02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

236 Teungku Hj. Ainal Mardhiah Ali<br />

kendur, ini faktor alamiah dari Allah SWT. Namun yang masih saya miliki<br />

adalah semangat untuk mengabdi kepada umat. Dalam hal ini mungkin ada<br />

persamaan cita-cita antara saya dengan A. Hasjmy yakni ingin memajukan<br />

pendidikan di Daerah Istimewa Aceh yang sangat tertinggal akibat pergolakan<br />

yang panjang.<br />

Membincangkan tentang A. Hasjmy, lebih nikmat bagi saya, bila saya<br />

coba bernostalgia pada masa kami masih anak-anak di kampung (saya dan<br />

A. Hasjmy satu desa di Montasiek). Saya masih berusia delapan tahun ketika<br />

teman-teman memperbincangkan tentang seorang remaja piatu asuhan<br />

neneknya (Nek Puteh) yang sangat cerdas mengaji dan menghafal mahfudhat-mahfudhat.<br />

Remaja yang berwajah ganteng itu senang membaca hikayat Aceh<br />

terutama Hikayat Akbarul Karim dan Prang Sabi. Di Perguruan Pendidikan<br />

Jadam ia termasuk pelajar yang cerdas dan sangat dicintai oleh gurunya<br />

Teungku Ibrahim Ayahanda.<br />

Saya mengenalnya, tapi tidak pernah berbicara, sebab zaman itu sangat<br />

tabu, seorang gadis berbicara dengan anak laki-laki. Cuma orang tua saya<br />

pernah mengingatkan saya supaya menjadi putri yang cerdas seperti Muhammad<br />

Ali Hasyim (maksudnya A. Hasjmy). Saya tidak tahu, mengapa orang<br />

tua saya memberi contoh kepada seorang anak laki-laki, bukan kepada anak<br />

perempuan.<br />

n<br />

Teungku Syekh Ibrahim Lamnga atau yang lebih terkenal dengan Ayahanda<br />

adalah seorang ulama yang luas pandangannya. Beliau memilih beberapa<br />

anak Aceh yang cerdas di perguruannya untuk melanjutkan studi ke Padang<br />

Panjang (Sumatra Barat). Dalam seleksi itu sangat diutamakan yang cerdas,<br />

makanya ada anak bangsawan dan anak orang biasa. Dua putra uleebalang<br />

adalah, Teuku M. Ali dan Teuku Sulaiman. Muhammad Ali Hasjmy salah<br />

seorang di antara mereka. Ketika itu saya di bawa keluarga dan turut<br />

meiepaskan rombongan tersebut sampai ke rumah Uleebalang.<br />

Ranah Minang pada zaman itu kiblat ilmu pengetahuan modem di<br />

Sumatra. Di sana ada Perguruan Thawalib Padang Panjang, Perguruan Tinggi<br />

Islam, dan sebagainya. Mula-mula A. Hasjmy belajar di Padang Panjang,<br />

kemudian melanjutkan lagi ke Kota Padang pada Qismul Adaabul Lughah<br />

wa Taarikh as-Saqafah al-Islamiyah (Jurusan Sastra dan Kebudayaan Islam)<br />

di Al-Jami'ah al-Islamiyah.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!