02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 237<br />

Selama di Padang-lah A. Hasjmy menimba ilmu dan mengasah penanya,<br />

menulis, artikel, novel, roman, dan juga sajak-sajaknya. Ia pun menjadi<br />

pejuang muda yang sangat gigih. Ia masuk organisasi HPII Padang Panjang<br />

(1932-1935 Cabang Padang Panjang). Ia juga pernah dipenjarakan oleh<br />

Pemerintah Hindia Belanda selama empat bulan di sana.<br />

Ketika saya sudah masuk Madrasah Islamiyah di Jadam, sering guru-<br />

guru kami bercerita tentang A. Hasjmy di Padang yang sudah menjadi<br />

seorang pengarang kenamaan, karya-karyanya sering dimuat di majalah-<br />

majalah terbitan Padang dan Medan, Singapura, Jawa, Malaya, dan<br />

sebagainya.<br />

Setelah kembali dari Padang Panjang, (1935) saya sudah gadis remaja<br />

dan A. Hasjmy sudah menjadi pemuda ganteng. Saya sangat kagum kepada<br />

pemuda ini, kagum kepada ilmunya dan kecerdasannya. Saya iri dan ingin<br />

mengikuti jejaknya. Namun tak berapa lama kemudian iapun pergi lagi, tapi<br />

bukan ke negeri yang jauh, kali ini A. Hasjmy di minta menjadi guru muda<br />

(Teungku Rangkang) di Perguruan Seulimuem di bawah Pimpinan Teungku<br />

H. Abdul Wahab Keunaloi.<br />

Waktu mengajar di Seulimuem, A. Hasjmy dan bersama teman-teman-<br />

nya yang pulang dari sana mendirikan SPIA (Serikat Pemuda Islam Aceh).<br />

Ia pernah terpilih menjadi Sekretaris Umum SPIA. Setelah SPIA di ubah<br />

menjadi Peramiindo (Pergerakan Angkatan Muda Islam Indonesia), A.<br />

Hasjmy menjadi salah seorang anggota pengurus besarnya. Organisasi ini<br />

sangat radikal terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Sejak tahun 1939 A.<br />

Hasjmy menjadi Pengurus Pemuda PUSA dan pada tahun yang sama juga<br />

menjadi Wakil Kasysyafatul Islam.<br />

Selama mengajar di Seulimuem, A. Hasjmy bukan tenggelam dengan<br />

kitab-kitab kuning dan zikir saja, tetapi juga berpikir tentang nasib bangsa.<br />

Darahnya mendidih ketika melihat Belanda di Tangsi Seulimuem bersenang-<br />

senang dengan isteri dan anak-anak mereka, hidup penuh kecukupan dari<br />

hasil pajak orang pribumi, sementara anak negeri ini mengalami nasib penuh<br />

penderitaan. Bersama teman-temannya, antara lain Teungku Ahmad Abdul­<br />

lah (kini Imeum Syik Masjid Al-Makmur Lampriek) mendirikan<br />

Kasysyafatul Islam Aceh Besar dan bersama teman-temannya pula mendiri­<br />

kan Gerakan Fajar yang disingkat dengan Gerakan F. Gerakan inilah<br />

nantinya yang menyerbu tangsi Belanda dan membunuh Kontroleuer Belan­<br />

da di Seulimuem.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!