02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 221<br />

Hasjmy dan rajin menceritakan peristiwa-peristiwa heroik yang dilakukan<br />

oleh Pang Husin dalam pertempuran-pertempuran melawan Kompeni Belanda.<br />

Nenekda sering mengisahkan hikayat Perang Sabil yang mampu<br />

membangkitkan semangat cintah tanah air dan agama. Demikian juga yang<br />

dilakukan oleh Ayahnek (kakeknya) yaitu Pang Abbas A. Hasjmy (Pang<br />

Abbas meninggal pada tahun 1930-an dalam usia 125 tahun).<br />

Dengan demikian, sejak masih kecil A. Hasjmy telah mengenai kisah<br />

heroik yang kelak mewarnai perjalanan hidupnya dan menjadikan jati diri<br />

secara utuh. Keutuhan mana dibuktikan oleh sejarah bahwa tokoh yang<br />

cukup dihormati di Aceh ini, sejak masa remaja sampai pada usia delapan<br />

puluh tahun sekarang ini, tidak pernah absen dalam mempefjuangkan<br />

bangsanya, khususnya di Aceh.<br />

Meskipun ketika kanak-kanak beliau harus menerima kenyataan<br />

masuk sekolah Belanda di Vokschool (Sekolah Rakyat tiga tahun) dan<br />

berlanjut di Governement Inlandsche School (sekolah lanjutan untuk bumi<br />

putra, dua tahun), namun hal itu tidak berpengaruh pada perkembangan<br />

kepribadian A. Hasjmy yang anti penjajahan (Belanda).<br />

Sebab, masuknya A. Hasjmy ke sekolah-sekolah tersebut karena pada<br />

waktu itu pusat-pusat pendidikan Islam di Aceh sengaja dihancurkan oleh<br />

Belanda. Baru setelah masa kebangkitan kembali dayah-dayah berlangsung<br />

yang diprakarsai oleh para ulama Aceh, A. Hasjmy pun masuk Dayah<br />

Montasiek, lalu pindah ke Dayah Keunaleu. Tiga tahun merantau ke<br />

Minangkabau untuk menimba ilmu di Madrasah Thawalib Padang Panjang,<br />

tamat Sanawiyah, sekembalinya mengajar di Perguruan Islam Seulimeum<br />

(yang dulunya adalah Dayah Keunaleu, tempat A. Hasjmy belajar, kemudian<br />

jadi Madrasah Najdiyah, lalu menjadi Perguruan Islam.<br />

Sejak di Padang Panjang A. Hasjmy aktif dalam diskusi-diskusi<br />

mengenai kemerdekaan Indonesia, dan berlanjut sewaktu menjadi guru di<br />

Seulimeum, apalagi setelah para ulama Aceh mendirikan organisasi PUSA,<br />

A. Hasjmy pun menjadi aktivis Pemuda PUSA.<br />

Selama tiga tahun A. Hasjmy meletakkan dasar-dasar kurikulum<br />

pendidikan Islam modern di Seulimeum, kemudian ia kembali studi di<br />

Perguruan Tinggi Islam Al Jami'ah al-Islamiyah Padang. Di samping itu ia<br />

juga mendirikan PPPA (Persatuan Pemuda Pelajar Aceh) di Padang, di mana<br />

A. Hasjmy sebagai Ketua Umum.<br />

Kegiatan A. Hasjmy yang menonjol itu mengkhawatirkan Belanda,<br />

sehingga ia ditangkap dan dipenjarakan. Namun jeruji besi rumah tahanan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!