02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kenalkah Tuan Perempuan?<br />

Pedoman Masyarakat, 29 September 1937<br />

Sekonyong-konyong alam yang dipandangnya sudah berubah. Awan yang tadinya<br />

bergumpal-gumpal di ufuk barat bertukar menjadi barisan asykar yang ganas dan kejam ...<br />

Angin yang sedang berdesir-desau menjadi riuh gemuruh laksana suara jeritan dan keluhan<br />

... Daun-daun kayu yang tengah damai tenang, bergoyang tendang menendang merupakan<br />

satu pertempuran yang maha dasyat... Keindahan gunung-gunung yang sedang bermandikan<br />

nur petang, berganti dengan warna darah yang semerah- merahnya ... Di tengah-tengah<br />

kekacauan dan kengerian yang menakutkan itu, dilihatnya sebuah bayangan bayangan<br />

seorang perempuan sedang mengayun langkah lembah lunglai, bibirnya terkuat sedikit<br />

merupakan sebuah senyum simpul. Rusli tidak tahan lagi amarahnya, menapa menampak<br />

kepadanya itu makhluk lemah yang sangat dibencinya, ia sangat jijik melihat kaum Hawa,<br />

kaum Hawa yang menyebabkan ia menyisihkan diri dari pergaulan ... kaum Hawa yang<br />

memaksa ia hidup bersunyi-sunyi ... Dengan perasaan yang benei bercampur marah<br />

tersemburlah dari mulutnya: "Memang itu dasar kaummu hai, perempuan. Untuk merubuhkan<br />

hati lelaki-laki, maka kau datang ke dunia. Di mana-mana kerusuhan terjadi, kaulah<br />

yang menjadi pangkal sebabnya. Sekarang kau gembira memandang kacau balau dan<br />

pertempuran alam yang timbulnya oleh sebab kau sendiri. Nyahlah kau dari penglihatanku<br />

Sehingga ini terhentilah Rusli, karena dengan tiba-tiba bayangan itu sudah menjadi<br />

orang yang sebenarnya: jasad perempuan sejati berdiri di hadapannya. Dengan suara yang<br />

lemah lembut perempuan yang cantik itu menyapa dia: "Mengapa gerangan tuan semurka<br />

itu...?"<br />

"Cis ... aku tak sudi meladeni perkataan kau," sahut Rusli dengan menghina.<br />

"Tadi tuan ada menyebut perempuan, kenalkah tuan akan dia?"<br />

"Tutup mulut kau," jawab Rusli seraya bangun dari duduknya hendak berjalan, tapi<br />

tangannya dipegang oleh gadis itu serta diiringkan dengan perkataan:<br />

"Tuan tidak boleh pergi sebelum menjawab pertanyaan saya."<br />

"Lepas tanganku kalau..."<br />

"Tidak, man musti menjawab pertanyaan saya dulu," kata gadis itu dengan tenang.<br />

"Sungguh celaka, celakalah kau, hai perempuan."<br />

"Kenalkah, tuan akan dia?"<br />

"Tidak; kau dan yang sejenis dengan kaulah yang disebutkan perempuan."<br />

"Kalau begitu, tuan belum kenal perempuan."<br />

397

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!