darul-islam-di-aceh
darul-islam-di-aceh
darul-islam-di-aceh
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
12 Darul Islam <strong>di</strong> Aceh: Analisis Sosial-Politik Pemberontakan Regional <strong>di</strong> Indonesia<br />
pengimpor; wila-yah-wilayah perjuangan Islam yang utama <strong>di</strong> tahun<br />
1957 -1958 adalah wilayah-wilayah yang surplus ekspornya lebih<br />
sejahtera yang mencari jalan untuk memotong garis kekuasaan Jawa<br />
dan Pemerintah Pusat dan dengan cara mengambil perdagangan <strong>di</strong><br />
tangan mereka sen<strong>di</strong>ri dan mencegahnya mengalir ke Jawa. 18 Sebuah<br />
perlawanan subsisten untuk menghadang mengalirnya sumber daya<br />
yang hampir tak ter-batas ke luar wilayah mereka. Hanya Darul Islamlah<br />
yang terse<strong>di</strong>a pada waktu itu, hanya inilah satu-satunya gerakan<br />
yang berani melawan kekuasaan populis Soekarno dengan segala<br />
ideologinya (Marhaenis-me, Pantjasila, Nasakom, Manipol Usdek) yang<br />
semakin melanglang ke sana ke mari memiriskan kepala orang-orang<br />
Aceh pada waktu itu. Bagi orang-orang Aceh waktu itu, semua<br />
pemikiran Soekarno dan Komunisme yang masuk ke Aceh, adalah<br />
bui. 19 Meskipun tidak terekspresikan secara eksplisit, Darul Islam<br />
adalah satu-satunya kekuatan yang tetap stan<strong>di</strong>ng in motion<br />
menghadang, menggempur dan menerjang semua ideologi non-Islam<br />
ini termasuk semua jajaran tentaranya yang mereka sebut sebagai<br />
Tentara Republik Indonesia Komunis (TRIK), sedangkan Republik<br />
Indonesia <strong>di</strong>sebut dengan RIK (Republik Indonesia Komunis).<br />
Disebabkan perkembangan politik dan kecondongan haluan politik<br />
negara ke dalam suatu arah yang semakin aneh dan tidak menentu<br />
<strong>di</strong> mana kalangan merah dan merah jambu (PKI dan PNI) semakin menguasai<br />
situasi dan masuk ke setiap lapisan dan sebaran geografis masyarakat,<br />
maka bagi orang-orang Aceh, Pemerintah ini adalah sebuah<br />
elit namiet (budak) yang semenjak dahulu bergerak bersisian seiring<br />
18 Secara sosiologis, kualitas kolektif yang berkembang pesat dari cara hidup<br />
orang-orang yang berbudaya sawah <strong>di</strong> Jawa sangat berbeda dengan yang luar Jawa (Outer<br />
Islands) yang tipikal in<strong>di</strong>vidualisme pertanian (kaum tani komersil). Secara agama, Sumatra<br />
Utara, Sulawesi Utara dan beberapa kepulauan <strong>di</strong> timur telah <strong>di</strong>kristenisasikan; Islam<br />
ortodoks sangat kuat <strong>di</strong> bagian-bagian tertentu Sumatra, Kalimantan dan Jawa Barat, dan<br />
sisanya <strong>di</strong> Jawa adalah Muslim nominal (atau dengan istilah Clifford Geertz sebagai Muslim<br />
abangan) yang sangat kuat memegang tra<strong>di</strong>si Hindu-Buddha sinkretis. Lihat Clifford Geertz,<br />
Involusi Pertanian, (terj.), (Jakarta: Bhratara, 1974).<br />
19 Bui, (bhs. Aceh), berarti babi. Dalam alam pikir rakyat Aceh ketika itu, bui (babi)<br />
adalah haram, seharam-haramnya binatang yang ada <strong>di</strong> atas bumi Tuhan ini.<br />
T<br />
Bab XIV<br />
KESIMPULAN<br />
idak banyak yang tahu bahwa Darul Islam <strong>di</strong> Aceh adalah bagian<br />
dari gerakan Darul Islam yang <strong>di</strong>proklamasikan oleh S.M. Kartosoe-<br />
wirjo <strong>di</strong> Jawa Barat. 1 Bahkan dunia Barat, melalui me<strong>di</strong>a dan persnya,<br />
menyebut sejumlah pemberontakan Darul Islam <strong>di</strong> awal kemerdekaan<br />
yang <strong>di</strong>alami Indonesia dari tahun 1949 hingga 1953 sebagai “the<br />
unknown war” (perang yang tak <strong>di</strong>ketahui). 2 Dalam pandangan Barat,<br />
populasi Islam <strong>di</strong> Indonesia —yang berjumlah 68 juta jiwa ketika itu—<br />
adalah populasi Muslim terbanyak <strong>di</strong> dunia yang ter<strong>di</strong>ri dari kaum<br />
petani sub-sistem yang lemah yang hanya berpuas <strong>di</strong>ri dengan<br />
1 Untuk kasus Darul Islam, lihat beberapa referensi lain, <strong>di</strong> antaranya adalah: Van<br />
Nieuwenhuijze, “The Dar-ul-lslam Movement in Western Java till 1949,” dalam Aspects,<br />
hal.161-179; George McTurnan Kahin, Nationalism, hal.326-33l; Herbert Feith, The Decline of<br />
Constitutional Democracy in Indonesia, (Massachusett: University of California Press, 1983);<br />
Henri J. Alers. Om een Rode of Groene Merdeka, Eindhoven: EJ Brill, 1956, hal. 240-274; C. van<br />
Dijk, Revolution Under the Banner of Islam: The Darul Islam in Indonesia; B.J. Boland, The<br />
Struggle of Islam in Indonesia: 1945-1970; Holk Harald Dengel, Darul Islam: Kartosuwirjo’s<br />
Kampf um Einen Islamichen Staat in Indonesia, Heidelberg: Heidelberg Universiaet, 1990.<br />
Sumber-sumber Indonesia adalah: Al Chaidar, Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam<br />
Indonesia SM Kartosoewirjo, (Jakarta: Darul Falah, 2000); lebih lanjut ada buku-buku kecil<br />
yang <strong>di</strong>maksudkan sebagai bacaan anggota militer, seperti Zainabun Harahap, Operasi-<br />
Operasi Militer Menumpas Kahar Muzakkar, (Jakarta, 1965), dan Anna Marie The, Darah<br />
Tersimbah <strong>di</strong> Djawa Barat, (Jakarta, l968). Bahan selanjutnya <strong>di</strong>peroleh dari arsip militer dan<br />
wawancara <strong>di</strong> daerah tempat keja<strong>di</strong>an <strong>di</strong> berbagai wilayah <strong>di</strong> Aceh.<br />
2 Time, 16 Februari 1953.