02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

350 Drs. Sayed Mudhahar Ahmad<br />

Harry J. Benda, bahwa ada satu persepsi yang tidak pernah lekang: Islam<br />

telah menjadi ideologi tunggal berhadapan langsung dengan struktur<br />

kekuasaan (kolonial) secara simultan (Harry J. Benda, 1972).<br />

Aceh bergolak, pertama, karena kesalahan pemerintah dalam menerapkan<br />

kebijakan yang tidak mau mengerti logika daerah. Pemaksaan kebijakan<br />

yang kaku dan bersikeras untuk tidak mau merubahnya merupakan perbuatan<br />

terlanjur yang sangat disesalkan kemudian. Ketika Aceh baru berdiri sebagai<br />

sebuah propinsi setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada<br />

Pemerintah Republik lewat Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949, pada<br />

pertengahan 1950 propinsi yang menyimpan banyak saksi pertempuran ini<br />

dilebur ke dalam wilayah Propinsi Sumatra Utara. Konsekuensinya, bagi<br />

Hasjmy yang ketika itu sebagai Kepala Jawatan Dinas Sosial dipindahkan<br />

ke Medan dan turun pangkatnya jadi wakil. Tapi, bagi rakyat Aceh hal ini<br />

tidak bisa diterima begitu saja. Aceh pun mendadak panas. Peleburan wilayah<br />

inilah yang menyulut Aceh untuk bergolak. Kekecewaan politik tidak ada<br />

obatnya, selain hanya membalas sebagai perhitungan. Rakyat Aceh sungguhsungguh<br />

tidak senang dengan hanya menjadi satelit pinggiran dari propinsi<br />

lain. Sejak dulu Aceh merupakan entitas tersendiri dengan sejarah dan tradisi<br />

yang khas. Adalah wajar jika kemarahan muncul di mana-mana. Pejuangpejuang<br />

yang dulunya tanpa pamrih mendukung pemerintah pusat berbalik<br />

menentang.<br />

Dalam mengatasi gejolak itu, pemerintah kembali membuat kesalahan,<br />

mengirim tentara yang banyak orang Kristennya. Mereka bertindak kasar.<br />

Melihat situasi yang tidak menentu ini, Hasjmy mengirimkan surat peringatan<br />

ke pemerintah agar segera menarik mereka. Namun sayang sekali<br />

pemerintah terlalu yakin dengan tindakan-tindakannya, peringatan Hasjmy<br />

tidak dihiraukan. Dan meletuslah pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam<br />

Indonesia (DI/TII) pada September 1953 yang bermaksud mendirikan<br />

Negara Islam Indonesia (NU). Semua anak buah Hasjmy yang dulunya di<br />

Ksatria Divisi Rencong ikut berontak. Itu sebabnya Hasjmy dicurigai.<br />

Hasjmy sendiri memang mengakui bahwa Teungku Daud Beureueh adalah<br />

gurunya dalam banyak hal. Tapi Hasjmy sesungguhnya tidak terlibat karena<br />

dia sudah pindah ke Medan. Pemerintah tetap ngotot menuduh Hasjmy<br />

terlibat, minimal mengetahui dan bahkan ikut merancangnya. Hasjmy ditangkap<br />

dan dipenj arakan delapan bulan oleh pemerintah Republik. Ia teringat<br />

masa lalunya, ketika kawan-kawannya mengantamya ke penjara di<br />

Padang Panjang dulu, bahkan ketika bebas pun ratusan kawan menunggu di<br />

pintu. Masa Belanda dipenjara empat bulan itu Hasjmy cuma membaca

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!