool’ dengan lengkap!<br />

- Jaga eye contact, body language, dan intonasi suara Anda!<br />

Sell your LDFK<br />

- Ceritakan mengenai latar belakang LDFK dengan baik, jelas dan ringkas!<br />

- Jelaskan kredibilitas LDFK Anda!<br />

- Jelaskan dengan detil kalau ada prestasi yang pernah dicapai LDFK!<br />

Create and sell the needs<br />

- Ceritakan mengenai program yang anda miliki!<br />

- Jelaskan benefit yang akan mereka dapatkan ketika mereka mengikuti program atau proposal<br />

yang kita tawarkan!<br />

Get customer commitment<br />

- Dengarkan pendapat calon klien Anda!<br />

- Jangan berdebat apabila calon klien Anda mengutarakan pendapatnya!<br />

- Tanyakan program atau kerjasama model apa yang dia inginkan!<br />

- Dapatkan komitmen!<br />

Design and Present Proposal<br />

|


- Jelaskan program pada proposal sesuai dengan yang dibutuhkan/dimengerti klien!<br />

- Tanyakan pendapatnya mengenai proposal penawaran yang kita ajukan kepadanya!<br />

Close the Sales<br />

- Dapatkan data lengkap mengenai calon klien (untuk kepentingan administrasi)!<br />

- Usahakan sudah disiapkan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK), ketika sudah deal.<br />

- Insya Allah dapat pembayaran pertama.<br />

Get refferal leads.<br />

|


D<br />

alam Islam, istilah pendidikan disebut dengan tarbiyah. Menurut ilmu bahasa, tarbiyah<br />

berasal dari tiga pengertian kata -robbaba-robba-yurobbii- yang artinya memperbaiki sesuatu<br />

dan meluruskannya. Sedang arti tarbiyah secara istilah adalah menyampaikan sesuatu untuk<br />

mencapai kesempurnaan, dimana bentuk penyampaiannya satu dengan yang lain berbeda sesuai<br />

dengan tujuan pembentukannya. Tujuan itu ditentukan melalui persiapan yang sesuai dengan batas<br />

kemampuan untuk mencapai kesempurnaan. Tarbiyah merupakan sesuatu yang dilakukan secara<br />

bertahap dan sedikit demi sedikit oleh seorang pendidik, selain itu juga dilakukan secara<br />

berkesinambungan – maksudnya tahapan-tahapannya sejalan dengan kehidupan, tidak berhenti<br />

pada batas tertentu, terhitung dari buaian sampai liang lahad.<br />

Dalam pembahasan kali ini maka yang dimaksud tarbiyah itu adalah tarbiyah dalam lembaga<br />

dakwah kampus yang lebih simpelnya biasa disebut dengan kaderisasi. Manusia pada asalnya lahir di<br />

dunia tanpa sehelai benangpun dan juga tanpa ilmu. Kemudian seiring berjalannya waktu, ia mulai<br />

bisa melakukan berbagai macam hal, mulai dari berjalan, berlari, bersepeda, membaca bahkan<br />

samapai menghasilkan pemikirna revolusioner yang membawa pada perbaikkan ataupun kerusakkan,<br />

hal ini tidak mungkin tercapai kecuali dengan ilmu. Dalam berdakwah di lingkup fakultas kedokteran,<br />

ilmu dasar yang jelas harus dikuasai selain tsaqofah diniyyah adalah ilmu tentang bagaimana<br />

membuat dakwah itu terus berlangsung secara berkesinambungan, disaat peran dan pengaruhnya<br />

semakin membesar. Dan hal ini tidak akan mungkin tercapai jika kita tidak mau mengusahakannya<br />

Allah SWT berfirman :<br />

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka<br />

mengubah keadaan dirinya…” – QS. Ar-Ra’du : 11<br />

|


Dalam berdakwah, peran da’i memegang peranan yang sangat penting, karena darinya lah ilmu<br />

disebarkan, darinyalah akhlaq mulia dicontohkan, oleh sebab itu proses pencetakkan da’i-da’i<br />

unggulan harus terus berlangsung, Allah SWT berfirman:<br />

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya,<br />

maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan<br />

mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin,<br />

yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak<br />

takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada<br />

siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha<br />

Mengetahui.” – QS. Al Maidah : 54<br />

Salah satu ciri orang yang dicintai Allah SWT adalah yang berjuang di jalan-Nya dengan barisan<br />

yang teratur lagi kokoh.<br />

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang<br />

teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” – QS. Ash<br />

Shaff : 4<br />

Allah pun juga memerintahkan kepada kita untuk mempersiapkan dengan persiapan yang<br />

matang untuk menghadapi musuh-musuh Allah, dan penyiapan da’I yang unggul tentu sangat<br />

diperlukan untuk keberlangsungan dakwah<br />

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan<br />

dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu<br />

menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu<br />

tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan<br />

pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan<br />

dianiaya (dirugikan).” – QS. Al Anfal : 60<br />

Komponen utama untuk yang melandasi suatu umat adalah konsep/manhaj/risalah yang<br />

menjadi dasar dari kehidupan umat tersebut. Dan mereka yang senantiasa mengajarkan dan<br />

menghidupkan manhaj ini adalah para kader-kader atau pemimpin-pemimpinnya, dimana kebaikankebaikan<br />

yang berserakan pada orang-orang ammah (umum) terkumpul dalam dirinya. Ketiga, basis<br />

massa yang mengikuti pemimpin-pemimpinnya, dan keempat adalah unsur waktu. Jadi, keberjalanan<br />

suatu umat bisa dijelaskan sebagai berikut. Para kader atau pemimpin datang dengan membawa<br />

suatu risalah tertentu dan kemudian mereka membina orang-orang di sekitarnya sehingga<br />

terbentuklah suatu basis massa pendukung risalah tersebut. Lantas umat tersebut berjalan dengan<br />

risalah tersebut selama rentang waktu tertentu.<br />

Saat umat tersebut mulai meninggalkan risalah yang semula menjadi landasan hidupnya dan<br />

berganti menjadi risalah yang lain, maka dapat dikatakan mereka sudah menjadi umat yang lain.<br />

Konsep ke-umat-an tersebut dapat diterjemahkan dalam ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu<br />

masyarakat kampus. Tentunya skenario yang kita inginkan adalah begini, seorang atau sekelompok<br />

orang kader dakwah kampus membawa konsep Islam dan membina orang-orang di sekitarnya<br />

|


sehingga terbentuklah sebuah komunitas yang shalih yang semakin berkembang dan kemudian<br />

menjelma menjadi kehidupan kampus yang didasarkan pada konsep dan nilai-nilai Islam.<br />

Dengan kata lain, kita ingin membangun masyarakat kampus yang islami, dimana Islam tegak di<br />

dalamnya dan Al-Qur’an hidup di dalamnya. Pentahapan dalam dakwah adalah sunnatullah. Dalam<br />

hal ini pun perlu diperhatikan tahapan-tahapan dalam membangun masyarakat kampus.<br />

Tahapan-tahapan tersebut adalah:<br />

1. Membangun basis kader<br />

Tahap ini adalah tahap pembinaan para pemimpin, para kader yang ke depannya akan<br />

menjadi penggerak dakwah. Yang perlu dicermati adalah bahwa membina kader berbeda<br />

dengan membina masyarakat pada umumnya. Membina kader tidak cukup dengan hanya<br />

ta’lim, tabligh, training, dan seminar. Membina kader haruslah melalui medan amal yang<br />

nyata, menghadapkannya pada realitas. Pembinaannya bersifat intensif, memperhatikan<br />

seluruh aspek kehidupannya, untuk memenuhi standarstandar kepribadian seorang<br />

pemimpin. Karena itulah waktunya bisa panjang. Inilah yang disebut kaderisasi dan inilah<br />

yang akan dibahas secara lebih mendalam pada bagian berikutnya.<br />

Biasanya tidak sembarang orang bisa digembleng menjadi kader, ada seseorang yang<br />

terlihat meyakinkan, namun ketika mulai dilatih menjadi kader yang baik, sedikit demi sedikit<br />

mulai luntur keistiqomahannya. Maka untuk membangun basis kader dalam dakwah kampus<br />

fakultas kedokteran dapat dilakukan dengan cara melakukkan open recruitment menjadi<br />

pengurus LDFK secara terbuka, untuk kemudian dilihat bagaimana perkembangan kader<br />

tersebut, dilakukkan penilaian mana yang istiqomah, si A lebih cocok dengan bidang apa,<br />

untuk kemudian dilakukkan pendidikkan dan pembekalan lanjutan yang bisa dengan<br />

diikutkan pelatihan yang digelar oleh <strong>FULDFK</strong> (MMLC), BEM, ataupun yang lainnya. Hal<br />

prinsip dalam penggemblengan kader adalah kita harus meyakini bahwa semua orang<br />

mempunyai potensi menjadi “dasyat”, jadi tidak boleh membedakan seorang calon kader<br />

dengan seorang yang lainnya. Pembedaan perlakukan baru boleh diberikkan jika calon kader<br />

sudah melewati beberapa waktu untuk menunaikan amanahnya, bagi orang-orang yang<br />

menunaikan amanah dengan baik maka akan sangat layak jika hendak diberikan tindakkan<br />

khusus untuk mengembangkan potensinya (misal diikutkan pelatihan MMLC).<br />

2. Membangun basis massa<br />

Prinsip dari pembangunan basis masa adalah kader dan aktifis LDFK tidak boleh bersifat<br />

eksklusif, berbaur namun tidak bercamppur, yaitu tidak bisa berbaur dengan masyarakat luas,<br />

serta ia bisa memberikan kontribusi positif bagi terbentukknya masyarakat islam di kampus<br />

fakultas kedokteran. Jika hal ini kader atau aktifis bersifat eksklusif maka tidak ada bedanya<br />

apakah ia adalah aktifis yang menguasai banyak ilmu atau yang kadang-kadang saja menjadi<br />

aktifis, karena jika tidak mau terjun diluar lingkungan dakwah, maka llingkungan dakwah itu<br />

tidak akan berkembang. Membina massa relatif lebih sederhana daripada membina kader.<br />

Ada dua poin penting yang harus dilakukan pada tahap ini. Yang pertama adalah memberikan<br />

kemanfaatan kepada massa kampus. Inilah yang membuat aktivitas syi’ar harus banyak<br />

mengandung unsur pelayanan. Contoh hal ini adalah memberikan leaflet, majalah atau sms<br />

tausyiah secara gratis kepada seluruh mahasiswa muslim.<br />

Kedua, berusaha menokoh di kalangan massa kampus. Hal ini dikarenakan masyarakat<br />

umumnya akan mengikuti orang-orang yang dianggapnya tokoh. Ini menuntut seorang kader<br />

|


agar memiliki standar pengetahuan, ruhiyah, dan kepribadian lainnya yang mencukupi<br />

sehingga ia layak menokoh. Dengan kata lain, seorang kader akan menjadi magnet bagi<br />

orang-orang di sekitarnya. Apa lagi kultur akademis di fakultas kedokteran sangat kental,<br />

sehingga orang-orang yang dianggap “encer otaknya” relatif lebih memiliki pengaruh dari<br />

pada yang biasa-biasa saja. -Yang juga perlu diperhatikan adalah perlunya menjalin hubungan<br />

dengan dekanat dan karyawan di fakultas, ada beberapa macam cara yang bisa ditempuh,<br />

misal dengan secara rutin memberikan selebaran atau pamflet tausyiah, dan pada beberapa<br />

kondisi minta orang-orang dari dekanat atau karyawan menjadi pengisi materi atau kajian,<br />

insyaAllah hal ini akan menjadikan kerikatan dan kecintaan hati dengan dakwah.<br />

3. Membangun basis institusi<br />

Inilah tahap dimana dakwah kampus fakultas kedokteran sudah resmi dan diakui. Hal ini<br />

bisa ditunjukkan dengan adanya surat keputusan dekan, atau bisa juga dengan surat<br />

keputusan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) jika LDFK berada di bawah BEM. Pada<br />

hakikatnya, bentuk institusi itu hanyalah sarana untuk mencapai tujuan dakwah yang tidak<br />

berubah baik sebelum ataupun sesudah dakwah kampus melembaga. Dengan melembaga,<br />

dakwah kampus akan memperoleh beberapa manfaat. Di antaranya adalah kekuatan legalitas<br />

dan formalitas, mempercepat penyampaian syi’ar-syi’ar Islam, dan mempermudah dalam<br />

menjalankan programprogram dakwah.<br />

Selain itu juga bisa melakukkan intervensi kepada sistem. Perlu diingat bahwa dengan<br />

memperbaiki sistem akan mengekalkan kebaikkan, karena selama sistem itu masih ada<br />

selama itu pula kebaikkannya masih terlaksana. Hal ini bisa dicapai dengan melakukkan<br />

lobbying pada dekanat, semisal untuk mengesahkan hari wajib berjilbab dan berkoko untuk<br />

mahasiswa yang beragama islam, atau semisal menginisiasi dibangunnya mushalla atau<br />

masjid fakultas.<br />

4. Membangun kampus secara keseluruhan dengan konsep Islam<br />

Inilah tahapan dimana yang menjadi target adalah terwarnainya seluruh elemen kampus<br />

– baik itu mahasiswa, staf pengajar, karyawan, semua warga kampus – dengan fikrah Islam.<br />

Hal ini tidak akan terwujud jika tidak dilakukkan dakwah islam dari bagian terkecil dari<br />

kampus itu, yaitu masing-masing diri kita.<br />

Secara umum, proses kaderisasi dapat dibagi ke dalam dua tahapan besar. Yang pertama<br />

adalah proses merekrut orang. Inilah proses dimana seorang da’i berburu bakat. Dia mencari potensipotensi<br />

kebaikan yang tersebar di masyarakat, lalu kemudian dia memasukkannya ke dalam barisan<br />

dakwah. Yang kedua, setelah itu, adalah proses membina orang-orang tersebu, agar dapat<br />

memastikan tetap abadinya kereta dakwah. Proses membina adalah proses berinteraksi dengan<br />

fitrah manusia (tabiat dan semua unsur yang menyertainya) sehingga terjadi rekonstruksi kepribadian<br />

pada diri orang yang dibina.<br />

Seperti disebutkan sebelumnya, membina kader atau pemimpin itu tidak dapat dilakukan hanya<br />

lewat pengajian, ta’lim, dan seminar-seminar umum. Dibutuhkan perangkat-perangkat yang lebih<br />

khusus karena yang akan dibangun adalah kepribadian orang yang dibina secara integral. Selain itu,<br />

membina kader haruslah melalui alam realitas. Tidak cukup mengajarkan kejujuran, misalnya, hanya<br />

|


dengan ta’lim. Karena tekanan-tekanan alam realitaslah yang paling baik mendidik jiwa seseorang.<br />

Inilah sebabnya tadribul amal menjadi sangat penting dan harus dipandang sebagai bagian yang<br />

integral dari proses pembinaan. Sebelum berlanjut, mari kita maknai kembali fase-fase dakwah kita.<br />

Kita ulas kembali secara singkat fase-fase tersebut.<br />

1. Fase Tabligh dan Ta’lim<br />

Fase ini adalah fase pengenalan, penyebaran fikrah. Yang menjadi fokus amal adalah<br />

mengubah yang tadinya bodoh menjadi tahu (dari jahiliyah kepada ma’rifah)<br />

2. Fase Takwin<br />

Fase ini adalah fase pembentukan, penyeleksian, dan latihan beramal. Yang menjadi<br />

fokus adalah mengubah yang tadinya tahu menjadi terstruktur pengetahuannya dan mulai<br />

berlatih melakukan amal-amal Islam yang nyata.<br />

3. Fase Tandzhim<br />

Fase ini adalah fase pengorganisasian, penyusunan pasukan, dan pemobilisasi- an<br />

potensi untuk tujuan dakwah.<br />

4. Fase Tanfidz<br />

Fase ini adalah fase pelaksanaan kerja dawah yang khusus. Terdapat relasi yang kuat<br />

antara fase-fase dakwah dengan amal-amal kaderisasi. -Dengan memaknai fase-fase dakwah<br />

di atas, amal-amal kaderisasi dapat dibuat menjadi alur sebagaimana berikut.<br />

5. Rekruitmen<br />

Proses inilah yang menjadi tahapan pertama dalam dua tahapan besar kaderisasi. Proses<br />

ini berkaitan erat dengan fase tabligh dan ta’lim pada fase dakwah.<br />

6. Pembentukan<br />

Proses ini dan seterusnya merupakan tahapan ke dua dari dua tahapan besar kaderisasi.<br />

Proses ini berkaitan dengan fase takwin dalam fase dakwah.<br />

7. Menyediakan ladang amal<br />

Proses ini dan setelahnya memiliki relasi yang kuat dengan fase tandzhim pada fase<br />

dakwah.<br />

8. Monitoring<br />

Melakukan penilaian dan pengawasan yang wajar terhadap kader yang telah disediakan<br />

lading amal baginya. Misalnya bagaimana kontribusinya dalam ladang amalnya. Contoh<br />

bagaimana kinerjanya dalam kepanitiaan yang mengadakan kajian.<br />

Untuk lebih memperdalam pembahasan tiap-tiap poin di atas, akan dijelaskan masing-masing<br />

poin secara terpisah.<br />

Sebelum membahas lebih jauh, akan ditegaskan dahulu bahwa dalam bab ini, pengertian kader<br />

berbeda dengan pengertian pengurus. Yang dimaksud dengan kader adalah mereka yang mengikuti<br />

alur kaderisasi LDFK. Yang dimaksud dengan pengurus adalah mereka yang menjalankan kerja-kerja<br />

dakwah secara formal dan terkoordinasi dalam struktur LDFK sesuai dengan job description yang<br />

diberikan. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud rekruitmen adalah rekruitmen kader.<br />

|


Proses rekruitmen adalah proses menarik masuk seseorang ke dalam barisan dakwah untuk<br />

kemudian dibina dan menjadi sumber daya penggerak dakwah. Dengan kata lain kita merekrut<br />

seseorang menjadi kader LDFK untuk kemudian dibina dan akan bersama-sama beramal dakwah<br />

melalui LDFK. Ini berarti proses rekruitmen dapat dikatakan sebagai penyeleksian/penyaringan SDM<br />

yang siap dibentuk. Dalam proses merekrut ini, perlu dicermati pula siapa yang akan direkrut. Orang<br />

tersebut haruslah memenuhi dua syarat, yaitu berpotensi untuk mengubah diri dan mengubah orang<br />

lain. Hal ini perlu karena kita melihat pada kemanfaatan untuk dakwah secara umum. Dengan<br />

merekrut orang-orang yang memenuhi dua kriteria di atas, dakwah akan mengalami percepatan yang<br />

jauh lebih pesat daripada kita merekrut orang yang sulit mengubah orang lain apalagi jika orang<br />

tersebut sulit diubah kepribadiannya.<br />

Karena itulah, pada hakikatnya, objek perekrutan itu harus dicari. Tidak bisa hanya dengan<br />

menunggu. Kita harus mencari orang-orang yang memiliki bakat pemimpin, orang-orang yang<br />

simpati dengan Islam di kampus. Inilah implementasi hadits Rasulullah SAW : “Manusia itu seperti<br />

barang tambang, yang terbaik di masa jahiliyah terbaik juga dalam Islam”. Masih ingatlah kita<br />

bagaimana Rasulullah SAW berdoa : “Ya Allah, jadikanlah salah satu dari dua Umar ini sebagai kunci<br />

kemenangan Islam” ketika berdoa kepada Allah SWT agar salah satu di antara dua Umar (Umar bin<br />

Khaththab ra. dan Abu Jahal) masuk ke dalam barisan kaum Muslimin. Kedua orang ini merupakan<br />

tokoh pemimpin di masa jahiliyah. Kemudian Allah SWT mengabulkan doa Rasul-Nya dengan<br />

masuknya Umar bin Khaththab ra. Dan terbukti ketika Umar masuk Islam, dakwah Islam mengalami<br />

percepatan yang luar biasa.<br />

Metode yang umumnya digunakan oleh LDFK untuk merekrut kader adalah dengan membuka<br />

pendaftaran calon kader LDFK atau mengadakan ta’lim-ta’lim umum atau even-even syi’ar lainnya<br />

(program-program yang sifatnya pengenalan nilai-nilai Islam) dan kemudian merekrut orang-orang<br />

yang hadir untuk menjadi kader LDFK. Ini tidak salah karena proses seperti ini sama dengan<br />

menyeleksi unsur-unsur di masyarakat kampus yang mempunyai kecenderungan lebih besar kepada<br />

Islam dan unsur-unsur yang simpati dengan Islam. Dengan kata lain begini, orang yang sejak awal<br />

sudah simpati dengan Islam atau yang setelah mengikuti program syi’ar muncul rasa simpatinya<br />

terhadap Islam, itulah yang akan kita rekrut. Misalnya setelah seseorang mengikuti Seminar<br />

kedokteran islam, dia mulai mengetahui bahwa islam adalah agama yang kaffah dan berminat untuk<br />

memperdalah islam dan mempelajari kebesaran-kebesaran Allah yang dapat diungkap oleh ilmu<br />

kedokteran. Maka orang-orang seperti ini kita rekrut dan kita bina agar pengetahuannya berkembang<br />

menjadi pola pikir dan amalnya produktif untuk dakwah.<br />

Sebagaimana telah dikatakan, hal tersebut di atas tidaklah salah. Namun, sebenarnya tidak<br />

cukup. Perlu juga dipikirkan bagaimana para kader ini dapat melihat potensi-potensi di sekitarnya.<br />

Misalnya potesi kepemimpinan, pemikiran, keprofesian dan akademik, atau olah raga. Karena orangorang<br />

yang memiliki puncak-puncak potensi inilah yang nanti akan menjadi tokoh-tokoh di<br />

masyarakat kampus.<br />

Karena itulah kapasitas internal kader menjadi penting. Daya rekrut LDFK bergantung pada<br />

daya rekrut setiap kadernya, dan daya rekrut setiap kadernya bergantung pada kapasitas internal<br />

dirinya. Masih ingatlah kita bagaimana proses masuk Islamnya Rukanah. Dia hanya mau masuk Islam<br />

jika Rasulullah mengalahkannya bergulat. Dan ternyata Rasulullah lebih kuat. Atau bagaimana masuk<br />

|


Islamnya Umar. Ini mengindikasikan bahwa untuk merekrut orang kuat harus dilakukan oleh orangorang<br />

yang sama kuatnya atau lebih kuat.<br />

Antara Kualitas dan Kuantitas<br />

Rekruitmen yang dilakukkan LDFK pada dasarnya untuk memnuhi dua hal, yaitu kuantitas dan<br />

kualitas. Kuantitas penting untuk menjamin terpenuhinya job sharing sedang kualitas menjamin<br />

terlaksanya tugas sesuai dengan yang diharapkan. Pada kenyataannya, fungsi rekruitmen yang<br />

dilakukan LDFK tidak hanya berorientasi pada pemenuhan basis kader (baca: kualitas), tetapi juga<br />

memiliki fungsi pemenuhan barisan pendukung dakwah atau simpatisan dakwah (baca: kuantitas).<br />

Dalam proses rekruitmen LDFK, ada dua hal yang perlu diperhatikan terkait dengan kedua fungsi di<br />

atas, yaitu: (1) Peran LDFK sebagai sarana dakwah umum yang harus menggulirkan proyek-proyek<br />

dakwah secara profesional, artinya LDFK memerlukan kader yang secara kualifikasi siap menanggung<br />

beban dakwah, dan (2) Peran LDFK sebagai sarana pemenuhan barisan pendukung/simpatisan<br />

dakwah. Dapatlah kita gambarkan peta masyarakat muslim seperti di bawah ini.<br />

Untuk melaksanakan peran pertamanya dengan baik, LDFK sebagai organisasi dakwah sangat<br />

membutuhkan calon-calon kader yang memiliki standar kompetensi tertentu sebagaimana telah<br />

ditetapkan sebelumnya oleh tim formatur LDFK setelah suksesi. Mereka diharapkan telah memiliki<br />

pengalaman untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, memiliki pemahaman Islam yang baik,<br />

mengenali medan, dan telah teruji komitmennya sehingga bisa dikategorikan sebagai SDM siap pakai<br />

(kader inti). SDM seperti inilah yang diharapkan menjadi motor penggerak aktivitas dakwah LDFK<br />

yang berperan mewarnai kampus dengan nilai-nilai Islam. SDM ini pula yang diharapkan dapat<br />

menjadi role of model bagi kader atau pengurus yang lain. Kader-kader inti ini sudah tinggi secara<br />

jenjang kederisasi dan biasanya menempati posisi yang strategis dalam struktur LDFK (top atau<br />

middle manager). Untuk melaksanakan peran keduanya dengan baik, LDFK sebagai organisasi<br />

dakwah diharapkan dapat merekut sebanyak mungkin mahasiswa/i muslim di kampus untuk<br />

bergabung bersama mengembangkan dan mengaktualisasi diri dalam bingkai dakwah Islam. Siapa<br />

pun, selama dia merupakan mahasiswa di kampus, yang memiliki motivasi untuk memperbaiki,<br />

mengembangkan, mengaktualisasi diri serta berdakwah/beramal islami di kampus, adalah caloncalon<br />

SDM yang potensial. Standar kompetensi tidak diberlakukan secara ketat untuk calon-calon<br />

