ACEH_03291

ACEH_03291 ACEH_03291

02.06.2013 Views

330 Drs. H. Abd. Fattah berdampingan dan saling mengisi, sebagai simbol keistimewaan Aceh dalam tiga bidang, yaitu agama, pendidikan, dan adat istiadat yang bersumberkan dari filosofi budaya masyarakat Aceh "adat bak pou teumeureuhom, hukom bak syiah kuala, qanun bakputrophang, reusam bak laksamana". Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan pendidikan di Kopelma Darussalam, dan juga di berbagai pusat perkampungan pelajar pada setiap ibu kota kabupaten dan kotamadya dalam Daerah Istimewa Aceh di saat beliau menjadi Gubernur Aceh, dan pada saat itu Presiden Republik Indonesia adalah Bung Karno, beliau telah menampakkan diri sebagai pengagum Bung Karno, antara lain dengan lahirnya sajak beliau "Aku Serdadumu". Kesan saya tentang kesabaran beliau menghadapi berbagai kritikan dan cemoohan orang, termasuk gagasan mendirikan universitas di Kampus Darussalam yang dinilai tidak masuk akal, merupakan hal yang patut menjadi contoh bagi generasi yang akan datang. Gagasan mengutamakan pendidikan bagi masyarakat Aceh, di masa beliau menjadi Gubernur, merupakan suatu pemikiran yang sangat mendasar dan hari ini telah kita rasakan hasilnya. Kini keberhasilan pendidikan yang telah dibangun dan dibina selama tiga puluh tahun dari sejak didirikannya Fakultas Ekonomi sebagai langkah awal tumbuhnya lembaga-lembaga dan fakultas lainnya, sebagai isi Kopelma Darussalam, telah berkembang dengan pesat menghadapi masa depan dengan penuh semangat dan optimisme. Semua ini adalah berkat ide dan cita-cita yang telah disumbangkan oleh A. Hasjmy serta didukung oleh segenap pihak terutama para alim ulama, tokoh-tokoh cendekiawan, pemimpin masyarakat, para dermawan, dan segenap lapisan masyarakat, para pejabat baik ABRI maupun sipil. Usaha ini tak lepas pula dari kebijakan Gubernur A. Hasjmy, bersama Pangdam I Aceh pada waktu itu, menyatakan bahwa Daerah Aceh telah kembali dari darulharb menjadi darussalam. Berbicara tentang A. Hasjmy sebagai seorang ulama, Guru Besar Dakwah, dan tokoh akademisi yang berkecimpung pada lembaga Institut Agama Islam Negeri (IAIN) ar-Raniry, tentu saya lebih dekat mengenalnya. Sebagai seorang yang sangat mencintai profesi guru, meskipun baru lepas dari ruang lingkup sebagai orang birokrat pemerintahan, A. Hasjmy sangat bangga dan mudah untuk mengabdikan diri kembali sebagai seorang gum dalam predikat sebagai dosen. Naluri dan bakat sebagai guru tak pernah padam pada dirinya, sehingga pada tahun 1966, beliau sebagai tenaga sukarela dilantik menjadi Dekan Fakultas Dakwah/Publisistik IALN ar- Raniry Darussalam. Fakultas Dakwah ini lahir justru berkat ide dan perjuang-

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 331 an beliau, sehingga akhirnya menjadi salah satu fakultas berstatus negeri di lingkungan IAIN ar-Raniry, sebagai Fakultas Dakwah yang pertama yang untuk selanjutnya dikembangkan pada seluruh IAIN di Indonesia. A. Hasjmy dikukuhkan sebagai Profesor (Guru Besar) dalam bidang Ilmu Dakwah pada tahun 1976. Kemampuan beliau dalam mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan secara akademis ditambah segudang pengalaman administrasi pemerintahan, telah mengantarkan beliau kemudian menjadi Rektor IAIN ar-Raniry dari tahun 1977 sampai November 1982. Di masa kepemimpinan beliau banyak dilakukan berbagai kerjasama antara IALN dengan lembaga-lembaga pemerintahan dan badan-badan swasta. Dedikasi dan pengabdiannya di lingkungan perguruan tinggi tak pernah henti-hentinya pada diri pribadi A. Hasjmy. Kini, di samping sebagai Guru Besar Dakwah pada IAIN ar-Raniry, beliau juga adalah Rektor Universitas Muhammadiyah, Banda Aceh. Beliau adalah seorang pendidik sepanjang zaman yang selalu mencetuskan berbagai ide dan pemikiran sesuai dengan tuntutan zaman. Sebagai pendidik, beliau termasuk seorang pencetus dan penganjur pembaruan sistem pendidikan di Indonesia, terutama tentang hubungan pendidikan sains dengan agama. Demikian juga perubahan sistem tradisional ke dalam sistem klasikal. Dalam bidang pendidikan ini menurut pandangan saya wajarlah kepada beliau diberikan gelar sebagai Bapak Pendidikan Aceh. Sebagai seorang ulama A. Hasjmy sangat menghayati fungsi ulama sebagai warasatul ambiya. Karena itu dua fungsis elalu menjadi landasan wawasannya, yaitu kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Amar makruf dan nahi mungkar adalah merupakan sikap ketegasannya. Dalam pendekatannya, beliau selalu mendahulukan hikmah dan mu'idhatul hasanah serta selalu bersama Majelis Ulama Indonesia Propinsi Daerah Istimewa Aceh, membahas berbagai masalah yang berhubungan dengan ibadah dan muamalah untuk kesejahteraan masyarakat dan mengangkat derajat umat yang masih berada dalam kemiskinan dan kebodohan. Di masa kepemimpinan beliau, MUI Aceh menjadi lebih dikenal, baik dalam hbungan dengan pemerintahan maupun dalam hubungan dengan bangsa serumpun Melayu seperti Malaysia, Thailand, Brunei, dan Singapore. Demikian pula hubungan dengan berbagai perguruan tinggi, terutama dalam forum-forum seminar, simposium, dan lain-lain. Di masa kepemimpinan beliau-lah, MUI yang mula-mula lahir di Aceh, kemudian pada tahun 1975 oleh pemerintah dibentuk untuk seluruh Indonesia, melihat manfaatmanfaatnya bagi pembangunan bangsa dan negara serta umat manusia pada

