07.06.2013 Views

darul-islam-di-aceh

darul-islam-di-aceh

darul-islam-di-aceh

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

354<br />

Darul Islam <strong>di</strong> Aceh: Analisis Sosial-Politik Pemberontakan Regional <strong>di</strong> Indonesia<br />

ketika Daud Beureu`eh pun tertangkap dan menghentikan<br />

perlawanannya.<br />

Untuk merayakan perubahan Aceh dari Dar al harb, wilayah<br />

perang, ke Dar al-salam, daerah damai (untuk menggunakan ungkapan<br />

yang berlaku ketika itu), dan selanjutnya guna mengungkapkan<br />

pernyataan resmi akan persatuan Aceh yang telah pulih,<br />

<strong>di</strong>selenggarakan suatu upacara akbar pada akhir tahun itu, yaitu<br />

Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh (MKRA), yang berlangsung <strong>di</strong><br />

Blangpadang dari 18 sampai 22 Desember 1962. Puncak hasilnya<br />

adalah Ikrar Blangpadang, yang <strong>di</strong>tandatangani tujuh ratus orang Aceh<br />

terkemuka yang ha<strong>di</strong>r. Mereka berjanji akan memelihara dan membina<br />

kerukunan serta memancarkan persatuan dan persahabatan. 1<br />

Sesudah itu Aceh tetap tenang selama kira-kira lima belas tahun.<br />

Pada awal 1977, ketika <strong>di</strong>beritakan lagi tentang kegiatan-kegiatan<br />

Darul Islam juga <strong>di</strong> Jawa dan bagian-bagian lain <strong>di</strong> Sumatera, Hasan<br />

Muhammad Tiro memproklamasikan Aceh sebagai negara merdeka.<br />

Dengan menamakan <strong>di</strong>rinya Ketua Front Pembebasan Nasional dan<br />

Kepala Negara, ia kembali ke Aceh untuk secara priba<strong>di</strong> memimpin<br />

perjuangan Gerakan Aceh Merdeka, tetapi gerakan ini tidak banyak<br />

memperoleh momentum.<br />

Pemberontakan Darul Islam <strong>di</strong> Aceh adalah satu-satunya pemberontakan<br />

Darul Islam (dari 5 pemberontakan dengan motif serupa <strong>di</strong><br />

Indonesia) yang bisa <strong>di</strong>selesaikan dengan cara kompromi politik. Hal ini<br />

<strong>di</strong>mungkinkan oleh adanya Dewan Revolusi <strong>di</strong> dalam tubuh Darul<br />

Islam Aceh <strong>di</strong> bawah pimpinan Amir Hoesin Al-Moedjahid yang telah<br />

<strong>di</strong>prakarsai oleh Hasan Saleh. Berbeda dengan perjuangan politik<br />

Negara Islam lain yang <strong>di</strong>ilhami Darul Islam, perjuangan yang khusus<br />

ini berakhir secara damai melalui permusyawarahan ketimbang kekalahan<br />

militer. Peristiwa ini terja<strong>di</strong> sesudah Pemerintah Pusat pada 1959<br />

akhirnya memenuhi tuntutan yang gigih dari rakyat Aceh dan mem-<br />

1 Lihat Harian Duta Masyarakat, tanggal 20-11-1962, tanggal 28-12-1962, tanggal 29-<br />

12-1962, tanggal 31-12-1962.<br />

Pendahuluan<br />

musuh” yang mengakibatkan Teungku Daud Beureu`eh melirik dan<br />

menghubungi SM Kartosoewirjo, pihak Darul Islam yang akan mampu<br />

“meminjamkan tenaga” untuk mengusir Komunisme, Marhaenisme<br />

dan Pancasila.<br />

B. Darul Islam SM Kartosoewirjo <strong>di</strong> Jawa Barat<br />

Pada awalnya, setelah tiga tahun setengah berada dalam<br />

kekejaman kolonial Jepang, muncul banyak perlawanan Islam <strong>di</strong> Jawa<br />

Barat, selain yang terbanyak <strong>di</strong> Aceh. Di Aceh, belum ada sebuah<br />

rencana strategis untuk memproklamasikan ber<strong>di</strong>rinya sebuah negara<br />

Islam. Namun <strong>di</strong> Jawa, SM kartosoewirjo sudah memulai menggarap<br />

rencana men<strong>di</strong>rikan negara Islam ini sejak lama. Setelah gagal<br />

mensosialisasikan proklamasinya yang pertama pada tanggal 14<br />

Agustus 1945, maka baru pada tahun 1949, <strong>di</strong> Jawa Barat 7 Agustus,<br />

<strong>di</strong>proklamasikan ber<strong>di</strong>rinya Negara Islam Indonesia oleh Sekarmadji<br />

Maridjan Kartosoewirjo telah <strong>di</strong>kumandangkan <strong>di</strong> desa Malangbong,<br />

Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. 24 Proklamasi ini selain sebagai<br />

tanggapan terhadap kecenderungan Republik Indonesia ke arah<br />

sekuler dan komunis, juga merupakan upaya mewujudkan cita-cita<br />

teologis umat Islam yang telah demikian lama tertunda. Perjuangan<br />

yang <strong>di</strong>kenal dengan nama lain Darul Islam ini berpusat <strong>di</strong> Jawa Barat<br />

dengan meluaskan pengaruhnya hingga ke Jawa Tengah, Sumatera<br />

Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Aceh. Pemimpin<br />

Darul Islam ini, S.M. Kartosoewirjo, adalah seorang pemimpin<br />

pergerakan umat Islam yang semenjak zaman Hin<strong>di</strong>a Belanda telah<br />

lama (mulai 1934-1942) mencita-citakan ber<strong>di</strong>rinya suatu negara Islam<br />

<strong>di</strong> Indonesia. Ia telah dari sejak awal mengumpulkan para pengikutnya<br />

untuk melawan Belanda dan berjuang secara non-cooperatif dan tidak<br />

mau melalui parlemen (volksraad) atau partai politik yang pernah<br />

<strong>di</strong>masukinya yaitu PSII (Partai Sjarikat Islam Indonesia) maupun<br />

24 Lihat C. van Dijk, Darul Islam, Sebuah Pemberontakan, (terj.), (Jakarta: Grafiti Pers,<br />

1993).<br />

15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!