02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

338 Drs. Sayed Mudhahar Ahmad<br />

siap bergolak jika nilai-nilai agama tidak lagi diperhatikan. Kini ia masih<br />

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Aceh dan pandangan keilmuannya<br />

sebagai ulama ditopang kuat oleh pilar-pilar metodologis keilmuan dengan<br />

menjabat sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Aceh. Satu bukti<br />

bahwa ia bukanlah semata-mata sebagai ulama per se. Ali Hasjmy adalah<br />

representasi dari tokoh yang generalis. Agamawan dan sastrawan, masuk<br />

dalam sebuah entri peribahasa di Aceh: "adat dan agama seperti zat dengan<br />

sifat". Dan ia bukanlah generalis yang tahu sedikit tentang banyak hal, namun<br />

sebagai tokoh Aceh yang tahu mendalam tentang banyak hal, namun sebagai<br />

tokoh Aceh yang tahu mendalam banyak hal. Konsentrasi dan keseriusannya<br />

dalam satu bidang (sastra, sejarah, budaya, agama, dan terakhir politik) telah<br />

dialaminya secara hampir bersamaan karena tuntutan masing-masing babak<br />

sejarah "mengharuskannya" untuk tahu berbagai hal tersebut dan<br />

mengalaminya.<br />

Memahami sejarah Ali Hasjmy seakan secara bersamaan kita membaca<br />

setting sejarah Aceh dimulai. Ali Hasjmy berdiri di antara dua tokoh besar<br />

yang dikenal republik ini: Bung Karno dan Daud Beureueh. Personifikasi<br />

sejarah dalam dua tokoh besar yang kontroversial satu sama lainnya dan Ali<br />

Hasjmy tahu harus di mana menempatkan posisinya, membuktikannya<br />

bahwa ia punya integritas diri. Ia adalah pengagum Bung Karno dan murid<br />

tidak langsung dari Daud Beureueh. Sejarah dalam konteks ini tidak hanya<br />

dipahami sebagai hitam putih seorang tokoh, namun sebgai tanda begitu<br />

beragamnya spektrum warna dalam gejolak sejarah yang tidak menentu.<br />

Kalau Soekarno bisa ditempatkan dalam posisi yang bertentangan dengan<br />

Daud Beureueh, tapi keduanya tetaplah dikatagorikan sebagai politikus.<br />

Daud Beureuh lebih sebagai ulama yang punya kesadaran politik. Namun,<br />

keduanya jarang ada yang menyebut sebagai tokoh-tokoh generalis, meski<br />

Soekarno adalah seorang insinyur dan Beureueh adalah seorang ulama.<br />

Sedangkan Ali Hasjmy berdiri di posisi terpisah dari keduanya, ia adalah<br />

generalis yang mampu membaca banyak nuansa warna yang tipis sekali<br />

perbedaannya. Di satu sisi ia tidak memihak kepada masa di mana Aceh<br />

bergolak dengan DI/TII yang dilokomotif oleh Daud Beureueh dan ironisnya<br />

di sisi yang lain ia sempat dipenjarakan oleh pemerintah republik lantaran<br />

dicurigai terlibat pemberontakan DI/TII Aceh. Masa bergejolak DI/TII di<br />

Aceh banyak orang yang berdiri pada satu posisi dan menyalahkan merekamereka<br />

yang berdiri di posisi berlawanan. Ali Hasjmy tetap pada satu posisi<br />

tanpa harus mengalami dislokasi dan disorientasi. Posisi yang dipilih oleh<br />

Ali Hasjmy inilah yang dikenal dengan posisi integritas. Tidak menyalahkan,<br />

tidak memihak, tidak mencari posisi selamat diri, tapi turut aktif dalam upaya

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!