ACEH_03291

ACEH_03291 ACEH_03291

02.06.2013 Views

258 Teungku A.K. Jakobi dan Muhammadar dari Panitia, segera terlibat dalam diskusi kilat untuk menyusun program dan strategi baru guna mengantisipasi pengumuman resmi pemerintah tersebut. Kami simpulkan, bahwa tujuan Kongres Masyarakat Aceh telah berhasil dengan mulus, sebelum Kongres itu dibuka dengan resmi. Oleh sebab itu, tugas Panitia Inti kini dialihkan dan ditujukan untuk melakukan inventarisasi tokoh-tokoh yang layak untuk memimpin Aceh. Seperti diketahui, sejak terjadi pemberontakan Aceh tanggal 23 September 1953 yang tragis itu, telah berlangsung tiga kali kongres untuk menengahi peristiwa berdarah yang menyedihkan itu. Pertama kali diadakan di Bandung tahun 1954, yaitu setahun setelah pemberontakan. Kedua kali diadakan Pertemuan-Perwira Divisi Gajah I di Yogyakarta tahun 1955. Yang ketiga kalinya adalah di Medan tahun 1956. Tujuan ketiga event itu adalah sama untuk menyusun sumbangan pikiran kepada pusat dan Pimpinan Angkatan Darat dalam mencari penyelesaian keamanan di Aceh secara musyawarah dan kekeluargaan. Setelah diadakan pembahasan yang mendalam dan pertimbangan yang matang, akhirnya muncul dua nama tokoh yang menonjol untuk diajukan sebagai calon Gubernur Aceh masa itu. Pertama adalah A. Hasjmy, kedua adalah Osman Raliby. Osman Raliby mengajukan syarat yang tidak dapat dipenuhi Pusat. Di samping sebagai Gubernur beliau pun minta tugas memimpin Komando TNI di Aceh. Terakhir tinggal seorang calon yang serius, yaitu A. Hasjmy. Tanggal 1 Januari 1957 beliau pun dilantik jadi Gubernur Aceh. Demikianlah sekelumit kenangan saya, dalam rangka mengelukan terbitnya buku Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy, yang dalam usianya begitu lanjut masih tetap berkarya dan produktif. Selamat Pak Hasjmy.

Haji Embek Ali A. Hasjmy Ibarat Komputer Bagi Manusia Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Terlebih dahulu saya ucapkan tahniah dan semoga bapak Prof. Ali Hasjmy dipanjangkan umur, dan juga karena berjaya dalam budaya kerja sama ada dalam bidang ilmu pengetahuan Agama, karya-karya penulisan, penerbitan buku-buku, dan tidak kurang juga berjaya mempertahankan Adat dan Kebudayaan Aceh, sepanjang usianya 80 tahun. Bapak Prof. Ali Hasjmy, saya dapat dan berani mengatakan bahwa beliau adalah sebagai komputer hidup manusia untuk merujuk segala masalah-masalah pengetahuan sama ada dalam bidang Aama maupun pengetahun umum, terutama dalam perkembangan dan perjuangan orang-orang Indonesia umumnya dan orang-orang Aceh khususnya. Mengikut peristiwa dan sejarah pertemuan saya dengan Bapak Prof. Ali Hasjmy ialah bermula dari tanggal 20 Januari 1986, di Kota Wisata Takengon, ketika itu saya menghadiri "Seminar Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan". Bertolak dari tanggal itu perhubungan saya dengan Bapak Prof. Ali Hasjmy serta keluarganya rapat dan tegoh hingga ke hari ini. Dengan adanya perhubungan rapat itu, maka saya dapat banyak ilmu dan pengalaman dari pada Bapak Prof. Ali Hasjmy, yang dapat saya pelajari dari beliau. Pada saya, Bapak Prof. Ali Hasjmy adalah sebagai orang tua angkat di negeri Aceh. Justru dengan sering saya pergi ke negeri Aceh, masyarakat Islam Singapura menamakan saya sebagai anak angkat orang-orang Aceh. Bukan itu saja masyarakat Islam Singapura, mula kenal dan ingin mau melawat ke Aceh. 259

Haji Embek Ali<br />

A. Hasjmy Ibarat Komputer Bagi Manusia<br />

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh<br />

Terlebih dahulu saya ucapkan tahniah dan semoga bapak Prof. Ali<br />

Hasjmy dipanjangkan umur, dan juga karena berjaya dalam budaya kerja<br />

sama ada dalam bidang ilmu pengetahuan Agama, karya-karya penulisan,<br />

penerbitan buku-buku, dan tidak kurang juga berjaya mempertahankan Adat<br />

dan Kebudayaan Aceh, sepanjang usianya 80 tahun.<br />

Bapak Prof. Ali Hasjmy, saya dapat dan berani mengatakan bahwa<br />

beliau adalah sebagai komputer hidup manusia untuk merujuk segala<br />

masalah-masalah pengetahuan sama ada dalam bidang Aama maupun pengetahun<br />

umum, terutama dalam perkembangan dan perjuangan orang-orang<br />

Indonesia umumnya dan orang-orang Aceh khususnya.<br />

Mengikut peristiwa dan sejarah pertemuan saya dengan Bapak Prof.<br />

Ali Hasjmy ialah bermula dari tanggal 20 Januari 1986, di Kota Wisata<br />

Takengon, ketika itu saya menghadiri "Seminar Ilmu Pengetahuan dan<br />

Kebudayaan". Bertolak dari tanggal itu perhubungan saya dengan Bapak<br />

Prof. Ali Hasjmy serta keluarganya rapat dan tegoh hingga ke hari ini.<br />

Dengan adanya perhubungan rapat itu, maka saya dapat banyak ilmu<br />

dan pengalaman dari pada Bapak Prof. Ali Hasjmy, yang dapat saya pelajari<br />

dari beliau.<br />

Pada saya, Bapak Prof. Ali Hasjmy adalah sebagai orang tua angkat di<br />

negeri Aceh. Justru dengan sering saya pergi ke negeri Aceh, masyarakat<br />

Islam Singapura menamakan saya sebagai anak angkat orang-orang Aceh.<br />

Bukan itu saja masyarakat Islam Singapura, mula kenal dan ingin mau<br />

melawat ke Aceh.<br />

259

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!