02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

H.A. Muin Umar<br />

Prof. Ali Hasjmy yang Kukenang<br />

I<br />

Sungguh suatü kehormatan yang sangat besar bagi saya ketika menerima<br />

surat dari editor penerbitan buku Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy, yang<br />

mengharapkan dari saya ikut serta berpartisipasi menulis suatu artikel yang<br />

berkenaan apa yang saya ketahui mengenai Bapak Prof. Ali Hasjmy. Di<br />

samping itu muncul juga rasa kecut hati saya apakah saya sanggup untuk<br />

memenuhi harapan tim editor tersebut, karena yang saya sajikan itu adalah<br />

apa yang berhubungan dengan Bapak Prof. A. Hasjmy, seorang tokoh<br />

kawakan yang sangat sarat dengan pengalaman di dalam bidang pemerintahan,<br />

kemasyarakatan, perjuangan, kebudayaan, agama, kewartawanan, dan<br />

lain-lainnya. Sungguh berat, namun saya bangga adanya kepercayaan ini.<br />

Bangga karena walaupun usia saya tujuh belas tahun lebih muda dari Bapak<br />

Ali Hasjmy (saya lahir tanggal 14 Oktober 1932 dan Bapak Ali Hasjmy lahir<br />

28 Maret 1914) namun saya sudah kenal dengan beliau ketika usia saya baru<br />

dua belas tahun, dan beliau barangkali baru melihat saya sepintas lalu, ketika<br />

saya berusia 24 tahun. Bagaimana dan di mana, inilah yang menarik bagi<br />

saya untuk menyajikannya.<br />

Sewaktu Jepang masuk ke Indonesia, awal tahun 1942, usia saya masih<br />

kurang dari sepuluh tahun. Tapi karena tertarik kepada perawakan Jepang<br />

yang kecil, namun sanggup mengalahkan Belanda yang sebelumnya nampak<br />

gagah dan meyakinkan, maka di usia saya yang masih sangat muda itu sudah<br />

tertarik membaca surat kabar, terutama mengikuti jalannya Perang Dunia<br />

Kedua, khususnya Perang Asia Timur Raya, yang pada waktu itu disebut<br />

dengan Dal Toa Senso. Pada waktu itu saya tinggal bersama dengan paman<br />

saya di Barus, Tapanuli, karena itu koran yang selalu saya baca adalah<br />

Tapanuli Sinbun dan kadang-kadang Kita Sumatora Sinbun, masing-masing<br />

* Prof. Drs. H.A. MUES UMAR, Guru Besar Sejarah Islam, mantan Rektor IAIN Sunan<br />

Kalijaga (1987-1992), Yogyakarta.<br />

317

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!