ACEH_03291
ACEH_03291 ACEH_03291
292 Harinder Singh Brar Arifin, SH., sebagai sesepuh yang besar kontribusi dan jasanya kepada masyarakat dan daerah Aceh, didampingi oleh Prof. Dr. Ibrahim Hasan, MBA, Menteri Negara Urusan Pangan dan Kabulog, Bapak Gubernur Prof. Dr. Syamsuddin Mahmud, Bapak Gubernur KDKI Suryadi Sudirdja yang dinobatkan sebagai warga masyarakat Aceh, juga Bapak Hardi, mantan Wakil Perdana Menteri RI, dan Bapak Ibrahim Risjad, konglomerat nasional yang kondang, diawali oleh Ayahanda Prof. Ali Hasjmy dan disaksikan oleh Bapak Teuku Alibasjah Talsya (T.A .Talsya) sebagai Sekretaris LAKA yang juga merupakan seorang wartawan senior dan sejarawan besar yang sangat concern, beliau merupakan seorang aktor dan "kebetulan" memang ganteng sampai di kala usia 68 tahun sekarang sangat berperan aktif dalam membina berbagai lembaga agama, adat kebudayaan dan kemasyarakatan di Aceh. Setelah Bapak T.A. Talsya, dalam pakaian kebesaran adat Aceh dengan rencong pusaka terselip di pinggang, selesai membicarakan susunan Pengurus LAKA Cabang DKI Jaya, yang diketuai oleh Drs. Ruslim Hamzah, semua beliau-beliau tersebut di atas memberkati pengurus yang baru dilantik oleh Prof. Ali Hasjmy selaku Ketua Umum LAKA, juga dalam pakaian kebesaran adat. Acara yang juga sangat bermakna disyukuri adalah kepada putra-putri terbaik Tanah Rencong, yang oleh karena prestasi dan dedikasinya selama ini kepada Bangsa dan Negara, telah diangkat dan diberikan kepercayaan serta tanggung jawab yang besar untuk memangku jabatan-jabatan penting, di antaranya; Bapak Syamsuddin Abubakar, S.H., diangkat sebagai Ketua Muda Mahkamah Agung, Bapak Salahuddin Kaoy, S.E., diangkat menjadi Direktur Utama Bank EXIM, Bapak Mayjen Yacub Dastu diangkat selaku Pangdam Wirabuana. Dari dua fenomena episode ini, yang ingin penulis gambarkan adalah, sejak mulai timbulkah sintesa fase awal, yaitu delapan dekade yang lalu hingga kini, oleh karena perbedaan kultur, karakter, temperamen, dan atmosfer dari dua kubu bangsa yang berlainan falsafah hidupnya, menyertai pula lahirnya antitesis yang bernuansakan: Fenomena I: Siksa neraka menjadi bertamah kiamat Fenomena II: Rahmat Sorga menjadi bertambah nikmat
Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 293 Kita sebagai Bangsa yang berfalsafah Pancasila, wajib berdoa dan berikhtiar, agar kemelut Fenomena I dapat diselesaikan oleh akal budi manusia yang rasional secara adil, arif, bijaksana, seksama, dan dalam tempo singkat, agar kemelut tersebut segera berubah menjadi bernuansakan seperti pada Fenomena EL Amin. Episode: Faktor Geografis Historis Logikayang penulsi anuf. Untuk mengenai seorang tokoh, selain mengetahui dimensi kultur religius yang menanganinya, juga faktor geografis historis yang melatar belakangi sang tokoh, tak dapat di abaikan. Secara umum, bagi mereka yang tidak begitu meresapi, di segi religi, orang Aceh selalu dikonotasikan sebagai "sangat fanatik". Menurut penulis, hal ini tidak