02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

322 H.A. Muin Umar<br />

III<br />

Tiga tahun saya di Jakarta, dan di Perguruan Tinggi Islam Jakarta sudah<br />

mencapai tingkat doktoral, namun selalu diselubungi oleh perasaan tertekan,<br />

karena ijazah swasta pada waktu itu tidak dihargai, karena belum ada<br />

undang-undang perguruan tinggi yang mengatur akreditasinya. Sehingga,<br />

kalau sekiranya saya ingin bekerja di instansi pemerintah, dan lowongan<br />

masih banyak pada waktu itu, maka selalu terbentur dengan ijazah yang tidak<br />

diakui. Oleh sebab itu, atas saran teman-teman, saya pindah ke Yogyakarta<br />

untuk mengikuti tes masuk Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)<br />

dan dapat diterima. Sebenarnya saya mohon ke PTAIN waktu itu agar saya<br />

diterima di perguruan tinggi tersebut tanpa tes, namun ditolak karena walaupun<br />

saya sudah berada di tingkat doktoral, tapi karena ijazah swasta harus<br />

mengikuti tes masuk, padahal menurut penilaian saya mutu ilmiah Perguruan<br />

Tinggi Islam Jakarta lebih berbobot dari PTALN, karena tenaga pengajarnya<br />

cukup terjamin kemampuannya, seperti dosen Hukum Adat I dan II adalah<br />

Prof. Dr. Mr. Hazairin, dosen Sosiologi adalah Prof. Dr. Joesoef Ismail, dan<br />

lain-lain, dan bagi saya tidak alternatif lain kecuali mengikuti apa yang sudah<br />

menjadi ketentuan bagi perguruan tinggi negeri.<br />

Sewaktu saya menjadi mahasiswa di Yogyakarta, maka Gubernur<br />

Propinsi Aceh adalah Bapak Ali Hasjmy. Karena saya sudah terlambat tiga<br />

tahun memasuki PTALN maka saya tinggalkan semua aktivitas di luar<br />

kampus, kecuali sebagai seorang putra Aceh saya aktif di organisasi Taman<br />

Pelajar Aceh Yogyakarta, dan ditunjuk sebagai sekretaris dengan ketuanya<br />

Ibrahim Bens. Nampaknya Bapak Gubernur Aceh A. Hasjmy ingin segera<br />

melancarkan kegiatannya untuk memajukan daerah ini dalam segala bidang,<br />

di antaranya bidang pendidikan. Di Propinsi Aceh hanya ada satu SMA<br />

Negeri, di Kutaraja, karena itu beliau merencanakan untuk membuka SMA<br />

Negeri di tiap-tiap ibu kota kabupaten yang semuanya berjumlah tujuh buah.<br />

Yang menjadi masalah besar adalah pengadaan tenaga guru, karena pada<br />

waktu itu sangat terbatas jumlah mahasiswa yang ingin menjadi guru. Untuk<br />

itu Bapak Gubernur mengirim surat kepada Biro Asistensi Propinsi Aceh<br />

yang ada di Yogyakarta agar segera menyediakan guru sebanyak tiga puluh<br />

orang. Karena para mahasiswa adalah anggota Taman Pelajar Aceh, maka<br />

Biro Asistensi mengadakan perundingan dengan Dewan Pimpinan TPA di<br />

Jalan Taman Yuwono 6, Yogyakarta; pusat kegiatan Biro Asistensi Propinsi<br />

Aceh (BAPA). Yang hadir pada waktu itu antara lain Kepala BAPA Ismuha<br />

(Prof. Dr. Ismuha, S.H., mantan Rektor IAIN Jami'ah ar-Raniry, dan mantan<br />

anggota Dewan Pertimbangan Agung RI), Sekretaris BAPA Drs. Marzuki

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!