02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 351<br />

Qur'an, maka masa Republik Hasjmy dipenjara delapan bulan ia menghabiskan<br />

buku-buku yang dibelinya ketika menjadi anggota "Misi Republik<br />

Indonesia ke Negara-negara Arab," 1949. Rasanya seperti kuliah sepuluh<br />

tahun di universitas. Pada tahun 1954, setelah diperiksa oleh Kejaksaan<br />

Tinggi Sumatra Utara dan terbukti tidak terlibat, Hasjmy dibebaskan. Tapi<br />

dilarang ke Aceh. Hasjmy harus menghadap Jaksa Agung Soeprapto di<br />

Jakarta dan tugasnya di Jawatan Sosial dipindah ke sana. Rupanya surat<br />

protes yang dulu dikirim Hasjmy dipelajari oleh Menteri Dalam Negeri.<br />

Di mana-mana, setiap ada rapat yang membahas soal Aceh, baik di<br />

kementerian maupun di parlemen, Hasjmy dipanggil. Dan, dia selalu bicara<br />

tegas, "Biar dikirim tentara sebanyak banyaknya, biar sampai kiamat, Aceh<br />

tak akan aman. Kecuali kalau status Aceh dikembalikan menjadi propinsi.<br />

Frase ini tak bosan-bosannya diulang dalam setiap kesempatan sampai<br />

akhirnya Pemerintah mempercayai.<br />

Pada akhir tahun 1956, pemerintah mengambil keputusan yang berat<br />

untuk mengembalikan status Aceh sebagai propinsi, keputusan itu baru<br />

berlaku 1 Januari 1957. Persoalannya kemudian adalah siapa yang akan<br />

menjadi gubernurnya. Juga Misi Hardi yang datang ke Aceh, Hasjmy<br />

mengajukan tiga bentuk karena eksistensi otonomi Aceh sebagai Daerah<br />

Istimewa Aceh yaitu: agama, adat, dan pendidikan. Dengan tiga kerangka<br />

inilah Hasjmy yakin jika pemerintah konsisten dengan pemberian label<br />

"istimewa" ini, maka Aceh maju dan dapat secara manusiawi mengembangkan<br />

dirinya.<br />

Menteri Dalam Negeri Soenarjo mengundang makan siang Hasjmy,<br />

dan beliau mengatakan, "Kabinet menanyakan Saudara, apakah bersedia<br />

diangkat jadi Gubernur Aceh."<br />

Hasjmy benar-benar tidak menduga akan mendapat pertanyaan seperti<br />

itu dan karena hasrat Hasjmy untuk mémbangun Aceh yang dia yakin dapat<br />

berhasil dengan konsepnya itu, maka Hasjmy menjawab, "Bersedia, tapi<br />

dengan satu syarat."<br />

"Apa syaratnya?"<br />

Hasjmy menjawab: "Syaratnya, kalau saya kembali ke Aceh sebagai<br />

Gubernur, saya akan membawa air, bukan bensin!"<br />

Hasjmy sangat berani mengajukan syarat itu. Kenapa tidak langsung<br />

terima saja, malah lewat satu syarat. Ketika itu Perdana Menterinya orang<br />

PNI, Mr. Ali Sastroamidjojo, yang sangat garang, yang pernah mengatakan<br />

bahwa jika rakyat Aceh tidak menyerah akan dibikin habis. Watak Hasjmy

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!