02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

372 Dari Anak, Menantu, dan Kemenakan<br />

Pintu rumah resmi Gubernur —yang pada saat itu bernama Pendopo—<br />

terbuka setiap hari bagi segala lapisan masyarakat. Yang datang menjumpai<br />

Bapak bukan saja para pejabat tapi juga orang-orang dari desa atau kalangan<br />

bawah dari kantor-kantor pemerintah. Beliau sabar mendengarkan isi hati<br />

dan ucapan pikiran mereka. Dan Bapak begitu dekatnya dengan kalangan<br />

rakyat biasa, sampai-sampai setelah hari-hari menerima tamu Hari Raya, Idul<br />

Fitri, beliau selalu membalas kunjungan staf dan bawahan beliau satu per<br />

satu, tanpa membedakan kedudukan mereka dan jauh dekatnya rumah<br />

mereka. Saya dan adik saya, Kamal, selalu diajak dalam kunjungan silaturrahmi<br />

ini.<br />

Bapak juga sangat menghormati guru-guru atau teman lama yang lebih<br />

senior. Kalau ke Jakarta beliau sering mengunjungi mereka, misalnya, Bapak<br />

Arudji Kartawinata, mantan Ketua Umum Partai Syarikat Islam Indonesia<br />

—PSII (Bapak pernah aktif di dalam partai ini), Bapak Anwar Tjokroaminoto,<br />

seorang tokoh PSII lainnya, Bapak Roeslan Abdulgani, mantan<br />

pembantu Presiden Soekarno dan sekarang juga menjadi pembantu Presiden<br />

Soeharto, yang namanya tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, dan<br />

Bapak Jenderal A.H. Nasution. Kunjungan-kunjungan Bapak tersebut<br />

dilakukan baik pada masa tokoh-tokoh tersebut berada dalam lingkaran<br />

kekuasaan ataupun sesudahnya.<br />

Selama Bapak menjadi pejabat pemerintah banyak sekali orang<br />

berkunjung ke rumah kami, dan kebiasaan ini berlanjut terus meskipun<br />

Bapak telah pensiun. Yang datang bukan saja para pejabat tapi juga para<br />

tokoh Golkar, PPP, dan PDI. Saya tidak mengerti alasan mengapa beliau<br />

begitu banyak menerima tamu, padahal beliau tidak lagi mempunyai<br />

jabatan/kedudukan resmi di pemerintahan. Mungkin ini disebabkan karena<br />

beliau mempunyai prinsip tidak mau menimbulkan perasaan tidak enak<br />

kepada orang lain apalagi terlibat konflik. dalam soal memelihara ukhuwah<br />

ini waktu dan semangat beliau tidak pernah habis dan kesabarannya seolaholah<br />

tidak terbatas.<br />

Di sekitar pemilihan umum tahun 1992, sebagian masyarakat<br />

mengeritik beliau karena ikut berkampanye untuk Golkar. Ketika kami<br />

tanyakan mengapa keputusan ini diambil, beliau mengatakan bahwa itulah<br />

yang terbaik bagi Aceh ketika itu, beliau sendiri tidak memikirkan kepentingan<br />

pribadi. Kadangkala, kami, anak-anak, juga meminta beliau supaya<br />

membatasi diri dalam beramal bagi masyarakat, karena kegiatan apapun<br />

sering terhalang oleh batas-batas. Misalnya, dalam hal mencari dana dari<br />

kalangan resmi maupun bukan, sering kami lihat menyerempet harga diri

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!