02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 197<br />

pakaian adat Aceh lengkap pada saat resepsi dan menjadi peserta simposium,<br />

di bawah pimpinan Prof. A. Hasjmy dengan para anggota terdiri: Ny. Zuriah<br />

A. Hasjmy, T. A. Talsya, H. Badruzzaman Ismail, S.H., T.R. Itam Azwar, S.H.,<br />

dr. Mulya A. Hasjmy, Ny. Ita Mulya, dan H. Hasan Haji dari Perwakilan<br />

LAKA Sumatera Utara (Medan).<br />

Situasi penampilan, dalam pakaian identitas bangsa, semacam pakaian<br />

adat Aceh, dalam forum-forum internasional, sebagaimana dimotori dan<br />

disponsori dengan jiwa besar dan penuh idealis, konsepsional dan promosial<br />

oleh Prof. A. Hasjmy, menggugah kesimpulan analisa saya, bahwa beliau<br />

adalah salah seorang Bapak Pendidikan dan tokoh Nasionalis Bangsa.<br />

Sebagai tokoh nasionalis bangsa, yang selalu memantau dan ikut serta<br />

mengkaji berbagai masalah budaya nasional bangsa dalam konteksitas nilainilai<br />

luhur kepribadian dengan modernitas yang globalis, termasuk westernisasi<br />

kultural bangsa, yang berakar dari aneka rupa nilai-nilai adat budaya<br />

daerah, melalui berbagai kongres bahasa/budaya nasional, hatta kongreskongres<br />

budaya di sepanjang negeri Serantau Wilayah Nusantara Melayu A.<br />

Hasjmy sangat bertanggung jawab dan selalu berusaha melestarikan nilainilai<br />

kepribadian bangsa, tidak hanya di dalam negeri, terutama pada<br />

kebanggaan daerah kelahirannya/Aceh, melainkan lebih-lebih di luar negeri.<br />

Integritas beliau sebagai tokoh nasionalis dan bapak pendidikan bangsa, akan<br />

lebih terasa lagi apabila dikaitkan pula fungsi beliau sebagai seorang ulama,<br />

malahan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Propinsi Daerah Istimewa<br />

Aceh dan anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Pusat.<br />

Beliau sangat senang dengan profesi guru, dan memang sejak muda sudah<br />

menjadi gum. Karena itu tidaklah aneh, kalau dalam fungsi beliau sebagai<br />

guru besar, selalu berpenampilan dalam penuh visualisasi dengan dirinya,<br />

dengan penuh lambang dan simbol-simbol. Sebagai gum besar dakwah,<br />

beliau senang berdakwah dengan siapa saja. Tidak pernah merasa kecil, bila<br />

berdialog dengan anak-anak SD/SMP/SMA, dan dengan mayarakat umum.<br />

Tidak pernah menolak apabila tamu yang datang, dari golongan kecil,<br />

pengemis, yang pincang bahkan yang buntung, bahkan dari golongan non-<br />

Muslim, baik bangsa sendiri maupun bangsa asing. Karena sifat kebapaan<br />

dan sangat menghargai nilai-nilai manusiawi (hablum minannaas) mungkin<br />

sekali di masa kepemimpinannya selaku Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia<br />

Daerah Aceh, maka ratusan pria/wanita dari beberapa suku bangsa,<br />

Batak, Jawa, Bali, dan lain-lain, serta beberapa bangsa, seperti Perancis,<br />

Jerman, Australia, Belanda dan Cina, melalui perjalanan turismenya masuk<br />

Islam, melalui Majelis Ulama Indonesia Aceh, di Banda Aceh. Selain itu

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!