ACEH_03291
ACEH_03291 ACEH_03291
170 Teuku Alibasjah Talsya Temyata kemudian, pesan nenek tak dilupakan. Buah hatinya ini telah tumbuh sebagai sebatang pohon besar yang rindang dan lebat, tempat banyak musafir berteduh dan memetik buahnya. * • • Ia menapaki jenjang karir tanpa menggunakan galah. Di tempuhnya dengan cara biasa saja, seperti orang menaiki anak tangga untuk berada di rumah panggung. Dan galah itu, yang sering orang menggunakannya untuk penopang loncatan tinggi, dianggapnya tidak perlu. Perjuangan bagi saya adalah ibadah yang harus dilakukan berlandaskan iman, penuh keyakinan, tahan derita dan tidak pesimis, begitu A. Hasjmy selalu mengatakan. Filsafah hidupnya: jangan menjadi rerumputan, tetapi jadilah batang besar yang kukuh, rimbun dan ranum. Maka karena itulah, sejak menjadi ustaz di Perguruan Islam Keumaloe, Seulimeum, bahkan semenjak menjadi student di Padang Panjang (Sumatra Barat), sikapnya itu telah memancing rasa hormat teman-teman kepadanya. Apalagi setelah ia tampil dalam episode dan arena perjuangan pada akhir masa kekuasaan Belanda, ketika pendudukan Jepang dan pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. A. Hasjmy dengan tenang meniti likuliku dan melalui jalan raya dunia sebagai seorang pengembara yang optimis, hatta sampai pada masa usia lanjutnya sekarang ini. Ali Hasjmy, sejak tahun 1932, usianya kala itu 18 tahun telah berkecimpung dalam gelanggang pergerakan, sungguhpun ia menyadari benar bahwa pada zaman kolonial Belanda itu, resiko untuk dijebloskan ke dalam penjara terlalu tinggi bagi setiap orang yang berpolitik, apalagi bagi pengurus sesuatu organisasi radikal yang menganut sistem non koperasi terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Dalam usia rebungnya yang sedang menanjak itu, A. Hasjmy menjadi anggota Himpunan Pemuda Islam Indonesia (HPLT), sebuah organisasi pemuda di bawah naungan partai politik Islam radikal Permi (Persatuan Muslimin Indonesia). Bahkan setahun kemudian, putra Teungku Hasyim dari Montasik Aceh Besar itu telah dipilih rekan-rekan seorganisasinya menjadi Sekretaris HPII Cabang Padang Panjang.
Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 171 Kegesitannya dalam organisasi nonkoperasi tersebut dan karya-karya sastra serta novelnya yang terbit berturut-turut dalam berbagai kisah, dan kesederhanaan hidupnya yang pas-pasan telah memancing decak kagum dari rekan-rekan di sekelilingnya. Dengan melakukan berbagai aktivitas tersebut, A. Hasjmy tidak mengabaikan kuliahnya, mula-mula di Thawalib School, kemudian di Perguruan Tinggi Islam Jurusan Sastra dan Kebudayaan Islam (Al-Jami'ah al-Qism Adaabul Lughah wa Tarikh al-Islamiyah), keduanya di Padang Panjang dan di Padang. Di samping rekan sahabat dan para remaja yang bersimpati kepadanya, A. Hasjmy, karena sikap dan peranannya yang melawan arus dengan politik kolonial, menghadapi banyak tantangan, terutama dari kaki tangan Pemerintah Kolonial. Maka tidaklah mengherankan apabila ia sempat ditangkap dan dipenjarakan, dengan tuduhan melanggar peraturan "vergader verbod" (larangan berapat). Penderitaan beruntun yang dialaminya masa usia sedang merekah menuju matang, tidak menggoda dirinya untuk mundur. Malahan semuanya itu dianggapnya sebagai rahmat yang menempa semangat juangnya dan merupakan cemeti yang menyuruh ia supaya maju terus. H: • Pada awal Februari 1942 keadaan di Aceh sangat genting. Persiapan- persiapan untuk merebut kekuasaan dari Pemerintah Belanda telah dimulai. Pemimpin-pemimpin rakyat sejak dari ibu kota Keresidenan Aceh sampai ke pedalaman semuanya telah siap untuk suatu pemberontakan umum. Di Banda Aceh, Teuku Nyak Arif menemui Residen Aceh J. Pauw, atas nama rakyat menuntut supaya Pemerintah Hindia Belanda menyerahkan kekuasaan kepadanya. "Saya sudah siap menerimanya atas nama rakyat. Mengenai orangorang Belanda kami jamin keselamatannya, demikian pula orang-orang asing lainnya yang sekarang berada di Aceh. Sementara harta milik tuan-tuan kami pelihara dengan baik," kata Teuku Nyak Arif, Panglima Sagi XXVI Mukim Aceh Besar, seorang pemimpin rakyat terkemuka di Indonesia. Sejak tahun 1927, ketika menjadi anggota Volksraad (Dewan Perwakilan Rakyat), kebenciannya terhadap penjajah Belanda telah pun diungkapkannya secara terang-terangan.