SDM ini. Justru diharapkan melalui keikutsertaan dalam aktivitas dakwah LDFK dan interaksinya<br />

dalam lingkungan yang kondusif itulah maka SDM-SDM ini akan memiliki kesempatan yang sangat<br />

luas untuk transformasi diri ke arah yang lebih islami.<br />

Untuk memenuhi kedua fungsi tadi, dapat disiasati melalui penjenjangan kader. Jadi pembinaan<br />

dan penyeleksian berdasarkan kompetensi yang ketat tidak diterapkan pada semua tingkatan<br />

kaderisasi. Jadi tidak semua kader menjalankan fungsi kader sebenarnya, ada beberapa tingkatan<br />

yang sebenarnya merupakan simpatisan. Ini tidak menjadi masalah karena LDFK merupakan<br />

lembaga aktivitas yang sifatnya umum (wajihah ‘amal ‘aam). Namun, jangan sampai kita tejebak<br />

pada penyempitan makna simpatisan sekedar yang mendaftarkan diri pada LDFK saja. Kita harus<br />

mengklasifikasikannya berdasarkan tingkatan interaksi antara seseorang dengan LDFK/Islam.<br />

Yang termasuk simpatisan adalah mereka yang:<br />

1. Mengikuti program-program dakwah yang dilakukan LDFK.<br />

|


2. Mendukung Islam dan dakwah. Baik itu dalam hal finansial, tenaga, ataupun pemikiran.<br />

Karena itu orang yang kritis dan banyak menyampaikan kritik yang membangun terhadap<br />

LDFK harus kita pandang sebagai aset dan diposisikan sebagai orang yang peduli.<br />

3. Orang-orang yang hanif kepribadiannya.<br />

Untuk memenuhi kebutuhan kader, LDFK dapat menjalankan dua mekanisme<br />

rekruitmen. Yaitu (1) masif dan (2) personal. Yang dimaksud dengan mekanisme rekruitmen<br />

masif adalah adalah rekruitmen terbuka bagi seluruh mahasiswa muslim di kampus. Dapat<br />

juga berupa rekruitmen sebagai follow-up kegiatankegiatan syi’ar, dll. Sedangkan yang<br />

dimaksud rekruitmen personal adalah rekruitmen yang dilakukan secara langsung oleh<br />

formatur LDFK dan pengelola SDM LDFK, atau bahkan oleh kader-kader LDFK terhadap<br />

individu-individu tertentu yang dianggap memiliki kecenderungan kepada Islam dan memiliki<br />

potensi yang besar untuk dakwah. Perekrutan secara personal ini dapat diikuti oleh proses<br />

pembinaan saja atau pun sekaligus menempatkannya pada struktur LDFK jika dirasa perlu dan<br />

standar kepribadian dan kompetensinya telah terpenuhi.<br />

Salah satu parameter berhasilnya kaderisasi adalah terbentuknya kaderkader dengan<br />

kapasitas yang ditargetkan secara konkret. Untuk itu, demi terciptanya LDFK yang mandiri,<br />

profesional, dan regeneratif maka perlahan-lahan setiap LDFK diharapkan mampu<br />

menghasilkan kader-kader inti secara mandiri melalui alur kaderisasi yang dijalankannya.<br />

LDFK harus mampu berperan sebagai “kawah candradimuka” yang dapat mentransformasi<br />

individu-individu yang pada awalnya belum memiliki kompetensi apa-apa menjadi individuindividu<br />

yang memiliki kompetensi keislaman yang tinggi, profesional, intelek, dan siap<br />

melakukan amal da’awi. Di situlah letak pentingnya alur kaderisasi berjenjang dalam sebuah<br />

LDFK. Jadi dapat kita lihat di sini bahwa kaderisasi tahap-tahap awal berorientasi pada<br />

kuantitas untuk membangun barisan pendukung dakwah. Namun, dalam proses setelahnya,<br />

pentahapan kaderisasi haruslah berorientasi pada kualitas kader-kadernya.<br />

Teknis : Langkah-langkah Rekruitmen Massif<br />

Dalam melakukan rekruitmen masif, secara teknis dapat mengikuti prosedur-prosedur berikut.<br />

Sosialisasi LDFK<br />

Tujuan:<br />

- Mengenalkan LDFK kepada seluruh civitas akademika kampus.<br />

- Menarik minat seluruh civitas akademika kampus khususnya mahasiswa/i muslim/ah untuk<br />

bergabung dengan LDFK. -Hal ini bisa dilakukkan sejak maru pertama kali datang ke kampus<br />

untuk melakukkan registrasi. Dari LDFK ada tim khusus untuk melakukkan “sambut maru”,<br />

yang bertugas mengenalkan mereka pada LDFK, bisa dengan pembagian leaflet,<br />

menawarkan untuk pencarian kos, atau mungkin juga bisa dengan memberikan mereka<br />

souvenir sederhana namun akan tetep diingat, seperti stiker pembatas buku dll.<br />

Publikasi rekruitmen<br />

Tujuannya adalah memberikan informasi kepada seluruh civitas akademika kampus bahwa<br />

LDFK mengadakan rekruitmen untuk seluruh civitas akademika kampus.<br />

Penyebaran dan pengembalian formulir rekruitmen dan isian biodata calon kader<br />

Tujuan:<br />

|


- Mengumpulkan data awal calon kader.<br />

- Mengenali karakteristik calon kader (biodata singkat, pengalaman organisasi, motivasi<br />

bergabung dengan LDFK, keterampilan khusus yang dimiliki, pilihan aktivitas yang diminati).<br />

Pengolahan data calon kader<br />

Tujuan:<br />

- Mendapatkan gambaran umum tentang karakteristik calon kader LDFK.<br />

- Mendapatkan database calon kader.<br />

Wawancara calon kader<br />

Tujuan:<br />

- Mengenali calon-calon pengurus secara baik dan lebih mendalam (pemahaman keislamannya,<br />

harapan-harapannya terhadap LDFK, motivasinya, pilihan aktivitas yang diminatinya kelak<br />

jika bergabung dengan LDFK, tingkat komitmennya dengan dakwah, pengalaman<br />

organisasinya, gaya kerjanya, tingkat pengetahuannya terhadap amanah yang akan<br />

dijalankannya, konsep diri dan manajemen pribadinya).<br />

- Memasukkan kader ke dalam kelompok-kelompok pembinaan yang sesuai.<br />

Publikasi pengurus<br />

Tujuannya adalah menginformasikan kader-kader LDFK baru yang akan menjalani alur<br />

kaderisasi kepada civitas akademika kampus. Hal-hal penting yang perlu digali dari calon kader pada<br />

saat proses rekruitmen, setidaknya adalah:<br />

- Data diri calon kader (nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, alamat tempat tinggal,<br />

nomor kontak, fakultas/jurusan, angkatan, motto hidup, dll.).<br />

- Riwayat pendidikan.<br />

- Pengalaman organisasi.<br />

- Keterampilan khusus yang dimiliki.<br />

- Pilihan aktivitas yang diminati.<br />

- Motivasi bergabung dengan LDFK.<br />

- Tujuannya bergabung dengan LDFK.<br />

- Tingkat pemahaman keislamannya secara umum.<br />

Inti dari pengenalan secara mendalam terhadap calon kader adalah mengetahui potensi, tipe<br />

kepribadian, pemahaman dan pola pikirnya sehingga kita dapat menentukan cara terbaik dalam<br />

membinanya. Misalnya, ketika akan dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok usrah, maka<br />

dengan mengenal calon kader secara mendalam kita dapat menentukan siapa naqib yang tepat<br />

untuknya dan mengumpulkannya dengan teman-temannya yang setaraf kadar pemahaman<br />

keislamannya. Beberapa bagian dalam proses rekruitmen yang terkait dengan sistem kaderisasi LDFK<br />

(berarti harus dibicarakan di awal kepengurusan jika LDFK yang bersangkutan belum memiliki sistem<br />

kaderisasi yang baku) antara lain:<br />

- Waktu pelaksanaan rekruitmen dan frekuensi rekruitmen dalam satu periode kepengurusan.<br />

- Sasaran dari rekruitmen tersebut (umum, siapapun asal berstatus mahasiswa dan beragama<br />

Islam, atau ada kriteria khusus lainnya, seperti berasal dari angkatan tertentu, memiliki<br />

standar kompetensi tertentu, dan sebagainya).<br />

- Mekanisme teknis pelaksanaannya.<br />

- Pelaksana rekruitmen (apakah hanya pengelola SDM, hanya tim formatur, atau keduanya?)<br />

|


Setelah dilakukkan proses rekruitmen, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah<br />

pengenalan, agar para raw recruit yang ammah ini dapat memahami tugas dan fungsi yang akan<br />

diembannya adalah tugas dakwah yang memerlukkan persiapan diri. Pengenalan pertama yang harus<br />

dilakukan adalah perkenalan dengan dakwah. Pada tahap awal calon kader dijelaskan tentang<br />

karakteristik dakwah yang jalannya panjang, sedikit pendukungnya, banyak rintangannya, namun<br />

besar balasannya. Hal ini ditujukan agar mereka tidak mengambang dengan tugas yang akan mereka<br />

emban, sehingga setiap tugas memiliki ruh dan tujuan rabbani.<br />

Hal kedua yang perlu disampaikan adalah peraturan-peraturan standar, seperti antar kader<br />

ikhwan akhwat harus saling menjaga diri, dikenalkan dengan adab-adabnya. Peraturan yang bisa<br />

mendatangkan hukuman harus juga dikenalkan sebelumnya, misal saat syuro’ harus datang tepat<br />

waktu, atau jika tidak akan mendapat iqob, kapan seorang kader bisa diberhentikan, dan hal-hal yang<br />

semacam dengan ini. Setelah mereka memahami kedua hal ini kemudian dikenalkan dengan sistem<br />

dan struktur yang ada, misal dalam LDFK ada beberapa bidang atau departemen, yang dipimpin oleh<br />

kepala bidang dengan tugasnya masing-masing.<br />

Dan yang penting lagi adalah dikenalkan tentang statusnya sebagai kader ini menunjukkan<br />

bahwa ia adalah subyek dan obyek pembinaan keislaman yang utama. Kemudian apa tujuan<br />

pembinaan ini? Hal ini bisa dijawab dengan 10 muwashafat sebagai berikut:<br />

1. Salimul ‘aqidah (aqidah yang selamat)<br />

2. Shahihul ‘ibadah (ibadah yang benar)<br />

3. Matinul khuluq (akhlaq yang tegar)<br />

4. Qadirun ‘alal kasbi (mampu bekerja)<br />

5. Mutsaqaful fikr (berwawasan luas)<br />

6. Qawwiyul jism (fisik yang kuat)<br />

7. Mujahidun li nafsi (etos kerja yang tinggi)<br />

8. Munazhzham fi syu’unihi (tertata urusannya)<br />

9. Haritsun ‘ala waqtihi (menjaga waktunya)<br />

10. Nafi’ul li ghairihi (bermanfaat bagi yang lainnya)<br />

Setelah melalui proses rekruitmen kader, maka yang harus diperhatikan berikutnya adalah<br />

bahwa kader adalah obyek dakwah yang utama, karena diharapkan mereka nanti akan menjadi<br />

penerus estafet perjuangan dakwah. Dalam hal tingkatan ini, kualitas jauh lebih penting dari<br />

kuantitias. Namun hal itu tidak bisa terjadi begitu saja, melainkan harus ada upaya yang tersistem<br />

dan berkelanjutan. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:<br />

|


1. Usrah/mentoring<br />

Usrah secara bahasa berarti baju perisai yang melindungi, istri atau keluarga, jamaah<br />

yang diikat oleh kepentingan yang sama, kelompok. Maka definisi usrah adalah sarana<br />

pembinaan yang menghimpun semua makna di atas. Dia berfungsi sebagai pelindung karena<br />

di sana terdapat komunitas yang saling mengingatkan, berfungsi sebagai keluarga karena di<br />

sanalah ditanamkan dan dipraktekkannya nilai-nilai ukhuwah islamiyah, dengan dilandasi<br />

tujuan dan kepentingan yang sama, yaitu membina diri, dalam format dinamika kelompok<br />

dengan jumlah anggota maksimal 12 orang. -Usrah ini merupakan perangkat yang paling<br />

utama, karena di sinilah nilai-nilai pembinaan dapat disampaikan secara lengkap dan praktis.<br />

Selain itu, dengan metode ini, pembinaan dapat dilakukan secara intensif. Dalam istilah lain<br />

usrah dapat dinamakan mentoring, halaqah, asistensi, smart circle, dsb.<br />

Sasaran<br />

Sarana pembinaan dasar-dasar aqidah, akhlaq, ibadah, dan tsaqafah.<br />

Menanamkan nilai-nilai ukhuwah dan membiasakan beramal jama’i.<br />

Sarana aktualisasi diri dalam merealisasikan nilai Islam.<br />

Unsur usrah<br />

Unsur minimal dalam pelaksanaan usrah adalah adanya seorang naqib/mentor dan para<br />

peserta. Naqib adalah seseorang yang berfungsi sebagai penanggung jawab usrah dan<br />

memiliki peran membina para peserta.<br />

Untuk menarik minat kader maka pertama-tama topic usrah bisa diambilkan tentang<br />

kedokteran islam. Misal bagaimana pandangan islam tentang euthanasia, aborsi,<br />

transplantasi organ dan lain sebagainnya, karena para mahasiswa baru biasanya cenderung<br />

antusias untuk mempejari hal-hal yang berhubungan dengan kedoktaran. Setelah terbentuk<br />

ikatan antara mentor dan menti, maka materi dapat lebih diarahkan tentang urusan agama<br />

dan dakwah. Sebelumnya menti harus di informed consent bahwa dalam usrah mereka dapat<br />

saling berdiskusi baik tentang masalah agama atau yang lainnya, mengeluarkan pendapat,<br />

dan rahasia mereka dijaga, serta yang penting mereka tetap diingatkan bahwa mengikuti<br />

kajian keislaman tetap sangat diperlukan untuk tercapainya pemahaman islam yang<br />

mendalam. Materi-materi dasar seperti aqidah, fiqih ibadah yang wajib, hendaknya<br />

disampaikan terlebih dahulu, agar menti memiliki dasar sebelum membahas tentang fiqih<br />

dakwah dan haroki.<br />

2. Seminar, dialog, dan pelatihan<br />

Seminar adalah sarana pembinaan berupa pertemuan dengan lebih dari satu pembicara<br />

pakar untuk membahas permasalahan tertentu. Dialog adalah sarana pembinaan berupa<br />

pertemuan dengan satu atau lebih tokoh untuk mengkaji dan mendiskusikan permasalahan<br />

tertentu. Pelatihan adalah sarana pembinaan berupa penajaman atau pembekalan akan<br />

keahlian/skill tertentu.<br />

Sasaran<br />

Memperluas wawasan.<br />

Meningkatkan keterampilan-keterampilan tertentu.<br />

Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan sistematis.<br />

|


<strong>FULDFK</strong> maupun LDFK-LDFK biasanya memiliki seminar, pelatihan, maupun talkshow<br />

yang sifatnya tahunan. Maka kader dapat didelegasikan untuk mengikutinya, tentunya yang<br />

disesuikan dengan karakteristiknya. Misalnya ia berkarakter pemimpin, maka akan sangat<br />

tepat sekali jika didelegasikan untuk mengikuti pelatihan di MMLC, kalau ia tertarik dengan<br />

kedokteran islam maka bisa diberangkatkan untuk menghadiri Antibiotic. Yang perlu<br />

diperhatikan, karena kegiatan pendelegasian memerlukan dana, jika menggunakan dana<br />

LDFK maka kalau bisa dilakukan seleksi delegasi untuk mencegah terjadinya kecemburuan,<br />

serta yang penting kader yang diberangkatkan sebagai delegasi harus memberikan<br />

kemanfaatkan untuk kader yang berada di kampus, misalnya dengan menuliskan hasil<br />

kegiatannya untuk dipublikasikan di bulletin LDFK, melakukan presentasi tentang materi<br />

yang didapat serta beberapa hal lainnya. Jika dilingkungan sekitar kampus ada kegiatan<br />

pelatihan atau seminar, maka kader juga dapat dikirim untuk menjadi delegasi ke sana,<br />

karena relatif lebih murah, biasanya juga tetap bermanfaat, misal acara LKMM Fakultas,<br />

pelatihan pembuatan sms gate way dan lain sebagainya.<br />

3. Rihlah<br />

Rihlah adalah sarana pembinaan yang dilaksanakan secara kolektif dan lebih tercurah<br />

pada aspek fisik. Dalam pelaksanaannya, peserta diberi keleluasaan untuk begerak dengan<br />

iklim yang bebas dengan ruang gerak yang luas untuk menerapkan nilai-nilai islami di<br />

kehidupan nyata.<br />

Kedudukan rihlah di antara sarana pembinaan yang lain sangatlah penting untuk<br />

menciptakan suasana ukhuwah islamiyah dan kedisiplinan secara fisik.<br />

Sasaran<br />

Mempraktekkan nilai-nilai Islam, seperti mempererat ukhuwah sesama peserta yang<br />

lain, dll.<br />

Mendalami pengenalan terhadap peserta yang lain.<br />

Menanamkan suatu nilai penting dalam Islam seperti komitmen, disiplin, bersungguhsungguh,<br />

kecintaan, dan itsar.<br />

Mendapatkan kebugaran, menghilangkan kejenuhan, dan memperbaharui semangat.<br />

Melatih untuk bekerja sama, disiplin, dan kesiapan meanggung beban.<br />

Untuk acara rihlah bisa dipilih daerah pegunungan yang sejuk atau pantai yang memiliki<br />

medan yang menantang, persiapan segala sarana harus dimatangkan, karena segala sesuatu<br />

bisa terjadi saat rihlah. Dalam kegiatan ini aktifitas fisik lebih diutamakan, misal kader dapat<br />

diminta untuk memainkan game yang berisi hikmah tentang pentingnya teamwork,<br />

leadership, disiplin dan lain sebagainya. Yang menjadi masalah untuk rihlah adalah<br />

menentukan waktu yang tepat, karena biasanya mahasiswa fakultas kedokteran memiliki<br />

agenda yang padat, sedangkan jika sudah masuk jadwal libur maka banyak yang pulang<br />

kampung, untuk mengatasi hal ini diperlukan kejelian.<br />

4. Mabit<br />

Mabit adalah sarana pembinaan ruhiyah dengan menginap bersama dan menghidupkan<br />

malam dengan ibadah.<br />

|


Sasaran<br />

Menguatkan hubungan kepada Allah SWT dan kecintaan kepada Rasulullah SAW baik<br />

secara fikri, ruhi, maupun amali.<br />

Terteladaninya pola hidup Rsulullah SAW dan salafush shalih.<br />

Membiasakan ibadah pada malam hari<br />

Mabit adalah salah satu agenda pembinaan yang dapat mencharge ruhiah, karena<br />

peserta dikondisikan dalam kondisi yang kondusif untuk beribadah maupun menerima<br />

berbagai materi. Pembuatan acara mabit bisa dibuat fleksibel ataupun protokoler. Fleksibel<br />

maksudnya tidak perlu ada rundown acara, mc dan hal-hal yang sifatnya protokoler lainnya.<br />

Yang perlu diperhatikan dalam mabit, terutama yang pesertanya ikhwan dan akhwat, adalah<br />

menjaga hubungan dan komunikasi agar tidak berlebihan, karena hal ini sangat rentan<br />

menjadi fitnah. Hal ini bisa dilakukan dengan mengadakan area khusus ikhwan dan area<br />

khusus akhwat, pembatasan jam malam, adanya petugas yang mengawasi, serta jika bisa<br />

tempat menginapnya berjauhan.<br />

Acara mabit bisa diawali dengan kajian, kemudian dilanjutkan dengan tilawah quran,<br />

tidur terlebih dahulu, dan pada waktu 1/3 malam panitia membangunkan peserta untuk<br />

menunaikan qiyamul lail. Setelah shalat subuh bisa diisi dengnan renungan atau beberapa<br />

materi lagi, dan pagi harinya bisa diisi dengan riyadhoh (olahraga) bersama dengan ikhwan<br />

dan akhwat terpisah tentunya. Tantangan lain untuk mabit kurang lebih sama dengan rihlah<br />

yaitu pengaturan jadwal harus tepat, jika memungkinkan, buatlah komitmen bersama untuk<br />

menentukan jadwalnya, sehingga diharapkan adakan banyak kader yang bisa mengikutinya.<br />

5. Daurah<br />

Daurah adalah sarana intensif untuk membekali peserta dengan metode dan<br />

pengalaman penting untuk mengembangkan keahlian, menambah pengetahuan yang<br />

sifatnya khusus dan medalam yang sulit disampaikan melalui usrah atau ta’lim-ta’lim umum.<br />

Sasaran<br />

Meningkatkan pengetahuan untuk memenuhi muwashofat atau membekali kader<br />

dalam berdakwah di medan dakwah masing-masing.<br />

Mengarahkan pada meningkatnya produktivitas amal peserta dalam dakwah dan<br />

pembinaan.<br />

Menambah efektivitas dan efisiensi pencapaian muwashofat.<br />

Untuk materi-materi yang memang memerlukan keintensifan dalam penyampaiannya<br />

maka daurah bisa dijadikan sebagai sarananya, secara sekilah daurah memang mirip dengan<br />

training, bedanya dalam daurah lebih banyak transfer ilmu dari pada melibatkan keaktifan<br />

peserta. Dalam daurah diangkat satu topik yang dianggap penting, kemudian didatangkan<br />

para ahli di bidangnya sehingga bisa terjadi transfer ilmu. Contohnya adalah daurah qiyadah<br />

yang ditujukan untuk para pimpinan atau bisa juga calon pimpinan lembaga-lembaga<br />

kampus. Di sana selain disampaikan materi tentang kepemimpinan juga disampaikan tentang<br />

hal-hal yang berhubungan dengan managemen organisasi seperti kadersasi, kesekretariatan,<br />

humas, jaringan, kebendaharaan, fund rising, dll.<br />

|


6. Ta’lim<br />

Ta’lim merupakan sarana pembinaan berupa proses transfer ilmu dari ustadz/pembicara<br />

kepada peserta. Ta’lim merupakan sarana pembinaan yang sifatnya lebih umum.<br />

Sasaran<br />

Meningkatnya kesenangan peserta dalam mempelajari Islam.<br />

Tersampaikannya materi-materi umum tentang Islam.<br />

Meningkatnya interaksi dan silaturahim antar peserta.<br />

Setiap LDFK, tidak bisa disebut telah berdiri kecuali jika sudah memiliki takllim rutin.<br />

Taklim merupakan kegiatan syiar yang sangat penting, karena disanalah terjadi proses<br />

belajar-mengajar ilmu agama. Yang perlu diingat wawasan keilmuan kader itu bermacammacam,<br />

maka tetap penting untuk mengajarkan hal-hal dasar dalam agama terlebih dahulu<br />

yaitu, aqidah, ibadah dan akhlaq. Dalam proses wawancara pada saat perekrutan hendaknya<br />

sudah dibuat komitmen bahwa kader harus senantiasa meningkatkan pemahaman<br />

keislamannya secara terus menerus. Pembuatan absensi pada kegiatan ta’lim bisa menjadi<br />

salah satu solusi untuk memantau keaktifan kader.<br />

Kader yang kurang aktif harus didekati kemudian ditanyakan sedang ada apa, atau<br />

mungkin sekarang ia telah aktif pada kegiatan ta’lim yang lain. Perlu kita ingat bahwa kita<br />

tidak bisa mengklaim bahwa ta’lim yang kita miliki adalah yang paling benar. Sehingga jika<br />

ada kader yang rajin mengikuti ta’lim dengan ustadz yang lain sepanjang beliau juga termasuk<br />

ahlus sunah wal jama’ah dan tidak mengajarkan materi yang membahayakan, maka<br />

biarkanlah. Semoga dengannya ia dapat memberi warna yang lebih untuk LDFK.<br />

7. Camping/Mukhayyam<br />

Mukhayyam adalah sarana pembinaan jasadiyah melalui latihan fisik dan simulasi<br />

ketaatan untuk membekali peserta dengan nilai-nilai jundiyah.<br />

Sasaran<br />

Membiasakan peserta hidup di alam terbuka dengan sarana dan prasarana sederhana.<br />

Menumbuhkan ketaatan kepada pemimpin.<br />

Meningkatkan kedisiplinan.<br />

Membiasakan peserta hidup dalam suasana islami yang komprehensif dan universal.<br />

Dalam pelaksanaan mukhayyam biasanya dipilih daerah pegungungan dengan medan<br />

yang lumayan terjal. Disana kader dilakukan pelatihan fisik, misalnya dengan napak tilas<br />

melintasi daerah pegungungan. Hal yang perlu diperhatikan disini adalah sangat rentan<br />

terjadinya cidera pada kader maka persiapan pertolonga pertama harus senantiasa ada.<br />

Kegiatannya bisa diselipkan games-games kepemimpinan, kemudian penanaman nilai disiplin<br />

bisa dilakukan dengan pembuatan jadwal yang harus ditepati dan jika melanggar akan ada<br />

iqob yang diberikan.<br />

Penyediaan ladang beramal melalui LDFK bagi para kadernya merupakan bagian yang integral<br />

dari proses pembinaan itu sendiri. Melalui proses inilah idealitas-idealitas yang dibangun lewat usrah,<br />

|


daurah, ta’lim dipertemukan pada realitasnya di kehidupan nyata. Pada saat inilah LDFK mulai<br />

memberikan ruang-ruang beramal bagi para kadernya, yang juga berarti para kader mulai disusun<br />

barisannya, distrukturisasi bangunannya, ditempatkan pada posisi-posisi tertentu dalam struktur<br />

