02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

250 Drs. Ameer Hamzah<br />

Pandangan yang moderat menyebabkan A. Hasjmy diterima oleh<br />

semua ulama, baik yang dari dayah (tradisional) maupun dari bangku kuliah<br />

(modernis). Beliau tidak melihat sesuatu masalah itu secara sempit. Masalah<br />

adat misalnya, ada sebagian ulama modernis yang mengharamkan upacara<br />

peusijeuk (tepung tawar), sebab dinilai warisan Hinduisme. Tapi A. Hasjmy<br />

tidak sependapat dengan para ulama tersebut. Menurutnya upacara peusijeuk<br />

ini bisa diislamisasikan dan mengandung nilai-nilai ukhuwah Islamiyah.<br />

Begitu juga dengan kesenian. Ada sebagian ulama yang melihat seni<br />

itu bagian daripada dosa yang harus dijauhi umat. Tetapi beliau justru melihat<br />

seni itu bagian daripada kebutuhan manusia. Seni itu tidak haram asalkan<br />

saja diarahkan kepada kebaikan dan diberi nafas Islam. Kalau seni disalahgunakan<br />

dan keluar dari norma-norma Islam jelas haram.<br />

A. Hasjmy memang punya falsafah hidup yang selalu diulang-ulang<br />

dan selalu diucapkan di depan murid-muridnya, termasuk saya. "Hidup yang<br />

indah adalah hidup yang tak punya musuh. Jangan ada penyakit dengki dan<br />

iri hati kepada orang lain. Penyakit hati seperti itu sama dengan menciptakan<br />

musuh untuk diri sendiri. Pandanglah orang lain dengan wajah yang berseriseri.<br />

Jangan benei ruman! Katakan dengan bunga!"<br />

Tidak punya musuh dalam kehidupan A. Hasjmy, bukan berarti semua<br />

orang senang kepadanya. Sebagai politikus A. Hasjmy menyadari, ada juga<br />

teman-teman seangkatannya yang tidak sepaham dengannya. Orang-orang<br />

yang tak sepaham inilah yang tidak dimusuhi A. Hasjmy. Ia menyadari politik<br />

itu ibarat teka-teki. Siapa yang dapat menjawab teka-teki itulah yang berhasil.<br />

Dalam kancah itu beliau sukses. Terpilihnya beliau sebagai Gubernur<br />

Propinsi Daerah Istimewa Aceh (1957-1964) adalah bukti kesuksesan itu.<br />

Selama tujuh tahun lebih menjadi orang nomor satu di Aceh, tentu tidak<br />

seenak para gubernur sesudahnya. Aceh yang dipundakkan kepada A.<br />

Hasjmy adalah Aceh yang sudah hancur berkeping-keping akibat perang<br />

saudara yang panjang, namun berkat kematangan memimpin, dalam waktu<br />

yang relatif singkat itu, beliau mampu meletak dasar-dasar pembangunan<br />

untuk menuju Aceh yang darussalam (negeri sejahtera).<br />

Langkah pertama, ia menyatukan hati dalam sebuah rujuk sosial<br />

"Kerukunan Rakyat Aceh" yang digelar di Blang Padang, Banda Aceh.<br />

Beliau mengajak rakyat untuk melupakan masa lalu yang pahit-pahit. Setelah<br />

itu ia mengajak rakyat untuk mémbangun pendidikan, perkampungan pelajar<br />

dan Kopelma Darussalam. Kerjakeras yang membuahkan hasil itu, membuat

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!