ACEH_03291

ACEH_03291 ACEH_03291

02.06.2013 Views

378 Dari Anak, Menantu, dan Kemenakan Walaupun beliau fisiknya sudah tidak terlalu mendukung, tapi alam pikirannya masih jernih. Dan beliau masih saja menghasilkan buah karya, gagasan-gagasan hingga saat ini. Adakalanya juga beliau emosional dalam menghadapi berbagai persoalan, tapi tidak pernah menampakkan suatu kekecewaan, malah beliau selalu memperlihatkan ekspresi wajah yang optimis. Dari sini kami dapat mengambil suatu pelajaran dari perilaku beliau untuk dapat berjalan seiring antara "pekerjaan rumah", yaitu pendekatan dalam keluarga hidup rukun sesamanya, dan "pekerjaan luar rumah", yaitu pengabdiannya kepada masyarakat dan berdiri di atas semua lapisan dan golongan. Dengan usia beliau kini, yang ke-80, kami ikut mengiringi dengan doa dan puji syukur kepada Allah SWT. Semoga beliau mendapatkakarunia-Nya, dan dapat terus menerbitkan segala perbuatan dan contoh tauladan yang baik bagi kita semua. Cincin Suleiman Daud, Anak Kunci Pintu Istana 8 oleh: Teuku Rayuan Sukma Bagi saya A. Hasjmy adalah tokoh kharismatik. Keberadaannya cukup mempengaruhi situasi dan kondisi di Aceh terutama dibidang agama dan politik. Di usia senjanya, A. Hasjmy tua masih saja tetap banyak berbuat, Agaknya ia tak pernah lapuk dimakan usia. Ia tetap tegar dan bugar. Suatu hari saya pernah bertanya kepada beliau tentang hal ini. Jawabannya membuat saya terpana: "Ayahngah tidak memelihara harimau di hati." Saya mohon penjelasan dengan kata "harimau" yang beliau maksud: "Harimau itu adalah kedengkian, tamak, irihati, dan rasa curiga. Kalau ini tidak bersarang dalam hati seseorang, niscaya ia akan terhindar dari penyakit jantung yang berbahaya." Saya manggut-manggut. Ada benarnya juga. Itulah Profesor A. Hasjmy, tokoh dan nama keberadaannya tidak asing lagi bagi kita, bahkan juga bagi tokoh-tokoh negara ASEAN. Tidak selazim 8. Teuku RAYUAN SUKMA adalah kemenakan A. Hasjmy.

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 379 orang yang seusia dengannya, mantan Gubernur Aceh, pujangga ternama, pengarang buku Yahudi Bangsa Terkutuk dan Suara Azan dan Lonceng Gereja itu, di saat-saat usia senjanya tetap aktif dalam berkreasi dan berbuat. Ia hampir tidak pernah absen pada acara-acara yang memerlukan kehadirannya. Seabrek jabatan masih disandangnya. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Daerah Istimewa Aceh, Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia Daerah Istimewa Aceh, Anggota Dewan Penasehat Orwil ICMI Aceh, Anggota Dewan Pertimbangan ICMI Pusat, Rektor Universitas Muhammdiyah Aceh, dan lain sebagainya yang tidak habis disebutkan satu persatu. Di usia yang delapan puluh tahun, sebentar terdengar ia berada di Malaysia, sebentar di Jakarta, Spanyol, Belanda, Jepang, Korea, Turki, Mesir, Uni Sovyet, dan di saat yang lain pula ia terdengar sudah berada di pedalaman Aceh Selatan. Ini semua berkat keprimaan dirinya yang menurut beliau tidak memelihara "harimau" dalam dadanya. Ali Hasjmy juga puya rasa humoris yang tinggi. Di dalam melakukan terobosan-terobosan tertentu ia punya kiat dan diplomasi tersendiri. Tentang ini punya cerita khusus. Kisahnya begini: Pada saat A. Hasjmy menjabat Gubernur Aceh, ia di kenal sebagai orang yang sangat dekat dengan Bung Karno, begitu dekatnya sehingga kapan saja perlu, ia dapat segera menghadap. Keakraban ini antara lain juga berkat hubungan baiknya dengan salah seorang Ajudan Presiden Soekarno. A. Hasjmy berprinsip bahwa ajudan adalah sosok yang perlu diperhatikan, karena ia punya peranan menentukan dalam membina hubungan dengan orang-orang penting. Suatu ketika Gubernur A. Hasjmy datang menghadap Bung Karno di Istana Negara. Di ruang tunggu, ia bercengkrama dengan Sang Ajudan yang sangat selektif menentukan orang-orang yang boleh menghadap. Sembari membaca bahan-bahan bacaan di atas meja, Ia menunggu tibanya waktu yang ditentukan. Tiba-tiba Sang Ajudan yang sejak tadi memperhatikan jemari tangan A. Hasjmy, bergumam: "Wah, menarik sekali cincin Bapak! Matanya batu, apa namanya?" Gubernur Aceh itu tersipu sejenak. Sambil tersenyum mengangguk, ia pandangi sebentuk cincin yang menghiasi jari manisnya di jemarinya. Cincin bermata hitam pekat berbelah dua oleh garis putih, namanya "Suleiman Daud" (nama dua nabi), sebenarnya tidak ada apa-apanya. batu permata biasa, hanya saja namanya itu yang cukup menarik perhatian.