LDFK. Mulai sekarang kita akan menggunakan istilah pengurus yang artinya adalah SDM yang<br />

menjalankan kerja-kerja dakwah secara formal dan terkoordinasi dalam struktur LDFK sesuai dengan<br />

job description yang diberikan. LDFK pada umumnya merekrut pengurus dari kader-kadernya sendiri.<br />

Namun, ada pula LDFK yang memperbolehkan merekrut pengurus dari selain kadernya.<br />

Di samping itu, ada pula LDFK yang tidak membedakan antara kader dan pengurus. Hal ini tidak<br />

menjadi masalah karena implementasi di lapangan memungkinkan banyak penyesuaian. LDFK pada<br />

umumnya menyediakan ladang beramal di dalam strukturnya sendiri. Namun, tidak menutup<br />

kemungkinan ladang amal tersebut berada di luar struktur LDFK. Misalnya di Badan<br />

Eksekutif/Legislatif Mahasiswa, unit-unit kegiatan mahasiswa, dll. Untuk menjalankan misi dakwah di<br />

sana, terutama jika memang LDFK tersebut merupakan pengelola dakwah kampus secara<br />

keseluruhan, dengan berbagai lini/ranah dakwah yang ada. Dalam kaitannya dengan penyusunan<br />

SDM ke dalam struktur, maka diperlukan manajemen yang baik sehingga segala sumber daya dapat<br />

dioptimalkan dan menghasilkan amal yang produktif.<br />

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengorganisasian SDM<br />

1. Penempatan<br />

Proses penempatan mirip dengan proses rekrutmen dalam hal memfirasati seseorang.<br />

Dalam hal ini, kita memfirasati seseorang kira-kira dia tepatnya ditempatkan di mana. Dalam<br />

melakukan penempatan, ada dua poin penting yang harus diperhatikan. Pertama adalah<br />

pelaksanaan kaidah “right man in right place”, artinya seseorang harus ditempatkan pada<br />

posisi yang tepat sesuai minat, kecenderungan, bakat, kapabilitasnya.<br />

Yang kedua adalah LDFK harus dapat menyediakan ladang amal sesuai dengan jumlah<br />

dan kapasitas internal kader-kadernya. Jumlah SDM yang ditempatkan pada suatu posisi<br />

(misal suatu departemen/divisi) tidak boleh melebihi kapasitas/kuota departemen/divisi<br />

tersebut. Dengan kata lain, jumlah orang yang “dipekerjakan” untuk suatu tugas tidak boleh<br />

terlalu banyak karena nanti akan membuat beberapa orang “menganggur” tidak kebagian<br />

“pekerjaan”. Ini akan berakibat buruk bagi tim secara keseluruhan karena “sisa kelebihan”<br />

tersebut akan menjadi beban bagi tim. Namun, dapat juga dibalik, jika jumlah kader banyak,<br />

perluas ladang amalnya.<br />

Sebelum membahas lebih jauh tentang hal ini, akan disepakati dulu beberapa istilah<br />

terkait dengan penjenjangan kepengurusan (jenjang karir) berikut ini.<br />

Top management/manager<br />

Yang dimaksud dengan top-manager di sini adalah pengurus inti/formatur dan<br />

BPH (ketua, sekretaris, bendahara, ketua-ketua departemen). Merekalah yang berperan<br />

dalam penentuan kebijakan-kebijakan strategis LDFK.<br />

Middle management/manager<br />

Yang dimaksud middle-manager adalah para staf yang memimpin eksekusi<br />

program-program dakwah di lapangan.<br />

|


Low management/manager<br />

Yang dimaksud dengan low-manager adalah mereka yang mengeksekusi programprogram<br />

dakwah pada tataran teknis. Yang termasuk pada tataran ini adalah maganger,<br />

tim kerja, dan yang lainnya yang sejenis dengan itu.<br />

Mekanisme Penempatan Pengurus pada Level Top-Management<br />

Tim formatur atau pengurus inti biasanya ditetapkan oleh mejelis syuro LDFK pada saat<br />

suksesi dengan pertimbangan-pertimbangan yang banyak dan kompleks. Jumlah formatur ini<br />

sedikit dan merupakan tim yang dimanahi langsung oleh majelis syuro untuk menjalankan<br />

kepengurusan LDFK. Penunjukan tim formatur ini sangat bergantung kepada mekanisme<br />

syuro masing-masing LDFK. Namun, secara umum hal-hal yang penting diperhatikan dalam<br />

penunjukan tim formatur adalah:<br />

Kondisi akademik (apakah sudah lulus tingkat pertama, sedang menjalani sanksi, atau<br />

sedang memiliki kasus akademik, dll.).<br />

Track record dalam kepengurusan sebelumnya.<br />

Tingkatan kaderisasinya di LDFK.<br />

Tingkat kesehatan program pembinaan keislamannya.<br />

Standar ma’nawiyahnya, akhlaknya, ibadahnya, fisiknya yang tercermin dalam<br />

muwashofat kaderisasi.<br />

Lain-lain.<br />

Untuk melakukan penempatan pengurus di BPH, perlu diperhatikan dua hal. Yang<br />

pertama adalah kualifikasi kapasitas seseorang berdasarkan jenjang kaderisasi LDFK.<br />

Misalnya, kualifikasi untuk menjadi koordinator suatu departemen adalah minimal sudah<br />

menyelesaikan proses kaderiasi hingga jenjang kesekian. Yang kedua adalah kualifikasi<br />

kompetensi seseorang untuk menjalankan amanahnya pada posisi tertentu. Ini dapat<br />

dilakukan melalui penelusuran potensi, penelusuran track record dalam kepengurusan,<br />

rekomendasi koordinator departemen kepengurusan sebelumnya, dsb. Penempatan pada<br />

level ini dapat dilakukan secara tertutup atau terbuka. Secara tertutup maksudnya tim<br />

formatur melakukan “hunting” SDM yang menurut mereka cocok dan layak menempati posisi<br />

tertentu secara personal. Penempatan secara terbuka maksudnya adalah membuka<br />

pendaftaran terbuka kepada kader yang nantinya para pendaftar ini akan diseleksi oleh tim<br />

formatur.<br />

Mekanisme Penempatan Pengurus pada Level Middle-Management<br />

Menghitung kapasitas/kuota setiap departemen/divisi<br />

Pertama-tama haruslah dihitung berapa jumlah SDM optimal yang diperlukan<br />

uuntuk menjalankan fungsi sebuah departemen/divisi. Hal ini memerlukan pemahaman<br />

yang cukup dalam tentang fungsi dan job description dari suatu divisi/departemen.<br />

Karena itu sebaiknya pengelola SDM banyak melibatkan tataran middle-manager yang<br />

nantinya akan menjadi mas’ul/koordinator departemen/divisi.<br />

Menentukan requirement calon pengurus<br />

Untuk level ini, penentuan requirement biasanya tidak ketat. Pada umumnya, yang<br />

menjadi syarat untuk level ini hanyalah tingkatan/jenjang kaderisasi.<br />

|


Penggalian motivasi, minat, kemampuan, dan potensi pengurus<br />

Sebelum melakukan penempatan pengurus, biro PSDM harus terlebih dahulu<br />

mengenali motivasi, minat, kemampuan, dan potensi yang dimiliki oleh pengurus.<br />

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas<br />

tertentu. Minat adalah perasaan yang menyatakan bahwa sebuah aktivitas berharga<br />

atau berarti bagi seorang individu. Kemampuan adalah daya yang dimiliki seseorang<br />

untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu.<br />

Potensi adalah nilai dan karakter positif yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan<br />

tertentu. Adanya sinergi dari komponen-komponen di atas (motivasi yang tinggi yang tidak<br />

semata bersumber pada kepentingan pribadi namun bersumber pada kesadaran<br />

penghambaan diri kepada Allah SWT, minat yang sesuai dengan aktivitas pekerjaan yang<br />

dilakukan dan kemampuan yang cukup dan terus-menerus diperbaiki) akan menghasilkan<br />

SDM yang tangguh dan siap menghadapi segala macam tantangan yang akan dihadapi di<br />

medan dakwah. Satu hal yang perlu dipahami oleh pengelola SDM, keempat komponen di<br />

atas bukanlah merupakan sebuah entitas yang statis namun senantiasa berubah dari waktu ke<br />

waktu sehingga harus terus menerus dijaga dan ditingkatkan kualitasnya.<br />

Dari ketiga komponen tersebut, motivasi merupakan komponen yang memegang<br />

peranan terpenting. Namun, ada satu hal lagi yang penting untuk diperhatikan, bahkan<br />

biasanya menjadi faktor yang paling menentukan keberjalanan suatu divisi/departemen, yaitu<br />

kecocokan antara calon staf dengan mas’ulnya secara subjektif, atau tingkat kenyamanan<br />

mas’ul bekerja dengan calon stafnya begitu juga sebaliknya. Karena itulah –yang paling baik<br />

untuk menentukan apakah seseorang akan ditempatkan di suatu departemen/divisi atau<br />

tidak– adalah mas’ul/koordinator dari departemen/divisi yang bersangkutan. Penggalian<br />

motivasi, minat, kemampuan, dan potensi pengurus dapat dilakukan melalui:<br />

Wawancara terhadap calon pengurus.<br />

Pengisian biodata pengurus yang disertakan bersama formulir pendaftaran.<br />

Pengisian kuesioner-kuesioner penggalian minat, kemampuan, dan potensi yang dapat<br />

dikembangkan sendiri oleh pengelola SDM LDFK.<br />

Pengolahan dan penyimpanan data<br />

Seluruh data hasil wawancara, biodata, maupun kuesioner-kuesioner dikumpulkan,<br />

diklasifikasi, dan disimpan dengan baik sebagai arsip baik dalam bentuk softcopy<br />

maupun hardcopy.<br />

Melakukan penempatan pengurus<br />

Dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan organisasi (kriteria standar calon<br />

pengurus untuk biro/departemen tertentu) dan kebutuhan individu (motivasi, minat,<br />

kemampuan, dan potensi).<br />

Mengingat penempatan pengurus merupakan salah satu aktivitas yang sangat vital,<br />

sebaiknya aktivitas tersebut tidak hanya dilakukan oleh biro PSDM saja, namun juga<br />

melibatkan pihak BPH dan koordinator biro/departemen yang lain sebagai pihak yang<br />

paling mengetahui kebutuhan organisasi.<br />

|


Mekanisme Penempatan Pengurus pada Level Low-Management<br />

Mekanisme penempatan pada tataran ini tidak jauh berbeda dengan mekanisme<br />

penempatan pada tataran middle-management. Hanya saja persyaratan-persyaratannya<br />

dibuat longgar. Ada satu hal yang penting diperhatikan terkait penentuan kuota<br />

departemen/divisi, yaitu penentuan nilai kuota tersebut selain mempertimbangkan besarnya<br />

pekerjaan departemen/divisi tersebut, juga mempertimbangkan jumlah middle-manager<br />

yang sehat (aktif dan menjalankan amanahnya dengan baik). Hal ini penting karena yang<br />

“menghandle” tataran low-management adalah para middle-manager. Semakin banyak<br />

middle-manager yang sehat secara aktivitas, semakin besar kuota bagi lowmanager. Berikut<br />

ini merupakan contoh penjenjangan pengurus LDFK dan relasinya dengan penjenjangan<br />

kadernya.<br />

Gambar Penjenjangan pengurus dan kader<br />

Keterangan: Penguin = Pengurus Inti<br />

2. Orientasi<br />

Orientasi adalah proses sosialisasi pengurus baru dengan LDFK. Orientasi dapat pula<br />

dimaknai sebagai proses pembekalan bagi pengurus baru, baik dari segi pemahaman,<br />

wawasan, maupun ruhi, dalam menjalankan tugas dakwahnya di LDFK. Orientasi bisa<br />

dilakukan dengan melakukan syuro’ perdana di tempat yang menyenangkan, misal sambil<br />

berlibur di kebun the sambil dijelaskan tentang hakikat dan teknis tugas yang akan dijalani<br />

oleh pengurus. Selain itu juga bisa pada kesempatan ketika pengurus melakukan kesalahan<br />

karena ketidak pahamannya maka, pada kondisi seperti ini bisa dilakukan teguran halus dan<br />

kemudian dijelaskan kemabali pada pengurus baru bagaimana seharusnya tindakan yang<br />

benar.<br />

Tujuan dari orientasi pada umumnya adalah:<br />

Meningkatkan motivasi (khususnya yang bersifat ma’nawi) dan kebanggan pengurus<br />

serta memberikan kesan pertama yang baik tentang LDFK kepada pengurus baru.<br />

Memberikan pemahaman kepada pengurus baru tentang visi, misi, nilai, target,<br />

norma, core competence, dan budaya kerja LDFK. Dengan kata lain, pengurus baru<br />

harus dapat melihat dengan jelas arah gerak LDFK ini mau ke mana dan bagaimana<br />

cara untuk sampai ke sana.<br />

Memahamkan pengurus baru dengan tandzhim/struktur organisasi dan tugas serta<br />

fungsi setiap lini yang dimiliki oleh LDFK secara umum maupun mengenalkan<br />

pengurus dengan biro/departemen tertentu yang akan menjadi tempatnya beramal<br />

secara khusus. Termasuk pula mengenalkan dengan orang-orang yang menempati<br />

|


posisi-posisi di struktur, baik yang berada pada tataran top-managemen, middlemanagement,<br />

maupun lowmanagement.<br />

Mengenalkan dan memahamkan para pengurus baru tenang kondisi medan<br />

dakwahnya (ma’rifatul maydan). Ini penting sehingga aktivis LDFK dapat memetakan<br />

kekuatan-kekuatan yang ada di kampus, simpul-simpul massa di kampus, tantangan<br />

dan hambatan yang akan ditemui, dan sebagainya. Sehingga diharapkan nantinya<br />

LDFK dapat bergerak dengan langkah-langkah yang strategis.<br />

Memahamkan pengurus baru akan fiqhud da’wah, sehingga nantinya mereka dapat<br />

berinteraksi dengan objek dakwah secara bijak serta terhindar dari fenomena istiknaf<br />

(menjauhi masyarakat/eksklusif).<br />

Merekatkan kembali ukhuwah dan menumbuhkan sense of in-group (team building).<br />

Sasaran dari proses orientasi adalah seluruh pengurus LDFK. Orientasi dapat dilakukan<br />

dalam dua tahap. Tahap pertama adalah orientasi umum dan tahap kedua adalah orientasi<br />

khusus.<br />

Orientasi umum biasanya dilakukan dalam satu waktu, diikuti oleh seluruh pengurus<br />

dengan tujuan sebagaimana yang telah disebutkan di atas dan biasanya dilakukan oleh BPH,<br />

pengelola SDM, dan semua koordinator departemen/divisi LDFK. Orientasi khusus adalah<br />

orientasi khusus yang dilakukan per biro/departemen/divisi, dengan waktu yang relatif<br />

fleksibel, dengan diikuti oleh anggota departemen/biro/divisi yang bersangkutan. Orientasi<br />

khusus memiliki tujuan yang lebih spesifik, terbatas pada ruang lingkup divisinya. Pelaksana<br />

orientasi khusus ini biasanya adalah masing-masing coordinator departemen/divisi. Materimateri<br />

yang dapat disampaikan pada saat orientasi umum adalah sebagai berikut.<br />

Motivasi ma’nawi.<br />

Urgensi dakwah kampus.<br />

Sejarah singkat LDFK dan perananperanannya.<br />

Visi misi jangka panjang dan pendek.<br />

Target umum LDFK dalam satu periode kepengurusan.<br />

Nilai-nilai, norma, dan budaya kerja LDFK.<br />

Struktur organisasi dan deskripsi singkat masing-masing lini dalam organisasi<br />

beserta orang-orang yang menempati posisi tersebut.<br />

Kondisi realitas kampus.<br />

Fasilitas-fasilitas yang dimiliki organisasi, dll.<br />

Sebaiknya materi-materi di atas disampaikan dalam format acara yang menarik, ringkas,<br />

dinamis dan berisi. Bentuk-bentuk acara tersebut dapat berupa slide show, pemutaran film,<br />

diskusi, dialog tokoh, happening art, games, simulasi, out bond, penugasan dan dinamika<br />

kelompok, dsb.<br />

Materi-materi yang dapat disampaikan pada saat orientasi khusus adalah sebagai<br />

berikut:<br />

Motivasi ma’nawi.<br />

Peran dan fungsi biro/departemen/divisi berdasarkan visi dan misi LDFK.<br />

Arahan target pencapaian biro/departemen pada periode kepengurusan ini.<br />

Perumusan visi misi biro/departemen/divisi secara bersama-sama.<br />

|


Perumusan ground rules, budaya kerja biro/departemen/divisi.<br />

Pewarisan semangat dan pengalaman.<br />

Pengenalan individual secara lebih mendalam dan pernyataan visi misi pribadi.<br />

3. Pemberdayaan<br />

Yang dimaksud pemberdayaan adalah mengerahkan potensi sumber daya yang ada<br />

untuk kepentingan dakwah. Kemampuan LDFK untuk dapat memberdayakan seluruh SDM di<br />

dalamnya merupakan syarat keberhasilannya. Walaupun SDM yang dimiliki LDFK sangat<br />

banyak, jika tidak mampu memberdayakan seluruh SDMnya secara optimal, maka tidak akan<br />

mempunyai pengaruh sama sekali bahkan langkahnya pun akan sangat terbatas.<br />

Sebaliknya, ada LDFK yang SDMnya hanya puluhan bahkan belasan, namun benarbenar<br />

dapat memberdayakan seluruh SDMnya secara optimal, maka LDFK tersebut akan<br />

memiliki pengaruh dan vitalitas yang besar di dalam masyarakat kampus.<br />

Ada beberapa poin yang sangat menentukan keberhasilan LDFK dalam memberdayakan<br />

kader-kadernya. Berikut ini adalah poin-poin yang terkait dengan proses-proses kaderisasi<br />

yang dibahas sebelumnya.<br />

Proses pembentukan/pembinaan dan pembekalan yang matang. Karena<br />

keikutsertaan seseorang di LDFK haruslah dilandasi pemahaman dan kesadaran yang<br />

utuh. Jika tidak, maka ia hanya akan menjadi “zombie-zombie” yang tidak tahu<br />

alasan dan arah aktivitasnya.<br />

Memahami semua anggotanya dengan benar, mengetahui potensi yang dimiliki,<br />

kecenderungan mereka, sisi positif dan negatifnya, dll. Dengan mengetahui semua<br />

ini, akan sangat membantu untuk menentukan tugas dan tanggung jawab masingmasing<br />

individu dan menempatkan pada posisi yang tepat, sehingga membuahkan<br />

hasil yang memuaskan.<br />

Berikut ini adalah poin-poin yang terkait dengan proses pemberdayaan secara khusus<br />

dan tidak terlalu terkait dengan proses-proses kaderisasi yang dibahas sebelumnya.<br />

Mengerahkan seluruh anggota, dan bukan sebagian saja, atau hanya orang-orang<br />

yang berprestasi saja. Pemanfaatan semua personil, meskipun dalam masalah yang<br />

paling sederhana, bagaimanapun akan melipatgandakan hasil. Selain itu, akan<br />

menghindarkan LDFK dari fitnah yang ditimbulkan oleh para “penganggur” atau<br />

orang-orang yang tidak memiliki tugas dan peran dalam dakwah. Para penganggur<br />

ini walaupun mungkin di LDFK dianggap sudah tidak ada, namun dalam pandangan<br />

awam ia tetap bagian dari LDFK, jadi ketika ia melakukan hal-hal yang tidak syar’i<br />

(pacaran, suka menelantarkan amanah,dll) maka LDFK juga akan tercatut namanya.<br />

Penugasan kader/pengurus LDFK harus dilakukan secara kolektif dan bukan indiviual.<br />

Hal ini dikarenakan jika tugas dakwah diserahkan pada seseorang secara individu dan<br />

bukan kolektif, maka akan rawan terjadi kesalahan dan penyimpangan karena akan<br />

sangat terpengaruh pada persepsi dan pemahamannya sendiri. Selain itu, akan<br />

memungkinkan timbulnya rasa ghurur dan berbangga diri. Karena ia merasa bahwa<br />

posisinya tidak bisa digantikan oleh siapa pun, bahkan mungkin juga akan merasa<br />

bahwa dakwah sangat membutuhkannya bukan dia yang membtuhkan dakwah<br />

|


Contoh jika LDFK memiliki pos kesehatan, maka tugaskanlah satu tim khusus untuk<br />

mengurusnya, dengan tetap ada 1 koordinator timnya. . Jadi penugasan secara<br />

kolektif berfungsi juga menjaga orang-orang yang ditugaskan dalam sebuah<br />

komunitas yang dapat saling mengingatkan.<br />

4. Pengembangan<br />

Pengembangan pengurus bertujuan meningkatkan kinerja individu dalam organisasi<br />

melalui peningkatan keterampilan. Keterampilan dalam hal ini maknanya luas, dapat berupa<br />

softskill seperti kepemimpinan, manajerial, teamwork, dll. dan dapat pula berupa hardskill,<br />

misalnya kemampuan administrasi dan pengolahan data untuk sekretaris, kemampuan desain<br />

grafis untuk staf media dan publikasi, dll. Metode pengembangan pengurus yang umum<br />

digunakan adalah dengan pelatihan/training. Satu hal yang perlu dipahami, khususnya oleh<br />

pengelola SDM LDFK, tidak semua permasalahan yang berkenaan dengan buruknya kinerja<br />

pengurus dapat diselesaikan dengan pelatihan. Apabila pengelola SDM melihat adanya<br />

penurunan kinerja pengurus, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan<br />

diagnosa terhadap penyebab penurunan tersebut. Hal-hal yang dapat menjadi sebab<br />

menurunnya kinerja pengurus antara lain:<br />

Hilangnya motivasi pengurus karena harapan atau tujuan pribadinya di awal ternyata<br />

tidak terpenuhi setelah bergabung dengan LDFK sehingga menyebabkan terjadinya<br />

disorientasi.<br />

Visi, misi, target, budaya kerja organisasi tidak terinternalisasi dengan baik.<br />

Pengurus ditempatkan tanpa mempertimbangkan minat dan kemampuannya.<br />

Tidak ada prosedur kerja yang baku sehingga kerja menjadi tidak terarah.<br />

Kepemimpinan yang tidak efektif.<br />

Suasana kerja yang miskin masukan ruhiyah dan kering nuansa ukhuwah (terlalu<br />

berorientasi kerja).<br />

Tidak ada pengakuan terhadap keberadaan individu pengurus maupun terhadap hasil<br />

kerjanya.<br />

Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam melaksanakan tugasnya.<br />

Teknis : Tahap-tahap membuat pelatihan:<br />

a. Menentukan kebutuhan pelatihan Caranya:<br />

Bertanya kepada pengurus tentang kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan<br />

tugas-tugas mereka.<br />

Bertanya kepada koordinator biro/departemen tentang kesulitan yang dihadapi<br />

pengurus (ada/tidaknya kesenjangan antara actual performance dengan ideal<br />

performance).<br />

Memberikan evaluasi langsung kepada pengurus (baik lisan maupun tulisan) untuk<br />

mengetahui actual performance-nya.<br />

Bertanya kepada orang di luar organisasi.<br />

Analisa terhadap penilaian kinerja pengurus.<br />

Merujuk kepada parameter karakteristik yang harus dimiliki pengurus berdasarkan<br />

alur kederisasi.<br />

|


. Menentukan tujuan pelatihan<br />

Meliputi:<br />

Hasil umum apa saja yang yang ingin dicapai dari pelatihan yang dilakukan.<br />

Contoh: peningkatan kreativitas pengurus LDFK.<br />

Perilaku apa yang ingin ditingkatkan dari pengurus.<br />

Contoh: Meningkatnya ide-ide kreatif yang dikemukakan pengurus dalam rapatrapat.<br />

Pengetahuan apa yang diperlukan untuk dapat menghasilkan perilaku tersebut.<br />

Contoh: Pengetahuan tentang kreativitas, bagaimana cara meningkatkan<br />

kreativitas, hal-hal yang menghambat kreativitas, latihanlatihan yang dapat<br />

menghambat kreativitas, dsb.<br />

c. Menentukan isi materi pelatihan<br />

Contoh:<br />

Pelatihan keterampilan komunikasi dan organisasi. Materinya:<br />

Definisi komunikasi<br />

Jenis-jenis komunikasi dan masing-masing kegunaannya<br />

Komunikasi dalam organisasi<br />

Tips dan trik komunikasi efektif<br />

Hambatan-hambatan dalam komunikasi<br />

dll.<br />

d. Menentukan metode pelatihan yang tepat<br />

e. Menentukan jadwal pelatihan yang tepat<br />

f. Menentukan fasilitas (tempat pelaksanaan):<br />

Indoor/outdoor<br />

Kenyamanan<br />

Meja-kursi<br />

Kebersihan<br />

Pencahayaan<br />

Sirkulasi udara<br />

dsb.<br />

g. Menentukan instruktur yang tepat. Beberapa karakter umum yang harus dimiliki:<br />

Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas tentang materi yang akan<br />

disampaikan<br />

Mempunyai keinginan yang kuat untuk berbagi pengalaman<br />

Memiliki kemampuan komunikasi dan menguasai audience yang baik<br />

Berorientasi pada peserta (memahami kebutuhan peserta)<br />

Memilih dan mempersiapkan alat bantu, contohnya: LCD projector, flipchart, OHP,<br />

papan tulis, hand out, dsb.<br />

|


h. Melaksanakan pelatihan<br />

Buatlah petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pelatihan<br />

Tentukan berapa panitia yang dibutuhkan dan deskripsi kerja mereka<br />

Pengaturan waktu<br />

Konsumsi<br />

Biaya<br />

dsb.<br />

i. Mengevaluasi pelatihan<br />

Mintalah peserta pelatihan untuk melakukan evaluasi terhadap:<br />

Pelatih<br />

Materi<br />

Fasilitas (alat bantu dan tempat pelaksanaan pelatihan)<br />

Jalannya acara pelatihan<br />

Pengelola SDM LDFK tidak diharuskan untuk mengadakan sendiri setiap pelatihan<br />

yang dibutuhkan pengurus. Mengingat pada saat ini begitu banyak lembaga-lembaga<br />

pelatihan profesional yang dapat diajak bekerja sama. Apabila kondisi memungkinkan<br />

(cukup tersedia dana untuk menyewa pelatih profesional) dan pengurus sangat<br />

membutuhkan pelatihan tersebut, serta pihak pengelola SDM tidak memiliki kapabilitas<br />

untuk melaksanakan pelatihan tersebut, maka pengelola SDM LDFK dapat bekerja sama<br />

dengan lembaga pelatihan atau pelatih profesional.<br />

Apabila pengelola SDM bekerjasama dengan lembaga pelatihan atau pelatih<br />

secara individual, maka beberapa hal yang perlu dilakukan hanyalah menentukan<br />

kebutuhan, menentukan tujuan pelatihan, dan kemudian mendiskusikannya dengan<br />

lembaga pelatihan atau pelatih yang dianggap kompeten untuk mengisi pelatihan<br />

tersebut.<br />

Monitoring dalam sebuah organisasi termasuk di dalamnya LDFK, merupakan suatu elemen<br />

yang penting untuk menjamin seluruh sistem berjalan sesuai rencana sehingga dapat mencapai<br />

tujuan-tujuannya. Setidaknya ada tiga hal yang harus dimonitor/dipantau terkait dengan manajemen<br />

SDM. Pertama, distribusi amanah pengurus. Kedua, kinerja pengurus. Dan ketiga, ma’nawiyah<br />

pengurus.<br />

1. Monitoring distribusi amanah pengurus<br />

Tujuan dari monitoring distribusi amanah pengurus adalah untuk menjamin tugas-tugas<br />

dakwah diberikan secara merata kepada seluruh pengurus sesuai kapasitasnya masingmasing.<br />

Jangan sampai ada sekelompok orang yang tugastugas menumpuk padanya,<br />

sementara di sisi lain ada juga orang-orang yang tidak mendapat tugas. Distribusi amanah<br />

yang tidak merata akan membuat seorang kader cepat futur dan merasa kesepian, merasa<br />

ditinggalkan oleh teman-temannya dalam menjalankan amanah dakwah. Di sisi lain, orang<br />

yang tidak mendapat amanah atau terlalu ringan akan berkurang sense in-group-nya, karena<br />

merasa tidak memiliki peran yang signifikan di dalam timnya. Hal ini akan membawa dampak<br />

negatif bagi LDFK secara keseluruhan. Yang paling efektif dalam menjalankan proses ini<br />

|


adalah superordinat langsung dari pengurus (koordinator kepada staf, BPH kepada<br />

koordinator).<br />

2. Monitoring kinerja pengurus<br />

Monitoring kinerja pengurus dalam sebuah organisasi memiliki beberapa tujuan penting,<br />

antara lain:<br />

Memantau grafik kinerja pengurus secara berkala.<br />

Memberikan feedback kepada pengurus tentang kinerjanya berdasarkan hasil penilaian<br />

tersebut sehingga diharapkan dapat terjadi peningkatan.<br />

Mengidentifikasi kebutuhan training dan pengembangan.<br />

Meningkatkan motivasi pengurus.<br />

Dasar dalam memberikan reward kepada pengurus yang berprestasi.<br />

Monitor terhadap kinerja individu biasanya dilakukan terhadap tiga hal:<br />

Hasil kerja akhir<br />

Contoh: Bagi staf media, misalnya, evaluasi kinerjanya dilakukan seberapa baik buletin<br />

yang dihasilkan, bagaimana keberjalanannya, frekuensinya, distribusi dan<br />

pemasarannya, dll.<br />

Proses<br />

Contoh: Ketua biro/departemen bidang X memimpin rapat secara efektif, melakukan<br />

perencanaan dengan baik sebelum bekerja, memenuhi komitmen terhadap waktu,<br />

komunikasi dalam tim berjalan lancar, dsb.<br />

Trait individu<br />

Contoh: Dapat dipercaya, kooperatif, disiplin, dsb. Siapa yang dapat memonitor kinerja<br />

individu?<br />

Superordinat langsung dari pengurus (koordinator kepada staf, BPH kepada<br />

koordinator).<br />

Rekan kerja (sesama staf, sesama koordinator, sesama BPH).<br />

Diri sendiri.<br />

Subordinat langsung (staf kepada koordinator, koordinator kepada BPH, staf<br />

kepada BPH).<br />

Metode evaluasi tertulis yang dapat dilakukan oleh pengelola SDM LDFK dalam memonitor<br />

kinerja pengurus antara lain:<br />

Esai tertulis. Merupakan metode paling sederhana dimana evaluator diminta untuk<br />

menuliskan secara deskriptif kekuatan, kelemahan kinerja yang lalu, beserta potensi dan<br />

saran perbaikan ke depannya<br />

Melakukan evaluasi secara kuantitatif, mendetil, dan per rentang waktu yang singkat.<br />

Semua parameter dibuat sedemikian sehingga dapat dikuantifikasi. Penilaian dilakukan<br />

dengan cara:<br />

Menentukan tindakan apa saja yang harus dilakukan staf,<br />

Menentukan kuota minimal tindakan,<br />

Menentukan target keberhasilan,<br />

Menghitung jumlah tindakan yang dilakukan, dan<br />

Menghitung jumlah tindakan yang produktif.<br />

|


Contoh:<br />

Beberapa orang staf LDFK ditugaskan untuk merekrut mahasiswa baru secara<br />

fardhiyah untuk menjadi kader LDFK. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah<br />

menentukan tindakan apa saja yang harus dilakukan oleh staf. Misalkan hanya satu,<br />

yaitu menjelaskan profil singkat LDFK secara personal dan kemudian mengajaknya<br />

bergabung. Ini disebut direct selling dan kita singkat DS. Setelah itu, kita harus<br />

menentukan kuota minimal tindakan per hari. Misalnya setiap satu orang staf harus<br />

melakukan DS kepada 10 orang mahasiswa baru per hari. Selanjutnya, kita targetkan<br />

dari 10 DS yang dilakukan, minimal terekrut 1 orang kader baru. Setelah menentukan<br />

batasan dan target, kita evaluasi keberjalanannya. Misalnya ada kader yang dari ratarata<br />

10 DS yang dilakukan per hari, berhasil merekrut 5 orang. Ini berarti prestasinya<br />

di atas rata-rata. Orang seperti ini harus dibuatkan standard operating procedure<br />

(SOP)-nya agar staf yang lain dapat belajar darinya.<br />

Dengan begitu, rata-rata keberhasilan seluruh tim akan meningkat. Jika ada<br />

staf yang memenuhi kuota tindakan tetapi rendah dari sisi produktivitas (misalnya<br />

dari rata-rata 10 DS yang dia lakukan tidak berhasil merekrut satu orangpun), maka<br />

orang ini harus diberi pelatihan secara khusus (misalnya training komunikasi efektif,<br />

dsb.). Jika ada staf yang ratarata jumlah tindakannya tidak mencapai kuota minimal,<br />

maka harus ditelusuri lebih lanjut apa penyebabnya dan diselesaikan<br />

permasalahannya. Evaluasi dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, misal per<br />

hari, dengan menggunakan tabel yang dapat dilihat semua anggota tim. Tujuannya<br />

agar mekanisme kontrol itu datang dari setiap anggota tim, tidak hanya pimpinannya<br />

saja. Berikut ini merupakan salah satu contoh tabel.<br />

Mekanisme reward and punishment sangat baik diterapkan sesuai keperluan<br />

untuk memotivasi staf menjalankan tugasnya dengan baik.<br />

Monitoring ma’nawiyah pengurus<br />

Buruknya kualitas ma’nawiyah pengurus dapat menurunkan kinerja dakwah<br />

LDFK dan mejauhkannya dari keberkahan Allah SWT. Yang dimaksud di sini adalah<br />

lemahnya keterlibatan jiwa dan pemaknaan aktivitas sebagai aktivitas yang memiliki<br />

visi dakwah. Suasana kerja yang miskin ruhiyah dan kering nuansa ukhuwah dapat<br />

menjadi penyebab hal di atas.<br />

Untuk menjaga ma’nawiyah pengurus dapat dilakukan dengan beberapa cara,<br />

antara lain:<br />

Membudayakan saling menasehati dan mengingatkan<br />

“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu<br />

bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” – QS. Adz Dzaariyat : 55<br />

|


“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orangorang yang<br />

beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati<br />

kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” – QS. Al ‘Ashr :<br />

2-3<br />

Mengontrol amalan ibadah harian pengurus<br />

Yang perlu dipahami di sini adalah, bahwa ibadah merupakan sarana<br />

penghambaan kita kepada Allah SWT. Jadi tidak cukup kita hanya bepikir<br />

kuantitas, tanpa memperhatikan kualitas pemaknaan ibadah-ibadah kita.<br />

Mengentalkan nuansa ukhuwah yang dilandasi oleh keimanan kepada Allah SWT.<br />

Dapat pula dilakukan kegiatan-kegiatan rekreasi secara rutin.<br />

Menerapkan sunnah-sunnah Rasulullah SAW dalam beraktivitas.<br />

Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana poin-poin penting untuk memenuhi kebutuhan akan<br />

kuantitias dan kualitas mentor/murabbi yang nantinya akan bertugas untuk menghandle salah satu<br />

pilar kaderisasi dan tarbiyah yang penting yaitu halaqoh. Dalam bab ini memang sengaja tidak<br />

dijelaskan tentang profil murabbi ideal, karena sudah banyak tulisan tentang hal ini.<br />

Pada prinsipnya kaderisasi mentor/murabbi dibagi menjadi 3 poin. Pertama<br />

kaderisasi/penjagaan untuk mentor itu sendiri yang sifatnya kontinyu atau bahasa lainnya pembinaan<br />

“mentoring untuk mentor” , yang kedua kaderisasi insidental yang bertujuan untuk menambah<br />

tsaqofah, softskill, ukhuwah, dll seperti halnya dauroh mentor atau madrasah mentor, dan yang<br />

ketiga ialah kaderisasi dalam bentuk regenerasi mentor baru (mentor berguna untuk mencetak<br />

mentor baru dari mentenya sendiri). Untuk mengatasi permasalahan kaderisasi jawaban utamanya<br />

ialah mentoring, jadi mentor/murabbi harus mengikuti mentoring/halaqah entah diisi oleh bapakbapak<br />

pembina atau oleh alumni LDFK yang tujuannya untuk saling mengingatkan antar sesama<br />

mentor, menambah tsaqofah mentor, menjalin ukhuwah, menjaga mentor agar tetap semangat dan<br />

berada dalam jalur kurikulum mentoring. Sebisa mungkin ini dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum<br />

mentoring dimulai, atau bisa juga di launching saat pelantikkan mentor/murabbi dengan bahasa yang<br />

lebih halus “pendampingan mentor” sebagai follow up dari program mentoring. Logikanya, jika<br />

mentor di LDFK persemester sekitar 50 ikhwan dan 60 akhwat, itu artinya kita hanya butuh 5 ikhwan<br />

pendamping mentor ikhwan dan 6 akhwat pendamping mentor akhwat. Ini merupakan hal baru dan<br />

butuh dikonsep lebih detail lagi terutama kurikulumnya.<br />

Poin yang kedua, sebuah kendala utama disetiap kali mengadakan kegiatan pembinaan mentor<br />

seperti Madrasah Mentor/Dauroh mentor adalah “kehadiran peserta”. Inilah mindset utama panitia<br />

pelaksana, bagaimana caranya bisa mendatangkan semua mentor ke Dauroh Mentor?. Ingat! Mentor<br />

tertarik hadir bukan karena makanan yang banyak, berlebih, ada snack, dsb. Tapi mereka akan hadir<br />

jika ada komunikasi yang intens dalam rangka publikasi kegiatan (sms), pembicara-pembicara yang<br />

mumpuni dalam bidangnya, pembicara terkenal, atau bisa dipancing dengan souvenir. Biasanya<br />

pengeluaran terbesar ada pada konsumsi, panitia daurah mentor harus bisa meminimalisir biaya<br />

konsumsi dan dialihkan ke yang lain yang lebih bermanfaat dan bisa menarik perhatian mentor.<br />

Misal: mendatangkan pembicara terkenal Satria Hadi Lubis, Salim A Fillah, Ust. Sholeh Drehem, Kang<br />

Abik, dll. Atau dengan memberi Souvenir pin gantungan kunci, stiker, buku, pulpen, dll. Selama ini<br />

yang terjadi di lapangan ialah konsumsi yang di pesan bermacam-macam (nasi dan snack) dan dalam<br />

jumlah yang sangat banyak, padahal mentor yang hadir tidak seberapa, sampai 50% saja sudah<br />

bersyukur.<br />

Pertanyaan besar bagi seluruh mentor, berapa persen mente yang bisa terekrut jadi mentor?<br />

Terutama dari satu kelompok saja. Inilah agenda ketiga yang harus kita terapkan, bahwa mentor<br />

|


harus mencetak mentor penerusnya (dari mente kelompok mentoring) minimal satu saja. Dengan<br />

seperti itu, maka minimal semester depan jumlah mentornya sama dengan jumlah mentor semester<br />

sebelumnya atau bahkan bisa lebih jika satu mentor mencetak dua mentor baru. Solusi termudah<br />

ialah memahamkan kepada seluruh mentor (lewat salah satu materi di Daurah Mentor) tentang<br />

pentingnya kaderisasi berbasis pembinaan (tarbiyah), atau bisa lewat penekanan info via SMS,<br />

misalkan setiap 2 pekan mentor di ingatkan untuk melirik, memantau, dan menyiapkan mentenya<br />

untuk menjadi mentor (dengan memperhatikan kualitas mentor dalam hal tsaqofah, tilawah, softskill<br />

bicara). Atau bisa dengan memfasilitasi mente dengan sebuah kegiatan pembinaan, yang diikuti oleh<br />

mente dari berbagai kelompok, yang diadakan diakhir pekan mentoring yang bertujuan untuk<br />

memberi motivasi dan semangat mente untuk menjadi mentor dengan peserta mente yang<br />

didelegasikan oleh mentornya. Detailnya, Saat posisi sebagai mente, di dua pertemuan terakhir<br />

diadakan kegiatan khusus selama sehari untuk membekali mente (rekomendasi dari mentor) menjadi<br />

calon mentor dengan materi pentingnya berdakwah, karakter mahasiswa muslim sejati, gampangnya<br />

jadi mentor, muslim no apatis.<br />

|


|<br />

"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa<br />

mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka<br />

sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati."<br />

– Q S. Al Hajj : 32<br />

D<br />

akwah kampus merupakan amal jama’i yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat<br />

kampus yang menjunjung tinggi nilai dan norma Islam sebagai pedoman hidup. Dengan<br />

adanya dakwah kampus, diharapkan masyarakat kampus akan terus menerus terwarnai<br />

dengan Islam dan mempertahankannya sehingga tercipta identitas masyarakat kampus yang Islami.<br />

Dakwah sebagai sebuah upaya ajakan yang kontinyu tentu harus memperhatikan prinsip-prinsip<br />

penting sehingga tujuannya bisa dicapai. Dakwah adalah salah satu wujud aktivitas komunikasi,<br />

dimana komunikasi selalu melibatkan adanya Sender sebagai pengirim pesan, Message sebagai isi<br />

pesan, Channel dan Protocol sebagai media dan tata cara penyampaian pesan, Receiver sebagai<br />

penerima pesan, dan Feedback yaitu respon yang diberikan oleh Receiver.<br />

Dakwah adalah komunikasi, inilah prinsipnya. Sebagai komunikasi yang memiliki tujuan yang<br />

jelas, dakwah haruslah dilaksanakan dengan tata cara yang baik, dan benar. Di dalam dakwah<br />

kampus Fakultas Kedokteran (FK), peran yang paling banyak diambil oleh Lembaga Dakwah Fakultas<br />

Kedokteran (LDFK) adalah Sender. Namun demikian, LDFK memang tak selalu mengambil peran<br />

Sender, karena dalam kondisi tertentu LDFK juga memainkan perannya sebagai Receiver - walaupun<br />

dalam bab ini memang tidak dibahas mendalam mengenai peran LDFK sebagai Receiver.<br />

Peran LDFK sebagai Sender dapat kita lihat dalam banyak kegiatan, misalnya adalah<br />

penyelenggaraan seminar, kajian rutin, majalah, mading, website, group, atau bahkan SMS taushiyah.


Dan tentu saja, sebagai penyelenggara dakwah yang baik, LDFK sang Sender tidak bisa mengabaikan<br />

berbagai hal penting yang menentukan tercapainya tujuan dakwah. Sebagai Sender di dalam dakwah,<br />

LDFK harus memperhatikan hal berikut ini:<br />

- Siapa saja yang termasuk dalam Receiver?<br />

- Apa saja Message yang harus disampaikan agar tujuan dakwah tercapai?<br />

- Apa saja Channel dan Protocol untuk menyampaikan Message kepada Receiver?<br />

- Apa Feedback yang diharapkan?<br />

Receiver utama dari LDFK adalah masyarakat kampus FK - dan ini adalah definisi minimal dari<br />

“Receiver dakwah LDFK”. Kenapa demikian? Karena dengan terciptanya kampus FK yang Islami akan<br />

menjadikan dakwah kampus bertahan dan berkembang dengan baik. Setelah definisi minimal dari<br />

Receiver dakwah kampus ini tertangani, LDFK bisa mengembangkan jangkauan dakwahnya ke<br />

segmen yang lebih luas dimana Receiver berikutnya adalah masyarakat, kemudian LDFK di universitas<br />

yang lain, dan yang terakhir adalah sistem.<br />

Untuk bisa bertahan hidup, LDFK harus mempertahankan keharmonisan antara LDFK dengan<br />

Receiver, terutama adalah masyarakat kampus. Ketika LDFK bisa mendapat dukungan dari pihak<br />

kampus, maka gerak dakwah LDFK akan makin kuat dan berani. Dukungan finansial, adanya<br />

pengarahan, dan fasilitas dari kampus merupakan salah satu pendukung utama dari dakwah kampus.<br />

Dengan adanya hal-hal tersebut, LDFK bisa terus berkembang dan berkembang, sampai akhirnya<br />

bisa mencapai tujuan utamanya. Selain pihak kampus, pendukung utama dari dakwah kampus adalah<br />

mahasiswa. Mahasiswa sebagai sumber daya yang menggerakkan dakwah kampus sangatlah penting<br />

untuk diperhatikan. Sistem kaderisasi yang baik untuk menciptakan sumber daya yang berkualitas<br />

merupakan salah satu wujud proses dakwah yang diharapkan. Di dalam sistem kaderisasi, LDFK<br />

sebagai Sender akan menyampaikan Message kepada mahasiswa sebagai Receiver, sehingga<br />

kemudian mahasiswa akhirnya memberikan Feedback dalam wujud kontribusi usaha dan pemikiran<br />

kepada dakwah kampus yang diselenggarakan oleh LDFK. Syarat munculnya sumber daya yang baik<br />

adalah dakwah yang baik pula.<br />

Sedangkan di tingkat masyarakat, peran dakwah LDFK adalah untuk membentuk identitas yang<br />

baik terhadap adanya aktivitas mahasiswa di dalam LDFK. Memberikan bukti-bukti yang nyata<br />

terlihat bahwa LDFK sangatlah bermanfaat bagi masyarakat, misalnya adalah penyelenggaraan<br />

seminar-seminar, kajian-kajian di daerah-daerah binaan, pengasuhan Taman Pendidikan Al-Quran<br />

bagi anak-anak, dan lain sebagainya. Dengan adanya opini publik yang baik terhadap LDFK, maka<br />

masyarakat pun menjadi sadar akan pentingnya keberadaan LDFK, sehingga proses penyampaian<br />

Message dari LDFK kepada masyarakat pun jadi lebih mudah.<br />

Di tingkat antar LDFK, dakwah yang perlu dilakukan adalah apa yang kita sebut sebagai tolongmenolong<br />

dan berlomba-lomba di dalam kebaikan. Adanya agenda forum silaturahmi antar LDFK,<br />

misalnya, sangat membantu LDFK-LDFK untuk bisa mengevaluasi program kerja dakwah mereka dan<br />

membenahi kekurangannya. Bahkan lebih dari itu, hal ini nantinya bisa menciptakan inovasi-inovasi<br />

cemerlang bagi dakwah kampus, terutama di Fakultas Kedokteran. Kesadaran akan pentingnya<br />

pengembangan dan perbaikan diri dengan cara belajar ke LDFK yang lain adalah kunci utamanya.<br />

Dari LDFK untuk LDFK.<br />

Dan yang terakhir, di tingkat sistem. Sistem yang dimaksud di dalam konteks dakwah profesi<br />

kedokteran adalah negara dan sistem kesehatannya. LDFK sebagai salah satu pengisi shaf terdepan<br />

|


di dalam dakwah profesi kedokteran harus menyadari bahwa pengekalan dakwah profesi kedokteran<br />

hanya bisa dilakukan dengan mempropagandakannya sebagai sebuah sistem yang disahkan oleh<br />

negara dan diakui oleh masyarakat. Tanpa adanya pengekalan ini, maka dakwah profesi kedokteran<br />

hanya akan terdengar sebagai sebuah wacana publik saja, tanpa ada kekuatan dan konsekuensi<br />

hukum yang menaunginya. Dan inilah puncak dari dakwah profesi kedokteran, yaitu terciptanya<br />

sistem kesehatan negara yang selaras dengan nilai dan norma yang berdasarkan syariat Islam.<br />

Setelah mengetahui siapa saja Receiver dakwah kampus kedokteran, hal berikutnya adalah<br />

mengetahui Message yang harus disampaikan. Message di dalam dakwah profesi kedokteran hanya<br />

bisa tercapai dengan adanya pendalaman mengenai tsaqafah diniyah yang kontinyu di dalam LDFK.<br />

Untuk bisa menyampaikan Message dakwah Islam, LDFK harus mengenali Islam itu sendiri. Dan inilah<br />

inti aktivitas utama di dalam LDFK, yaitu kajian tsaqafah diniyah. Tanpa adanya kajian rutin di dalam<br />

LDFK, maka LDFK bisa dikatakan hanya sama saja dengan organisasi kampus lainnya yang bergerak<br />

di dalam masalah selain dakwah.<br />

Kemudian, hal yang perlu diketahui adalah Channel dan Protocol dakwah. Channel mengacu<br />

kepada media penyampaian Message, sedangkan Protocol mengacu kepada mekanisme<br />

penyampaiannya. Channel dakwah sangatlah banyak. Lalu bagaimana memilihnya? Pemilihan<br />

Channel dakwah harus memperhatikan Receiver, dan prinsip Marketing di dalam dakwah itu sendiri.<br />

Pertama, LDFK harus mengetahui siapakah Receiver. Kedua, mengetahui kebutuhan dan keinginan<br />

Receiver. Ketiga, menentukan Message yang memenuhi kebutuhan dan keinginan Receiver. Keempat,<br />

menentukan Channel yang memiliki daya tarik yang kuat. Contoh, LDFK ingin mengadakan kajian<br />

umum untuk kampus FK mengenai pandangan Islam terhadap rokok. Receivernya adalah mahasiswa<br />

dan pihak fakultas. Nah, apa Channel yang harus dipilih? Pertama, LDFK memilih pembicara dari<br />

pihak fakultas sendiri. Kebetulan salah satu jajaran dekan adalah orang yang memiliki tsaqafah<br />

diniyah yang baik. Dengan demikian, diharapkan Receiver bisa mengagendakan acara ini sebagai<br />

sebuah acara yang harus dihadiri. Kedua, LDFK memilih ruang sidang fakultas sebagai tempat<br />

pelaksanaan acara. Dengan demikian, diharapkan Receiver dari pihak fakultas maupun pihak<br />

mahasiswa tetap menganggap bahwa acara ini layak dihadiri. Setelah menentukan Channel yang<br />

sesuai, saatnya menentukan Protocol penyampaian pesan. Misalnya adalah menentukan bagaimana<br />

mekanisme penyampaian materi, apakah dengan talk show, seminar, atau diskusi. Setelah<br />

menentukan Channel dan Protocol, langkah berikutnya adalah pelaksanaan acara. Sederhana bukan?<br />

Setelah itu, hal yang harus diperhatikan adalah Feedback yang diharapkan. Identitas Sender, isi<br />

