Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
IV. PENGGOLONGAN SUNNAH.<br />
Menurut Schacht dalam karangannja mengenai pokok-pokok<br />
sjari'at Islam, Oxford, 1950, istilah Sunnah ini pada zaman harihari<br />
pertama dalam sedjarah Islam dichususkan kepada Sunnah<br />
Salaf, jaitu perdjalanan dan pengadjaran Nabi sendiri dan chittah<br />
jang digerakkan oleh sababaC-sahabatnja sesudah wafat Nabi.<br />
Demikian Sunnah itu dipahami setjara umum dan mutlak, meskipun<br />
dibelakangnja tidak dihubungkan dengain perkataan Nabi atau<br />
Rasulullah. Hal ini dapat djuga kita lihat» bahwa ahli-ahli fiqh<br />
membedakan pengertian antara Sunnàh dan Hadis. Pernah disebut<br />
orang dalam sedjarah, bahwa Sufjan As-Sauri adalah imam dalam<br />
Hadis, bukan imam dalam Sunnah, sedang Al-Auza'i digelarkan<br />
imam dalam Sunnah, bukan imam dalam Hadis. Dalam pada itu<br />
Malik bin Anas disebut orang dengan hormat, bahwa ia adalah<br />
imam dalam Sunnah dan Hadis kedua-duanja.<br />
Ibn Silah pernah ditanja orang tentang arti perkataan perkataan<br />
ini, ia mendjawab, bahwa Sunnah itu adalah lawan kata<br />
Bid'ah, manusia itu terkadang alim dalam Hadis, tetapi tidak alim<br />
dalam Sunnah. Demikian tersebut dalam Sjarah Az-Zurqani atau<br />
Al-JMuwatha' dan dalam Tarichul Fiqh Al-Islami, karangan Ali<br />
Abdul Qadir.<br />
Meskipun demikian perkataan Sunnah itu atjap kali digunakan<br />
bersama-sama Hadis Nabi s.a.w. jaitu Sunnatun Nabi. Dianta<br />
ra lain hal ini ternjata dari doa Abu Jusuf, jang tiap-tiap akan<br />
mendjatuhkan sesuatu hukum ia mengutjapkan': "Ja Tuhanku,<br />
engkau ketahui, bahwa aku tiap-tiap akan menghadapi satu kedjadian,<br />
pandanganku lebih dulu djatuh kedalam Kitab Sutji-mu,<br />
djika alasan kuperoleh disana; djika tidak aku lalu mentjari-tjari<br />
alasan itu dalam Sunnah Nabi-mu" (Al-Kausari, Husnut Taqadhi).<br />
Dalam perselisihan paham dan pendapat ini, keutamaan kembali<br />
kepada imam Asj-Sjafi'i jang memutlakkan perkataan Sunnah<br />
ini kepada Sunnah Nabi sadja, sebagaimana jang diperkatakannja<br />
dalam risalahnja mengenai Ilmu Usul. Disana didjelaskan, bahwa<br />
Sunnah dalam pengertian ini sadja jang wadjib diturut dan diterangkan<br />
djuga disana sjarat-sjarat untuk menerima sesuatu kedjadian<br />
sebagai Sunnah Nabi. Imam Sjafi'i berkata, bahwa apabila<br />
Sunnah itu diutjapkan setjara mutlak, jang dimaksudkan dengan<br />
Sunnah itu adalah Sunnah Rasul (Al-Mabsuth, XXVI : 79).<br />
Sunnah adalah sumber jang kedua bagi sjari'at Islam, karena<br />
dalam menetapkan sesuatu hukum, djika tidak bertemu dasarnja<br />
dalam Al-Qur'an, orang mentjaii dasar itu dalam Sutnnah Nabi,<br />
25