02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

\<br />

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 219<br />

penjajahan. Semangat merdeka dalam jiwa kedua orang pemuda itulah yang<br />

mempertautkan mereka semenjak dari awal pengenalan dunia organisasi<br />

sampai akhir hayat. Bahkan sewaktu para pejuang Aceh menerima kontak<br />

dari Semenanjung Malaka untuk mempercepat terusirnya Belanda dari Aceh<br />

dengan cara menjalin kerjasama dengan gerakan bawah tanah Fujiwara<br />

Kikan, A. Hasjmy dan Amelz pun turut membangun jaringan perlawanan<br />

Gerakan Fajar yang lebih popuier dengan sandi heter F. Setelah Jepang<br />

masuk, kedua sahabat itu memimpin korlan Atjeh Sinbun, yang kemudian<br />

menjelmajadi Semangat Merdeka, satu-satunya koran nasional di Aceh pada<br />

awal kemerdekaan.<br />

Akan hal persahabatan keduanya, Ali Hasjmy mengakui dalam buku<br />

otobiografi yang diterbitkan dalam rangka ulang tahun beliau yang ke-70,<br />

yang berjudul Semangat Merdeka,bahwa Amelz adalah sahabat pergerakan<br />

yang ketika A. Hasjmy dipenjarakan di Medan karena masalah kemelut di<br />

Aceh, di antara anggota Parlemen Pusat, yang berkunjung adalah Amelz.<br />

Sejak masa remaja kedua orang itu sudah memiliki bakat menulis A.<br />

Hasjmy gemar mengarang, menulis puisi dan dalam perjalanan dunia sastra<br />

Indonesia, menempatkan pengarang A. Hasjmy dalam genre Poejangga<br />

Baroe. Karya-karya sastra yang ditulisnya merupakan khazanah kebudayaan<br />

bangsa Indonesia.<br />

Sebagai penulis A. Hasjmy telah melahirkan sekitar 70 buku (mungkin<br />

lebih) dan tulisan-tulisan lepas beliau bertebaran di berbagai media massa,<br />

baik di Aceh, Medan, Padang, Jakarta, Surabaya, Singapura, Malaysia,<br />

Brunai Darussalam, dan kota-kota lain di Asia Tenggara ini. Karya-karyanya<br />

tidak semata-mata tentang fiksi, tetapi juga telaah sosial, pendidikan,<br />

keagamaan dan pembangunan (kenegaraan).<br />

Dalam salah satu bukunya yang berjudul Tugas Sastrawan Sebagai<br />

Khalifah Allah, beliau menempatkan tanggung jawab seorang penulis<br />

sebagai mujahid bersenjatakan kalam. Dan itulah yang telah dilaksanakan<br />

oleh Prof. Ali Hasjmy. Rasanya tidak banyak jumlah penulis yang memiliki<br />

kadar produktivitas seperti pujangga Islami yang satu ini.<br />

Pada perjalanan usia yang sampai sepuluh windu ini, Ali Hasjmy<br />

sebagai penulis tidak hanya menuangkan kata di atas kertas, melainkan lebih<br />

dari itu dalam arti menggoreskan pena-perbuatan, amaliah pada kehidupan.<br />

Betapa tidak! Beliau tidak hanya menulis di media massa atau buku, pada<br />

makalah-makalah, namun terjun langsung di tengah jantung kehidupan<br />

* A. Hasjmy, Semangat Merdeka: 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan dan Perjuangan<br />

Kemerdekaan (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 439-440.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!