Message, jenis Channel dan Protocol, dan Receiver sangat menentukan seperti apa Feedback yang<br />

nantinya muncul. Jika komposisi dari Sender – Message – Channel dan Protocol – Receiver tepat, maka<br />

Feedback yang muncul pun akan sesuai dengan yang diharapkan pula, insya Allah. Namun jika<br />

komposisinya sudah tidak tepat, maka kemungkinan munculnya Feedback yang sesuai dengan<br />

harapan pun semakin kecil.<br />

Dengan memahami konsep dakwah sebagai sebuah diorama komunikasi, harapannya LDFK<br />

bisa menyusun gerakan dakwah yang lebih rapi, strategis, efektif, dan efisien. Dengan demikian,<br />

diharapkan Syiar LDFK akan berfungsi dengan baik dan mampu mengantarkan dakwah LDFK<br />

mencapai tujuannya.<br />

|


Dapat kita lihat bahwa sebagian besar dakwah LDFK melibatkan departemen Syiar. Sebagai<br />

departemen utama yang memegang proses dakwah sebagai sebuah komunikasi kolosal, departemen<br />

Syiar menjadi penentu apakah tujuan dakwah nantinya bisa tercapai atau tidak. Pengelolaan Syiar<br />

yang baik adalah kuncinya. Tanpa pengelolaan yang baik, maka kemungkinan tujuan dakwah LDFK<br />

bisa dicapai pun menjadi kecil.<br />

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Syiar adalah sebuah sebuah diorama proses<br />

komunikasi. Tanpa pengelolaan yang baik, maka Syiar yang baik pun sulit untuk dicapai. Di dalam<br />

bab ini akan dibahas mengenai seluk beluk Syiar beserta agenda-agenda Syiar. Namun perlu<br />

dipahami bahwa pembahasan yang akan dijelaskan mengenai agenda-agenda Syiar adalah agenda<br />

Syiar sebagai media untuk mencapai tujuan dakwah profesi kedokteran, bukan hanya sebagai acara<br />

untuk ajang mencari dana. Berikut ini adalah pembahasan mengenai bagaimana cara agar Syiar yang<br />

baik bisa dicapai:<br />

- Analisis objek dan kebutuhan<br />

Untuk bisa menganalisis objek dan kebutuhan Syiar LDFK, langkah pertama yang harus<br />

dilakukan adalah melihat program kerja tahun sebelumnya atau program kerja dari LDFK<br />

lainnya kemudian mengevaluasinya. Dengan melihat hal-hal itu, departemen Syiar bisa<br />

menentukan objek dan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi LDFK di kepengurusan saat itu.<br />

Kondisi LDFK yang dimaksud mencakup jumlah pengurus, jumlah anggaran yang disetujui<br />

oleh keuangan fakultas, dan rekomendasi, rencana serta strategi yang diusulkan oleh<br />

kepengurusan sebelumnya kepada kepengurusan saat ini.<br />

- Trilogi LDFK – SC – OC<br />

Di dalam penyelenggaraan acara-acara Syiar, hal yang perlu diperhatikan juga adalah<br />

konsep acara dan pelaksana acara. LDFK adalah iron stock untuk Steering Committe (SC) dan<br />

Organizer Committee (OC) bagi acara-acara Syiar. Di dalam LDFK perlu dipahamkan bahwa<br />

setiap pengurus harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari setiap penyelenggaraan<br />

acara-acara Syiar. Dengan demikian, perekrutan SC dan OC pun juga menjadi lebih mudah.<br />

SC adalah orang-orang yang bekerja sebagai konseptor acara, SC adalah pembuat blue print<br />

acara. Menentukan latar belakang, tujuan, manfaat, dan indikator ketercapaian acara. Selain<br />

itu SC juga menentukan mengenai komposisi OC suatu acara beserta arahan kerjanya.<br />

Setelah blue print dari acara yang ingin diselenggarakan itu selesai dibuat, barulah kemudian<br />

OC sebagai eksekutor acara mengambil peran teknis di dalam pelaksanaan acara.<br />

SC bisa diambil dari alumni dan pengurus yang memiliki pengalaman di dalam acara<br />

yang akan diselenggarakan, serta ketua umum LDFK dan kepala departemen Syiar sendiri.<br />

Sedangkan OC bisa diambil dari semua pengurus yang ada. Blue print yang disusun oleh SC<br />

tidak harus disusun dari nol, tapi bisa disusun berdasarkan referensi dari kepengurusan<br />

sebelumnya dan dari LDFK lainnya. Yang termasuk di dalam blue print acara adalah:<br />

Latar belakang, tujuan, manfaat, dan indikator keberhasilan acara.<br />

Susunan kepanitiaan (komposisi OC)<br />

SOP acara<br />

- Manajemen kepanitiaan<br />

Setelah blue print siap dieksekusi, langkah berikutnya bagi SC adalah melakukan<br />

pengarahan, pembimbingan, dan pemantauan terhadap OC. Di awal, dilakukan pengarahan<br />

oleh SC kepada OC mengenai arahan kerja OC. Setelah itu, OC akan membuat timeline<br />

pelaksanaan acara, dan SC akan melakukan pembimbingan intensif untuk masing-masing<br />

divisi di dalam OC. Dengan adanya pembimbingan, diharapkan SC mampu mengelola<br />

|


gerakan OC sehingga tidak lepas dari blue print dan time line acara. Yang terakhir, adalah<br />

pemantuan kontinyu terhadap OC. Pemantauan kontinyu akan memudahkan SC dalam<br />

mendeteksi adanya masalah di dalam persiapan dan pelaksanaan acara.<br />

- Manajemen agenda regional – nasional – internasional<br />

Kelas acara akan menentukan komposisi SC dan OC yang dibutuhkan. Komposisi SC dan<br />

OC untuk acara tingkat regional berbeda tingkat nasional, pun antara nasional dengan<br />

internasional. Hal penting yang harus dilakukan adalah penyelarasan antara kebutuhan<br />

penyelenggaraan acara dengan komposisi OC. Misalnya, acara tingkat nasional akan<br />

membutuhkan keberadaan divisi Liaison Officer (LO) untuk menjamu delegasi-delegasi,<br />

sedangkan acara regional belum tentu membutuhkan keberadaan LO. Acara tingkat<br />

internasional membutuhkan keberadaan divisi Sponsorship yang harus memperhatikan<br />

profesionalitas yang baik, dan lain sebagainya.<br />

- SOP kepanitiaan<br />

Standard Operational Procedure (SOP) adalah kaidah-kaidah pelaksanaan acara yang<br />

merupakan bagian dari blue print acara. SOP berfungsi sebagai pemandu OC untuk bisa<br />

mempersiapkan dan melaksanakan acara sesuai time line dan supaya tujuan acara bisa<br />

dicapai. SOP harus mendefinisikan arahan kerja masing-masing divisi di dalam OC. Dengan<br />

demikian OC bisa melaksanakan arahan kerjanya sesuai time line yang disepakati. Selain itu<br />

SOP juga harus memberikan referensi time line yang diambil dari SOP di kepengurusan<br />

sebelumnya.<br />

- Grand Design Syiar<br />

Komposisi SC yang direkomendasikan:<br />

Ketua Umum LDFK<br />

Kepala departemen Syiar<br />

Staf ahli acara<br />

Alumni ahli acara<br />

Komposisi OC yang disarankan:<br />

Ketua Panitia<br />

Sekretaris<br />

Bendahara I dan Bendahara II<br />

Divisi Kesekretariatan<br />

Divisi Sponsorship<br />

Divisi Konsumsi<br />

Divisi Acara<br />

Divisi Publikasi dan Dokumentasi<br />

Divisi Pemateri dan Pembicara<br />

Divisi Liaison Officer (LO)<br />

Divisi Transportasi dan Akomodasi<br />

Divisi Humas dan Perijinan<br />

Divisi Perlengkapan dan Dekorasi<br />

Syiar Universal adalah syiar yang memilih Receiver dari kalangan masyarakat umum. Urgensi<br />

Syiar Universal adalah untuk menciptakan identitas LDFK terhadap publik, membentuk opini publik,<br />

dan menciptakan publik yang mendukung gerak dakwah LDFK. Identitas LDFK terhadap publik yang<br />

harus dibentuk adalah pengenalan LDFK terhadap publik dan pengakuan publik akan manfaat dari<br />

keberadaan LDFK. Setelah hal itu tercapai, maka LDFK dapat mengarahkan publik dengan opini-opini<br />

yang diwacanakan oleh LDFK mengenai suatu isu, dengan demikian diharapkan publik akan<br />

|


menjadikan LDFK sebagai referensi yang diakui dalam menilai suatu isu. Dan yang terakhir, adalah<br />

terciptanya publik yang mendukung gerak dakwah LDFK. Dukungan ini bisa berbentuk dukungan<br />

nonfisik (misalnya rasa simpati), dukungan perijinan, dukungan finansial, dukungan keamanan, dan<br />

lain sebagainya. Dengan publik yang mendukung LDFK, maka diharapkan kinerja dakwah LDFK bisa<br />

pun berjalan dengan lebih baik.<br />

Lingkup kerja dari Syiar Universal adalah masyarakat, baik masyarakat lokal, nasional, ataupun<br />

internasional. Dengan demikian, handicap dari Syiar Universal memang sangat beragam, tergantung<br />

dari jenis Receiver-nya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa analisis Receiver di dalam Syiar<br />

Universal sangatlah penting.<br />

Di dalam Syiar Universal, tema yang dipilih sebagai Message haruslah memenuhi kebutuhan dan<br />

keinginan Receiver. Pilihan utama dalam menyusun tema di dalam Syiar Universal adalah dengan cara<br />

mengambil tema umum yang dibahas dalam ranah kedokteran dan Islam. Hal pertama yang harus<br />

dilakukan adalah menentukan tema umum yang merupakan topik yang sedang booming di kalangan<br />

Receiver. Misalnya, LDFK ingin mengadakan seminar yang Receiver-nya adalah siswa SMA, tema yang<br />

dipilih adalah masalah pacaran. Kedua, menentukan tinjauan kedokteran dan tinjauan Islam yang<br />

sesuai dengan tema dan memiliki daya tarik yang kuat. Misalnya, LDFK kemudian memilih tinjauan<br />

kedokteran kejiwaan dan fiqih pergaulan dalam membahas tema ini.<br />

Setelah menentukan tema, langkah berikutnya adalah memilih Channel dan Protocol yang<br />

sesuai. Di dalam Syiar Universal, biasanya digunakan seminar, simposium, dan workshop sebagai<br />

Channel. Setelah dipilih Channel yang sesuai, langkah berikutnya adalah menentukan Protocol, yaitu<br />

memilih metode penyampaiannya, hal ini biasanya ditentukan oleh divisi Pemateri dan Pembicara.<br />

Tentu saja, sebagai salah satu pengisi shaf terdepan di dalam dakwah profesi kedokteran,<br />

sebagian besar agenda Syiar LDFK adalah agenda-agenda yang termasuk di dalam Syiar Akademi<br />

dan Profesi. Syiar Akademi dan Profesi adalah metode syiar yang mengintegrasikan kajian Islam<br />

dengan hal-hal yang berbau akademik atau profesi dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Dengan<br />

adanya Syiar jenis ini diharapkan LDFK bisa ikut menggerakkan masyarakat akademika FK dan<br />

profesi kedokteran dalam mendukung upaya untuk mencapai tujuan dakwah profesi kedokteran.<br />

Lingkup kerja Syiar Akademi dan Profesi adalah mahasiswa FK, dokter muda, dokter, dokter<br />

spesialis, dan tenaga kesehatan. Feedback yang diharapkan adalah adanya sikap yang mendukung<br />

upaya untuk mencapai tujuan dakwah profesi kedokteran.<br />

Syiar Akademi tidak melulu hanya membahas masalah akademik saja. Perlu kita sadari bahwa<br />

salah satu tujuan Syiar Akademi adalah menciptakan simpatisan-simpatisan yang bisa membantu<br />

atau bahkan berkontribusi dalam dakwah LDFK. Agenda Syiar Akademi utama yang harus<br />

diselengggarakan LDFK adalah kajian rutin, yang memiliki kurikulum yang baik. Dengan demikian<br />

LDFK bisa memperkirakan pencapaian tsaqafah diniyah pengurus dari waktu kewaktu. Kurikulum ini<br />

harus mencakup tsaqafah diniyah secara umum, dan kedokteran Islam sebagai salah satu core<br />

competence pengurus LDFK. Adanya Kurikulum Kedokteran Islam (KKI) diharapkan bisa menjadikan<br />

seminimalnya pengurus LDFK memahami tentang Kedokteran Islam, dan tinjauan Islam terhadap<br />

|


kesehatan dan sistem kesehatan. Dengan demikian LDFK diharapkan diakui oleh masyarakat<br />

akademika FK sebagai referensi untuk meninjau suatu masalah kedokteran dari sisi kedokteran<br />

Islam.<br />

Sedangkan pada Syiar Profesi, target utamanya adalah menciptakan masyarakat profesi<br />

kedokteran yang menjalankan tugas profesinya selaras dengan nilai dan norma Islam. Untuk Syiar<br />

jenis ini, bahan kajian yang direkomendasikan adalah tema-tema kesehatan atau sistem kesehatan.<br />

Tinjauan yang dipilih haruslah memperhatikan prinsip keilmiahan. Kemudian diperlukan pula tinjauan<br />

Islam yang sesuai, dan ilmiah.<br />

Jenis acara yang biasa dipilih untuk jenis Syiar Akademi adalah kajian, seminar lokal, diskusi, dan<br />

workshop. Sedangkan untuk Syiar Profesi adalah simposium dan workshop.<br />

Syiar Media memiliki berbagai Channel untuk bisa dipilih. Pemilihan Channel di dalam Syiar<br />

Media cukup dengan melihat seberapa banyak Receiver yang memperhatikan Channel yang akan<br />

dipilih dan seberapa kuat perhatiannya. Contoh mudahnya, saat LDFK ingin melakukan dakwah di<br />

dunia internet, mana yang harus dipilih sebagai Channel, apakah media sosial atau blog? Nah, tinggal<br />

melihat perilaku Receiver terhadap Channel, kan?<br />

Lalu kenapa harus ada Syiar Media?<br />

Adanya Syiar Media diharapkan dapat memanfaatkan perilaku Receiver – dalam hal ini adalah<br />

intensitas dan frekuensi perhatian Receiver terhadap suatu Channel yang bisa dipilih. Misalnya, saat di<br />

ruang kuliah, departemen Syiar bisa mengedarkan sebuah buku tulis, yang di dalamnya mahasiswa<br />

bisa menulis pertanyaan-pertanyaan tentang masalah agama. Kemudian, setelah pertanyaan itu<br />

terkumpul, pertanyaan itu dikaji dan ditanyakan kepada ahlinya (misalkan Ustadz atau Ustadzah),<br />

dan jawaban pertannyaan tadi ditempelkan di mading mushalla atau mading kampus. Mudah kan?<br />

Contoh lain adalah memanfaatkan perilaku mahasiswa yang aktif di dalam media sosial seperti<br />

twitter. Akun twitter LDFK atau departemen Syiar bisa saja memberikan tweets yang menarik bagi<br />

mahasiswa FK. Pastikan memilih tweets yang isinya menarik, dan tidak terlalu mengkritis. Dengan<br />

bahasa yang mudah diserap, bersahabat, dan mengena. Dan lain sebagainya.<br />

Selain memiliki pilihan Channel yang sangat banyak, Syiar Media juga memiliki jenis Receiver<br />

yang sangat beragam. Yang harus diperhatikan adalah seberapa besar intensitas dan frekuensi<br />

perhatian Receiver terhadap Channel dan Message yang dipilih.<br />

Program kerja yang dipilih di dalam Syiar Media antara lain:<br />

- SMS Taushiyah<br />

- Mading<br />

- Majalah<br />

- Buletin (flyers)<br />

- Akun media sosial<br />

- Blog<br />

- Website resmi<br />

- Dan lain lain<br />

|


Syiar Kemasjidan yang diupayakan oleh departemen Syiar LDFK adalah Syiar yang bertujuan<br />

untuk memakmurkan masjid dan memperkuat masjid sebagai basis kekuatan umat Islam. Adanya<br />

Syiar Kemasjidan oleh LDFK diharapkan bisa menjadi salah satu pilar utama di dalam menegakkan<br />

dakwah secara umum. Banyaknya masjid yang belum terberdaya dengan baik merupakan salah satu<br />

penyebab lemahnya kekuatan dan kesatuan umat Islam. Peran LDFK di dalam Syiar Kemasjidan bisa<br />

berupa pembinaan masjid, pengadaan masjid sebagai Taman Pendidikan Al Qur’an, pengadaan<br />

kajian rutin mingguan untuk ibu-ibu sekitar atau bapak-bapak, dan acara-acara hari raya.<br />

Syiar Kemuslimahan merupakan salah satu ranah Syiar yang memerlukan perhatian khusus.<br />

Syiar Kemuslimahan menjadi perhatian khusus dikarenakan sebagian besar kepentingan<br />

kemuslimahan hanya bisa ditangani oleh para muslimah sendiri. Selain itu Syiar Kemuslimahan<br />

mengambil peranan yang tidak bisa dilaksanakan oleh Syiar secara umum. Perlu dita pahami bahwa<br />

adanya Syiar Kemuslimahan sangatlah penting untuk mendidik dan membimbing muslimah,<br />

khususnya di FK. Beberapa tujuan utama Syiar Kemuslimahan adalah untuk meningkatkan tsaqafah<br />

diniyah muslimah, menciptakan masyarakat muslimah yang baik, dan mempersiapkan muslimah<br />

untuk kelak bisa menjadi basis utama dalam pendidikan anak-anak Islam.<br />

Lingkup kerja Syiar Kemuslimahan sangatlah banyak. Jenis Channel dan Protocol yang beragam<br />

merupakan keuntungan bagi Syiar Kemuslimahan. Agenda-agenda Syiar Kemuslimahan bisa<br />

dilaksanakan dalam bentuk seminar kemuslimahan, workshop, talk show, diskusi kelompok kecil, dan<br />

lain sebagainya.<br />

Syiar Kemuslimahan tidak hanya bergerak di ranah Syiar saja. Syiar Kemuslimahan juga harus<br />

terintegrasi dengan tarbiyah dan manajemen kepengurusan. Untuk itu, Syiar Kemuslimahan harus<br />

memiliki blue print dan SOP yang baik yang mendefinisikan bagaimana Syiar Kemuslimahan itu<br />

dilaksanakan dan bagaimana ia terintegrasi dengan komponen yang lain, dengan demikian<br />

harapannya Syiar Kemuslimahan mampu berfungsi dengan baik dan mencapai tujuannya. Di dalam<br />

Syiar Kemuslimahan juga disarankan terdapat Kurikulum Kemuslimahan, yang di dalamnya terdapat<br />

core competence bagi seorang muslimah yang terlibat di dalam dakwah profesi kedokteran. Dengan<br />

demikian LDFK bisa memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Syiar Kemuslimahan.<br />

Hampir sama dengan Syiar Universal, Syiar Sosial dan Kemasyarakatan memiliki jenis Receiver<br />

yang hampir sama, yaitu masyarakat. Hanya saja, di dalam Syiar Sosial dan Kemasyarakatan Receiver<br />

yang diutamakan adalah masyarakat sekitar kampus. Syiar Sosial dan Kemasyarakatan bisa<br />

terintegrasi dengan Syiar Kemasjidan. Tujuan utama dari Syiar Sosial dan Kemasyarakatan adalah<br />

memberikan manfaat sosial kepada masyarakat sekitar, memberikan pembinaan-pembinaan<br />

keagamaan kepada masyarakat sekitar, dan menciptakan masyarakat sekitar yang Islami.<br />

|


Lingkup kerja untuk Syiar jenis ini juga sangat banyak. Syiar jenis ini juga memiliki banyak<br />

Channel dan Protocol yang bisa dipilih. Untuk tahap pendekatan dengan sosial dan masyarakat bisa<br />

dimulai dengan acara-acara kemasyarakatan seperti pengobatan gratis, kerja bakti kampung,<br />

penyuluhan kesehatan, dan lain-lain. Kemudian, langkah berikutnya adalah melaksanakan Syiar<br />

Masjid. Setelah itu, LDFK bisa untuk memulai agenda-agenda Syiar yang lebih mengkerucut kepada<br />

pembinaan dan peningkatan tsaqafah diniyah masyarakat.<br />

|


Parameter<br />

Parameter<br />

Aspek Level LDK<br />

Fokus dan Lingkup Agenda<br />

Sumber Daya Manusia<br />

Fokus Agenda Penguatan<br />

Kader Inti<br />

Lingkup Agenda Dakwah<br />

Kultural<br />

Kuantitas Kader Terdapat<br />

Inisiator<br />

Kompetensi Kader Islamiyah<br />

Da'iyah<br />

pra-Mula Mula Madya Mandiri<br />

Fungsi Da'awi Optimalisasi<br />

Fungsi Da'awi<br />

Dakwah<br />

Struktural<br />

Syarat Cukup<br />

Lembaga<br />

Formal<br />

Islamiyah<br />

Da'iyah<br />

Basis<br />

Mahasiswa<br />

Sebaran Kader<br />

setiap Fakultas<br />

Ketokohan<br />

Kampus<br />

Ranah Amal<br />

Siyasi & Fanni<br />

Basis Civitas<br />

Akademika<br />

Sebaran Kader<br />

setiap Lini<br />

Kepemimpinan<br />

Kampus<br />

|


Parameter<br />

Parameter<br />

Parameter<br />

Parameter<br />

Perangkat Organisasi<br />

Kesekretariatan<br />

Struktur Informal<br />

Terstruktur<br />

Pedoman Dakwah<br />

dan Organisasi<br />

Sarana dan<br />

Prasarana<br />

Da'awi (Syi'ar dan Kaderisasi)<br />

Eksternal Lembaga<br />

Al-Quran dan<br />

Sunnah<br />

Formal<br />

Sederhana<br />

Belum Ada Sekretariat<br />

Informal<br />

Pengarsipan Belum Ada Pendataan<br />

Administrasi<br />

Kaderisasi Pembentukkan<br />

Kader Inti<br />

Syi'ar Kultural dan<br />

Fardhiyah<br />

Struktur<br />

Fungsi Da'awi<br />

Struktur dalam<br />

Struktur<br />

AD/ART GBHD Rencana<br />

Strategis<br />

Kaderisasi<br />

Kualitas<br />

Sekretariat<br />

Resmi<br />

Dokumentasi<br />

Arsip<br />

Kaderisasi<br />

Kuantitas<br />

|<br />

Sarana Memadai<br />

Sistem<br />

Pengarsipan<br />

Spesialisasi<br />

Kaderisasi<br />

Struktural Syi'ar Basis Opinion Leader<br />

Eksistensi Lembaga Belum Ada Skala Kampus Lingkungan<br />

Sekitar<br />

Jaringan Birokrat Kampus Alumni, LDK,<br />

Internal Kampus<br />

Jaringan<br />

Regional<br />

Elemen DK<br />

Skala Daerah<br />

Jaringan<br />

Nasional


Parameter<br />

Keuangan dan Pendanaan<br />

Sistem Keuangan Belum Ada Sistem<br />

Keuangan<br />

Sederhana<br />

Sumber Dana Sunduqu<br />

Juyubuna<br />

(Balance)<br />

Swadaya<br />

Internal<br />

(Surplus)<br />

Sistem<br />

Keuangan Rinci<br />

Eksternal<br />

(Surplus)<br />

|<br />

Akuntabel dan<br />

Transparan<br />

Passive Income<br />

(FF)<br />

Puji syukur kahadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya. Sholawat dan<br />

salam semoga tetap terlimpahcurahkan kepada Rosulullah SAW, keluarga, para sahabat dan para<br />

penegak risalah dakwah hingga akhir zaman.<br />

Dalam rangka memperbaiki pendataan LDFK yang menjadi anggota <strong>FULDFK</strong>, maka kami selaku<br />

pengurus Dewan Eksekutif Pusat (DEP) <strong>FULDFK</strong> membuat formulir ini untuk kelengkapan data<br />

keanggotaan. Formulir ini akan berlaku sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh LDFK untuk menjadi<br />

anggota <strong>FULDFK</strong>. Data ini juga akan digunakan oleh departemen terkait sebagai bahan<br />

pertimbangan untuk pengklasifikasian status LDFK dan juga sebagai bahan pertimbangan untuk<br />

pendampingan. Kami sangat berharap data-data yang kami peroleh akan dapat bermanfaat bagi<br />

kelangsungan dakwah kita bersama.<br />

Oleh karena itu kami memohon kepada pihak yang mengisi formulir ini untuk mengisi dengan<br />

sebaik-baiknya dan sejelas-jelasnya. Demikian atas perhatiaannya kami ucapkan jazakumullah<br />

khoiron katsiiron.<br />

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokaatuh<br />

Diisi,<br />

Pada hari / tanggal :<br />

Nama pengisi :<br />

Jabatan :<br />

*Formulir ini diisi oleh ketua LDFK atau pihak yang diberi kuasa oleh ketua LDFK bersangkutan<br />

Tandatangan<br />

( )


QUESIONER PROFIL LEMBAGA DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN<br />

