02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

344 Drs. Sayed Mudhahar Ahmad<br />

Sabi. Hikayat ini sangat mengagungkan manusia yang berjuang, bukan yang<br />

punya gelar. Menghargai orang yang independen dengan komitmen keislaman<br />

yang tinggi, bukan orang-orang yang tidak berdiri sendiri, bukan orang<br />

yang ditopang oleh sejumlah nama besar kebangsawanan.<br />

Selama Jepang membentuk pemerintahan militer, Jepang mengangkat<br />

para «/eeba/ang-bangsawan dalam pemerintahan. Hal ini sudah jelas<br />

menimbulkan kemarahan rakyat karena di zaman Belanda, mereka adalah<br />

kaki tangan yang dibenci rakyat. Ali Hasjmy ketika akan dibentuk<br />

pemerintahan militer (yang tentunya adalah fasis), dipanggil selaku pemimpin<br />

pandu (Kepanduan Islam, KI) dan terlibat dalam organisasi yang dipercaya<br />

Jepang, Fujiwara-Kikan. Hasjmy diangkat sebagai Kepala Polisi. Tapi,<br />

jabatan itu diserahkan kembali karena Jepang mengangkat para uleebalang<br />

(bangsawan Aceh) ke dalam pemerintahan fasis tersebut. Hasjmy marah<br />

bukan main. Ia angkat kaki dan pulang ke Seulimeum. Back to school.<br />

Begitulah pilihan para intelektual jika menghadapi suasana politik yang tidak<br />

ia setujui. Berada di luar struktur, demi tetap menjaga kejernihan idealisme.<br />

Hasjmy buka sekolah dan mengajar lagi dengan teman-temannya.<br />

Kemarahan Hasjmy atas kebijakan Jepang mengangkat uleebalang<br />

dalam pemerintahan adalah realitas betapa rakyat Aceh sangat benei terhadap<br />

sikap desersi yang ditunjukkan oleh para bangsawan. Sudah sejak zaman<br />

Belanda pertentangan ulama dan uleebalang berlangsung alot. Padahal dulunya<br />

banyak juga para bangsawan Aceh yang berperang habis-habisan dan<br />

syahid dalam perang melawan Belanda yang ditunjukkan dalam sejarah Aceh<br />

secara simultan. Perlawanan yang berkelanjutan ini sebenarnya sangat bisa<br />

menolak argumentasi bahwa Aceh diduduki Belanda. Aceh tidak pernah bisa<br />

diduduki oleh Belanda, walau Belanda mengklaim Aceh takluk. Aceh,<br />

dibawah pimpinan panglima perang yang terdiri dari kaum bangsawan dan<br />

ulama, tidak pernah menyerah. Sangat disayangkan sikap beberapa kaum<br />

uleebalang yang ingin mengambil kepentingan yang sedikit dengan<br />

mengorbankan rakyat dan masa depan agama. Zaman Belanda mereka<br />

adalah kakitangan yang dibenci rakyat. Rasa marah rakyat kembali mencuat<br />

ketika Dai Nippon mengajak mereka dalam pemerintahan. Bentrokan fisik<br />

pun tak terelakkan. Aceh berperang sesama Aceh, namun beda golongan dan<br />

haluan pemihakan. Ini adalah revolusi sosial terkenal yang pernah terjadi di<br />

Indonesia. Peristiwa ini terkenal dengan nama "Perang Cumbok", perang<br />

yang meletus di Cumbok, Aceh Pidie. Betul-betul sebuah perang. Andaikata<br />

saat itu orang Aceh mengkonsentrasikan diri dan mengarahkan untuk melawan<br />

Jepang, maka dengan kekuatan yang terkumpul ada kemungkinan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!