02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

342 Drs. Sayed Mudhahar Ahmad<br />

satuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) pada 1939. Dipimpin oleh Teungku<br />

Muhammad Daud Beureueh. PUSA inilah yang kemudian menjadi basis<br />

gerakan utama rakyat Aceh untuk menentang segala kekafiran dan kemunafikan,<br />

tidak hanya dalam melawan Belanda, tapi juga dalam menjadikan<br />

PUSA ini sebagai mitos tersendiri terhadap kekuatan-kekuatan yang<br />

korup dan munafik. Daud Beureueh memang seorang eminen Aceh yang<br />

sangat berpengaruh ketika itu dan berani memilih jalan oposisi terhadap apa<br />

saja yang tidak disetujui rakyat Aceh yang kuat komitmen keislamannya.<br />

Namun, pilihan-pilihan strategis selanjutnya lebih ditentukan oleh Beureueh<br />

sendiri sebagai pemimpin. Baru kali ini terlihat kemandirian orang Aceh<br />

terserap ke dalam figur satu tokoh, dan akhirnya tokoh Beureueh menjadi<br />

legendaris ketika harus memutuskan untuk beroposisi dengan kekuatan besar<br />

kharisma Presiden Soekarno. Soekarno di sini tidak bisa menggunakan<br />

kata-kata kunci terakhir ("Pilih Soekarno-Hatta, atau yang lain") seperti<br />

biasanya ketika ia menghadapi Tan Malaka atau Pemberontakan PKI 1948.<br />

Soekarno tampaknya cukup mengerti bahwa ia berhadapan tidak dengan satu<br />

orang pemimpin saja, tapi berdiri di belakangnya jutaan rakyat Aceh yang<br />

memiliki komitmen yang sama dengan pemimpinnya. Tapi, karena sudah<br />

tidak tahan lagi melihat buntut pemberontakan yang sudah tidak jelas<br />

keberhasilannya, akhirnya berkat juga bujukan Hasjmy, Beureueh mau berkompromi.<br />

Satu-satunya pemberontakan yang dapat diselesaikan secara<br />

kompromi (tentunya setelah pemerintah menggunakan cara-cara koersif dan<br />

persuasif), adalah pembrontakan DI/TII Aceh yang ingin membuat suatu<br />

bagian negara Islam yang diproklamasikan oleh Kartosuwirjo di Jawa Barat.<br />

Lulus dari perguruan tinggi Hasjmy kembali ke Aceh masih tahun 1939<br />

dan jadi pemuda PUSA cabang Aceh Besar, duduk sebagai ketua.<br />

Waktu pecah Perang Asia Timur Raya, para pemuda PUSA mendirikan<br />

Gerakan Fajar, gerakan bawah tanah yang bertujuan mengatur pemberontakan<br />

terhadap Belanda. Tak lama kemudian terdengar Hikayat Perang Sabi<br />

kembali dikumandangkan, dan romantisme perang orang Aceh kembali<br />

bangkit dan tidak bisa ditunda-tunda lagi, maka terjadilah pertempuran di<br />

Seulimeum dan Keumirue, terus menjalar ke seluruh Aceh. Hasjmy mengambil<br />

tempat dalam pertempuran ini, sama seperti teman-temannya yang<br />

lain. Rakyat Aceh juga tidak pernah mau meninggalkan kesempatan emas<br />

terakhir berkelahi dengan Belanda. Dengan gagah berani seluruh rakyat Aceh<br />

menggempur tangsi-tangsi dan rumah-rumah kontroleur Belanda.<br />

Kontroleur Tiggelmen tewas di ujung parang dapur seorang Teuku Ubit.<br />

Karena Hasjmy yang memimpin pemberontakan-pemberontakan ini hingga

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!