I. IDENTITAS LEMBAGA DAKWAH FAKULTAS<br />

1) Nama LDFK :<br />

2) Nama Universitas :<br />

3) Alamat LDFK :<br />

a. Kode pos :<br />

b. Telepon/Fax. :<br />

c. Email :<br />

d. Homepage/Website :<br />

4) Kabupaten/Kota :<br />

5) Provinsi :<br />

6) Pulau :<br />

7) Tahun berdiri :<br />

CONTACT PERSON<br />

Nama :<br />

Alamat :<br />

Amanah/Jabatan :<br />

No Kontak :<br />

Email :<br />

Homepage/Website :<br />

II. EKSISTENSI LEMBAGA<br />

8) Apakah LDFK Anda sudah diakui secara syah oleh pihak birokrasi kampus ditingkat<br />

Fakultas/Universitas ?<br />

□Sudah □Belum<br />

Keterangan:<br />

9) Bagaimana hubungan LDFK Anda dengan pihak birokrasi kampus?<br />

□Baik □Cukup □Kurang<br />

Keterangan:<br />

10) Bagaimana tingkat kemudahan LDFK Anda dalam memperoleh dana dari pihak birokrasi<br />

kampus?<br />

□Mudah □Cukup □Kurang<br />

Keterangan:<br />

11) Bagaimana tingkat kemudahan LDFK Anda dalam menggunakan fasilitas-fasilitas yang<br />

dimiliki pihak birokrasi kampus?<br />

□Mudah □Cukup □Kurang<br />

Keterangan:<br />

12) Bagaimana partisipasi dosen terhadap kegiatan LDFK Anda?<br />

□Baik □Cukup □Kurang<br />

Keterangan:<br />

13) Bagaimana partisipasi mahasiswa terhadap kegiatan LDFK Anda?<br />

□Baik □Cukup □Kurang<br />

Keterangan:<br />

|


III. SARANA DAN PRASARANA<br />

14) Apakah LDFK Anda sudah memiliki sekretariat tetap?<br />

□Sudah □Belum<br />

15) Fasilitas apa saja yang dimiliki LDK Anda? (boleh diisi lebih dari 1)<br />

□Komputer (jumlah… buah) □Faximile<br />

□Ruang rapat □Internet<br />

□Telepon □Ruang pertemuan<br />

□Lainnya, sebutkan…<br />

IV. JARINGAN<br />

16) Apakah Anda mempunyai hubungan jaringan dengan organisasi intrafakultas yang mampu<br />

membantu Anda dalam mencapai tujuan organisasi?<br />

□Sudah (sebutkan:…………………) □Belum<br />

17) Jika ya, bagaimana kualitas hubungannya?<br />

□Baik □Cukup □Kurang<br />

Keterangan:<br />

18) Apakah ada program kerja Anda yang dikerjakan bersama-sama melalui konsolidasi<br />

bersama elemen intra fakultas lainnya?<br />

□Ada □Tidak<br />

19) Jika ada, sebutkan contoh program kerja tersebut!<br />

Contoh: Khitana masal<br />

……………………………………………….<br />

20) Apakah ada program kerja Anda yang kerjakan bersama-sama melalui konsolidasi bersama<br />

elemen dakwah antar fakultas/kampus?<br />

□Ada □Tidak<br />

21) Jika ada, sebutkan contoh program kerja tersebut!<br />

…………………………………………….<br />

V. ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ( AD / ART )<br />

22) Apakah LDFK Anda sudah memililki AD/ART?<br />

□Sudah □Belum<br />

23) Jika belum, apa alasannya?<br />

………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

VI. STRUKTUR<br />

24) Apakah LDFK Anda sudah memiliki struktur organisasi yang jelas?<br />

□Sudah □Belum<br />

25) Jika belum, apa alasannya?<br />

………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

VII. KADERISASI<br />

26) Apakah LDFK anda sudah memiliki alur kaderisasi yang tersusun dalam waktu tertentu?<br />

□Sudah □Belum<br />

27) Jika belum, apa alasannya?<br />

|


……………………………………………………………..<br />

……………………………………………………………..<br />

28) apakah LDFK anda sudah memiliki pelatihan-pelatihan manajemen mahasiswa?<br />

□Sudah → Lanjut ke 29<br />

□Belum → Lanjut ke 30<br />

29) Apakah pelatihan manajemen yang dilakukan LDFK anda mempunyai konsep yang<br />

sistematis?<br />

□Ya □Tidak<br />

30) Apakah untuk mengikuti suatu pelatihan manageman yang dilakukan LDFK Anda<br />

diperlukan syarat harus menempuh pelatihan manajeman pada tahap sebelumnya?<br />

□Ya □Tidak<br />

31) Apakah LDFK Anda memiliki program untuk membina kualitas keislaman dari mahasiswa<br />

muslim?<br />

□Sudah □Belum<br />

Jika belum, apa alasannya?<br />

………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

32) Untuk membina kualitas keislaman dari mahasiswa muslim, menurut Anda materi apa yang<br />

paling bagus untuk diberikan?<br />

a. …………………………………………………………<br />

b. …………………………………………………………<br />

c. …………………………………………………………<br />

d. …………………………………………………………<br />

e. …………………………………………………………<br />

BILA LDFK ANDA MEMILIKI PROGRAM UNTUK MEMBINA KUALITAS KEISLAMAN DARI<br />

MAHASISWA MUSLIM<br />

33) Apa bentuk program untuk pembinaan keislaman tersebut? (boleh diisi lebih dari 1)<br />

□Dauroh (training Islam)<br />

□Kajian-kajian umum<br />

□Lainnya<br />

Sebutkan……………………………………………<br />

34) Bagaimana respon mahasiswa terhadap program yang LDF anda berikan?<br />

…………………………………………………………….<br />

……………………………………………………………<br />

35) Apakah Anda mempunya program mentoring (kajian keIslaman berbentuk kelompok<br />

dengan dipandu mentor)?<br />

□Sudah □Belum<br />

36) Jika belum, apa alasannya?<br />

……………………………………………………………<br />

……………………………………………………………<br />

……………………………………………………………<br />

37) Apakah program mentoring tersebut sudah diakui oleh pihak birokrasi kampus?<br />

□Sudah → Lanjut ke 37<br />

|


□Belum → Lanjut ke 39<br />

38) Apakah program mentoring tersebut dikelola secara khusus oleh bidang atau departemen<br />

tertentu?<br />

□Ya □Tidak<br />

39) Sebutkan bidang atau departemen yang mengelola mentoring tersebut!<br />

BILA LDFK ANDA TIDAK MEMILIKI PROGRAM MENTORING<br />

40) Apakah ada rencana untuk mengelola program mentoring?<br />

□Ya □Tidak<br />

Apa alasan/kendala sehingga LDFK anda tidak memiliki program mentoring?<br />

Sebutkan,……………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

VIII. SYIAR<br />

41) Apakah ada program yang dibuat untuk mahasiswa secara umum?<br />

□Ya □Tidak<br />

Apa alasan/kendala sehingga LDFK anda tidak memiliki program syiar?<br />

Sebutkan,……………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

42) Sebutkan program syiar apa saja yang dilakukan oleh LDFK anda? (skala<br />

nasional/wilayah/universitas/fakultas)<br />

………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

Bagaimana respon mahasiswa terhadap program syiar yang LDF anda berikan?<br />

………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

43) Apakah program yang dilaksanakan sudah terorganisasikan dengan baik?<br />

□Baik □Cukup □Kurang<br />

IX. KOMPETENSI<br />

44) Apakah LDFK Anda sudah memiliki kegiatan yang sesuai dengan kompetensi keilmuan di<br />

fakultas Anda?<br />

□ Sudah □ Belum<br />

Jika sudah, bentuknya seperti apa?<br />

□ Insidental dan belum terorganisasi dengan baik<br />

□ Masih meminta bantuan dari luar untuk pengadaannya<br />

□ Sudah ada bidang khusus di LDFK yang menangani<br />

45) Jika sudah ada bidang khusus yang menangani, seperti apakah bentuknya? (contoh : Tim<br />

Bantuan Medis, Kajian Kedokteran Islam, dll). Tolong dijelaskan secara singkat !<br />

………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

|


43) Apakah LDFK Anda memiliki afiliasi dengan organisasi kedokteran lainnya? (baik yang<br />

bersifat ke-Islaman seperti BSMI, Mer-C maupun yang lainnya). Tolong sebutkan !<br />

………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………<br />

X. POLA PERGANTIAN KEPENGURUSAN<br />

46) Apakah LDFK Anda telah memiliki alur pergantian kepengurusan yang jelas?<br />

□Sudah □Belum<br />

47) Berapa jumlah pengurus yang resmi tercatat dalam kepengurusan?<br />

48) Berapa persen dari jumlah total pengurus resmi tersebut yang aktif?<br />

XI. PERMASALAHAN UMUM DAN PRIORITAS AKTIVITAS LDFK<br />

49) Apakah kendala utama yang dialami LDFK Anda dalam pergerakan dakwahnya ?<br />

50) Sebutkan hal mendesak dan penting yang LDFK Anda butuhkan saat ini !<br />

51) Dari aktivitas di bawah ini isilah sesuai bobot prioritas aktivitas yang ada di LDFK Anda<br />

dengan melingkari angkanya.<br />

KETERANGAN : sangat prioritas sangat tidak prioritas<br />

1 2 3 4 5 6<br />

a. Membuat konsep dan jenjang alur kaderisasi<br />

1 2 3 4 5 6<br />

b. Membuat pola rekruitmen yang baik dan sistematis<br />

1 2 3 4 5 6<br />

c. Memperjuangkan status legal formal LDK<br />

1 2 3 4 5 6<br />

d. Memperbanyak pengurus<br />

1 2 3 4 5 6<br />

e. Mengadakan aktivitas dakwah yang bervariatif<br />

1 2 3 4 5 6<br />

f. Memperluas jaringan eksternal kampus<br />

1 2 3 4 5 6<br />

g. Mengusahakan sekretariat tetap<br />

1 2 3 4 5 6<br />

h. Mengusahakan sarana komunikasi<br />

1 2 3 4 5 6<br />

i. Peningkatan kualitas pemahaman dan keislaman pengurus<br />

1 2 3 4 5 6<br />

j. Melibatkan birokrat kampus ke dalam kegiatan LDFK<br />

1 2 3 4 5 6<br />

44) Pada periode kepengurusan saat ini LDFK Anda sedang mengkonsentrasikan pada apa?<br />

NB : Harap di lampirkan :<br />

a. Sejarah singkat LDFK anda<br />

|


1. Belum memiliki LDFK<br />

b. Alur kaderisasi (jika ada, mulai dari perekrutan-pengurus-pengurus inti-pasca<br />

pengurus)<br />

c. Struktur LDFK dan Job Description<br />

d. Program kerja LDFK<br />

e. SK legalitas LDFK (jika ada )<br />

f. SK legalitas Mentoring ( jika ada )<br />

Parameter Level LDFK<br />

Kader Ada kader<br />

penggerak<br />

Objek Dakwah Tidak ada yang<br />

mau diajak<br />

Program Belum ada<br />

program<br />

Dukungan dari<br />

civitas<br />

2. Sudah memiliki LDFK<br />

Parameter<br />

Tidak ada<br />

dukungan<br />

I II III<br />

Ada kader penggerak Sudah ada forum kader<br />

Ada yang berminat Ada yang berminat dan ke<br />

depannya bersedia menjadi<br />

pengurus<br />

Program insidental, tapi<br />

tidak tetap<br />

Ada dukungan dari dosen<br />

non- birokrat<br />

Level LDFK<br />

Sudah ada program tetap<br />

Ada dukungan dari birokrat<br />

Pemula Madya Mandiri<br />

Lingkup Kerja Personal Antar Personal (tim) Tim dan jaringan<br />

Fokus Kegiatan Penguatan kader inti 1. Menambah jumlah<br />

kader<br />

2. Syi’ar<br />

Eksistensi lembaga<br />

(Basis sosial yang<br />

mendukung da’wah<br />

LDK)<br />

Kader inti LDK Kader inti dan beberapa<br />

segmen mahasiswa<br />

(pendukung, simpatisan)<br />

|<br />

1. Inovasi untuk syi’ar dan<br />

program-program LDK<br />

2. Ekspansi da’wah<br />

(perluasan jaringan &<br />

lahan da’wah)<br />

Kader inti dan hampir semua<br />

segmen civitas akademika<br />

(mahasiswa, dosen, birokrat<br />

kampus)


Kuantitas kader Kuantitas : sejumlah<br />

kader inti<br />

Sarana&prasarana 1. Belum memiliki<br />

sekretariat tetap<br />

2. Fasilitas terbatas<br />

Jaringan 1. Intra kampus :<br />

belum ada atau<br />

sudah ada tetapi<br />

kualitasnya belum<br />

baik<br />

2. Ekstra kampus :<br />

belum ada<br />

Kuantitas : sejumlah<br />

kader inti dan<br />

mahasiswa muslim dari<br />

segmen pendukung<br />

da’wah<br />

1. Sudah memiliki<br />

sekretariat tetap<br />

2. Fasilitas terbatas<br />

1. Intra kampus :<br />

sudah ada<br />

2. Ekstra kampus :<br />

sudah ada namun<br />

kualitasnya belum<br />

baik<br />

Struktur Masih sederhana Cukup jelas Jelas<br />

Kaderisasi Belum memiliki alur<br />

kaderisasi yang jelas<br />

Core Competence Ada, namun belum<br />

terkoordinasi dengan<br />

baik<br />

Telah memiliki alur<br />

kaderisasi, namun<br />

belum sistematis dan<br />

belum stabil<br />

Ada dan sudah dikelola<br />

oleh bidang tersendiri<br />

|<br />

Kuantitas : sejumlah kader<br />

inti dan mahasiswamuslim<br />

dari segmen pendukung<br />

da’wah<br />

1. Sudah memiliki<br />

sekretariat tetap<br />

2. Fasilitas memadai<br />

1. Intra kampus : sudah<br />

ada<br />

2. Ekstra kampus : sudah<br />

ada, kualitasnya baik<br />

Telah memiliki alur<br />

kaderisasi yang jelas,<br />

sistematis dan stabil<br />

Ada dan sudah dikelola oleh<br />

bidang tersendiri serta<br />

sudah mampu untuk bekerja<br />

sama dengan pihak luar atau<br />

sudah menjadi ciri khas dari<br />

lembaga itu.<br />

Dakwah kampus merupakan sarana yang mutlak diperlukan saat ini, dimana tantangan di dunia<br />

kampus memerlukan punggawa-punggawa dakwah yang berilmu, tangguh, dan progresif. Namun,<br />

seperti yang dikatakan oleh sayyidina Ali r.a. kebenaran yang tidak terkoordinir akan dikalahkan oleh<br />

kejahatan yang terkoordinir maka pengorganisasian yang teratur dari Lembaga Dakwah Fakultas<br />

Kedokteran (LDFK) yang notabenenya merupakan organisasi formal dalam bidang dakwah FK juga<br />

mutlak diperlukan.<br />

Untuk mencapai impian <strong>FULDFK</strong> mengembangkan kedokteran Islam di Indonesia,<br />

diperlukanlah targetan jelas tentang kaderisasi di setiap LDFK se-Indonesia. Oleh karena itu,<br />

diperlukan Standar Mutu Kader (SMK) bersama dengan mengacu kepada SMK yang diterapkan<br />

Universitas Gadjah Mada. Latar belakang dibentuknya SMK bersama ini adalah adanya keberagaman<br />

mutu kader dimana muncul stigma bahwa kader SKI lebih ditekankan pada kompetensi dinniyah


sedangkan skill organisasi (profesionalisme lembaga) dirasakan masih kurang. Di sisi lain, Lembaga<br />

Dakwah terkenal dengan skill organisasi yang cukup mumpuni di samping kompetensi dinniyah yang<br />

juga baik. Muatan dalam alur kaderisasi masing-masing SKI pun masih cukup beragam. Ada yang<br />

sudah baik, namun ada juga yang sepertinya butuh pembenahan lagi. Di samping itu, jumlah kader<br />

yang tidak sebanding dengan banyaknya amanah dakwah di lapangan menjadi tantangan tersendiri<br />

di bidang kaderisasi masing-masing lembaga.<br />

Oleh karena itu, dengan adanya SMK ini diharapkan adanya sutau sistem kaderisasi yang efektif<br />

di tataran fakultas kedokteran se-Indonesia. Yang dimaksud efektif di sini adalah kondisi dimana<br />

setiap SKI memiliki suatu jalur kaderisasi yang baku dan mutu kader yang terstandardisasi. Namun,<br />

usaha-usaha ini dalam pelaksanaannya tetap menyesuaikan kultur dari masing-masing universitas /<br />

wilayah.<br />

Semoga dengan SMK ini menjadi salah satu jalan mewujudkan setiap LDFK di Indonesia yang<br />

memiliki peranan sentral dalam membentuk universitasnya diridhoi Allah SWT. Ini semua mustahil<br />

dapat terwujud kecuali dengan adanya kerja nyata bersama (amal jama’i) dari semua elemen yang<br />

peduli terhadap dakwah FK.<br />

Dibentuknya SMK memiliki beberapa tujuan yaitu:<br />

1. Adanya standar/target/acuan yang jelas seorang kader dakwah Fakultas Kedokteran dalam<br />

berproses menjadi da’i;<br />

2. Membentuk kader-kader dakwah yang nantinya siap diterjunkan ke lahan-lahan dakwah<br />

kedokteran seluruh Indonesia;<br />

3. Meminimalisir kesenjangan yang amat jauh antar kualitas seorang kader dengan kader<br />

lainnya; disuatu daerah dengan daerah lainnya; disuatu Universitas dengan Universitas<br />

lainnya.<br />

4. Membantu pengembangan kualitas kader yang akan berpengaruh pada kualitas kerja dakwah<br />

di Fakultas Kedokteran masing-masing.<br />

Terdapat lima penjenjangan dalam setiap kader LDFK, yaitu:<br />

1. Mahasiswa muslim, merupakan objek dakwah utama LDFK<br />

2. Anggota Muda, merupakan setiap mahasiswa muslim yang mendaftar sebagai anggota LDFK<br />

dan diamanahkan pada program-program yang dilaksanakan LDFK<br />

3. Kader Guna (Anggota I), merupakan setiap kader muda LDFK yang telah mengikuti dan<br />

dinyatakan lulus Latihan Kepemimpinan I dan kemudian diamanahkan sebagai staff LDFK<br />

4. Kader Karya (Anggota II), merupakan setiap kader guna (anggota I) LDFK yang telah<br />

mengikuti dan dinyatakan lulus Latihan Kepemimpinan II dan kemudian akan diproyeksikan<br />

sebagai staff ahli maupun pengurus harian (PH) LDFK<br />

5. Kader Strategis (Anggota III), merupakan setiap kader karya (anggota II) LDFK yang telah<br />

mengikuti dan dinyatakan lulus Latihan Kepemimpinan III dan kemudian akan diproyeksikan<br />

sebagai pengurus harian (PH) maupun mas’ul (ketua) LDFK<br />

|


Dalam perjalanan untuk menuju perjenjangan tersebut terdapat lima hal atau kegiatan yang<br />

harus dilakukan, yaitu:<br />

1. Rekrutmen<br />

Rekrutmen merupakan metode perekrutan terhadap mahasiswa muslim sebagai calon<br />

anggota baru LDFK sebagai sarana untuk melanjutkan estafet perjuangan LDFK yang<br />

dilakukan baik secara terbuka (open recruitment) maupun secara tertutup (close recruitment).<br />

2. Latihan Kepemimpinan I<br />

Latihan Kepemimpinan I merupakan latihan kepemimpinan formal yang ditujukan bagi<br />

anggota anggota muda LDFK dengan muatan dan alur muatan sebagai berikut:<br />

Kons<br />

ep<br />

Diri<br />

Amal<br />

Jama’i<br />

Wawas<br />

an<br />

ke-LDFK-<br />

3. Latihan Kepemimpinan II<br />

Latihan Kepemimpinan II merupakan latihan kepemimpinan formal yang ditujukan bagi<br />

anggota anggota I LDFK dengan muatan dan alur muatan sebagai berikut:<br />

Analisis Sirah<br />

Nabi<br />

Problem<br />

atika<br />

Umat<br />

Konse<br />

p<br />

4. Latihan Kepemimpinan III<br />

Latihan Kepemimpinan III merupakan latihan kepemimpinan formal yang ditujukan bagi<br />

anggota anggota II LDFK dengan muatan dan alur muatan sebagai berikut:<br />

Konsep<br />

Tauhid<br />

Analisis<br />

sosial<br />

Problemat<br />

ika Global<br />

Umat<br />

Desain<br />

Kegiatan<br />

Perancang<br />

an Renstra<br />

Lembaga<br />

Sinergisit<br />

as<br />

Dakwah<br />

5. Penjagaan dan Pembinaan<br />

Penjagaan dan pembinaan merupakan kegiatan yang dilakukan semenjak anggota LDFK<br />

mendaftarkan dirinya hingga pasca lembaga. Kedua hal ini dilakukan untuk mencapai standar<br />

mutu kader (SMK) dengan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi LDFK.<br />

Namun, ada stadardisasi minimum dalam muatan penjagaan dan pembinaan, yaitu:<br />

- Penjagaan dan pembinaan 1<br />

Materi dasar Islam (Aqidah, Ibadah)<br />

Training jasadiah<br />

Materi akhlaq<br />

- Penjagaan dan pembinaan 2<br />

Fiqh dakwah<br />

Dakwah thulabiy<br />

Dakwah Core Competence<br />

|


- Penjagaan dan pembinaan 3<br />

Leadership<br />

Manajemen konflik<br />

Ideologi, pemikiran Islam, Islam sesat, dan non Islam<br />

Agar proses kaderisasi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dibutuhkanlah beberapa<br />

perangkat/ sarana penjagaanaan dan pembinaan antara lain:<br />

1. Internal LDFK<br />

- Struktur yang bertanggung jawab atas berjalannya kaderisasi LDFK, misal Biro Khusus<br />

Kaderisasi atau departemen PSDM.<br />

- Semua pengurus LDFK untuk menjalankan kaderisasi kolektif LDFK<br />

- Konsep Sistem Kaderisasi LDFK dan <strong>FULDFK</strong> serta semua produk turunannya<br />

- Semua perangkat hukum lain untuk menunjang proses kaderisasi ldfk, misal AD/ART<br />

- Program kerja LDFK<br />

2. Eksternal<br />

- Kepanitiaan<br />

- Acara kaderisasi LDFK & <strong>FULDFK</strong><br />

- Pembinaan LDFK yang mengundang anggota LDFK lain<br />

- Halaqah lembaga<br />

- Mantuba/ tugas baca<br />

- Kajian diluar LDFK<br />

Kajian manhaj<br />

Kajian Rutin di masjid/ pesantren terdekat<br />

Dsb<br />

|


U<br />

ntuk mewujudkan kader dan pengurus yang memenuhi kriteria muwashshafat memang akan<br />

selalu menemui banyak tantangan. Agar ke 10 muwashafat itu dapat melekat pada kader<br />

dan pengurus memang harus ada komitmen dan tindakkan nyata baik dari LDFK maupun<br />

dari diri kader sendiri. Sekuat apapun LDFK berusaha namun jika kader tidak mau menginternalkan<br />

nilai-nilai muwashshafat ini maka hasilnya juga tidak akan bisa maksimal. Sebelum<br />

mengejawantahkan Muwashshafat maka kita perlu tahu dulu komponen-komponen muwashshafat.<br />

