02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 315<br />

Perhatian A. Hasjmy yang besar kepada buku, dokumen, dan karyakarya<br />

seni sebagaimana terbukti dari perpustakaan dan museum yang telah<br />

dibinanya sejak tiga tahun yang lalu, jelas merupakan sumbangannya yang<br />

berharga bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan termasuk<br />

kesenian di Aceh. Obsesinya ialah menjadikan perpustakaan dan museum<br />

sebagai sumber belajar masyarakat dalam upaya mencerdaskan kehidupan<br />

bangsa dan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Satu hal yang<br />

barangkali masih mengganjal pikirannya ialah belum dapat diwujudkan<br />

keinginannya agar dapat didirikan sebuah museum di Darussalam yang<br />

khusus untuk tempat penyimpanan berbagai dokumen dan hasil karya yang<br />

dihasilkan oleh Unsyiah dan IALN sejak berdirinya Kopelma Darussalam itu<br />

tiga puluh lima tahun yang lalu. Betapa banyak bahan-bahan yang pernah<br />

dihasilkan oleh pusat pendidikan itu yang sudah hilang atau tidak terdokumentasi<br />

dengan baik. Menurutnya, kalau museum yang dimaksudkan<br />

itu tidak segera diadakan maka semakin banyak dokumen sejarah yang tidak<br />

terabaikan untuk kepentingan anak cucu dan umat manusia. Sebagai seorang<br />

sejarawan, A. Hasjmy pernah mengatakan kesannya bahwa orang Aceh<br />

banyak yang tidak peduli kepada sejarahnya. Antara lain, ditunjukkan contoh<br />

kepada sangat kurangnya minat dan perhatian untuk memelihara kuburan<br />

dan bangunan-bangunan yang mengandung nilai sejarah.<br />

Satu hal kain yang agaknya tidak kecil sumbangan A. Hasjmy bagi<br />

pengembangan kebudayaan di Aceh, ialah perhatiannya kepada bidang<br />

jurnalistik dan kepada karya tulis. Ketika zaman Jepang dan masa revolusi,<br />

A. Hasjmy memimpin surat kabar Atjeh Sinbun dan Semangat Merdeka<br />

bersama Abdullah Arif, T.A. Talsya, A.G. Mutiara, dan Ibnu Rasyid.<br />

Kemudian pada masa permulaan Orde Baru tahun 1967 dipimpinnya majalah<br />

Sinar Darussalam, dan kini memimpin perpustakaan dan museum sendiri.<br />

Beliau telah berusaha memberikan contoh dan mendorong orang Aceh untuk<br />

menghasilkan karya tulis, namun barangkali masyarakat Aceh masih sangat<br />

dipengaruhi oleh budaya lisan, dan bukan budaya tulis.<br />

Ayat 1-5 surat Al-Alaq begitu mendalam memberi kesan kepada Pak<br />

A. Hasjmy yang telah menjadi tenaga pendorong baginya untuk perwujudan<br />

diri. Iqra' merupakan perintah untuk membaca dan menulis, akan tetapi<br />

masyarakat Aceh masih ketinggalan dalam melaksanakan perintah tersebut,<br />

dan ini merupakan sebuah tantangan bagi generasi setelah generasi Bapak<br />

A. Hasjmy.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!