378 Dari Anak, Menantu, dan Kemenakan<br />

Walaupun beliau fisiknya sudah tidak terlalu mendukung, tapi alam<br />

pikirannya masih jernih. Dan beliau masih saja menghasilkan buah karya,<br />

gagasan-gagasan hingga saat ini.<br />

Adakalanya juga beliau emosional dalam menghadapi berbagai<br />

persoalan, tapi tidak pernah menampakkan suatu kekecewaan, malah beliau<br />

selalu memperlihatkan ekspresi wajah yang optimis.<br />

Dari sini kami dapat mengambil suatu pelajaran dari perilaku beliau<br />

untuk dapat berjalan seiring antara "pekerjaan rumah", yaitu pendekatan<br />

dalam keluarga hidup rukun sesamanya, dan "pekerjaan luar rumah", yaitu<br />

pengabdiannya kepada masyarakat dan berdiri di atas semua lapisan dan<br />

golongan.<br />

Dengan usia beliau kini, yang ke-80, kami ikut mengiringi dengan doa<br />

dan puji syukur kepada Allah SWT. Semoga beliau mendapatkakarunia-Nya,<br />

dan dapat terus menerbitkan segala perbuatan dan contoh tauladan yang baik<br />

bagi kita semua.<br />

Cincin Suleiman Daud, Anak Kunci Pintu Istana<br />

8<br />

oleh: Teuku Rayuan Sukma<br />

Bagi saya A. Hasjmy adalah tokoh kharismatik. Keberadaannya cukup<br />

mempengaruhi situasi dan kondisi di Aceh terutama dibidang agama dan<br />

politik.<br />

Di usia senjanya, A. Hasjmy tua masih saja tetap banyak berbuat,<br />

Agaknya ia tak pernah lapuk dimakan usia. Ia tetap tegar dan bugar.<br />

Suatu hari saya pernah bertanya kepada beliau tentang hal ini.<br />

Jawabannya membuat saya terpana: "Ayahngah tidak memelihara harimau<br />

di hati."<br />

Saya mohon penjelasan dengan kata "harimau" yang beliau maksud:<br />

"Harimau itu adalah kedengkian, tamak, irihati, dan rasa curiga. Kalau ini<br />

tidak bersarang dalam hati seseorang, niscaya ia akan terhindar dari penyakit<br />

jantung yang berbahaya."<br />

Saya manggut-manggut. Ada benarnya juga.<br />

Itulah Profesor A. Hasjmy, tokoh dan nama keberadaannya tidak asing<br />

lagi bagi kita, bahkan juga bagi tokoh-tokoh negara ASEAN. Tidak selazim<br />

8. Teuku RAYUAN SUKMA adalah kemenakan A. Hasjmy.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!