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 331<br />

an beliau, sehingga akhirnya menjadi salah satu fakultas berstatus negeri di<br />

lingkungan IAIN ar-Raniry, sebagai Fakultas Dakwah yang pertama yang<br />

untuk selanjutnya dikembangkan pada seluruh IAIN di Indonesia.<br />

A. Hasjmy dikukuhkan sebagai Profesor (Guru Besar) dalam bidang<br />

Ilmu Dakwah pada tahun 1976. Kemampuan beliau dalam mengembangkan<br />

berbagai ilmu pengetahuan secara akademis ditambah segudang pengalaman<br />

administrasi pemerintahan, telah mengantarkan beliau kemudian menjadi<br />

Rektor IAIN ar-Raniry dari tahun 1977 sampai November 1982. Di masa<br />

kepemimpinan beliau banyak dilakukan berbagai kerjasama antara IALN<br />

dengan lembaga-lembaga pemerintahan dan badan-badan swasta. Dedikasi<br />

dan pengabdiannya di lingkungan perguruan tinggi tak pernah henti-hentinya<br />

pada diri pribadi A. Hasjmy. Kini, di samping sebagai Guru Besar Dakwah<br />

pada IAIN ar-Raniry, beliau juga adalah Rektor Universitas Muhammadiyah,<br />

Banda Aceh. Beliau adalah seorang pendidik sepanjang zaman yang selalu<br />

mencetuskan berbagai ide dan pemikiran sesuai dengan tuntutan zaman.<br />

Sebagai pendidik, beliau termasuk seorang pencetus dan penganjur pembaruan<br />

sistem pendidikan di Indonesia, terutama tentang hubungan pendidikan<br />

sains dengan agama. Demikian juga perubahan sistem tradisional ke dalam<br />

sistem klasikal. Dalam bidang pendidikan ini menurut pandangan saya<br />

wajarlah kepada beliau diberikan gelar sebagai Bapak Pendidikan Aceh.<br />

Sebagai seorang ulama A. Hasjmy sangat menghayati fungsi ulama<br />

sebagai warasatul ambiya. Karena itu dua fungsis elalu menjadi landasan<br />

wawasannya, yaitu kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di<br />

akhirat. Amar makruf dan nahi mungkar adalah merupakan sikap ketegasannya.<br />

Dalam pendekatannya, beliau selalu mendahulukan hikmah dan<br />

mu'idhatul hasanah serta selalu bersama Majelis Ulama Indonesia Propinsi<br />

Daerah Istimewa Aceh, membahas berbagai masalah yang berhubungan<br />

dengan ibadah dan muamalah untuk kesejahteraan masyarakat dan mengangkat<br />

derajat umat yang masih berada dalam kemiskinan dan kebodohan.<br />

Di masa kepemimpinan beliau, MUI Aceh menjadi lebih dikenal, baik dalam<br />

hbungan dengan pemerintahan maupun dalam hubungan dengan bangsa<br />

serumpun Melayu seperti Malaysia, Thailand, Brunei, dan Singapore.<br />

Demikian pula hubungan dengan berbagai perguruan tinggi, terutama dalam<br />

forum-forum seminar, simposium, dan lain-lain. Di masa kepemimpinan<br />

beliau-lah, MUI yang mula-mula lahir di Aceh, kemudian pada tahun 1975<br />

oleh pemerintah dibentuk untuk seluruh Indonesia, melihat manfaatmanfaatnya<br />

bagi pembangunan bangsa dan negara serta umat manusia pada

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!