07.06.2013 Views

darul-islam-di-aceh

darul-islam-di-aceh

darul-islam-di-aceh

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

96<br />

Darul Islam <strong>di</strong> Aceh: Analisis Sosial-Politik Pemberontakan Regional <strong>di</strong> Indonesia<br />

Islam; kemajuan <strong>di</strong> tahun-tahun ini menja<strong>di</strong>kannya tampak dungu.” 23<br />

Benar-benar Compton yang mampu menuliskan bagaimana luasnya<br />

pikiran modernis Islam Teungku Daud Beureu`eh dalam melihat<br />

persoalan-persoalan perkembangan masyarakat. Sayang, Aceh telah<br />

kehilangan pemimpin yang berani mengatakan sesuatu secara jujur<br />

dan berani. Ia, Teungku Beureu`eh yang santun dan sahaja, bukanlah<br />

ulama yang kolot, bukan ulama konservatif dan memandang segala<br />

sesuatu yang dari Barat sebagai haram. Kesaksian Compton ini<br />

menunjukkan betapa tingginya ilmu agamanya dan kesadaran<br />

politiknya dan bagaimana ia mengejawantahkan ajaran-ajaran<br />

universal Islam ke dalam tindakan, sikap, tingkah laku dan etos<br />

kerjanya yang supra-agama. Kesaksian Compton inilah, yang tak<br />

pernah seorang pun menuliskannya tentang tokoh <strong>di</strong>ngin dan tenang<br />

ini, memperlihatkan betapa Islam <strong>di</strong> Aceh adalah Islam yang berbeda<br />

dengan Islam <strong>di</strong> tempat lainnya <strong>di</strong> mana pun <strong>di</strong> dunia ini. Islam yang<br />

<strong>di</strong>anut Teungku Daud Beureu`eh ini adalah Islam yang sejuk, moderat,<br />

tenang tak suka mengusik orang lain dan tak akan lari jika ada yang<br />

mengusiknya.<br />

Selanjutnya Compton menulis, “Ada purbasangka luas <strong>di</strong> Jawa dan<br />

banyak bagian Sumatera bahwa Islam <strong>di</strong> Aceh sangat kental <strong>di</strong>warnai<br />

oleh tahayul dan kejumudan. Saya rasa anggapan ini keliru besar,<br />

sebab ia mengabaikan perubahan-perubahan besar selama tiga dasawarsa<br />

terakhir, yang <strong>di</strong>timbulkan oleh Persatuan Ulama Seluruh Aceh,<br />

biasa <strong>di</strong>singkat PUSA. Benih fanatisme <strong>di</strong> Aceh barangkali sebagian<br />

besar memang karena pembaruan ala fundamentalis yang <strong>di</strong>lancarkan<br />

oleh tokoh-tokoh PUSA seperti Daud Beureu`eh, akan tetapi penting<br />

<strong>di</strong>sadari bahwa itu tidak sama dengan jenis fanatisme yang<br />

membulatkan tekad Aceh untuk membendung penjajahan Belanda<br />

pada akhir abad lalu.” 24 Bagi Teungku Daud Beureu`eh, Islam bukanlah<br />

agama yang membuat pemeluknya menja<strong>di</strong> fanatik, melainkan harus<br />

inklusif, bukan menja<strong>di</strong> fundamentalis, bukan menja<strong>di</strong> teroris. Ia juga<br />

23 Boyd R. Compton, ibid., hlm. 150.<br />

24 Ibid.<br />

Konferensi Batee Kureng dan Konsepsi Prinsipil-Bidjaksana<br />

273<br />

antara lain <strong>di</strong>sebutkan bahwa Negara RPI adalah suatu bentuk federasi<br />

yang menjiwai ketatanegaraan Islam yang mempunyai landasan<br />

pijakan berdasarkan Keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan<br />

menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk atau golongan untuk<br />

memeluk agamanya atau kepercayaannya masing-masing dan untuk<br />

beribadah serta hidup bermasyarakat sesuai dengan syariat agamanya<br />

atau kepercayaannya. 15<br />

Adapun mengenai kebebasan berpendapat, <strong>di</strong>berikan haknya<br />

secara penuh. Namun bila mengeluarkan pendapat itu mengandung<br />

unsur cacian kepada salah satu agama, atau ajakan untuk men<strong>di</strong>rikan<br />

<strong>di</strong>ktator atau untuk menganut dan melaksanakan paham-paham<br />

komunis atau jelasnya paham yang membayakan negara, maka hal itu<br />

<strong>di</strong>larang. 16<br />

Harapan besar dari terbentuknya negara federasi RPI ini upaya<br />

memperlihatkan hanya ada satu organisasi negara saja <strong>di</strong> Indonesia<br />

yang menentang dan memberi perlawanan bersenjata terhadap<br />

organisasi pemerintahan Soekarno. Di sisi lain supaya menarik<br />

perhatian dunia Internasional terhadap kesanggupan rakyat Indonesia<br />

dalam memegang kekuasaan politik <strong>di</strong> Indonesia terutama dalam<br />

menumpas regime Soekarno, serta sebagai landasan untuk<br />

memperoleh sokongan bantuan moril dan materil dari pihak luar<br />

negeri, baik <strong>di</strong> forum PBB maupun dari pihak negara-negara Blok anti<br />

Komunis yang ketika itu dalam pemerintahan Soekarno sudah mulai<br />

condong ke arah Komunisme.<br />

Konferensi Batee Kureng merupakan salah satu tanda yang paling<br />

tidak mungkin <strong>di</strong>ragukan lagi akan adanya perselisihan pendapat <strong>di</strong><br />

kalangan pemberontak-pemberontak Darul Islam <strong>di</strong> Aceh. Ini<br />

membuktikan ketidakpuasan akan cara semua keputusan <strong>di</strong>buat Daud<br />

Beureu`eh dengan sekelompok kecil penasihat, dan tunduknya urusan<br />

sipil kepada militer.<br />

15 Ibid.<br />

16 Ibid.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!