seluruhnya mengandung kebenaran, kecuali dari sudut pandang positifnya! Kultur Aceh sangat agung, siapapun yang pernah menginjakkan kakinya dan bersentuhan dengan masyarakat setempat, seumur hidup pasti tak akan pernah melupakan. Tidak percaya? Coba perhatikan subkultur di bidang kesenian: Tari Saman dan Seudati, tidak ada duanya di dunia, sangat dinamis dan mempesona! Karakter masyarakat Aceh, menurut analisa dan formula Prof. A. Hasjmy adalah: Sangat percaya pada kemampuan diri pribadi dan cepat menerima dan beradaptasi dengan pengaruh dari luar. Hal mana, menurut beliau, di samping merupakan kelebihan juga sekaligus kelemahan Aceh. Wilayah Aceh terletak di belakang ekstrim barat dari Nusantara, diapit oleh Samudera Indonesia dan Selat Malaka, dengan luas kira-kira 73 juta ha, dari jumlah penduduk 3,5 juta jiwa bertopografi antara dataran dan perbukitan, 74% merupakan hutan rimba. Karena posisinya strategis dan kekayaannya berlimpah, konsekuensi logisnya, menjadi incaran dan rebutan bangsa asing, terutama Portugis, Belanda, dan Jepang. Maka pada tanggal 28 Maret 1873, kolonial Belanda menyerang negeri ini, yang saat itu dipimpin oleh Sultan Alauddin Mahmud Syah U (1870- 1874). Dalam perang ini, seorang Jendral Belanda, JHR Kohier tewas di tangan pejuang Aceh pada tanggal 14 April 1873. Keadaan perang antara kedua kekuatan terjadi silih berganti hingga puluhan tahun kemudian. Dalam situasi inilah Sang Tokoh kita lahir dan menjadi remaja. * Baca subjudul: H. Ali Hasjmy dengan H. Probosutedjo dan H. Sri Edi Swasono.
- Page 266 and 267: * Ameer Hamzah Sebuah Bintang di La
- Page 268 and 269: 244 Drs. Ameer Hamzah Salam untukmu
- Page 270 and 271: 246 Drs. Ameer Hamzah yang sama sek
- Page 272 and 273: 248 Drs. Ameer Hamzah Orang Tua yan
- Page 274 and 275: 250 Drs. Ameer Hamzah Pandangan yan
- Page 276 and 277: Muhammad Hakim Nyak Pha Beberapa Ca
- Page 278 and 279: 254 Muhammad Hakim Nyak Pha mulus p
- Page 280 and 281: 256 Teungku A.K. Jakobi Dalam "Kora
- Page 282 and 283: 258 Teungku A.K. Jakobi dan Muhamma
- Page 284 and 285: 260 Haji Emhck Ali Akhirnya, sayabe
- Page 286 and 287: 262 Dr. H. Safwan Idris, M.A. konse
- Page 288 and 289: 264 Dr. H. Safwan Idris, M.A. tanda
- Page 290 and 291: 266 Dr. H. Safwan Idris, M.A. mata
- Page 292 and 293: 268 Dr. H. Safwan luns, M.A. Univer
- Page 294 and 295: 270 ' Dr. H. Safwan Idris, M.A. pen
- Page 297 and 298: * Mar iman Djarimin Birokrat yang C
- Page 299 and 300: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 275 k
- Page 301 and 302: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 277 l
- Page 303 and 304: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 279 K
- Page 305: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 281 m
- Page 308 and 309: 284 Drs. Sahlan Saidi persetujuan P
- Page 310 and 311: 286 Drs. Sahlan Saidi utama adalah
- Page 312 and 313: Harinder Singh Brar Dasa Windu Sang
- Page 314 and 315: 290 Harinder Singh Brar Go (Cina).
