02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 175<br />

"Maryati, jangan ribut, purangrah, purang," jawabnya dengan sayu.<br />

Karena keberingasan Maryati makin menjadi-jadi, Kodera minta<br />

bantuan A. Hasjmy.<br />

"Adik Maryati, jangan salah sangka kepada Tuan. Dia orang baik.<br />

Selalu dikatakannyapada kami, dia sangat sayang sama Adik Maryati, karena<br />

Adik Maryati sangat lembut dan cantik serta mengerti kemauan Tuan. Adik<br />

pulanglah, jika perlu nanti Tuan akan saya nasehati," bujuk A. Hasjmy.<br />

Atas bujukan A. Hasjmy, Maryati, seorang perempuan pendatang ke<br />

daerah ini dan telah menjadi gundik T. Kodera selama bertahun-tahun, baru<br />

mau meninggalkan tempat tersebut. Ia pergi sambil mulutnya mengoceh.<br />

Semua mata memandang Kodera, kemudian melalui jendela menjenguk<br />

Maryati yang sedang berlalu melewati gerbangAt/e/i Sinbun. Pakaian<br />

opsirnya kelihatan tidak lengkap, karena sepatu yang dipakainya bukan laras<br />

tetapi sepatu wanita bertumit tinggi.<br />

A. Hasjmy dengan cepat mengatasi suatu kemelut rumah-tangga yang<br />

jika kurang bijak, pasti akan menjadi kantor Atjeh Sinbun sebuah gelanggang<br />

keributan yang cepat memancing orang ramai karena letaknya di tengah-tengah<br />

pasar yang ramai.<br />

Ia memilih kalimat-kalimat yang menyentuh hati Maryati. Ia menyebut<br />

perempuan itu dengan kata-kata "adik", padahal Maryati lebih tua umur<br />

daripadanya. Ia memuji kecantikan orang yang sedang galak itu, berulangulang.<br />

Padahal Maryati bukan seorang perempuan cantik. Matanya yang<br />

layu, bibimya yang pucat, muka yang mulai menua, pesek lagi, makin dengan<br />

jelas menunjukkan bahwa Maryati tidak cantik.<br />

Di sini saya melihat pribadi Hasjmy yang sesungguhnya. Baginya,<br />

setiap orang yang memerlukan bantuan harus dibantu dengan segera dan<br />

ikhlas. Dan baginya, setiap orang tidak ada yang jelek.<br />

Akhirnya, setelah Tuan Kodera dipindahkan, kami mendapat sahabat<br />

baru, dua orang Jepang yang masing-masing dengan wataknya yang berbeda.<br />

Nagamatsu, orangnya tergolong lugu. Sehingga pada suatu hari setelah<br />

Jepang menyerah, ia pernah menangis tersedu-sedu di ruangan redaksi Atjeh<br />

Sinbun yang disaksikan bukan saja oleh para redaktur tetapi juga oleh<br />

pegawai-pegawai bagian percetakan dan bagian zetter.<br />

Ia merasa sedih karena Jepang kalah perang. Dan bertambah sedih lagi<br />

karena pistol di pinggangnya dilucuti oleh redaksi bangsa Indonesia.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!