No Muwashshafat Kader Muda Kader Madya Kader Purna<br />

1. Salimul ‘aqidah<br />

(‘aqidah yang<br />

bersih)<br />

a. Memahami<br />

hakikat ilmu<br />

tauhid<br />

b. Selalu<br />

meluruskan niat<br />

dalam<br />

melakukan<br />

sesuatu<br />

c. Menjaga diri<br />

dari<br />

kemusyikan<br />

(tidak<br />

berhubungan<br />

dengan<br />

jin dan hal-hal<br />

lain yang<br />

berhubungan<br />

dengan<br />

kemusyrikan)<br />

d. Mengingat<br />

a. Point Kader<br />

Muda<br />

b. Senantiasa<br />

bertaqarrub dengan<br />

Allah<br />

c. Merasakan<br />

ma’iyyatullah<br />

d. Dzikrullah di<br />

setiap waktu dan<br />

keadaan<br />

e. Memahami<br />

urgensi amal jama’i<br />

f. Mengetahui<br />

pergerakan<br />

organisasiorganisasi<br />

yang memusuhi<br />

Islam<br />

g. Memahami dan<br />

meyakini qadha dan<br />

qadar<br />

a. Point Kader<br />

Madya<br />

|


2. Shahihul ‘ibadah<br />

(ibadah yang<br />

benar)<br />

adanya hari<br />

kiamat<br />

e. Mengenal<br />

Allah<br />

f. Mengenal<br />

Rasul<br />

g. Mengenal Al<br />

Qur’an<br />

h. Mengenal<br />

hakikat<br />

Manusia<br />

i. Memahami<br />

ma’na<br />

syahadatain<br />

j. Mengenal<br />

Dinul Islam<br />

k. Tidak ikut<br />

merayakan<br />

hari-hari besar<br />

agama lain dan<br />

acara-acara<br />

yang<br />

menjauhkan diri<br />

dari Allah SWT<br />

a.<br />

Melaksanakan<br />

shalat 5 waktu<br />

dan shaum<br />

Ramadhan<br />

b.<br />

Melaksanakan<br />

shalat<br />

berjama’ah min.<br />

2x / hari<br />

c.<br />

Melaksanakan<br />

tilawah 10 hal /<br />

hari<br />

d.<br />

Melaksanakan<br />

shalat sunnat<br />

rawatib 3x / hari<br />

e.<br />

Melaksanakan<br />

shalat QL min.<br />

1x / pekan<br />

f. Memiliki<br />

hapalan Qur’an<br />

min. surat Adh<br />

Dhuha- An Nas<br />

g.<br />

Melaksanakan<br />

shaum sunnat<br />

min. 3x / bulan<br />

h. Membaca Al<br />

Ma’tsuraat min.<br />

2x / pekan<br />

h. Senantiasa<br />

berhusnudzon<br />

(berprasangka<br />

baik)<br />

a. Point kader muda<br />

b. Membuat resume<br />

buku “tazkiyyatun<br />

nafs”<br />

c. Shalat<br />

berjama’ah (di<br />

masjid): 4 kali/hari<br />

untuk ikhwan<br />

d. Tilawah Al Qur’an<br />

20 hal (1 juz)/hari<br />

e. Shalat sunnah<br />

rawatib 4 kali/hari<br />

f. Qiyamullail: 3<br />

kali/pekan<br />

g. Al Ma’tsurat: 5<br />

kali/pekan<br />

h. Menjaga hafalan<br />

Al Qur’an: 20 hal (1<br />

juz)<br />

i. Mengikuti Tatsqif<br />

min. 1x / bulan<br />

j. Menjaga hafalan<br />

hadits Arba’in: 5<br />

buah<br />

a. Point Kader<br />

Madya<br />

b. Tilawah Al<br />

Qur’an dengan<br />

bacaan yang<br />

baik (tahsin): 1,5<br />

juz/hari<br />

c. Shalat sunnah<br />

rawatib 5 kali/hari<br />

d. Qiyamullail: 6<br />

kali/pekan<br />

e. Al Ma’tsurat: 7<br />

kali/pekan<br />

f. Menjaga<br />

hafalan Al Qur’an:<br />

40 hal (2<br />

juz)<br />

g. Tiap 1 pekan<br />

sekali melakukan<br />

tadabbur<br />

Al Qur’an<br />

h. Menjaga<br />

hafalan hadits<br />

Arba’in: 10<br />

buah<br />

i. Menjaga hafalan<br />

hadits Riyadhus<br />

Shalihin: 20 buah<br />

j. Mengikuti<br />

Tatsqif min. 2x /<br />

bulan<br />

k. Shalat<br />

berjama’ah (di<br />

|


3. Matinul khuluq<br />

(akhlak yang tegar)<br />

4. Qadirun ‘alal kasbi<br />

(kemampuan<br />

berpenghasilan)<br />

i. Melaksanakan<br />

shalat Dhuha<br />

min. 1x / pekan<br />

a. Tidak dusta<br />

b. Memenuhi<br />

janji<br />

c. Menjaga<br />

adab pergaulan<br />

Islami<br />

d. Menjalin<br />

hubungan yang<br />

baik dengan<br />

lingkungan<br />

e. Menyayangi<br />

yang muda dan<br />

menghormati<br />

yang tua<br />

f. Menjaga adab<br />

makan dan<br />

minum sesuai<br />

dengan sunnah<br />

g. Tidak<br />

berkhalwat<br />

dengan yang<br />

bukan mahram<br />

h. Tidak<br />

pacaran<br />

i. Mengenal<br />

karakter temanteman<br />

sekelompoknya<br />

(usroh<br />

Gamais)<br />

j. Tidak<br />

takabbur<br />

k. Tidak ghibah<br />

l. Berani<br />

mengemukakan<br />

pendapat<br />

m. Rapih dalam<br />

berpakaian<br />

n. Birul<br />

Walidain<br />

a. Memiliki<br />

rekening pada<br />

Bank syari’ah<br />

b. Menjauhi<br />

sumber<br />

penghasilan<br />

yang haram<br />

seperti judi,<br />

lotere, togel,<br />

dsb.<br />

c. Menabung<br />

meskipun<br />

sedikit setiap<br />

bulan<br />

a. Point Kader<br />

Muda<br />

b. Berani<br />

memimpin majelis<br />

c. Memiliki Ruhul<br />

Istijabah (semangat<br />

menyambut tugas<br />

da’wah) yang baik<br />

d. Ihsanul ‘amal<br />

(ihsan dalam<br />

beramal)<br />

e. Memilki contact<br />

person (jaringan) di<br />

lingkungan aktivitas<br />

da’wah dan kuliah<br />

f. Menjadi teladan<br />

bagi level di<br />

bawahnya<br />

g. Menjadi pionir<br />

kebaikan<br />

h. Mengobati virus<br />

hati<br />

i. Menjaga<br />

keamniyahan<br />

da’wah<br />

j. Menundukkan<br />

pandangan<br />

k. Memahami<br />

ma’na qiyadah wal<br />

jundiyah<br />

l. Mengetahui adabadab<br />

majelis<br />

m. Mengaplikasikan<br />

rukun-rukun<br />

ukhuwah<br />

a. Point Kader<br />

Muda<br />

b. Membaca buku<br />

kewirausahaan<br />

c. Membayar zakat<br />

d. Infaq setiap hari<br />

masjid): 5<br />

kali/hari untuk<br />

ikhwan<br />

a. Point Kader<br />

Madya<br />

b. Memiliki<br />

contact person<br />

(jaringan) di<br />

lingkungan<br />

aktivitas da’wah<br />

dan kuliah,<br />

serta memilki<br />

kepercayaan<br />

c. Tidak<br />

panik/tenang<br />

ketika<br />

menghadapi<br />

masalah yang<br />

besar<br />

a. Point Kader<br />

Madya<br />

b. Memiliki<br />

maisyah<br />

|


5. Mutsaqqaful fikri<br />

(pikiran yang<br />

intelek)<br />

d.<br />

Membiasakan<br />

berinfaq tiap<br />

pekan<br />

a. Mampu<br />

berkomunikasi<br />

dengan baik<br />

b. Memahami<br />

hukum-hukum<br />

Thaharah<br />

c. Memahami<br />

hukum-hukum<br />

Shalat<br />

d. Memahami<br />

hukum-hukum<br />

Shaum<br />

e. Memahami<br />

hukum-hukum<br />

Zakat<br />

f. Memahami<br />

urgensi da’wah<br />

g. Memahami<br />

syumuliyatul<br />

Islam<br />

h. Mengetahui<br />

kisah Rasul dan<br />

Sahabat secara<br />

umum<br />

i. Mengetahui<br />

perangkapperangkap<br />

musuh-musuh<br />

Islam<br />

j. Mengetahui<br />

ke-Gamais-an<br />

(visi misi,<br />

struktur, job<br />

desc<br />

tiap dept)<br />

k. Mengenal<br />

seluruh Kadept<br />

dan Korwat<br />

LDFK<br />

l. Mengenal 50<br />

orang kader<br />

muda<br />

m. Memahami<br />

bagaimana<br />

harus bersikap<br />

terhadap non<br />

Muslim<br />

n.<br />

Membiasakan<br />

diri berfikir<br />

positif<br />

o. Memahami<br />

urgensi<br />

a. Point Kader<br />

Muda<br />

b. Ma’rifatul<br />

Maydan Kampus<br />

c. Memiliki<br />

wawasan yang baik<br />

tentang ke-<br />

Islaman, ke-<br />

Indonesiaan dan<br />

kemahasiswaan<br />

d. Memahami<br />

fungsi Gamais<br />

e. Mengenal 50<br />

Kader Madya<br />

Gamais<br />

f. Mengetahui<br />

organisasorganisasi<br />

terselubung yang<br />

memusuhi Islam<br />

g. Memahami fiqh<br />

da’wah dan fiqh<br />

prioritas<br />

h. Berusaha<br />

membiasakan diri<br />

mencurahkan<br />

ide tiap pekan<br />

i. Berusaha<br />

membiasakan diri<br />

membaca<br />

buku di luar<br />

spesialisasinya<br />

j. Memilki<br />

perpustakaan<br />

pribadi sekecil<br />

apapun<br />

Point Kader<br />

Madya<br />

b. Memiliki visi<br />

dan strategi hidup<br />

beserta<br />

perencanaan 10<br />

tahun ke depan<br />

c. Mampu<br />

melakukan<br />

perencanaan<br />

strategis<br />

d. Cepat dan tepat<br />

dalam mengambil<br />

keputusan<br />

e. Memilki<br />

wawasan yang<br />

baik tentang<br />

berbagai gerakan<br />

ideologi dan<br />

sejarah<br />

gerakan Islam di<br />

dunia dan di<br />

Indonesia<br />

f. Memahami<br />

prinsip syuro<br />

dalam amal<br />

jama’i<br />

g. Menguasai<br />

teknik komunikasi<br />

efektif<br />

h.<br />

Terbiasa/berusaha<br />

membiasakan diri<br />

mencurahkan ide<br />

tiap hari<br />

i. Mampu<br />

mengaitkan isi<br />

antar bacaan<br />

j. Mampu berpikir<br />

secara logis dan<br />

terstruktur<br />

dengan baik<br />

k. Mengkuti<br />

perkembanagn<br />

politik<br />

kontemporer<br />

l. Memiliki<br />

kemampuan<br />

untuk<br />

menganalisis<br />

masalah dan<br />

menjadi<br />

problem solver<br />

|


6. Qawiyyul jism (fisik<br />

yang kuat)<br />

7. Mujahidun li<br />

Nafsihi<br />

bersungguhsungguh<br />

Terhadap dirinya)<br />

menuntut ilmu<br />

(kuliah)<br />

p. Memahami<br />

urgensi<br />

tarbiyyah<br />

q. Mengikuti<br />

perkembangan<br />

berita terkini<br />

a. Berolahraga:<br />

½ jam/pekan<br />

b. Tidak<br />

merokok<br />

c. Tidak<br />

mengkonsumsi<br />

minuman keras<br />

dan Narkoba<br />

d. Bangun<br />

paling lambat<br />

ketika adzan<br />

shubuh<br />

a.<br />

Mengkonsumsi<br />

makanan dan<br />

minuman yang<br />

halal dan<br />

thoyib<br />

b. Menjauhi<br />

media informasi<br />

porno<br />

c. Tidak malas<br />

kuliah<br />

d. Menjauhi<br />

tempat maksiat<br />

e. Menjauhi seni<br />

yang tidak<br />

Islami<br />

f. Berusaha<br />

untuk<br />

senantiasa<br />

memperbaiki<br />

diri<br />

a. Point Kader<br />

Muda<br />

b. Tidak begadang<br />

untuk hal yang siasia<br />

c. Olahraga: 1<br />

jam/pekan<br />

d. Bangun sebelum<br />

adzan shubuh<br />

e. Tidak tidur<br />

setelah shubuh dan<br />

setelah ashar<br />

a. Point Kader<br />

Muda<br />

b. Tidak berlebihan<br />

dalam hal yang<br />

mubah<br />

c. Berusaha menjadi<br />

pendengar yang<br />

baik<br />

d. Tidak putus asa<br />

dalam menghadapi<br />

suatu<br />

masalah<br />

e. Menjauhi hiburan<br />

yang bersifat<br />

jahiliyah<br />

dan membuat kita<br />

menjauh dari Allah<br />

f. Mengurangi<br />

bacaan yang tidak<br />

bermanfaat<br />

g. Berhijab dengan<br />

baik<br />

h. Memiliki jiwa<br />

rabbani<br />

i. Pantang<br />

mengeluh<br />

j. Siap menjadi<br />

naqieb (pementor)<br />

k. Memprioritaskan<br />

kegiatan<br />

pembinaan<br />

l. Berkomitmen<br />

terhadap ibadahibadah<br />

m. Memahami<br />

fiqh ikhtilaf<br />

n. Mengenal<br />

anggota-anggota<br />

deptnya<br />

(termasuk kader<br />

muda dan kader<br />

madya)<br />

o. Mengenal<br />

selurh kader<br />

purna<br />

a. Point Kader<br />

Madya<br />

b. Memeriksakan<br />

kesehatan secara<br />

rutin<br />

a. Point Kader<br />

Madya<br />

b. Memerangi<br />

dorongan hawa<br />

nafsu<br />

c. Selalu<br />

menyertakan niat<br />

jihad<br />

d. Menyesuaikan<br />

kata dan<br />

perbuatan<br />

e. Sabar<br />

f. Memenuhi janji<br />

g. Komitmen<br />

terhadap<br />

kesepakatan<br />

bersama<br />

h. Memilki citacita/keinginan<br />

untuk syahid<br />

i. Berani<br />

menegakkan<br />

amar ma’ruf dan<br />

nahi munkar<br />

|


8. Munazhzham fi<br />

syu’unihi (teratur<br />

dalam<br />

urusanurusannya)<br />

9. Haritsun ‘ala<br />

waqtihi (efisien<br />

menjaga waktu)<br />

10. Nafi’un li ghairihi<br />

(bermanfaat bagi<br />

orang lain) Nafi’un li<br />

ghairihi<br />

(bermanfaat bagi<br />

orang lain)<br />

a. Mengikuti<br />

min. 1<br />

kepanitiaan di<br />

Gamais<br />

b. Berusaha<br />

tepat waktu<br />

dalam segala<br />

hal<br />

c.<br />

Merencanakan<br />

aktivitas harian<br />

d. Memenuhi<br />

batas kehadiran<br />

minimal, di<br />

setiap kuliah<br />

a. Bangun tidur<br />

max saat adzan<br />

shubuh<br />

b. Menyediakan<br />

waktu untuk<br />

menambah<br />

keilmuan /<br />

wawasan<br />

minimal 15<br />

menit/hari<br />

c. Belajar materi<br />

perkuliahan: 1<br />

jam/hari<br />

a. Menjaga<br />

hubungan dan<br />

komunikasi<br />

yang baik<br />

dengan<br />

orang tua<br />

b. Menunaikan<br />

beberapa dari<br />

hak muslim atas<br />

saudaranya:<br />

salam,<br />

harian<br />

m. Bersemangat<br />

dalam berfastabiqul<br />

khairat<br />

a. Point Kader<br />

Muda<br />

b. Memilki catatan<br />

aktivitas<br />

c. Membaca buku<br />

mengenai<br />

manajemen,<br />

harokiyah, dan<br />

tanzhim<br />

d. Mengikuti<br />

tambahan<br />

kepanitiaan (di<br />

dalam / di luar<br />

Gamais)<br />

a. Bangun sebelum<br />

adzan Shubuh<br />

b. Memilki agenda<br />

perencanaan per<br />

hari<br />

c. Membiasakan<br />

mencari informasi<br />

terkini<br />

tiap hari<br />

d. Mengisi waktu<br />

dengan hal yang<br />

bermanfaat dalam<br />

berbagai hal<br />

e. Membiasakan<br />

tidak tidur setelah<br />

shubuh<br />

dan setelah ashar<br />

f. Mengalokasikan<br />

waktu untuk<br />

membaca<br />

buku keIslaman<br />

min. 30 menit / hari<br />

a. Point Kader<br />

Muda<br />

b. Pernah mengisi<br />

ta’lim / taujih min.<br />

1x<br />

c. Wajib memiliki<br />

min. 1 kelompok<br />

mentoring<br />

d. Mengunjungi<br />

tempat tinggal<br />

pengurus<br />

a. Point Kader<br />

Madya<br />

b. Menjadikan<br />

shalat sebagai<br />

penata waktu<br />

c. Disiplin dalam<br />

segala hal<br />

d. Mampu<br />

menerapkan<br />

manajemen rapat<br />

dengan baik<br />

e. Menyediakan<br />

waktu khusus<br />

minimal 30<br />

menit per hari<br />

untuk<br />

memutaba’ah<br />

Gamais<br />

a. Point Kader<br />

Madya (kecuali<br />

point f)<br />

b. Membaca buku<br />

Islami minimal 1<br />

jam per<br />

hari<br />

c. Memilki<br />

perencanaan diri<br />

jangka<br />

panjang dan<br />

menengah<br />

d.<br />

Hiburan/relaksasi<br />

dengan murattal<br />

e. Mempersingkat<br />

semua urusan<br />

(tidak<br />

bertele-tele)<br />

f. Tidak<br />

berlebihan dalam<br />

tidur (5 - 6 jam)<br />

a. Point Kader<br />

Madya (kecuali<br />

point d,e,f)<br />

b. Memilki jiwa<br />

pelayanan<br />

c. Membiasakan<br />

memberikan<br />

penghargaan<br />

kepada staf<br />

minimal setiap<br />

selesai acara<br />

|


Level Kader Muda<br />

mendoakan<br />

saat bersin,<br />

memenuhi<br />

undangan,<br />

ta'ziyah,<br />

menjenguk<br />

yang sakit dll.<br />

c. Menjaga<br />

hubungan baik<br />

dengan teman<br />

d. Mengunjungi<br />

tempat tinggal<br />

penguus<br />

Gamais min. 3<br />

orang<br />

Gamais min. 10<br />

orang (di luar kader<br />

muda)<br />

d. Mampu mengup<br />

grade anggota<br />

deptnya<br />

e. Dapat<br />

memberikan<br />

taujih dan<br />

muhassabah<br />

f. Menjadikan fiqh<br />

da’wah sebagai<br />

landasan<br />

amal/operasional<br />

g. Pernah mengisi<br />

ta’lim / taujih min.<br />

1x /<br />

bulan<br />

h. Wajib memiliki<br />

min. 1 kelompok<br />

halaqoh<br />

i. Mengunjungi<br />

tempat tinggal<br />

pengurus<br />

Gamais min. 10<br />

orang (di luar<br />

kader<br />

muda dan madya)<br />

No. Materi Muwashshafat<br />

(Output)<br />

Arahan Umum Referensi Metode<br />

1 Ma’rifatullah 1d 1. Memahami bahwa 1. Allah, Sa’id Ta’lim,<br />

jalan mengenal Allah Hawwa<br />

baca/bedah<br />

adalah melalui ayat- 2. Adanya Allah, buku<br />

ayat- <br />

Yusuf Qardhawi<br />

Nya<br />

3. Kitab tauhid,<br />

2. Mengerti sifat- Syaikh<br />

sifat pribadi manusia Muhammad<br />

yang menjadi<br />

penghambat<br />

dari mengenal Allah<br />

3. Mengerti dalil-dalil<br />

yang diaplikasikan<br />

untuk<br />

mengenal/menyedari<br />

eksistensi Allah<br />

4. Termotivasi untuk<br />

men-tauhid-kan<br />

Allah karena<br />

menyadari<br />

kebesaran Allah<br />

At Tamimi<br />

2. Tauhid dan 1a,c,e 1. Memahami konsep 1. Pengantar Ta’lim,<br />

fenomena<br />

tauhid rububiyyah, Studi Aqidah baca/bedah<br />

|


kemusyrikan asma’ wa shifat,<br />

mulkiyah,<br />

dan uluhiyah serta<br />

aplikasinya dalam<br />

kehidupan seharihari<br />

sesuai<br />

dengan manhaj<br />

salafush shalih<br />

2. Termotivasi untuk<br />

melaksanakan sikap<br />

yang menjadi<br />

tuntutan<br />

utama empat tauhid<br />

tersebut<br />

3. Mengetahui ragam<br />

fenomena<br />

kemusyrikan yang<br />

terjadi di tengah<br />

masyarakat dan<br />

termotivasi untuk<br />

merubahnya<br />

3. Ikhlas 1b 1. Memahami<br />

hakikat ikhlas,<br />

kriteria keikhlasan,<br />

urgensi ikhlas dalam<br />

setiap amal<br />

4. Ma’rifatur<br />

rasul<br />

1d 1. Memahami bahwa<br />

fitrah manusia<br />

memerluakn<br />

keyakinan tentang<br />

eksistensi Sang<br />

Pencipta, beribadah<br />

kepadanya, dan<br />

memiliki<br />

kehidupan yang<br />

benar<br />

2. Memahami bahwa<br />

petunjuk Rasul satusatunya<br />

jalan untuk<br />

itu<br />

3. Memahami definisi<br />

rasul dan dapat<br />

menjelaskan<br />

fungsinya secara<br />

umum<br />

4. Termotivasi untuk<br />

membaca dan<br />

mengkaji sunnah<br />

serta<br />

mempelajari<br />

perjalanan hidup dan<br />

da’wah Rasulullah<br />

saw.<br />

Islam,<br />

Dr. Ibrahim<br />

Muhammad bin<br />

Abdullah Al<br />

Buraikan<br />

2. Iman, Rukun,<br />

hakikat, dan<br />

yang<br />

Mmbatalkannya,<br />

D. Muhammad<br />

Nu’aim Yasin<br />

3. Syahadatain<br />

dan Fenomena<br />

Kekufuran, Sa’id<br />

Hawwa<br />

4. Tauhidullah<br />

dan Fenomena<br />

Kemusyrikan,<br />

Dr. Yusuf<br />

Qardhawi<br />

5. Aqidah,<br />

Landasan<br />

Membangun<br />

Ummat, Dr.<br />

Abdullah Azzam<br />

Niyat dan Ikhlas,<br />

Dr. Yusuf<br />

Qardhawi<br />

1. Ar Rasul, Sa’id<br />

Hawwa<br />

2. Sirah<br />

Nabawiyah,<br />

Shafiyurrahman<br />

Al Mubarakfuri<br />

3. Sirah<br />

Nabawiyah, Dr.<br />

Muhammad<br />

Sa’id Ramadhan<br />

Al<br />

Buthi<br />

4. Manhaj<br />

Haraki, Munir<br />

Muhammad Al<br />

Ghadban<br />

5. Syarak<br />

Tsalatsatul<br />

Ushul<br />

Ma’rifatur Rasul,<br />

Muhammad<br />

bin Shalih Al<br />

Utsaimin<br />

buku<br />

Taujih<br />

|


5. Al Islam 1d, 5e<br />

5. Termotivasi untuk<br />

menepaki jalan yang<br />

telah dirintis oleh<br />

para<br />

Rasul, yaitu jalan<br />

da’wah<br />

6. Menjadikan<br />

rasulullah sebagai<br />

qudwah dan uswah<br />

hasanah dalan<br />

hidup dan kehidupan<br />

1. Memahami bahwa<br />

islam adalah tunduk<br />

kepada wahyu Allah<br />

yang<br />

diturunkan kepada<br />

para Nabi sebagai<br />

aturan (hukum) yang<br />

merupakan jalan<br />

lurus menuju<br />

keselamatan dunia<br />

dan akhirat<br />

2. Meyakini bahwa<br />

Islam adalah<br />

pedoman hidup dari<br />

Allah Yang<br />

Mahatinggi dan tidak<br />

ada kerendahan di<br />

dalamnya<br />

3. Memahami<br />

karakterstik Dinul<br />

Islam yang menjadi<br />

ciri khas<br />

penampilannya<br />

sepanjang sejarah<br />

6. Universalitas<br />

dan hakikat<br />

ibadah<br />

2i 1. Memahami<br />

definisi, hakikat<br />

ibadah, badah yang<br />

diterima<br />

7. Fiqh sunnah 2a,b,d,e,h,k, 5c 1. Memahami<br />

kaifiyat ibadah wajib:<br />

thaharah, shalat,<br />

shaum, dll.<br />

2. ihsanul ‘amal<br />

8. Bahaya nifaq 3a,b Memahami karakter<br />

munafiq dan<br />

menghindari dari<br />

sikap nifaq<br />

9. Adab<br />

keseharian<br />

3c,d,e,f,g,h,<br />

10a,b<br />

1. Memahami adabadab<br />

keseharian<br />

dalam Islam:<br />

pergaulan, makan,<br />

minum, dll.<br />

10. Ghazwul fikri 5g,i, 7a,b,d,e 1. Memahami<br />

pengertian ghazwul<br />

fikri dan bahaya yang<br />

mengancam<br />

1. Pengantar<br />

Kajian islam,<br />

Yusuf<br />

Qardhawi<br />

2. Karakteristik<br />

Konsepsi Islam,<br />

Sayyid Quthb<br />

3. Al Islam, Sa’id<br />

Hawwa<br />

4. Prinsip-Prinsip<br />

Islam, Abul A’la<br />

Al<br />

Maududi<br />

5. Prinsip-Prinsip<br />

Islam untuk<br />

