ACEH_00249

ACEH_00249 ACEH_00249

02.06.2013 Views

I. AL-QUR AN. AH , Pe , meluk Islam mejakini, bahwa Al-Qur'an itu ialah Kitab Allah, karena sehiruh isinja adalah wahju Tuhan jang diturunkan kepada Nabi Muhammad, menurut keperluan dan hadjat ummat Islam dalam masanja, selama lebih kurang dua puluh dua tahun di Mekkah dan Madinah. Qur'an adalah Ki'tab Sutji baoi orana a a Islam. Sesudah wafat Nabi Muhammad semua wahju itu, jang tiap kali disampaikan, ditjatat oleh sahabat 2 Nabi, pada hari pemerintahan, Chalifah Abu Bakar dikumpulkan dan, kemudian didjadikan sebuah kitab dalam masa pemerintahan Chalifah Usman tahun 650 M., terutama dalam mempersatukan edfaan dan menjaring dari pada salah penangkapan .penulis 2 wahju itu dan dalam mendjadikannja sebuah Kitab jang dinamakan Mashaf Al-Usmani, artinja pengumpulan Usman. Mashaf ini disalin dan disiarkan keseluruh Negara jang termasuk Wilajah pemerintahan Islam. Kitab Al-Quit'an ini merupakan, sumber pertama bagi hukum Islam, karena didalamnja terdapat dasar 2 politik dan hukum Islam setjara umum. Oleh karena itu sangat sukar memahaminja, baik mengenai arti kata dan tudjuan tiap a/jat, maupun mengenai sebab 2 turun aijat 2 itu. Dengan demikian lahirlah kemudian sematjam ilmu untuk keperluan tersebut, jang dinamakan ilmu tafsir. Usaha menulis ilmu tafsir itu banjak dilakukan kemudian, terutama dailam masa pemerintahan Abbasijah. Makp lahirlah bermatjam 2 kitab tafsir, seperti Tafsir „Ath-Thabari", „Az-Zamachsjari", jang dinamakan Tafsir „Al-Kasjsjaf", Tafsir „Ar- Razi", Tafsir „Al-Baidhawi" dan Tafsir „Al-Djalala!n". Diantara tafsir 2 itu jang tertua adalah tafsir karangan Ibn Djarir Ath-Thabari, salah seorang pendiri mazhab fiqh, dan terke nal. Tafsir ini terdiri dari tigapuluh djuz besar, berisi keterangan 2 jang mempunjai sumber dan jang bersifat berdasar kejakinan agama. Tafsir ,,A1-Kasjfejaf" dikarang oleh Abui Qasim Mahmud bin Umar Al-Chawarizmi Az-Zamachsjari (mgl. 538 H). Tafsir ini terdiri dari empat djuz dan isinja bersifat rationalistis karena Az-Zamachsjari ini adalah seorang Mu'tazilah. Oleh karena itu tafsir ini tidak sellannanja berdasarkan lafaz jang lahir, tetapi merupakan tafsir madjazi, jang memakai kiasan, istia'rah, tasjbih, dan oleh karena itu tidak memuat segala churafat dan hal 2 jang sematjam itu. Demikian kata Ahmad Amin dalam kitabnja "Zuhrul Islam", Cairo, 1902, II: 37-45. Dari pengalaman 2 diatas lahirlah sebuah tafsir jang bernama 7

Ma'fatihul Ghaibi", karangan Fachruddin Ar-Razi setebal delapan djuz, tafsir Abu Su'ud, tafsir Baidhawi, tafsir Djalalain, jang dikerdjakan berdua, jaitu oleh Djalaluddin Al-Mahalli dan oleh Djalaluddin As-Sujuti, jaitu sebuah tafsir jang terdiri dari dua djuz, terutama banjak memberi keterangan tentang bahasa dan istilah-istilah jang sukar dari Al-Qur'an. Dalam kalangan Sji'ath termasjhur dua buah tafsim, masingmasing bernama Madjma'ul Bajan dan Djami'ul Djawami karangan Ath-Thabrisi. Terdjadi perbedaan paham antara ulama-ulaima fiqh tentang persoalan, apakah Al-Qur'an itu boleh diterdjemahkan kedalam bahasa selain Arab, Sobhi Maihmassani menerangkan dalam kitabmja Legal Systems in The Arab States, Past and Plresent (Beirut, 1957), bahwa sepandljang jang dapat diselidikinja, menterdjemahkan Al-Qur'an setjara huruf perhuruf kedalam bahasa selain Arab tidak diperkenankan dan tidak djuga orang sanggup mengerdjakannja, karena mu'djizat, balaghah dan ketinggian bajan, maksud jang tersembunji dan susunan bahasa jang tersirat daripada Al-Qur'an itu. Adapun terdjemah setjara makna dibolehkan, karena terdjemah ini merupakan tafsir pendjelasan jang sangat diperlukan untuk memahami maksud Al-Qur'an itu. tambahan pula dapat digunakan yaituk menjampaikan da'wah Al-Qur'an itu kepada bangsa-bangsa jang tidak memahami bahasa Arab. Dalam pada itu sehari-hari kita lihat. Al-Qur'an itu diterdjemah orang kedalam bahasa-bahasa asing dengan tidak ada keberatan apa-ap,a. Dr. Hasan Ibrahim Hasan dalam uraiannja mengatakan, bahwa meskipun Quran itu menupakan sumber hukum pertama, tetapi kitab sutji ini tidak mewadijibkan atau mengandjurkan sesuatu bentuk negara jang tertentu. Dalam kitabnja, jang bernama „An- Nuzumul Islamijah", hal. 23-24, ia berkata : „Sebenarnja Al- Qur'an tidak menundjukkan suatu bentuk ketatanegaraan, jaing ditentukan untuk diikuti oleh kaum Muslimin sesudah wafat Nabi. Dalam Al-Qur'an terdapat perintah untuk taat kepada Ulil Amri (Pemerintah) seperti dalam surat An-NisaT ajat 59 dan setelah Nabi wafat timbullah chilafat jang dikendalikan oleh Chulafa'ur Rasjidin dengan tjara pemilihan dan musjawarah. Kemudian sistim chilafat berubah mendljadi dynasti dimasa Bani Umaijah dan Abbasijah. Kadang-kadang ada dilakukan pemilihan, tetapi hanja sekedar folmalitas sadja. Sardjanan-saidjana Hukum Fiqh berusaha mentjari alasan untuk itu dari Hadits-hadits Nabi. Mereka menjebutkan sebuah Hadits jang mengatakan : „Sistim Chilafat sesudah saja (Nabi), empat puluh tahun lamanja, dan kemudian setelah itu mendljadi Dynastà jang kuat". Menurut Sir Thomas Arnold dalam bukunja "The Caliphate", banjak Hadits-hadits jang diselundupkan untuk kepentingan ini, sedang sementara Fuqaha Islam mengambil Hadits jang menguatkan pendapat jang «

