07.06.2013 Views

darul-islam-di-aceh

darul-islam-di-aceh

darul-islam-di-aceh

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

20 Darul Islam <strong>di</strong> Aceh: Analisis Sosial-Politik Pemberontakan Regional <strong>di</strong> Indonesia<br />

orang Cina yang menguasai perekonomian Indonesia. 29<br />

Data perjuangan umat Islam yang terentang <strong>di</strong> atas ini<br />

sesungguhnya menggambarkan pergolakan pemikiran dan<br />

perjuangan politik umat Islam. pada periode itu, terutama periode<br />

menjelang kemerdekaan dan pada masa Demokrasi Liberal, perhatian<br />

sebagian besar pemimpin Islam terpusatkan pada persoalan-persoalan<br />

Islam dalam hubungannya dengan pembangunan politik-ideologi.<br />

Yang berkembang ketika itu, misalnya, konsepsi bahwa Islam itu<br />

adalah <strong>di</strong>nun wa daulah (agama sekaligus terlibat dalam persoalanpersoalan<br />

kenegaraan); Islam itu meliputi kehidupan dunya wa alakhirah<br />

(dunia dan akhirat) dan lain sebagainya.<br />

Apa yang <strong>di</strong>maksud sebagai perjuangan politik-ideologi itu adalah<br />

Islam sebagai dasar dan ideologi Negara, yang pada awalnya <strong>di</strong>perjuangkan<br />

oleh para pemimpin Islam seperti Ki Bagus Ha<strong>di</strong>kusumo, KH<br />

A. Sanusi, KH Mas Mansyur, Abdul Khahar Muzakir, KH A. Wahid<br />

Hasyim, KH Masykur, Sukiman Wirjosandjojo, Abikusno Tjokrosujoso,<br />

Agus Salim dan lain sebagainya. Di dalam periode Konstituante (1956-<br />

1959), perjuangan itu <strong>di</strong>lanjutkan oleh Mohammad Natsir, Masykur,<br />

Hamka, Isa Anshary, dan Osman Raliby. Tentang Islam sebagai dasar<br />

negara, misalnya, Mohammad Natsir menegaskan pen<strong>di</strong>riannya bahwa<br />

Islam harus <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kan sebagai dasar negara Indonesia, mengingat mayoritas<br />

penduduknya beragama Islam. Menurutnya, Indonesia hanya<br />

mempunyai dua pilihan, yaitu sekularisme (la-<strong>di</strong>eniyah) atau paham<br />

keagamaan (<strong>di</strong>en). Dan menurut pendapatnya, Pancasila bercorak la<strong>di</strong>eniyah,<br />

karena itu ia sekuler, sebab tidak mengakui wahyu sebagai<br />

sumbernya. Artinya, Pancasila hanyalah semacam produk non-Tuhan,<br />

atau produk setan. Adapun sepanjang menyangkut persoalan<br />

pemberian gelar Kepala Negara, Natsir tidak mengikuti tra<strong>di</strong>si<br />

pemberian gelar sebagaimana <strong>di</strong>wajibkan oleh teori politik Islam klasik,<br />

yaitu Khalifah. Baginya, sebutan apa saja boleh. Yang penting, seorang<br />

29 Lihat lebih lanjut tentang hal ini dalam Dewi Fortuna Anwar, "Indonesia's Relations<br />

with China and Japan: Images, Perceptions, and Realities," dalam Contemporary Southeast<br />

Asia (Singapore), 12, No. 3, December 1990, hal 225-246.<br />

Misi Har<strong>di</strong>: Akomodasi Politik Pusat untuk Pemberlakuan Syari'at Islam <strong>di</strong> Aceh<br />

349<br />

rumah ke<strong>di</strong>aman untuk Tgk. M. Daud Beureu`eh <strong>di</strong> Kutaraja. Akan<br />

tetapi Tgk. M. Daud Beureu`eh menolaknya dengan alasan lebih suka<br />

berbaur kembali dengan rakyat <strong>di</strong> Beureuneun, Pi<strong>di</strong>e untuk menghabiskan<br />

masa tuanya. 10 Dengan turunnya Tgk. Daud Beureu`eh dan pengikutnya<br />

maka tuntaslah persoalan keamanan <strong>di</strong> Aceh berkaitan dengan<br />

Pemberontakan DI/TII.<br />

Pada waktu yang sama Pemerintah Pusat mengirimkan sebuah<br />

misi ke Aceh untuk berun<strong>di</strong>ng dengan Dewan Revolusi NBA-NII. Misi ini<br />

<strong>di</strong>pimpin Wakil Perdana Menteri Pertama Har<strong>di</strong>, yang <strong>di</strong> dalamnya<br />

termasuk juga Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Mayor Jenderal Gatot<br />

Subroto dan Menteri Kestabilan Ekonomi tanpa Portofolio, Kolonel<br />

Suprajogi.<br />

Susunan Missi Pemerintah RI<br />

Untuk Penyelesaian Pemberontakan DI/TII A ceh<br />

Tanggal 23-26 Mei 195911 1. Mr. Har<strong>di</strong>: Wakil Perdana Menteri I<br />

2. Mr. Sugianto: Pembantu Wakil Pedana Menteri I<br />

3. Kol. Suprajogi: Menteri Negara Urusan Stabilitas Ekonomi<br />

4. Jend. Mayor Gatot Subroto: Wakil KASAD<br />

5. Ahmad: Biro Keamanan<br />

6. Mayor Kaswa<strong>di</strong>: Pembantu (MBAD)<br />

7. Kapten Suhut Alimud<strong>di</strong>n: Pembantu (Musek)<br />

8. Sutedjo: Pengawal<br />

9. Mayor Arjono: Geni Angkatan Darat<br />

10. S.K. Bonar: Kementerian Penerangan<br />

11. Overste Wilujo: MBAD<br />

12. Lts. P.M. Su<strong>di</strong>bjo: Pembantu Priba<strong>di</strong> Wakil KASAD<br />

13. Abubakar Adami: Kementerlan Agama<br />

10 M. Isa Sulaiman, op.cit., hlm. 440-456.<br />

11 Har<strong>di</strong>, Daerah Istimewa Aceh: Latarbelakang Politik dan Masa Depannya, (Jakarta:<br />

Citra Panca Serangkai, 1993), bagian lampiran.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!