ACEH_03291

ACEH_03291 ACEH_03291

02.06.2013 Views

286 Drs. Sahlan Saidi utama adalah mendidik. Dalam mengemban tugas di Departemen Sosial, ataupun sebagai Gubernur, tugas utama mendidik tetap beliau jalankan dengan tekun. Tugas mendidik, yang oleh pembukaan UUD 1945 diformulasikan sebagai mencerdaskan kehidupan bangsa, dijalankan oleh Pak Hasjmy tidak saja sebagai tugas sosial, tetapi juga sebagai ibadah. Bagi saya Pak Hasjmy adalah pendidik menyeluruh, mencakup hampir semua sektor kehidupan: sosial politik, sosial budaya, sosial ekonomi, dan pertahanan keamanan. Pak Hasjmy adalah muslim yang nasionalis dan sekaligus nasionalis yang muslim ken tal. Pendidikan yang mendasar agaknya ditemukan Pak Hasjmy antara lain di Minangkabau, khususnya di Padang Panjang dan Padang. Dalam suatu upacara di Irian Barat pada tahun 1962, yang dihadiri oleh Presiden Soekarno, seusai Panglima Kodam-I/Iskandarmuda Kolonel M. Yasin menyerahkan sebilah siwah kepada pemimpin Irian Barat sebagai tanda persahabatan dari rakyat Aceh, Wakil Perdana Menteri III Dr. Chaerul Saleh berucap: "Pak Hasjmy memang pandai". Pak Hasjmy menjawab : "Saya belajar dari orang Minang". Ucapan ini didengar oleh Wakil Perdana Menteri I Dr. Soebandrio dan Ketua PKI D.N. Aidit, mungkin juga sampai ke telinga Bung Karno. Bagi saya Pak Hasjmy, di samping sebagai guru, utama sekali guru dalam berkesenian, juga sebagai ayah. Sebagaimana saya singgung pada pendahuluan, adanya keakraban antara Ayah dengan Pak Hasjmy, walau dalam pandangan politik tidak selalu adanya kesamaan. Ayah pernah menceritakan kepada saya, baik di Medan maupun di kampung, bahwa semasa menjabat Gubernur Aceh, Pak Hasjmy dalam salah sebuah pidatonya pernah keseleo lidah yang menyudutkan posisi Tgk. M. Daud Beureueh dan Mr. Syafruddin Prawiranegara dari Masyumi. Beberapa Titik Lemah A. Hasjmy Prof. A. Hasjmy merupakan ayah dari suatu keluarga besar: Majelis Ulama Indonesia, Lembaga Adat dan Kebudayaan-Aceh, Dewan Masjid Indonesia, Badan Harta Agama, Majelis Pendidikan Daerah, Yayasan Pendidikan A. Hasjmy, Universitas Muhammadiyah Aceh, IAIN Jamiah Ar-Raniniry. Namun dengan segala kerendahan hati, dengan sikap yang tulus dan ikhlas, sebagai seorang anak, saya masih melihat beberapa titik lemah.