- Page 143 and 144: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 119 d
- Page 145 and 146: Dr. H. Alibasyah Amin, M.A. Ah' Has
- Page 147 and 148: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 123 a
- Page 149: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 125 P
- Page 152 and 153: 128 Dr. Siti Zainon Ismail itu. Mel
- Page 154 and 155: 130 Dr. Siti Zainon Ismail "Apa bol
- Page 156 and 157: 132 Dr. Siti Zainon Ismail dimusnah
- Page 158 and 159: 134 Dr. Siti Zainon Ismail Telah Ka
- Page 160 and 161: 136 H.S. Syamsuri Meitoyoso Ketika
- Page 162 and 163: Rachmawati Soekarno "Aku Serdadumu"
- Page 164 and 165: 140 Rachmawati Soekarno Oleh karena
- Page 166 and 167: 142 dr. Robby Tandiari, FICS Beliau
- Page 168 and 169: 144 dr. Robby Tandiari, FICS Walaup
- Page 170 and 171: 146 Dr. Baihaqi, A.K. tumbuh kata r
- Page 172 and 173: 148 Dr. Baihaqi, A.K. meningkat men
- Page 174 and 175: 150 Dr. Baihaqi, A.K. di kerongkong
- Page 176 and 177: 152 Dr. Baihaqi, A.K. Yang kecil-ke
- Page 178 and 179: 154 Dr. Baihaqi, A.K. meskipun jebo
- Page 180 and 181: 156 Teungku H. Soufyan Hamzah telah
- Page 182 and 183: 158 Drs. H. Athaillah Abu Lam-U Dar
- Page 184 and 185: 160 Drs. H. Athaillah Abu Lam-U nes
- Page 186 and 187: 162 Drs. H. Athaillah Abu Lam-U Kep
- Page 188 and 189: 164 Dis. H. Athaillah Abu Lam-U Ala
- Page 190: 166 Drs. H. Athaillah Abu Lam-U ten
- Page 196 and 197: 172 Teuku Alibasjah Talsya Setelah
- Page 198 and 199: 174 Teuku Alibasjah Talsya Sungguhp
- Page 200 and 201: 176 Teuku Alibasjah Talsya Yamada l
- Page 202 and 203: ] 78 Teuku Alibasjah Talsya Saya, y
- Page 204 and 205: 180 Teuku Alibasjah Talsya bertumpu
- Page 206 and 207: 182 Teuku Alibasjah Talsya Pesindo
- Page 208: 184 Teuku Alibasjah Talsya Orangnya
- Page 212 and 213: 188 Ike Soepomo menyelinap ketika b
- Page 214 and 215: 190 Ike Soepomo masuk ke rumah saki
- Page 216 and 217: 192 H. Badruzzaman Ismail, S.H. keh
- Page 218 and 219: 194 H. Badruzzaman Ismail, S.H. Bah
- Page 220 and 221: 196 H. Badruzzaman Ismail, S.H. Ace
- Page 222 and 223: 198 H. Badruzzaman Ismail, S.H. beb
- Page 224 and 225: 200 H. Badruzzaman Ismail, S.H. mak
- Page 226 and 227: 202 H. Badruzzaman Ismail, S.H. Dal
- Page 228 and 229: 204 H. Badruzzaman Ismail, S.H. kit
- Page 230 and 231: 206 H. Badruzzaman Ismail, S.H. Unt
- Page 232 and 233: 208 H. Badruzzaman Ismail, S.H. c S
- Page 234 and 235: 210 H. Badruzzaman Ismail, S.H. Say
