02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 347<br />

mengadakan rapat umum. Di situlah, untuk pertama kalinya, Bung Karno<br />

mengatakan bahwa Aceh adalah "daerah modal". Beliau mengibaratkan<br />

Aceh sebuah payung. "Kalaupun Republik hanya tinggal selebar payung,<br />

kita akan terus berjuang. Dengan modal daerah selebar payung itulah kita<br />

merebut daerah lain," begitu katanya.<br />

Mengapa Bung Karno menyebut Aceh sebagai "daerah modal"?<br />

Sebab, waktu itu, sebagian besar wilayah Indonesia sudah diduduki Belanda.<br />

Aceh tidak. Aceh bebas melakukan perdagangan dengan luar ngeri kendati<br />

Belanda menyebutnya penyelundupan. Kita punya devisa. Oleh sebab itu,<br />

Aceh membiayai perjuangan bangsa Indonesia di luar negeri. Kita juga<br />

membeli senjata dari luar negeri, lalu memasukkannya ke daerah-daerah di<br />

seluruh Indonesia yang sedang berjuang.<br />

Beberapa kali rapat umum masih diselenggarakan. Yang paling banyak<br />

pengunjungnya adalah ketika rapat umum di Bireun. Di situ, Bung Karno<br />

mengulang pernyataannya bahwa Aceh adalah daerah modal. Suatu malam<br />

berlangsung resepsi yang dihadiri berbagai tokoh masyarakat dan pengusaha.<br />

Bung Karno mengatakan, "sekarang kita sangat memerlukan hubungan.<br />

Karena daerah-daerah kita sudah diduduki Belanda, harap rakyat Aceh<br />

menyumbangkan kapal terbang".<br />

Malam itu juga, rakyat Aceh sanggup memberi dua kapal terbang. Satu<br />

dari Pemda. Esok harinya, Pemda langsung memberi eek senilai 250 ribu<br />

dolar Amerika, harga kapal terbang bekas waktu itu. Kebetulan, kami punya<br />

uang di Singapura, hasil ekspor Aceh, orang Belanda menyebutnya hasil<br />

penyelundupan.<br />

Para pengusaha atas nama rakyat, yang tergabung dalam Gabungan<br />

Saudagar-Indonesia Daerah Aceh (Gasida) juga menjanjikan satu buah.<br />

Selama satu bulan, mereka mengumpulkan uang senilai 250 ribu dolar<br />

AS, baru kemudian diantarkan ke Singapura dan diserahkan kepada Perwakilan<br />

RI di sana.<br />

Selama lima hari Bung Karno berada di Aceh, hampir setiap hari<br />

Hasjmy bertemu dengan beliau. Sebelumnya tidak pernah, karena mana<br />

sempat ia pergi ke Jawa. Waktu beliau turun di Lhoknga, Divisi Rencong<br />

yang menjaga dan mengawalnya. Hasjmy salah seorang pembesar, termasuk<br />

Pak Daud Beureueh.<br />

Hasjmy memang pengagum Bung Karno. Karangan-karangan beliau<br />

dibacanya dan mempengaruhi pandangan-pandangan politik Hasjmy. Bahkan<br />

buat Bung Karno, ia khusus menciptakan puisi pada bulan Oktober

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!