02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 171<br />

Kegesitannya dalam organisasi nonkoperasi tersebut dan karya-karya<br />

sastra serta novelnya yang terbit berturut-turut dalam berbagai kisah, dan<br />

kesederhanaan hidupnya yang pas-pasan telah memancing decak kagum dari<br />

rekan-rekan di sekelilingnya. Dengan melakukan berbagai aktivitas tersebut,<br />

A. Hasjmy tidak mengabaikan kuliahnya, mula-mula di Thawalib School,<br />

kemudian di Perguruan Tinggi Islam Jurusan Sastra dan Kebudayaan Islam<br />

(Al-Jami'ah al-Qism Adaabul Lughah wa Tarikh al-Islamiyah), keduanya di<br />

Padang Panjang dan di Padang.<br />

Di samping rekan sahabat dan para remaja yang bersimpati kepadanya,<br />

A. Hasjmy, karena sikap dan peranannya yang melawan arus dengan politik<br />

kolonial, menghadapi banyak tantangan, terutama dari kaki tangan Pemerintah<br />

Kolonial.<br />

Maka tidaklah mengherankan apabila ia sempat ditangkap dan<br />

dipenjarakan, dengan tuduhan melanggar peraturan "vergader verbod"<br />

(larangan berapat).<br />

Penderitaan beruntun yang dialaminya masa usia sedang merekah<br />

menuju matang, tidak menggoda dirinya untuk mundur. Malahan semuanya<br />

itu dianggapnya sebagai rahmat yang menempa semangat juangnya dan<br />

merupakan cemeti yang menyuruh ia supaya maju terus.<br />

H: •<br />

Pada awal Februari 1942 keadaan di Aceh sangat genting. Persiapan- persiapan<br />

untuk merebut kekuasaan dari Pemerintah Belanda telah dimulai. Pemimpin-pemimpin<br />

rakyat sejak dari ibu kota Keresidenan Aceh sampai ke<br />

pedalaman semuanya telah siap untuk suatu pemberontakan umum.<br />

Di Banda Aceh, Teuku Nyak Arif menemui Residen Aceh J. Pauw, atas<br />

nama rakyat menuntut supaya Pemerintah Hindia Belanda menyerahkan<br />

kekuasaan kepadanya.<br />

"Saya sudah siap menerimanya atas nama rakyat. Mengenai orangorang<br />

Belanda kami jamin keselamatannya, demikian pula orang-orang asing<br />

lainnya yang sekarang berada di Aceh. Sementara harta milik tuan-tuan kami<br />

pelihara dengan baik," kata Teuku Nyak Arif, Panglima Sagi XXVI Mukim<br />

Aceh Besar, seorang pemimpin rakyat terkemuka di Indonesia. Sejak tahun<br />

1927, ketika menjadi anggota Volksraad (Dewan Perwakilan Rakyat),<br />

kebenciannya terhadap penjajah Belanda telah pun diungkapkannya secara<br />

terang-terangan.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!