07.06.2013 Views

darul-islam-di-aceh

darul-islam-di-aceh

darul-islam-di-aceh

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

102<br />

Darul Islam <strong>di</strong> Aceh: Analisis Sosial-Politik Pemberontakan Regional <strong>di</strong> Indonesia<br />

mendengarnya.<br />

“Namun,” tulis Compton, “sungguhkah keadaan Aceh rawan pada<br />

saat ini? Daud Beureu`eh menandaskan, desas-desus tentang<br />

ketidakpuasan yang pecah <strong>di</strong> Aceh itu, <strong>di</strong>hembuskan oleh kaum feodal<br />

yang kehilangan kekuasaan selama revolusi. Selain itu, adalah ngawur<br />

pikiran bahwa Daud Beureu`eh mau menerima posisi rendahan <strong>di</strong><br />

bawah Kartosoewirjo Darul Islam. Sulit pula <strong>di</strong>bayangkan para tokoh<br />

kuat PUSA menyingkir ke pegunungan untuk melancarkan kampanye<br />

gerilya gelap melawan pemerintah. Posisi run<strong>di</strong>ng mereka dalam berhadapan<br />

langsung dengan pemerintah pusat sekarang ini cukup kuat<br />

untuk menegaskan keinginan-keinginan secara damai. Namun, tentu<br />

saja, tidak ada kepastian bahwa pimpinan PUSA berpikir demikian.” 33<br />

Sikap Teungku Daud Beureu`eh sudah pada klimaksnya, ia sudah merasa<br />

jijik dengan semua ulah dan tingkah polah Pemerintah Pusat yang<br />

tidak akomodatif terhadap Aceh sejak awal, hanya ingin mengeruk<br />

keuntungan dari kelimpahan sumber daya yang ada <strong>di</strong> Aceh: (1)<br />

manusia-manusia pejuang yang menghadang dan mengusir penjajah,<br />

dan (2) alam belantara yang berlimpah ruah dengan rizki mineral.<br />

Di awal suratnya, Compton menulis: “saya menyatakan bahwa<br />

kedamaian dan ketenangan <strong>di</strong> Aceh agaknya lebih bersifat tak nyaman<br />

ketimbang memperlihatkan kegelisahan terbuka. Saya memperoleh<br />

kesan umum dari kunjungan singkat ini, bahwa Daud Beureu`eh dan<br />

tokoh-tokoh PUSA memegang kontrol kuat atas pengikut mereka; ketenteraman<br />

<strong>di</strong> Aceh mungkin sekadar menunjukkan bahwa umat Islam<br />

Aceh menaati perintah para pemimpin mereka dan menunggu semacam<br />

perkembangan lebih lanjut. Seandainya benar demikian, alternatif-alternatif<br />

<strong>di</strong> Aceh agaknya adalah perdamaian yang terus berlanjut,<br />

atau jihad suci menegakkan Negara Islam besar-besaran dan terkoor<strong>di</strong>nasi<br />

<strong>di</strong> masa datang yang cukup jauh.” 34 Pre<strong>di</strong>ksi Compton tepat,<br />

orang-orang Aceh <strong>di</strong> bawah “asuhan” Teungku Daud Beureu`eh me-<br />

33 Compton, Ibid., hlm. 155.<br />

34 Compton, Ibid., hlm 155.<br />

Konferensi Batee Kureng dan Konsepsi Prinsipil-Bidjaksana<br />

267<br />

September 1955, <strong>di</strong> samping merayakan hari ulang tahunnya kedua<br />

dari Proklamasi NII yang telah <strong>di</strong>cetuskan pada tanggal 21 September<br />

1954 itu.<br />

Menurut laporan pihak DI sen<strong>di</strong>ri, 3 maksud semula selain<br />

konferensi atau membicarakan sekitar maju mundurnya pemerintahan<br />

dan perjuangan militer juga akan mengetahkan persoalan<br />

perun<strong>di</strong>ngan dengan RI yang <strong>di</strong>salurkan oleh Amin dan Pemerintah <strong>di</strong><br />

waktu itu. Usul-usul Pemerintah Republik <strong>di</strong>bahas para pemimpin<br />

Darul Islam <strong>di</strong> Batee Kureng. Sebenarnya inilah yang menja<strong>di</strong> penyebab<br />

langsung kehendak Daud Beureuh untuk berun<strong>di</strong>ng dengan<br />

penasihat-penasihatnya yang akrab. Hasil kongkret Kongres Batee<br />

Kureng ini adalah pembentukan Majlis Syura, Reorganisasi<br />

Pemerintahan Sipil dan Reorganisasi Militer (TII).<br />

Konferensi Batee Kureng merupakan salah satu tanda yang paling<br />

tidak mungkin <strong>di</strong>ragukan lagi akan adanya perselisihan pendapat <strong>di</strong><br />

kalangan para pejuang mujahi<strong>di</strong>n Darul Islam <strong>di</strong> Aceh. Ini<br />

membuktikan ketidakpuasan akan cara semua keputusan <strong>di</strong>buat Daud<br />

Beureu`eh dengan sekelompok kecil penasihat, dan tunduknya urusan<br />

sipil kepada militer. Masyarakat pun mengetahui adanya perpecahan<br />

<strong>di</strong> antara mereka, meskipun semuanya kelihatan sangat solid. 4<br />

Walaupun pasti terdapat persaingan dan pertentangan <strong>di</strong><br />

kalangan pemimpin-pemimpin Negara Islam <strong>di</strong> Aceh, berbeda dengan<br />

da-erah-daerah lain, tampaknya <strong>di</strong> sini ini tidak sampai mengakibatkan<br />

se-ring terja<strong>di</strong> bentrokan antara komandan pasukan. 5 Dengan<br />

penggeseran beberapa pemimpin angkatan pertama dari pusat<br />

kekuasaan pada tahun-tahun pertama, konferensi Batee Kureng<br />

mengadakan pe-rubahan tertentu. Kendatipun laporan-laporan<br />

3 Amelz, op.cit., hlm. 31.<br />

4 Pikiran Rakyat, 14 Februari 1956.<br />

5 Namun, terdapat beberapa laporan tentang tindakan <strong>di</strong>siplin yang <strong>di</strong>ambil terhadap<br />

komandan-komandan Darul Islam setempat. Di Aceh Utara umpamanya, salah seorang<br />

pembantu Hasan Saleh, Usman Balo, lari ke Pi<strong>di</strong>e ketika mengetahui, ia akan <strong>di</strong>hukum<br />

karena kekejamannya. Bagian Dokumentasi Deppen, Sekitar Peristiwa Berdarah Daud<br />

Beureu’eh, vol. III, (Jakarta: Kronik Kementerian Penerangan, 1953), hlm.18.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!