Kehidupan,<br />

Abdullah Al<br />

Muslih,<br />

Salah Asy Syawi<br />

1. Fiqh Sunnah,<br />

Sayyid Sabiq<br />

2. Riyadush<br />

Shalihin, Imam<br />

Nawawi<br />

1. Fiqh Sunnah,<br />

Sayyid Sabiq<br />

2. Riyadush<br />

Shalihin, Imam<br />

Nawawi<br />

1. Pengantar<br />

Memahami<br />

Ghazwul<br />

Fikri, Abu Ridha<br />

Bedah<br />

buku<br />

Taujih<br />

Beletin,<br />

baca buku<br />

Taujih<br />

Buletin<br />

Bedah/baca<br />

buku<br />

|


11. Hak sesama<br />

muslim<br />

kaum muslimin<br />

2. Memahami<br />

tahapan dan sarana<br />

ghazwul fikri<br />

sepanjang sejarah<br />

ummat Islam<br />

3. Menyadari dan<br />

mewaspadai bahaya<br />

ghazwul fikri<br />

terhadap diri,<br />

keluarga, dan<br />

masyarakat<br />

4. Termotivasi untuk<br />

meninggalkan segala<br />

bentuk kehidupan<br />

jahiliyah<br />

10d 1. Memahami dan<br />

mampu menerapkan<br />

hak-hak sesama<br />

muslim<br />

12. Ta’rif da’wah 1. Memahami<br />

keutaman seorang<br />

da’i<br />

2. Mengetahui<br />

wajibnya berda’wah<br />

13. Peran<br />

pemuda<br />

dalam<br />

kebangkitan<br />

Islam<br />

14. Urgensi<br />

tarbiyyah<br />

5d,k,n 1. Mengetahui<br />

karakter seirang<br />

pemuda<br />

2. Memahami peran<br />

pemuda dalam<br />

kebangkitan ummat<br />

Islam<br />

3. Mengetahui<br />

bahwa pengibar<br />

peradaban dan<br />

ideologi adalah para<br />

pemuda<br />

4. Termotivasi untuk<br />

tidak menyianyiakan<br />

masa muda<br />

5m 1. Memahami<br />

keterpurukan kondisi<br />

ummat saat ini<br />

2. Memahami<br />

urgensi tarbiyah<br />

Islamiyah untuk<br />

membentuk generasi<br />

Islami, masyarakat<br />

muslim ideal, dan<br />

peradaban<br />

kemanusiaan<br />

yang tinggi<br />

3. Memahami<br />

karakteristik, tujuan,<br />

dan bidan-bidang<br />

2. Ghazwul Fikri,<br />

Marzuq<br />

3. Jahiliyyah<br />

Abad 21,<br />

Muhammad<br />

Quthb<br />

4. Invasi<br />

Pemkiran<br />

1. Jalan Da’wah,<br />

Musthafa<br />

Masyhur<br />

2. Untungnya<br />

Menjadi Seorang<br />

Da’i, Abdullah<br />

Nashih Ulwan<br />

1. Urgensi<br />

Tarbiyah dalam<br />

Islam,<br />

Abu Ridha<br />

2. Tarbiyah<br />

Menjawab<br />

Tantangan<br />

Taujih,<br />

penugasan<br />

Bedah/baca<br />

buku<br />

Taujih,<br />

diskusi<br />

|


15. Tahsin 2c,f,g<br />

tarbiyah<br />

Islamiyah<br />

1. Mengetahui<br />

hukum-hukum<br />

dalam mebaca Al<br />

Qur’an<br />

2. Dapat membaca<br />

Al Qur’an dengan<br />

tartil<br />

3. Termotivasi untuk<br />

berinteraksi dengan<br />

Al Qur’an setap saat<br />

Skill<br />

Managerial,dll<br />

16 AMT dan<br />

konsep diri<br />

17. Manajemen<br />

aktivitas<br />

5j,o, 7e, 8a 1. Mengenal diri,<br />

termotivasi untuk<br />

memperbaiki diri<br />

7, 8 1. Mengetahui<br />

prioritas aktivitas<br />

dan dapat mengatur<br />

semua<br />

aktivitas dengan<br />

seimbang<br />

18 Belajar efektif 5a,k,o, 8a,b,d, 9c 1. Memahami<br />

urgensi belajar<br />

dengan cara yang<br />

efektif dan efesien<br />

2. Mampu belajar<br />

dengan pengaturan<br />

waktu yang efektif<br />

antara<br />

berbagai aktivitas<br />

19 Proposal,<br />

surat,<br />

perizinan,<br />

dan<br />

publikasi<br />

20. Manajemen<br />

anggaran<br />

pribadi<br />

21. Komunikasi<br />

efektif<br />

22. Da’wah<br />

akademis<br />

Skill 1. Terampil dalam<br />

membuat proposal<br />

kegatan, suratmenyurat,<br />

perizinan, dan<br />

publikasi efektif<br />

4a,b,c,d, 10c 1. Mampu mengelola<br />

dan memanfaatkan<br />

sumber keuangan<br />

5a,b 1. Mampu<br />

menyampaikan<br />

gagasan secara lisan<br />

dan tulisan yang<br />

efektif<br />

2. Mengetahui etika<br />

berkomunikasi<br />

1. Memahami<br />

integralitas aktivitas<br />

da’wah di mana pun<br />

dan kapan<br />

pun<br />

2. Mampu<br />

menginternalisasikan<br />

aktivitas akademik<br />

sebagai bagian<br />

1. Kajian Ilmu<br />

Tajwid, Abdul<br />

Aziz<br />

Abdur Ra’uf<br />

1. First Think<br />

First, Stephen<br />

Covey<br />

2. Seven Habits,<br />

Stephen Covey<br />

1. Quantum<br />

Learnin<br />

2. Accelerated<br />

Learning<br />

Pelatihan<br />

Pelatihan<br />

Pelatihan<br />

Pelatihan<br />

Pelatihan<br />

|


dari da’wah<br />

23. Ke LDFK an 5h,l 1. Mengetahui visi<br />

dan misi LDFK<br />

2. Mengetahui<br />

arahan dan garis<br />

perjuangan<br />

organisasi<br />

Level Kader Madya<br />

No. Materi Muwashshafat<br />

(Output)<br />

1 Syahadatain – 1b,c 1. Memahami bahwa<br />

al wala’ wal<br />

syahadatain adalah<br />

bara’<br />

dasar seluruh ajaran<br />

Islam<br />

2. Menyadari bahwa<br />

laa ilaaha illallaah<br />

mengandung<br />

konsekuensi<br />

menolak segala<br />

sembahan selain Allah<br />

3. Menyadari bahwa<br />

memberikan loyalitas<br />

kepada Allah dan<br />

Rasul<br />

dengan beribadah<br />

yang ikhlas kepada<br />

Allah serta ittiba’<br />

sunnah<br />

adalah wajib<br />

2. Komitmen<br />

terhadap Islam<br />

3. Tazkiyyatun<br />

nafs<br />

Arahan Umum Referensi Metode<br />

1, 7d, 9a,d,e 1. Memahami<br />

beberapa hal yang<br />

harus di-Islam-kan<br />

sebagai bukti<br />

komitmen<br />

2. Memahami al wala’<br />

wal bara’<br />

5g 1. Memahami<br />

pengertian da’wah<br />

sesuai dengan yang<br />

difahami oleh<br />

salafus shalih<br />

2. Memahami<br />

karakteristik da’wah<br />

Islamiyah<br />

3. Memahami<br />

marhaliyah (tahapan)<br />

da’wah dan ahdaf<br />

(tujuan<br />

1. Al Wala’<br />

wal Bara’,<br />

Loyalitas<br />

Muslim<br />

terhadap<br />

Islam,<br />

Muhammad<br />

bin Sa’id bin<br />

Salim<br />

Al Qahthani<br />

2. Pengantar<br />

Studi Aqidah<br />

Islam,<br />

Dr. Ibrahim<br />

Muhammad<br />

bin<br />

Abdullah Al<br />

Buraikan<br />

3.<br />

Syahadatain<br />

dan<br />

Fenomena<br />

Kemusyrikan,<br />

Sa’id Hawwa<br />

1. Komitmen<br />

terhadap<br />

harakah<br />

Islamiyah,<br />

Fathi Yakan<br />

1. Jalan<br />

Da’wah,<br />

Musthafa<br />

Msyhur<br />

2. Fiqh<br />

Da’wah,<br />

Jum’ah Abdul<br />

‘Aziz<br />

3. Dasardasar<br />

Da’wah,<br />

Abdul<br />

Ta’lim,<br />

bedah<br />

buku,<br />

diskusi<br />

Ta’lim<br />

Bedah<br />

buku,<br />

kajian<br />

tematis<br />

|


antara) yang dicapai di<br />

setiap marhalah<br />

4. Memahami<br />

pentingnya melakukan<br />

perencanaan da’wah<br />

5. Mengetahui<br />

karakteristik seorang<br />

da’i dan termotovasi<br />

untuk<br />

mengimplementasikan<br />

dalam dirinya<br />

4. Fiqh da’wah I 5g 1. Memahami<br />

pengertian da’wah<br />

sesuai dengan yang<br />

difahami oleh<br />

salafus shalih<br />

2. Memahami<br />

karakteristik da’wah<br />

Islamiyah<br />

3. Memahami<br />

marhaliyah (tahapan)<br />

da’wah dan ahdaf<br />

(tujuan<br />

antara) yang dicapai di<br />

setiap marhalah<br />

4. Memahami<br />

pentingnya melakukan<br />

perencanaan da’wah<br />

5. Mengetahui<br />

karakteristik seorang<br />

da’i dan termotovasi<br />

untuk<br />

mengimplementasikan<br />

dalam dirinya<br />

5. Amal jama’i 5d 1. Menyadari fitrah<br />

manusia untuk ber-<br />

‘amal jama’i<br />

2. Memahami urgensi<br />

‘amal jama’i dalam<br />

merealisasikan sasaran<br />

Islam<br />

3. Memahami syarat,<br />

unsur, dan sarana<br />

‘amal jama’i<br />

4. Termotivasi untuk<br />

terlibat dalam salahsatu<br />

‘amal jama’i<br />

da’wah<br />

6. Gerakan<br />

pemikiran dunia<br />

I<br />

7. Da’wah<br />

fardiyah<br />

5h 1. Perbandingan<br />

ideologi Islam versus<br />

non-Islam<br />

3b,j,k, 10b,d 1. Mengetahui<br />

pengertian da’wah<br />

fardiyah dan<br />

kaistimewaannya<br />

Karim Zaidan<br />

4. Sosok Da’i<br />

Militan,<br />

Abdullah<br />

Nshih ‘Ulwan<br />

5. Da’i Militan<br />

Menghadang<br />

Tantangan,<br />

Fathi Yakan<br />

6. Fiqh<br />

Da’wah,<br />

Sayyd Quthb<br />

1. Jalan<br />

Da’wah,<br />

Musthafa<br />

Msyhur<br />

2. Fiqh<br />

Da’wah,<br />

Jum’ah Abdul<br />

‘Aziz<br />

3. Dasardasar<br />

Da’wah,<br />

Abdul<br />

Karim Zaidan<br />

4. Sosok Da’i<br />

Militan,<br />

Abdullah<br />

Nshih ‘Ulwan<br />

5. Da’i Militan<br />

Menghadang<br />

Tantangan,<br />

Fathi Yakan<br />

6. Fiqh<br />

Da’wah,<br />

Sayyd Quthb<br />

1. Amal<br />

Jama’i,<br />

Musthafa<br />

Masyhur<br />

1. Da’wah<br />

Fardiyah, Ali<br />

Abdul<br />

Halim<br />

Bedah<br />

buku,<br />

kajian<br />

tematis<br />

Bedah<br />

buku<br />

Pelatihan,<br />

penugasan<br />

|


8. Qudwah<br />

hasanah<br />

3c,d,f,g,h,i,l,<br />

5e,h, 10b<br />

2. Memahami sasaran<br />

dan sarana da’wah<br />

fardiyah<br />

3. Memahami syarat<br />

dan adab da’wah<br />

fardiyah<br />

4. Memahami tahapan<br />

da’wah fardiyah<br />

9. Fiqh prioritas 3e, 5g, 7e,f,g 1. Memahami urgensi<br />

memahami fiqh<br />

prioritas<br />

2. Memahami<br />

prioritas-prioritas<br />

dalam setiap segi<br />

kehidupan<br />

10. Kemahasiswaan 5b,c 1. Mengetahui kondisi<br />

kontemporer dunia<br />

kemahasiswaan<br />

2. Mampu memetakan<br />

kecenderungan<br />

elemen-elemen<br />

kemahasiswaan<br />

3. Mampu<br />

menawarkan solusi<br />

praktis terhadap<br />

problematika<br />

kemahasiswaan<br />

11. Tahfizh 2h 1. Memiliki hafalan Al<br />

Qur’an yang memadai<br />

2. Konsisten menjaga<br />

hafalan yang telah<br />

dimiliki<br />

Skill,<br />

Manajerial, dll<br />

12. Permberdayaan<br />

tim<br />

13. Komunikasi<br />

empatik<br />

14. Manajemen<br />

proyek<br />

3k, 10c,d,e 1. Memahami<br />

bagaimana bekerja<br />

dalam tim<br />

2. Memahami seni<br />

memaksimalkan<br />

potensi tim<br />

5f, 7c 1. Memahami prisipprinsip<br />

komunikasi<br />

empatik<br />

2. Dapat melakukan<br />

komunikasi empatik<br />

8b, 9b 1. Mengetahui hal-hal<br />

yang diperlukan untuk<br />

suksesnya proyek kerja<br />

2. Dapat mengelola<br />

potensi<br />

Mahmud<br />

2. Da’wah<br />

Fardiyah,<br />

Musthafa<br />

Masyhur<br />

1. Qudwah di<br />

Jalan<br />

Da’wah,<br />

Musthafa<br />

Masyhur<br />

1. Fiqh<br />

Prioritas,<br />

Yusuf<br />

Qardhawi<br />

2. Prioritas<br />

Gerakan<br />

Islam, Yusuf<br />

Qardhawi<br />

1. Menjadi<br />

Hafizh<br />

Qur’an<br />

Da’iyah,<br />

Abdul Aziz<br />

Abdur Ra’uf<br />

Bedah<br />

buku<br />

Ta’lim<br />

Diskusi,<br />

penugasan<br />

Pelathan,<br />

penugasan<br />

Pelathan,<br />

penugasan<br />

Pelathan,<br />

penugasan<br />

|


15. Manajemen<br />

forum<br />

3. Dapat mengatasi<br />

berbagai persoalan<br />

dalam proyek<br />

8c,e 1. Mengetahui cara<br />

memimpin forum yang<br />

efektif<br />

2. Dapat mengatasi<br />

kesulitan dalam forum<br />

16 Lobbying 3k 1. Mengetahui prinsip<br />

lobbying<br />

2. Memahami manfaat<br />

lobbying<br />

3. Dapat melakukan<br />

lobbying dengan<br />

efektif<br />

Level Kader Paripurna<br />

No. Materi Muwashshafat<br />

(Output)<br />

1 Terapi mental 3, 8, 9 1. Mengetahui penyakit-<br />

aktivis da’wah<br />

penyakit yang dapat<br />

merusak amal<br />

2. Dapat<br />

mengidentifikasi<br />

penyebab timbulnya<br />

penyakit tersbut<br />

3. Mengetahui terapi<br />

bagi penyakit tersebut<br />

4. Termotivasi untuk<br />

senantiasa ikhlas, teguh<br />

dalam da’wah, dan<br />

ihsandalam beramal<br />

2. Urgensi<br />

1d 1. Mengetahui urgensi<br />

pergerakan Islam<br />

gerakan Islam untuk<br />

mempertahankan<br />

eksistensi ummat dan<br />

mengembalikan<br />

kejayaan Islam<br />

2. Mengetahui ciri<br />

harakah Islamiyah dulu<br />

dan masa depan<br />

3. Qadha dan qadr 1e 1. Memahami konsep<br />

qadha dan qadar sesuai<br />

dengan pemahaman<br />

salafush shalih<br />

4. Ma’iyyatullah 1a,b,c, 2a, 10d 1. Menyadari adanya<br />

pengawasan dan<br />

Pelathan,<br />

penugasan<br />

Pelathan,<br />

penugasan<br />

Arahan Umum Referensi Metode<br />

1. Terapi<br />

Mental<br />

Aktivis<br />

Harakah,<br />

Sayyid<br />

Muhammad<br />

Nuh<br />

2.<br />

Tazkiyatun<br />

Nafs, Sa’id<br />

Hawwa<br />

1. Urgensi<br />

Harakah<br />

Islamiyah,<br />

Yusuf<br />

Qardhawi<br />

1. Jawaban<br />

Tuntas<br />

Masalah<br />

Takdir,<br />

Abdullah<br />

Nashih<br />

‘Ulwan<br />

2. Takdir,<br />

Ibnul<br />

Qwayyim Al<br />

Jauziyah<br />

1. Tarbiyah<br />

Ruhiyah,<br />

Taujih<br />

Ta’lim,<br />

bedah<br />

buku<br />

Ta’lim<br />

Taujih<br />

|


5. Analisis perang<br />

Badar dan Uhud<br />

6. Sistem kaderisasi<br />

Rasulullah<br />

kesertaan Allah dalam<br />

setiap<br />

aktivitas kehidupan<br />

2. Termotivasi untuk<br />

berniat dan beramal<br />

secara ihsan berdasarkan<br />

keyakinan adanya<br />

kesertaan dan<br />

pengawasan Allah.<br />

7 1. Menumbuh suburkan<br />

semangat berjihad<br />

2. Mengetahui hal-hal<br />

penting seputar<br />

peperangan besar<br />

Rasulullah<br />

dan dapat mengambil<br />

ibrahnya.<br />

10 1. Mengetahui strategi<br />

Rasulullah dalam<br />

membentuk kader inti<br />

da’wah<br />

2. Memahami fase-fase<br />

da’wah Rasulullah dan<br />

karakteristiknya.<br />

7. Fiqh ikhtilaf 5m 1. Memahami prinsip2<br />

dalam berdiskusi dan<br />

berbeda pendapat<br />

dalam Islam<br />

2. Memahami wajibnya<br />

persatuan dan tercelanya<br />

perpecahan<br />

3. Memahami bahwa<br />

perbedaan pendapat<br />

dalam hal furu adalah<br />

kemestian dan harus<br />

disikapi dengan<br />

bijaksana<br />

8. Syuro’ dan<br />

pengambilan<br />

keputusan<br />

5f, 7g 1. Memahami landasan<br />

syar’i syuro’<br />

2. Memahami unsurunsur,<br />

adab dalam syuro’<br />

3. Memahami syaratsyarat<br />

keputusan yang<br />

dibuat dalam syuro’<br />

dan konsekuensinya<br />

4. Termotivasi untuk<br />

Abdullah<br />

Nashih<br />

‘ulwan<br />

1. analisis<br />

perang<br />

badar dan<br />

uhud<br />

2. Ar-Rasul,<br />

Sa’id Hawa<br />

3. Sirah<br />

Nabawiyah,<br />

Shafiyyur<br />

Rahman Al-<br />

Mubarakfury<br />

4. Sirah<br />

Nabawiyah,<br />

Dr.<br />

Muhammad<br />

Sa’id<br />

Ramadhan<br />

Al-<br />

Buty<br />

1. Manhaj<br />

Haraki<br />

dalam Sirah<br />

Nabawiyah,<br />

Munir<br />

Ghodban<br />

1. Etika<br />

Berdiskusi,<br />

WAMY<br />

2. Fiqhul<br />

Ikhtilat,<br />

Yusuf<br />

Qardhawy<br />

Bedah<br />

buku,<br />

diskusi<br />

Ta’lim<br />

Tugas<br />

baca<br />

Ta’lim<br />

|


9. Fiqh da’wah II 10e<br />

menjadikan syuro’<br />

sebagai kunci dalam<br />

pengambilan keputusan<br />

9. Fiqh da’wah II 10e 1.<br />

Memahami kaidah<br />

da’wah<br />

1. Memahami kaidah<br />

da’wah yang diambil dari<br />

ushul fiqh<br />

2. Mampu<br />

mengimplementasikan<br />

prinsip dan kaidah<br />

tersebut<br />

dalam ruang lingkup<br />

da’wah kampus<br />

10. Keutamaan<br />

beramal<br />

11. Gerakan<br />

pemikiran dunia<br />

II<br />

Skill,<br />

Manajerial, dll<br />

12. Manajemen<br />

konflik<br />

14. Entrepreneurship<br />

dalam Islam<br />

15. Perencanaan<br />

strategis<br />

2 1. Memahami<br />

keutamaan2 ibadah<br />

kepada Allah<br />

2. Termotivasi untuk<br />

melaksanakan ibadah2<br />

utama sehari2<br />

3. Berusaha untuk<br />

meningkatkan kualitas<br />

ibadah<br />

5e 1. Memahami perang<br />

pemikiran yang sedang<br />

terjadi<br />

2. Dapat menyikapi<br />

perang pemikiran<br />

dengan baik<br />

3. Dapat terlibat<br />

memberikan sumbangan<br />

pemikiran<br />

3m, 5l Memahami penyebab<br />

timbulnya konflik dan<br />

dapat<br />

mencegah/mengatasinya<br />

4 Memahami definisi<br />

enterpreunership,<br />

enterpreunership<br />

menurut<br />

Islam<br />

5b,d,e 1. Dapat melakukan<br />

analisis masalah<br />

organisasi<br />

2. Mampu membuat<br />

rencana strategis untuk<br />

mengatasi masalah<br />

16 Teknik berpikir 5h,i,j 1. Dapat melakukan<br />

analasisi masalah<br />

dengan berpikir secara<br />

sistematis<br />

2. mempelajari teknikteknik<br />

pemecahan<br />

masalah<br />

Fiqh Da’wah<br />

Pasal 4,<br />

Jum’ah<br />

Amin<br />

Abdul Aziz<br />

Riyadush<br />

sholihin,<br />

Imana An-<br />

Nawamy<br />

Tugas<br />

baca<br />

Tugas<br />

baca<br />

Tugas<br />

Baca<br />

Pelatihan<br />

Kuliah<br />

umum<br />

Pelatihan<br />

Pelatihan<br />

|


Kurikulum Kaderisasi Tambahan (Optional)<br />

No. Materi Muwashshafat<br />

(Output)<br />

Arahan Umum Referensi Metode<br />

1 Ma’rifatul 3 1. Memahami<br />

insan<br />

hakikat<br />

manusia, asal<br />

kejadiannya dan<br />

kedudukan<br />

dirinya sebagai<br />

manusia<br />

2. Menyadari<br />

sifat2 umum<br />

dirinya sebagai<br />

manusia dan<br />

memahaminya<br />

sebagai buah<br />

potensi baik<br />

maupun buruk<br />

(fujur<br />

dan taqwa)<br />

3. Memahami<br />

fungsi dasar<br />

penciptaannya,<br />

sebagai hamba<br />

Allah dan<br />

kholifah fil ardh,<br />

untuk kemudian<br />

menjalankannya<br />

sebagai satu<br />

kesatuan<br />

2. Fiqh tafakkur 1. Menyadari 1. Fiqh<br />

bahwa Islam itu Tafakkur,<br />

membebaskan Malik Badri<br />

akal pikiran, 2. Deep<br />

menganjurkan Thinking,<br />

untuk<br />

Harun Yahya<br />

mengadakan 3. Mencari ilmu<br />

penelitian<br />

dengan<br />

tehadap alam, metode<br />

mengangkat<br />

derajat ilmu dan<br />

para ulama, dan<br />

menyambut<br />

kehadiran<br />

sesuatu yang<br />

baik dan<br />

bermanfaat. “<br />

hikmah adalah<br />

barang hilang<br />

milik orang<br />

beriman,<br />

salafush Shalih<br />

|


3. Fiqh<br />

muwazzanat<br />

4. Karakteristik<br />

generasi<br />

terbaik<br />

5. Syakhshiyyah<br />

islamiyyah<br />

dimanapun<br />

didapatkannya<br />

ia<br />

adalah orang<br />

yang paling<br />

berhak<br />

atasnya.”<br />

2. Memelihara<br />

akal dari<br />

hipotesa dan<br />

taklid kepada<br />

suatu teori<br />

tanpa<br />

argumentasi<br />

3. Tidak<br />

terpengaruh<br />

oleh kondisi<br />

psikologis.<br />

Artinya ia harus<br />

komoitmen<br />

kepada sikap<br />

adil dan<br />

obyektif dalam<br />

menentukan<br />

keputusan,<br />

dalam kondisi<br />

apa pun.<br />

1. Dapat<br />

menentukan<br />

pilihan terbaik<br />

dari berbagai<br />

maslahat<br />

3,7,10 1. Mengetahui<br />

karakteristik<br />

generasi terbaik<br />

2. Memahami<br />

sarana2 untuk<br />

mewujudkan<br />

generasi terbaik<br />

3. Termotivasi<br />

untuk<br />

membentuk<br />

diri, keluarga,<br />

lingkungan<br />

mendekati<br />

karakteristik<br />

generasi terbaik<br />

3 1. Memahami<br />

karakter<br />

akhakul karimah<br />

2. Termotivasi<br />

untuk<br />

senantiasa<br />

menghiasi<br />

dirinya dengan<br />

kepribadian<br />

yang Islami<br />

Fiqh<br />

Muwazzanat,<br />

Syeikh Dr.<br />

Yusuf<br />

Qardhawi<br />

1. Karakteristik<br />

60 sahabat<br />

Rasulullah<br />

SAW, Khalid<br />

Muh,<br />

Khalid<br />

2. Petunjuk<br />

Jalan, Sayyid<br />

Qutb<br />

3. Pesan untuk<br />

Pemuda Islam,<br />

Abdullah<br />

Nashih Ulwan<br />

1. Riyadush<br />

Sholihin, Imam<br />

An-<br />

Nawawy<br />

2. Apakah<br />

Anda<br />

Berkepribadian<br />

Islam<br />

|


6. Iman 1 Memahami<br />

definisi, hakikat,<br />

faktor penyubur<br />

iman<br />

7. Leadership 10 Memahami<br />

definisi<br />

kepemimpinan,<br />

kriteria<br />

pemimpin yang<br />

baik<br />

Tiga Landasan<br />

Utama, Syeikh<br />

Utsaimin<br />

Aqidah Ahlus<br />

Sunah wal<br />

Jama’ah, Kitab<br />

Tauhid, Syeikh<br />

Abdul Wahab<br />

Al Qiyadah<br />

Wal Jundiyah,<br />

Mustafa<br />

Mansyur<br />

|

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!