- Page 236 and 237: 212 H. Badruzzaman Ismail, S.H. men
- Page 238 and 239: 214 H. Badruzzaman Ismail, S.H. "Pr
- Page 241 and 242: H. Amran Zamzami, S.E. Menatap Waja
- Page 243 and 244: \ Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 219
170 Teuku Alibasjah Talsya<br />
Temyata kemudian, pesan nenek tak dilupakan. Buah hatinya ini telah<br />
tumbuh sebagai sebatang pohon besar yang rindang dan lebat, tempat banyak<br />
musafir berteduh dan memetik buahnya.<br />
* • •<br />
Ia menapaki jenjang karir tanpa menggunakan galah. Di tempuhnya dengan<br />
cara biasa saja, seperti orang menaiki anak tangga untuk berada di rumah<br />
panggung. Dan galah itu, yang sering orang menggunakannya untuk<br />
penopang loncatan tinggi, dianggapnya tidak perlu.<br />
Perjuangan bagi saya adalah ibadah yang harus dilakukan berlandaskan<br />
iman, penuh keyakinan, tahan derita dan tidak pesimis, begitu A. Hasjmy<br />
selalu mengatakan.<br />
Filsafah hidupnya: jangan menjadi rerumputan, tetapi jadilah batang<br />
besar yang kukuh, rimbun dan ranum.<br />
Maka karena itulah, sejak menjadi ustaz di Perguruan Islam Keumaloe,<br />
Seulimeum, bahkan semenjak menjadi student di Padang Panjang (Sumatra<br />
Barat), sikapnya itu telah memancing rasa hormat teman-teman kepadanya.<br />
Apalagi setelah ia tampil dalam episode dan arena perjuangan pada akhir<br />
masa kekuasaan Belanda, ketika pendudukan Jepang dan pasca Proklamasi<br />
Kemerdekaan Republik Indonesia. A. Hasjmy dengan tenang meniti likuliku<br />
dan melalui jalan raya dunia sebagai seorang pengembara yang optimis,<br />
hatta sampai pada masa usia lanjutnya sekarang ini.<br />
Ali Hasjmy, sejak tahun 1932, usianya kala itu 18 tahun telah berkecimpung<br />
dalam gelanggang pergerakan, sungguhpun ia menyadari benar<br />
bahwa pada zaman kolonial Belanda itu, resiko untuk dijebloskan ke dalam<br />
penjara terlalu tinggi bagi setiap orang yang berpolitik, apalagi bagi pengurus<br />
sesuatu organisasi radikal yang menganut sistem non koperasi terhadap<br />
Pemerintah Hindia Belanda.<br />
Dalam usia rebungnya yang sedang menanjak itu, A. Hasjmy menjadi<br />
anggota Himpunan Pemuda Islam Indonesia (HPLT), sebuah organisasi<br />
pemuda di bawah naungan partai politik Islam radikal Permi (Persatuan<br />
Muslimin Indonesia).<br />
Bahkan setahun kemudian, putra Teungku Hasyim dari Montasik Aceh<br />
Besar itu telah dipilih rekan-rekan seorganisasinya menjadi Sekretaris HPII<br />
Cabang Padang Panjang.