I. AL-QUR AN.<br />

AH , Pe , meluk Islam mejakini, bahwa Al-Qur'an itu ialah Kitab<br />

Allah, karena sehiruh isinja adalah wahju Tuhan jang diturunkan<br />

kepada Nabi Muhammad, menurut keperluan dan hadjat ummat<br />

Islam dalam masanja, selama lebih kurang dua puluh dua tahun di<br />

Mekkah dan Madinah. Qur'an adalah Ki'tab Sutji baoi orana<br />

a a<br />

Islam.<br />

Sesudah wafat Nabi Muhammad semua wahju itu, jang tiap<br />

kali disampaikan, ditjatat oleh sahabat 2 Nabi, pada hari pemerintahan,<br />

Chalifah Abu Bakar dikumpulkan dan, kemudian didjadikan<br />

sebuah kitab dalam masa pemerintahan Chalifah Usman tahun<br />

650 M., terutama dalam mempersatukan edfaan dan menjaring<br />

dari pada salah penangkapan .penulis 2 wahju itu dan dalam mendjadikannja<br />

sebuah Kitab jang dinamakan Mashaf Al-Usmani,<br />

artinja pengumpulan Usman. Mashaf ini disalin dan disiarkan<br />

keseluruh Negara jang termasuk Wilajah pemerintahan Islam.<br />

Kitab Al-Quit'an ini merupakan, sumber pertama bagi hukum<br />

Islam, karena didalamnja terdapat dasar 2 politik dan hukum Islam<br />

setjara umum. Oleh karena itu sangat sukar memahaminja, baik<br />

mengenai arti kata dan tudjuan tiap a/jat, maupun mengenai sebab 2<br />

turun aijat 2 itu. Dengan demikian lahirlah kemudian sematjam ilmu<br />

untuk keperluan tersebut, jang dinamakan ilmu tafsir.<br />

Usaha menulis ilmu tafsir itu banjak dilakukan kemudian,<br />

terutama dailam masa pemerintahan Abbasijah. Makp lahirlah<br />

bermatjam 2 kitab tafsir, seperti Tafsir „Ath-Thabari", „Az-Zamachsjari",<br />

jang dinamakan Tafsir „Al-Kasjsjaf", Tafsir „Ar-<br />

Razi", Tafsir „Al-Baidhawi" dan Tafsir „Al-Djalala!n".<br />

Diantara tafsir 2 itu jang tertua adalah tafsir karangan Ibn<br />

Djarir Ath-Thabari, salah seorang pendiri mazhab fiqh, dan terke<br />

nal. Tafsir ini terdiri dari tigapuluh djuz besar, berisi keterangan 2<br />

jang mempunjai sumber dan jang bersifat berdasar kejakinan agama.<br />

Tafsir ,,A1-Kasjfejaf" dikarang oleh Abui Qasim Mahmud bin<br />

Umar Al-Chawarizmi Az-Zamachsjari (mgl. 538 H). Tafsir ini<br />

terdiri dari empat djuz dan isinja bersifat rationalistis karena<br />

Az-Zamachsjari ini adalah seorang Mu'tazilah. Oleh karena itu<br />

tafsir ini tidak sellannanja berdasarkan lafaz jang lahir, tetapi merupakan<br />

tafsir madjazi, jang memakai kiasan, istia'rah, tasjbih,<br />

dan oleh karena itu tidak memuat segala churafat dan hal 2 jang<br />

sematjam itu. Demikian kata Ahmad Amin dalam kitabnja "Zuhrul<br />

Islam", Cairo, 1902, II: 37-45.<br />

Dari pengalaman 2 diatas lahirlah sebuah tafsir jang bernama<br />

7

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!