darul-islam-di-aceh
darul-islam-di-aceh
darul-islam-di-aceh
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
152<br />
Darul Islam <strong>di</strong> Aceh: Analisis Sosial-Politik Pemberontakan Regional <strong>di</strong> Indonesia<br />
jang lebar? dengan mencantumkan semua alasan untuk memberikan<br />
status tersen<strong>di</strong>ri untuk Aceh. Panjang lebar <strong>di</strong>uraikan kedudukan istimewa<br />
dan masalah-masalah khusus daerah ini, dan alasan-alasan <strong>di</strong>kemukakan<br />
tentang perlunya memperlakukan Aceh berbeda dalam<br />
banyak hal.<br />
Keadaan istimewa Aceh dan masalah-masalah khususnya <strong>di</strong> bidang<br />
pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, ekonomi, hukum, dan agama membedakannya dari<br />
bagian lain Sumatera Utara, demikian <strong>di</strong>kemukakan. Daerahnya lain<br />
bukan saja karena sifat khusus masalah-masalah ini, tetapi juga karena<br />
ukuran besarnya. Aceh harus menghadapi keterbelakangan<br />
pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan yang amat besar, sedangkan sistem irigasi dan jalan-jalan<br />
raya buruk sekali, dan industri perikanan sangat membutuhkan<br />
perbaikan. Seterusnya <strong>di</strong>nyatakan, masalah-masalahnya begitu hebat<br />
untuk bisa <strong>di</strong>hadapi secara efektif oleh pemerintahan kabupaten, maka<br />
memerlukan perhatian pemerintah tingkat provinsi. Bersamaan<br />
dengan itu <strong>di</strong>tekankan perlunya bagi orang yang menanggulangi<br />
masalah-masa-lah ini untuk menyadari dan mengenal keadaan khusus<br />
Aceh, dengan mengemukakan kekhawatiran bahwa bila Aceh menja<strong>di</strong><br />
bagian dari Sumatera Utara syarat-syarat ini tidak terpenuhi, hingga<br />
akibatnya persoalan-persoalannya tidak akan <strong>di</strong>hadapi secara tepat.<br />
Pernyataan itu mengakhiri dengan ancaman, "bila Aceh tidak menja<strong>di</strong><br />
provinsi tersen<strong>di</strong>ri <strong>di</strong> bawah kedaulatan Pemerintah<br />
Pusat, kami, Putra-putra Aceh yang dewasa ini menduduki jabatan<br />
dalam pemerintahan? Dan semua yang menganut cita-cita yang sama,<br />
pada hari Pemerintah Pusat nenolak tuntutan -tuntutan tersebut ta<strong>di</strong><br />
akan meninggalkan lembaga-lembaga pemerintah dan akan minta<br />
mengembalikan mandat kami oleh kepala Pemerintah Daerah kepada<br />
Pemerintah Pusat". Namun, Daud Beureu`eh mengisyaratkan, orang<br />
Aceh bukanlah orang Maluku, para pegawai negeri hanyalah<br />
mengundurkan <strong>di</strong>ri dan Aceh tidak akan memproklamasikan <strong>di</strong>ri<br />
menja<strong>di</strong> negara tersen<strong>di</strong>ri. 66<br />
66 C. van Dijk, op.cit., hlm. 259.<br />
Ditabuhnya Genderang Perang Sabil dan Bijstand<br />
217<br />
<strong>di</strong>lalui. Kadang-kadang melakukan perjalanan <strong>di</strong> darat hanyalah<br />
mungkin dengan konvoi. Dalam hal-hal lain <strong>di</strong>perlukan izin pasukan<br />
Darul Islam, yang biasanya <strong>di</strong>peroleh setelah membayar. Ini tidak hanya<br />
berlaku bagi perjalanan priba<strong>di</strong> tetapi juga bagi lalu lintas bus dan truk.<br />
Sebenarnya beberapa pengusaha membayar kepada kaum<br />
pemberontak sejumlah uang tertentu hanya untuk bisa terus<br />
berusaha. 34 Juga perjalanan kereta api mengalami kesulitan. Di<br />
samping risiko <strong>di</strong>hentikannya kereta api, sering terja<strong>di</strong> bencana pada<br />
jalan kereta api dan stasiun. Selama bertahun-tahun tidak mungkin<br />
menjadwalkan perjalan kereta api, khususnya <strong>di</strong> Pi<strong>di</strong>e. 35 Jalan yang<br />
paling aman adalah berlayar dengan kapal, tetapi fasilitas-fasilitas<br />
perkapalan jauh dari cukup untuk mengimbangi kekurangan fasilitas<br />
perhubungan darat. 36<br />
Pada mulanya pemberontakan tampaknya tidak meng-akibatkan<br />
terja<strong>di</strong>nya kekurangan pangan secara mendadak atau penurunan<br />
dalam produktivitas perkebunan pertanian. Ada laporan-laporan<br />
menggelisahkan yang beredar tentang pengaruh pemberontakan<br />
yang negatif <strong>di</strong> ekonomi perkebun-an, seperti larinya buruh dalam<br />
jumlah besar dan bahwa pekerjaan pertanian dan pengurusan<br />
perkebunan sangat menderita. Personil asing <strong>di</strong>anjurkan mengungsi<br />
dari perke-bunan, sedangkan dalam beberapa hal <strong>di</strong> samping itu<br />
manajemen Indonesia lari mengikuti pemberontak. Ada lapor-an<br />
tentang Said Abubakar, yang mengontrak sebuah perke-bunan <strong>di</strong><br />
Langsa, lenyap dengan membawa serta Rp 300.000,— uang gaji.<br />
Selanjutnya <strong>di</strong> ladang-ladang minyak Aceh Timur, seluruh manajemen,<br />
termasuk Direktur Umum Amir Husin al Mudjahid menghilang. Tetapi<br />
sumber-sumber resmi pemerintah menyatakan semua ini tidak<br />
mempengaruhi produktivitas. Ladang-ladang minyak masih berfungsi<br />
normal (artinya se<strong>di</strong>kit sekali) sedangkan hasil perkebunan malahan<br />
34 Bachtiar Yunus menyatakan (1953:3) mengenai Aceh, sementara perusahaan seperti<br />
- Atra dan Nasional dapat terus berjalan tanpa <strong>di</strong>ganggu, yang lain-lain praktis harus<br />
menghentikan <strong>di</strong>nasnya karena kendaraan mereka sering <strong>di</strong>hentikan dan <strong>di</strong>serang<br />
35 Gelanggang, op.cit., hlm. 113-115.<br />
36 Amin, op.cit., hlm.8.