ACEH_03291

ACEH_03291 ACEH_03291

02.06.2013 Views

276 Manman Djarimin sama-sama dengan Bapak Kolonel Syamaun Gaharu ke Aceh Barat, rombongan kami dihadang gerombolan DI/TII sehingga terjadi tembakmenembak yang seru dan mengakibatkan jatuh korban di kedua belah pihak. Sebenarnya Bapak Ali Hasjmy sudah memperoleh informasi bahwa pihak DI/TII akan mengadakan penghadangan terhadap rombongan yang akan berangkat itu, dan sudah melaporkannya kepada Panglima Daerah Militer Aceh secara tertulis. Namun demikian, beliau ikut juga dalam rombongan tersebut walaupun jiwa beliau taruhannya. Memang tepat apa yang diduga, ketika rombongan tiba pada suatu tempat yang strategis di Gudung Keumala, tidak jauh dari ibu kota Kecamatan Lho' Kroet, Aceh Barat, mobil pengawal rombongan yang terdepan ditembak dengan bazoka oleh pasukan DI/TII dan terjadilah tembak-menembak yang gencar. Saya yang belum pernah mengalami hal demikian mulai merasa kecut, tetapi karena melihat Bapak Ali Hasjmy tetap tenang duduk di tepi jalan, sementara rombongan lainnya banyak yang kelihatan gugup dan pucat, hati saya kembali menjadi tenang dan timbul semangat untuk bertindak menyelamatkan beliau dari bencana yang mungkin akan terjadi. Melihat ketenangan beliau itu anggota rombongan lainnya pun kembali semangatnya, terutama Teungku Haji Ali Balwy (almarhum), Ketua DPRD Aceh yang juga ikut dalam rombongan. Ketika terjadi tembakmenembak, pada mulanya beliau tetap terpaku di tempat duduk mobil, saya terpaksa menariknya keluar untuk berlindung. Dalam desingan peluru yang simpang siur di atas kepala, saya lihat Bapak Ali Hasjmy tetap tenang, bahkan kadang-kadang tersenyum melihat beberapa kepala jawatan yang bertindak serba bingung. Ketenangan dan kesabaran beliau untuk kedua kalinya terlihat pada saat pulang dari perjalanan dinas ke Sabang, yaitu ketika akan kembali ke Banda Aceh dengan menumpang sebuah gunboat kepunyaan Angkatan Laut yang berpangkalan di Sabang. Kapal tersebut adalah sejenis kapal patroli kecil buatan Rusia yang biasa digunakan di sepanjang sungai-sungai besar di Rusia, karenanya apabila digunakan di lautan terasa sekali olengnya. Pada waktu itu cuaca memang tidak bersahabat sehingga banyak yang menyarankan agar keberangkatan beliau diurungkan, menunggu cuaca cerah, tetapi beliau memutuskan untuk terus berangkat. Setelah menempuh setengah perjalanan kapal kami diserang badai dengan gelombang yang lebih dua meter tingginya. Semua penumpang sudah meratib dengan keras, dan karena takutnya rasa mabuk laut sudah tidak terasa

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 277 lagi. Saya perhatikan Bapak Ali Hasjmy beserta Ibu Ali Hasjmy tetap duduk di kursi dengan tenang, di anjungan depan kapal. Beliau tetap tenang walaupun saya lihat wajah Ibu sudah pucat basi. Setelah terombang-ambing lebih dua jam di tengah laut, dan berkat saran-saran Bapak Zaini Bakri, Bupati Aceh Besar pada waktu itu, kepada kapten kapal yang masih muda dan baru lepas sekolah itu, akhirnya kapal selamat tiba di pelabuhan Ulee Lheue dengan berganti arah menghindari pukulan gelombang beberapa kali, sesuai dengan saran Bapak Zaini Bakri yang telah berpengalaman dan mengenai laut di daerah itu. Setibanya di pelabuhan, ternyata satu kopor yang berisi pakaian kepunyaan Bapak Ali Hasjmy jatuh ke laut disapu ombak. Ketika saya melaporkan bahwa kopor beliau hilang, beliau tidak berkata apa-apa, dan ketika melihat wajah saya kesal atas kehilangan tersebut beliau hanya berkata: "Sudahlah, nyawa kita sudah selamat, kita harus bersyukur kepada Allah". Bahkan beliau tertawa bergurau kepada rombongan serta bertanya, apakah ada di antara anggota rombongan yang melakukan "kaoy Meng"? Sebagai seorang yang konsekuen anti Partai Komunis yang tidak bertuhan, beliau saya anggap terlalu berani untuk secara terang-terangan, di depan suatu pertemuan resmi salah satu organisasi Islam, mengatakan: "Tidak ada tempat untuk hidup di bumi Aceh bagi PKI". Sedangkan pada waktu itu PKI merupakan partai yang sedang mendapat angin dari Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno. Oleh sebab itu tidaklah heran kalau PKI berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkan beliau dari jabatannya, meskipun dengan memakai cara-cara yang keji. Sekalipun dari itu menumt pandangan saya, beliau adalah seorang idealis yang bercita-cita tinggi, dan dengan sekuat tenaga serta kemampuan yang beliau miliki berusaha untuk mewujudkannya ke alam nyata, tidak tetap tinggal dalam angan-angan. Buktinya ketika beliau menjabat Gubernur pada tahun 1957 keadaan di Aceh masih kacau, Pendidikan bagi rakyat Aceh masih berantakan serta sangat minim sekali, baik mengenai jumlah anak didik maupun sarana pendidikannya. Karena beliau pernah menjadi gum, maka pendidikanlah usaha utama, beliau yang ditekankan. Kita lihat hasilnya sekarang telah nyata dinikmati oleh generasi Aceh, dalam bentuk kampus dan perguruan tinggi yang ada di Darusalam. Siapapun yang berpikiran obyektif tidak dapat mengingkari hasil dari pemikiran ideal dibarengi dengan cita-cita dan keyakinan yang teguh dari beliau, bersama-sama para pemimpin yang sejiwa dan sealiran dengan beliau pada waktu itu.

