07.06.2013 Views

darul-islam-di-aceh

darul-islam-di-aceh

darul-islam-di-aceh

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

146<br />

Darul Islam <strong>di</strong> Aceh: Analisis Sosial-Politik Pemberontakan Regional <strong>di</strong> Indonesia<br />

bertambah.<br />

Gubernur S.M. Amin dalam pidato pembukaannya pada sidang<br />

pertama Dewan Perwakilan Daerah Sumatra Utara menunjukkan<br />

pengertian yang mendalam terhadap masalah-masalah yang<br />

terkandung sehubungan dengan pembentukan provinsi khusus ini<br />

dengan menyatakan: "Perubahan pemerintahan yang akan<br />

<strong>di</strong>laksanakan ini membawa perubahan prinsipiil dan perubahan yang<br />

bersifat ra<strong>di</strong>kal. Sampai saat ini dasar Pemerintahan Daerah adalah<br />

kesatuan keresidenan; kesatuan keresidenan ini <strong>di</strong>dasarkan atas<br />

pertimbangan-pertimbangan yang terutama bersifat etnologis.<br />

Keresidenan Aceh <strong>di</strong>dasarkaan atas kesatuan Aceh; Keresidenan<br />

Tapanuli atas kesatuan Batak; Keresidenan Sumatera Timur atas<br />

kesatuan Melayu. Nyatalah kepada kita bahwa bentukan kesatuan ini<br />

<strong>di</strong>dasarkan atas kesatuan kebangsaan yang sempit. Suatu dasar yang<br />

sefiarusnya tidak layak lagi <strong>di</strong>pergunakan <strong>di</strong> dalam Republik kita. Maka,<br />

pembentukan provinsi yang akan kita laksanakan ini tidaklah lagi<br />

<strong>di</strong>dasarkan atas dasar-dasar yang lama, tetapi atas dasar baru, yaitu<br />

atas dasar-dasar yang mengenai persatuan ekonomi, politik, dan lain<br />

lain". 51 Selanjutnya <strong>di</strong>kemukakan: "Negara kita berdasar antara lain atas<br />

perasaan kebangsaan yang satu, bangsa Indonesia; tidak ada tempat<br />

untuk bangsa Aceh, bangsa Batak, ataupun bangsa Melayu. Bagi<br />

negara hanyalah satu bangsa, bangsa yang ter<strong>di</strong>ri dari beberapa<br />

golongan, yaitu yang berasal dari daerah Tapanuli, daerah Aceh,<br />

daerah Sumatera Timur, dan seterusnya. Perbedaan agama bagi kita<br />

bukanlah menja<strong>di</strong> soal. Kita bebas menganut agama yang kita percayai<br />

menurut keyakinan kita; perbedaan agama tidaklah sekali-kali<br />

memecah persatuan kebangsaan kita". 52 Kedua faktor yang menarik<br />

perhatian S.M. Amin dalam pidatonya ini, yaitu perbedaan kesukuan<br />

dan keagamaan antara Aceh dan kedua daerah Sumatera Utara<br />

lainnya, sesungguhnya memainkan peranan penting dalam tuntutan<br />

51 Sumatera Utara, Republik Indonesia: Provinsi Sumatera Utara, (Jakarta: Kementerian<br />

Penerangan, 1953), hlm. 188-189.<br />

52 Ibid., hlm.1901.<br />

Ditabuhnya Genderang Perang Sabil dan Bijstand<br />

223<br />

peraturan, dan sebagai-nya yang <strong>di</strong>keluarkan Republik Indonesia, yang<br />

semuanya bernapaskan semangat Hinduisme. PNI dan sejumlah partai<br />

kecil <strong>di</strong>tuduh menja<strong>di</strong> alat dalam usaha-usaha ini. Karena partai-partai<br />

ini semuanya menekankan sila Pancasila na-sionalisme Indonesia<br />

sebagai kedok politik bagi usaha-usaha mereka melanjutkan<br />

Hinduisme. Banyak orang muslim menurut laporan masuk dalam<br />

perangkap dan mendukung orang-orang yang sesungguhnya<br />

berusaha menghancurkan Islam.<br />

Di samping mengidentifikasikan kalangan Muslim Jawa dengan<br />

Hinduisme, pernyataan-pernyataan ini mengungkap-kan kecemasan<br />

dan melakukan serangan terhadap kemajuan komunisme. Perubahan<br />

pemerintah pada Juli 1953 <strong>di</strong>tafsir-kan sebagai tanda nyata pengaruh<br />

komunisme yang makin bertambah dalam bidang politik. Perubahan<br />

ini meliputi penggantian Kabinet Wilopo, yang <strong>di</strong>dukung Masyumi dan<br />

PNI, oleh kabinet pertama Ali Sastroamidjojo, yang <strong>di</strong> dalamnya tidak<br />

terdapat menteri-menteri Masyumi dan memperoleh dukungan PKI <strong>di</strong><br />

DPR. Perubahan ini <strong>di</strong>nyatakan sebagai salah satu sebab langsung dari<br />

pemberontakan. Dengan Ma-syumi yang <strong>di</strong>paksa menja<strong>di</strong> oposisi,<br />

pemerintah telah jatuh ke dalam tangan musuh-musuh Islam.<br />

Pemberontakan selanjutnya <strong>di</strong>gambarkan kepada rakyat Aceh<br />

sebagai kelanjutan perlawanan sebelum Perang terhadap kolonialisme<br />

Belanda dan perjuangan mereka untuk kemer-dekaan. Republik<br />

Indonesia secara tegas <strong>di</strong>nyatakan telah kehilangan hak untuk<br />

bertindak atas nama proklamasi kemerdekaan. Bukan saja ia tidak<br />

memberikan kepada Islam tempat yang layak dalam masyarakat, tetapi<br />

lebih celaka lagi, sesungguhnya ia merupakan produk Belanda.<br />

Menurut ke-biasaan gerakan-gerakan pemberontak lain, ia <strong>di</strong>juluki<br />

nama "Republik Konferensi Meja Bundar". Ahli waris yang sah dari<br />

proklamasi Agustus 1945 adalah Negara Islam Indonesia, yang telah<br />

mengambil alih perjuangan untuk kemerdekaan setelah eksistensi<br />

Republik Indonesia berakhir sebagai akibat Pemerintahnya <strong>di</strong>tangkap

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!