02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 21<br />

kedua belah pihak. Suatu hal yang tidak mudah. Orang yang berjiwa besar,<br />

yang berani mengambil risiko, yang ucapan dan tindakan selalu menyatu,<br />

mempunyai visi dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, orang<br />

demikianlah yang dapat dipercaya oleh semua pihak dan karena dapat<br />

membangun jembatan kepercayaan.<br />

* * *<br />

Sebagai putra Aceh, beliau menyadari bahwa jiwa rakyat Aceh adalah jiwa<br />

terbuka, jiwa kerakyatan, jiwa penuh dengan heroisme, bersumber kepada<br />

keislaman, keimanan, dan keikhsanan.<br />

Dalam artikel di surat kabar Waspada, Medan, tertanggal 29 Mei 1986,<br />

berjudul "Aceh di Mata Kolonialis", dan dalam artikel di harian Kompas,<br />

Jakarta, tanggal 29 September 1990, berjudul "Memahami Jati Diri Orang<br />

Aceh", makabeliau dengan jelas dan halus mengemukakan segala sifat orang<br />

Aceh itu. Termasuk watak kecenderungan untuk "curiga" terhadap "orang<br />

baru" dan "segala yang baru", yang mengganggu agama serta keyakinan dan<br />

adat-istiadat dan lingkungan hidup rakyat Aceh.<br />

Tapi kalau gangguan itu tidak ada, rakyat Aceh dengan penuh<br />

keterbukaan akan bersaudara dengan "luaran" itu. Dan bersepakat untuk<br />

kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemajuan bersama.<br />

Bagi Saudara Ali Hasjmy, landasan berpijak untuk membina<br />

kesepakatan antara Daerah Aceh dan Pusat ialah tidak lain perpaduan antara<br />

Islamisme dan Nasionalisme, bersumber dalam rangkaian-kesatuan ideologi<br />

Pancasila. Islamisme yang luas terbuka, dan bukan yang lokal-fanatik; dan<br />

Nasionalisme yang luas-terbuka pula, berakar kepada adat dan subbudaya<br />

daerah.<br />

Pada tahun 1980-an dan tahun 1990-an, maka dalam usia senja, beliau<br />

tetap berusaha ke arah perpaduan itu.<br />

Saya teringat undangan beliau sebagai Ketua Majelis Ulama Aceh<br />

kepada saya, untuk berpartisipasi dalam seminar di Rantau Kuala Simpang,<br />

Aceh Timur. Seminar itu berlangsung lima hari: Yaitu mulai 25 sampai 30<br />

September 1980. Saya diminta mengajukan makalah berjudul "Sejarah<br />

Perkembangan Islam di Indonesia: Islam Datang ke Nusantara Membawa<br />

Tamaddun/Kemajuan dan Kecerdasan".

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!