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 277<br />

lagi. Saya perhatikan Bapak Ali Hasjmy beserta Ibu Ali Hasjmy tetap duduk<br />

di kursi dengan tenang, di anjungan depan kapal. Beliau tetap tenang walaupun<br />

saya lihat wajah Ibu sudah pucat basi.<br />

Setelah terombang-ambing lebih dua jam di tengah laut, dan berkat<br />

saran-saran Bapak Zaini Bakri, Bupati Aceh Besar pada waktu itu, kepada<br />

kapten kapal yang masih muda dan baru lepas sekolah itu, akhirnya kapal<br />

selamat tiba di pelabuhan Ulee Lheue dengan berganti arah menghindari<br />

pukulan gelombang beberapa kali, sesuai dengan saran Bapak Zaini Bakri<br />

yang telah berpengalaman dan mengenai laut di daerah itu. Setibanya di<br />

pelabuhan, ternyata satu kopor yang berisi pakaian kepunyaan Bapak Ali<br />

Hasjmy jatuh ke laut disapu ombak. Ketika saya melaporkan bahwa kopor<br />

beliau hilang, beliau tidak berkata apa-apa, dan ketika melihat wajah saya<br />

kesal atas kehilangan tersebut beliau hanya berkata: "Sudahlah, nyawa kita<br />

sudah selamat, kita harus bersyukur kepada Allah". Bahkan beliau tertawa<br />

bergurau kepada rombongan serta bertanya, apakah ada di antara anggota<br />

rombongan yang melakukan "kaoy Meng"?<br />

Sebagai seorang yang konsekuen anti Partai Komunis yang tidak<br />

bertuhan, beliau saya anggap terlalu berani untuk secara terang-terangan, di<br />

depan suatu pertemuan resmi salah satu organisasi Islam, mengatakan:<br />

"Tidak ada tempat untuk hidup di bumi Aceh bagi PKI". Sedangkan pada<br />

waktu itu PKI merupakan partai yang sedang mendapat angin dari Pemimpin<br />

Besar Revolusi Bung Karno. Oleh sebab itu tidaklah heran kalau PKI<br />

berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkan beliau dari jabatannya, meskipun<br />

dengan memakai cara-cara yang keji.<br />

Sekalipun dari itu menumt pandangan saya, beliau adalah seorang<br />

idealis yang bercita-cita tinggi, dan dengan sekuat tenaga serta kemampuan<br />

yang beliau miliki berusaha untuk mewujudkannya ke alam nyata, tidak tetap<br />

tinggal dalam angan-angan. Buktinya ketika beliau menjabat Gubernur pada<br />

tahun 1957 keadaan di Aceh masih kacau, Pendidikan bagi rakyat Aceh masih<br />

berantakan serta sangat minim sekali, baik mengenai jumlah anak didik<br />

maupun sarana pendidikannya. Karena beliau pernah menjadi gum, maka<br />

pendidikanlah usaha utama, beliau yang ditekankan. Kita lihat hasilnya<br />

sekarang telah nyata dinikmati oleh generasi Aceh, dalam bentuk kampus<br />

dan perguruan tinggi yang ada di Darusalam. Siapapun yang berpikiran<br />

obyektif tidak dapat mengingkari hasil dari pemikiran ideal dibarengi dengan<br />

cita-cita dan keyakinan yang teguh dari beliau, bersama-sama para pemimpin<br />

yang sejiwa dan sealiran dengan beliau pada waktu itu.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!