02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

318 H.A. Muin Umar<br />

terbit di Tarutung dan Medan. Sangat mengasyikkan membacanya pada<br />

waktu itu, sehingga dapat mengikuti jalannya pertempuran-pertempuran,<br />

baik yang terjadi di Eropa apalagi di Asia Timur Raya. Beritanya menunjukkan<br />

kehebatan bala tentara Dai Nippon di semua front pertempuran, bersumber<br />

dari Domei yang tentu saja tidak mungkin memberitakan kekalahan<br />

yang dialami Jepang. Dengan koran itu kita dapat berkenalan dengan tokohtokoh<br />

militer Jepang seperti Jenderal Hideki Tojo (Perdana Menteri),<br />

Jenderal Kuniaki Koiso (Perdana Menteri, menggantikan Tojo), di samping<br />

Malay no Tora (Harimau Malaya) Letnan Jenderal Tomoyuki Yamashita,<br />

Panglima Militer Jepang di Sumatra Jenderal Moritake Tanabe, dan Gubernur<br />

Sumatra Timur Mayor Jenderal T. Nakashima, serta puluhan jenderaljenderal<br />

lainnya.<br />

Pada tahun 1944, bersama dengan kakak saya dan suaminya, saya<br />

pulang ke Aceh melalui Sibolga, Medan Langsa, Bireuen, dan Kutaraja, terus<br />

ke Aceh Barat di kampung halaman saya, Blang Pidie (sekarang termasuk<br />

wilayah Aceh Selatan), dalam waktu hampir satu bulan. Demikian sulitnya<br />

hubungan darat pada waktu itu, apalagi Jembatan Peudada putus, diledakkan<br />

oleh Sekutu. Di Kutaraja (Banda Aceh) saya bertemu dengan ayah kandung<br />

saya, H. Oemar Thahir, yang sedang mengikuti sidang Maikbrata (Majelis<br />

Agama Islam Bersama untuk Kemakmuran Asia Timur Raya Aceh), setelah<br />

empat tahun berpisah. Berbicara dengan orang tua, di saat saya masih berusia<br />

dua belas tahun, maka topik pembicaraan justru datang dari saya menceritakan<br />

jalannya Perang Asia Timur Raya, kemudian saya mengeluh karena tidak<br />

dapat membaca koran lagi. Maka pada waktu itu orang tua saya menyebutkan<br />

bahwa di Aceh juga ada koran yang namanya Atjeh Sinbun. Maka kegemaran<br />

saya dapat dilanjutkan mengikuti berita-berita perang yang juga isinya semua<br />

memuat kemenangan bala tentara Dai Nippon. Di koran ini pula saya<br />

mengenai nama Ali Hasjmy sebagai salah seorang redakturnya. Kalau sekiranya<br />

isi koran ini hanya menjajikan kehebatan Jepang dapat dimengerti,<br />

karena bagaimanapun sensor dari Jepang sangat ketat. Walaupun pasukan<br />

Sekutu sudah berjaya di Pulau Leyte, Solomon, Guam, dan pendaratan di<br />

Teluk Lingayen, Luzon, Philipina, namun tetap saja diberitakan kehebatan<br />

tentara Jepang. Bahkan sewaktu bom atom dijatuhkan di Hiroshima, dan<br />

perang berakhir, maka berita koran waktu itu ialah Jepang sudah berdamai<br />

dengan Sekutu, dan bukan menyerah.<br />

Pada permulaan kemerdekaan maka koran yang terbit adalah Semangat<br />

Merdeka yang juga dipimpin oleh Bapak Ali Hasjmy bersama dengan<br />

wartawan lainnya: Amelz, A. Gani Mutiara, Talsya, dan lain-lain. Koran ini

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!