02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 339<br />

penyelesaian. Aceh mendapat keistimewaan dan perundinnganpun berhasil<br />

mencapai suatu konsensus dan para pemberontak DI/TII kembali ke<br />

masyarakat dengan selamat.<br />

Masa Kecil: Sastra, Agama, dan Kesadaran Politik<br />

Sebagaimana yang pernah dituturkannya dalam sebuah wawancara dengan<br />

majalah mingguan nasional Tempo (26 Januari 1991) yang kemudian di-<br />

tuangkan dalam bentuk memoar, Ali Hasjmy mengatakan bahwa ia menyukai<br />

sastra sejak kecil. Karena kedekatannya dengan SangNenek, maka mengalir-<br />

lah semua cerita realitas pengalaman perang masa lalu yang dialami generasi<br />

Neneknya dengan belanda. Hingga kini masih tersimpan pesan bahwa "Sam­<br />

pai kapanpun Belanda adalah musuh". Berbagai hikayat perang Nabi<br />

Neneknya tahu dan hafal di luar kepala Hikayat Perang Sabi. Perang Sabi<br />

yang diterjemahkan secara realis kepada Perang Aceh telah membuatnya<br />

begitu terpengaruh hingga menimbulkan hasratnya untuk membaca roman,<br />

membaca buku-buku sejarah dan kelak mengambil tempat dalam pergerakan<br />

kemerdekaan. Dari Neneknya pulalah dasar-dasar agama tertanam kuat.<br />

Seperti umumnya wanita Aceh, meski tetap berada di rumah (ahlul bait)<br />

namun tidak buta huruf dan mengetahui banyak tentang agama Islam.<br />

Ali Hasjmy dilahirkan pada 28 Maret 1914, persis ketika Perang Dunia<br />

I pecah. Periode Perang Dunia I merupakan periode pasang surut kulit warna.<br />

Bangsa-bangsa Eropa menjajah hampir semua bangsa-bangsa Asia dan<br />

Afrika. Aceh secara resmi berhasil diduduki secara tidak stabil pada tahun-<br />

tahun 1913. Namun, di sana sini perlawanan tetap berjalan. Di kampung<br />

Montasik inilah Hasjmy kecil tinggal dan banyak menyerap kesadaran hidup<br />

dari Sang Nenek. Neneknyalah yang mendorongnya untuk terus belajar.<br />

"Idiologi" Sang Nenek masuk ke dalam dirinya melalui cerita-cerita kisah<br />

perang yang dialaminya. Dan ia menanamkan betapa kuatnya kesadaran<br />

untuk menuntut bela atas kematian kakek, suaminya. Kesibukan Bapaknya<br />

sebagai pengusaha kain dan penjual ternak yang sering mondar mandir ke<br />

Medan, membuat Hasjmy kecil lebih dekat pada Neneknya setelah ibunya<br />

meninggal dunia ketika ia berumur empat tahun. Sosialisasi dengan sering-<br />

nya mendengar hikayat dan pengalaman riil perang dari Neneknya telah<br />

mendorong Hasjmy kecil untuk terus belajar dan mengabsorsi "cognitive<br />

orientation" orang Aceh secara keseluruhan.<br />

B elaj ar sastra dan agama mengambil spirit pergerakan j uga dari " world<br />

view" orang Aceh masa itu.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!