Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
nja. Tiap-tiap jang datang kemudian dari pada Qur'an ini pada<br />
hakekatnja adalah perintjian, pengeluasan maksud dan. kelandjutan<br />
roh dan semangatnja ( Asj-Sjathibi, "Al-Muwafaqat", III : 368, ti.<br />
I, Mesir). Tepat sekali Asj-Sjathibi menerangkan, bahwa hukumhukum<br />
Qur'an bentuk umum dan peraturan-peraturan dalam garis<br />
besar, jang wadjib diperhatikan dalam urusan peradilan dan wadjilb<br />
dipegang dalam melakukan sesuatu iditihad.<br />
Keadaan jang bersifat umum dalam ajat-ajat hukum dari Al-<br />
Qur'an ini, menjebabkan 'keperluan kepada keterangan-keterangain<br />
Nabi dan pandangannja, jang kita namakan Suninah Nabi. Hal ini<br />
diperintahkan didalam Al-Qur'an sendiri dengan firman Allah kepada<br />
Nabinja : "Kami turunkan peringatan (Qur'an) ini, agar engkau<br />
mendjelaskan kepada manusia apa jang diturunkan kepadanja".<br />
Dan firmannja pula : "Kami turunkan kitab ini kepadamu penuh<br />
dengan kebenaran, agar engkau menarik dari padanja hukum-hukum<br />
untuk manusiai, sebagaimana jang diperingatkan kepadamu<br />
oleh Allah" (Qur'an). Dan dengan demikian lahirlah keperluan<br />
kepada Sunnah Nabi disamping Al-Qur'an, dengan tjara jang luas,<br />
dengan perintjian untuk pokok-pokok jang ringkas dalam Al-Qur'an,<br />
dan dengan keterangan-keterangan bagi segala kesukaran jang<br />
terdapat didalaimnja (Asj-Sjathibi, "Äl-Muwafaqat", Mesir,<br />
IV: 12).<br />
Dengan demikian hubungan antara Qur'an dan Sunnah rapat<br />
sekali. Djika kita diperintahkan tha'at kepada Allah dan<br />
Qur'an, djuga kita diwadjibkan tha'at kepada Nabi dan Sunnahnja.<br />
Turutlah apa jang diperintahkan oleh Rasul, dan hentikanlah<br />
apa jang dilarangnja.<br />
Apabila Qur'an sudah dianggap sebagai salah satu sumber<br />
hukum, maka sebagai sumber jang kedua adalah Sunnah, jang mau<br />
tidak mau dengan perintah-perintah pokok dalam kedua sumber<br />
tersebut, lahirlah Idjma' dan Idjtihad sebagai sumber hukum jang<br />
berikutnja. Sunnah dan Idjma' ini diakui oleh Tuhan dalam, Al-<br />
Qur'an : ,.Barang siapa jang masih imenjusahkan Rasul sesudah<br />
sampai pertundjuk kepadanja dan masih mengikuti bukan djalan<br />
orang Mu'min, kami biarkan dia meneruskan, tetapi kamu tempatkan<br />
dia dalam neraka". Ajat ini mengakui Sunnah dan Idjma' sebagai<br />
sumber hu'kum.<br />
Dengan adanja perintah Allah dalam Qur'an, jang benbunji :<br />
"Perintahkan dengan adat kebiasaan jang baik, dan tinggalkan<br />
orang-orang jang djahil" (Qur'an), terbuka pula saluran baru<br />
untuk hu'kum jaitu 'uruf, jaitu adat kebiasaan.<br />
Meskipun ada ahli-ahli fiqh jang mendjadikan 'uruf ini sebagai<br />
dasar hukum sjariat jang kelima, tetapi 'uruf dan adat 'kebiasaan<br />
itu adalah tidak lain dari pada kemuslahatan jang diakui bagi manusia,<br />
sedang sjariat harus didirikan diatas kemuslahatan in;<br />
(Asj-Sjathibi, II : 206-288). Mengakui adat istiadat dan 'uruf sangat<br />
diperlukan untuk sjariat. baik disebut atau tidak disebut<br />
H