- Page 318 and 319: 294 Harinder Singh Brar Episode: In
- Page 320 and 321: 296 Harinder Singh Brar Kolektor :
- Page 322 and 323: 298 Harinder Singh Brar ini, penuli
- Page 324 and 325: 300 Harinder Singh Brar Ali Hasjmy
- Page 326 and 327: 302 Harinder Singh Brar "Hati Dengk
- Page 328: 304 Harinder Singh Brar Jalur Tauhi
- Page 332 and 333: 308 Prof. Dr. Darwis A. Soelaiman a
- Page 334 and 335: 310 Prof. Dr. Darwis A. Soelaiman s
- Page 336 and 337: 312 Prof. Dr. Darwis A. Soelaiman s
- Page 338 and 339: 314 Prof. Dr. Darwis A. Soelaiman K
- Page 341 and 342: H.A. Muin Umar Prof. Ali Hasjmy yan
- Page 343 and 344: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 319 p
- Page 345 and 346: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 321 M
- Page 347 and 348: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 323 N
- Page 349: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 325 p
- Page 352 and 353: 328 Drs. H. Abel. Fattah lewat berb
- Page 354 and 355: 330 Drs. H. Abd. Fattah berdampinga
- Page 356 and 357: 332 Drs. H. Abd. Fattah umumnya. Pe
- Page 359 and 360: Sayed Mudhahar Ahmad Ali Hasjmy: An
- Page 361 and 362: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 337 o
- Page 363 and 364: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 339 p
- Page 365 and 366: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 341 S
Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 293<br />
Kita sebagai Bangsa yang berfalsafah Pancasila, wajib berdoa dan<br />
berikhtiar, agar kemelut Fenomena I dapat diselesaikan oleh akal budi<br />
manusia yang rasional secara adil, arif, bijaksana, seksama, dan dalam tempo<br />
singkat, agar kemelut tersebut segera berubah menjadi bernuansakan seperti<br />
pada Fenomena EL Amin.<br />
Episode: Faktor Geografis Historis<br />
Logikayang penulsi anuf. Untuk mengenai seorang tokoh, selain mengetahui<br />
dimensi kultur religius yang menanganinya, juga faktor geografis historis<br />
yang melatar belakangi sang tokoh, tak dapat di abaikan.<br />
Secara umum, bagi mereka yang tidak begitu meresapi, di segi religi,<br />
orang Aceh selalu dikonotasikan sebagai "sangat fanatik". Menurut penulis,<br />
hal ini tidak seluruhnya mengandung kebenaran, kecuali dari sudut pandang<br />
positifnya! Kultur Aceh sangat agung, siapapun yang pernah menginjakkan<br />
kakinya dan bersentuhan dengan masyarakat setempat, seumur hidup pasti<br />
tak akan pernah melupakan.<br />
Tidak percaya?<br />
Coba perhatikan subkultur di bidang kesenian: Tari Saman dan Seudati,<br />
tidak ada duanya di dunia, sangat dinamis dan mempesona! Karakter<br />
masyarakat Aceh, menurut analisa dan formula Prof. A. Hasjmy adalah:<br />
Sangat percaya pada kemampuan diri pribadi dan cepat menerima dan<br />
beradaptasi dengan pengaruh dari luar. Hal mana, menurut beliau, di samping<br />
merupakan kelebihan juga sekaligus kelemahan Aceh.<br />
Wilayah Aceh terletak di belakang ekstrim barat dari Nusantara, diapit<br />
oleh Samudera Indonesia dan Selat Malaka, dengan luas kira-kira 73 juta ha,<br />
dari jumlah penduduk 3,5 juta jiwa bertopografi antara dataran dan perbukitan,<br />
74% merupakan hutan rimba. Karena posisinya strategis dan kekayaannya<br />
berlimpah, konsekuensi logisnya, menjadi incaran dan rebutan bangsa<br />
asing, terutama Portugis, Belanda, dan Jepang.<br />
Maka pada tanggal 28 Maret 1873, kolonial Belanda menyerang negeri<br />
ini, yang saat itu dipimpin oleh Sultan Alauddin Mahmud Syah U (1870-<br />
1874). Dalam perang ini, seorang Jendral Belanda, JHR Kohier tewas di<br />
tangan pejuang Aceh pada tanggal 14 April 1873. Keadaan perang antara<br />
kedua kekuatan terjadi silih berganti hingga puluhan tahun kemudian. Dalam<br />
situasi inilah Sang Tokoh kita lahir dan menjadi remaja.<br />
* Baca subjudul: H. Ali Hasjmy dengan H. Probosutedjo dan H. Sri Edi Swasono.