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 287 Jika Pak Hasjmy mempercayai seseorang, pelimpahan kepercayaan itu hampir tanpa batas. Hal ini mengakibatkan mereka yang diberi kepercayaan itu bertindak over acting (menurut istilah teater). Akhirnya terjadi bentrokanbentrokan batin. Hal ini, antara lain muncul ke permukaan ketika berlangsung musyawarah terpadu dan rapat kerja terpadu pada tahun 1991, khususnya di Kutacane. Titik lemah lainnya tentang pengendalian emosi. Selaku ayah, contoh, tauladan, dan panutan umat, adakalanya Pak Hasjmy belum mampu sepenuhnya mengendalikan emosi. Dalam kegiatan pemberian penghargaan kepada Gubernur Ibrahim Hasan dan Siti Maryam, dalam kepanitiaan dari LAKA ditugaskan tiga orang, Drs. T. Alamsyah, Twk. Abdul Jalil, dan saya. T. Alamsyah mendadak berangkat sekolah ke Jakarta. Sebelum berangkat T. Alamsyah memesankan bahwa tirai yang akan dipakai kali ini adalah Tirai Pidie. Kebetulan Tirai Pidie sudah agak usang. Sambil memarahi Twk. Abdul Jalil, Pak Hasjmy memerintahkan supaya tirai diganti dengan yang megah. Akhirnya dipakailah tirai dari Aceh Barat yang memang semarak. Demikian pula ketika saya memperlihatkan medali di ruang kerja Ketua Umum MUI, Pak Hasjmy marah dan berucap: "Ini sama dengan kerja cucu saya kelas dua SD". Pak Hasjmy marah di hadapan beberapa orang, antara lain Tgk. H. Soufyan Hamzah. Saya waktu itu dalam keadaan sakit, berhujan berpanas, dengan honda, beca, dan taksi, bolak balik ke kediaman Twk. Abdul Jalil di Lamtemen, ke H. Harun Keucik Leumik, ke kediaman Round Kelana di Jalan Syiah Kuala, ke kantor, ke MUI, dan sebagainya. Saya hanya mengurut dada, sambil berdoa semoga Allah mengampuni kealpaan Pak Hasjmy. Prof. A. Hasjmy seniman segala zaman, perpaduan sikap seorang ayah dan pendidik, laksana lautan tenang yang gemuruh dalam pencarian dan pengabdian. dalam diam Hasjmy berdoa dalam gerak Hasjmy berdoa dalam shalat Hasjmy berdoa dalam setiap denyut Hasjmy berkarya

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 287<br />

Jika Pak Hasjmy mempercayai seseorang, pelimpahan kepercayaan itu<br />

hampir tanpa batas. Hal ini mengakibatkan mereka yang diberi kepercayaan<br />

itu bertindak over acting (menurut istilah teater). Akhirnya terjadi bentrokanbentrokan<br />

batin. Hal ini, antara lain muncul ke permukaan ketika berlangsung<br />

musyawarah terpadu dan rapat kerja terpadu pada tahun 1991,<br />

khususnya di Kutacane.<br />

Titik lemah lainnya tentang pengendalian emosi. Selaku ayah, contoh,<br />

tauladan, dan panutan umat, adakalanya Pak Hasjmy belum mampu sepenuhnya<br />

mengendalikan emosi. Dalam kegiatan pemberian penghargaan kepada<br />

Gubernur Ibrahim Hasan dan Siti Maryam, dalam kepanitiaan dari LAKA<br />

ditugaskan tiga orang, Drs. T. Alamsyah, Twk. Abdul Jalil, dan saya. T.<br />

Alamsyah mendadak berangkat sekolah ke Jakarta. Sebelum berangkat T.<br />

Alamsyah memesankan bahwa tirai yang akan dipakai kali ini adalah Tirai<br />

Pidie. Kebetulan Tirai Pidie sudah agak usang. Sambil memarahi Twk. Abdul<br />

Jalil, Pak Hasjmy memerintahkan supaya tirai diganti dengan yang megah.<br />

Akhirnya dipakailah tirai dari Aceh Barat yang memang semarak.<br />

Demikian pula ketika saya memperlihatkan medali di ruang kerja<br />

Ketua Umum MUI, Pak Hasjmy marah dan berucap: "Ini sama dengan kerja<br />

cucu saya kelas dua SD". Pak Hasjmy marah di hadapan beberapa orang,<br />

antara lain Tgk. H. Soufyan Hamzah. Saya waktu itu dalam keadaan sakit,<br />

berhujan berpanas, dengan honda, beca, dan taksi, bolak balik ke kediaman<br />

Twk. Abdul Jalil di Lamtemen, ke H. Harun Keucik Leumik, ke kediaman<br />

Round Kelana di Jalan Syiah Kuala, ke kantor, ke MUI, dan sebagainya. Saya<br />

hanya mengurut dada, sambil berdoa semoga Allah mengampuni kealpaan<br />

Pak Hasjmy.<br />

Prof. A. Hasjmy seniman segala zaman, perpaduan sikap seorang ayah<br />

dan pendidik, laksana lautan tenang yang gemuruh dalam pencarian dan<br />

pengabdian.<br />

dalam diam Hasjmy berdoa<br />

dalam gerak Hasjmy berdoa<br />

dalam shalat Hasjmy berdoa<br />

dalam setiap denyut Hasjmy berkarya

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!