02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

20 DR. H. Roeslan Abdulgani<br />

Itulah sering terungkap dalam pembicaraan beliau dengan Presiden<br />

Soekarno, di mana saya hadir. Presiden Soekarno seringkali memerlukan<br />

pendapat Saudara Ali Hasjmy. Juga Kabinet Ali Sastroamidjojo dan Kabinet<br />

Djuanda.<br />

Dan itulah sebabnya, maka beliau dengan kesungguhan dan keikhlasan<br />

ingin menjembatani misi Wakil Perdana Menteri Hardi dari Kabinet Djuanda<br />

pada bulan Mei 1959 untuk meng-islakh-kan gerakan Darul Islam dengan<br />

Pemerintah Pusat. Lahir keputusan Pemerintah Pusat untuk memberikan<br />

kepada Propinsi Aceh suatu status Daerah Istimewa, yang keistimewaannya<br />

terletak dalam pemberian otonomi yang luas dalam tiga bidang, yaitu di<br />

bidang agama, di bidang pendidikan, dan di bidang budaya.<br />

Sebagai benang-merah di sini kelihatan suatu hasil anyaman politisreligius<br />

yang erat mengaitkan jiwa nasionalisme dengan jiwa keislaman,<br />

sesuai dengan Pancasila kita, dan harmonis-serasi dengan kekhasan dan<br />

kekhususan situasi daerah Aceh, sejajar dengan keseluruhan wilayah Nusantara.<br />

Kelanjutan dari ketegasan Pusat ini ialah kunjungan Presiden Soekarno<br />

pada tanggal 2 September 1959 ke Aceh, lima bulan setelah keputusan<br />

tentang Daerah Istimewa Aceh. Yaitu kunjungan untuk membuka selubung<br />

Tugu Darussalam, yang mencakup di dalam wilayah sekitarnya tiga lembaga.<br />

Pertama: Universitas Syiah Kuala, dikelola oleh Departemen Pendidikan.<br />

Kedua: IAIN Jamiah Ar-Raniry, dikelola oleh Departemen Agama. Dan<br />

ketiga: Dayah Manyang Teungku Chik Pantekulu, dikelola oleh sebuah<br />

yayasan.<br />

Saya teringat wajah muka Saudara Ali Hasjmy pada waktu itu. Karena<br />

saya ikut dalam rombongan Presiden sebagai Wakil Ketua Dewan<br />

Pertimbangan Agung (DPA), dan Saudara Ali Hasjmy masih menjabat<br />

Gubernur. Roman mukanya yang mencerminkan rasa syukurnya terhadap<br />

Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa Aceh yang selalu dilanda pergolakan itu,<br />

kini akan memasuki tahap sejarah baru.<br />

Tanpa dorongan beliau, sejarah Aceh akan terhenti. Tapi tanpa dukungan<br />

rakyat Aceh dan pengertian Pusat, semua itupun akan tersendat-sendat<br />

dan tersumbat.<br />

Di sinilah saya melihat peran Saudara Ali Hasjmy. Beliau adalah<br />

seorang "pembuat jembatan". "Bridge builder", tidak hanya dalam arti fisik.<br />

Tetapi juga dalam arti mental-spiritual. Yaitu berfungsi sebagai "confidence<br />

builder". Pembangun kepercayaan timbal-balik, menghilangkan kecurigaan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!